DEPARTMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk menentukan tegangan eksitasi.
2. Untuk menentukan energi eksitasi dari setiap cincin dan panjang gelombang dari
energi eksitasi.
3. Untuk mengetahui aplikasi dari percobaan franck hertz.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada tahun 1914, James Franck dan Gustav Hertz menemukan bahwa semakin banyak bukti
eksperimental untuk keberadaan tingkat energi atom. Franck dan Hertz mempelajari gerakan
pada elektron melalui uap merkuri yang berada di bawah kinerja medan listrik. Mereka
menemukan bahwa ketika energi kinetik elektron 4,9 eV atau lebih besar, uap akan
memancarkan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 0,25 𝜇𝑚. Misalkan suatu atom
merkuri memiliki tingkat energi 4,9 eV di atas tingkat energi terendah. Sebuah atom dapat
dinaikkan ke tingkat ini dengan adanya tumbukan elektron; kemudian meluruh kembali ke
tingkat energi yang terendah dengan memancarkan foton. panjang gelombang foton
seharusnya
hc (4,136 x 10−15 eV.s) (3,00 x 108 m / s)
𝜆= = = 2,5 x 10−7 m = 0,25 μm
𝐸 4,9 eV
Ini sama dengan panjang gelombang yang terukur, mengkonfirmasi keberadaan tingkat energi
ini dari atom merkuri. Percobaan serupa dengan atom lain menghasilkan jenis bukti yang
sama untuk tingkat energi atom.
Hanya beberapa atom dan ion (seperti hidrogen, helium terionisasi tunggal, lithium
terionisasi ganda) memiliki spektrum yang panjang gelombangnya dapat diwakili oleh
formula sederhana yang berhasil seperti Balmer. Tetapi selalu mungkin untuk menganalisis
spektrum yang lebih sulit dari unsur-unsur lain dalam hal transisi di antara berbagai tingkat
energi.
Setiap atom memiliki tingkat energi terendah yang mencakup keadaan energi internal
minimum yang dapat dimiliki atom. Foton yang bersesuaian dengan garis spektrum tertentu
dipancarkan ketika sebuah atom membuat transisi dari suatu keadaan dalam tingkat yang
tereksitasi ke tingkat yang lebih rendah atau tingkat dasar.
Atom natrium memancarkan karakteristik cahaya kuning-orange ini dengan panjang
gelombang 589,0 nm dan 589,6 nm ketika mereka membuat transisi dari dua tingkat yang
berdekatan yang diberi label tingkat tereksitasi terendah.
Atom sodium pada tingkat rendah dapat juga menyerap foton dengan panjang
gelombang 589,0 nm atau 589,6 nm. Untuk mendemonstrasikan proses ini, kita melewatkan
seberkas cahaya dari sebuah uap natrium-lampu uap melalui bola lampu yang mengandung
uap natrium. Atom dalam uap menyerap 589,0 atau 589,6-nm foton dari sinar, mencapai
tingkat tereksitasi terendah setelah waktu yang singkat mereka kembali ke permukaan tanah,
memancarkan foton ke segala arah dan menyebabkan uap sodium bersinar dengan cahaya
kuning yang khas. Untuk kadar atom sodium yang paling rendah, usia sekitar 1,6x 10-8 s.
Lebih umum, sebuah foton yang dipancarkan ketika sebuah atom membuat transisi dari
tingkat tereksitasi ke tingkat yang lebih rendah juga dapat diserap oleh atom serupa. Jika kita
melewatkan cahaya putih (spektrum berkelanjutan) melalui gas dan melihat cahaya yang
ditransmisikan dengan spektrometer, kita menemukan serangkaian garis-garis gelap yang
terkait dengan panjang gelombang yang telah diserap. Ini disebut penyerapan spektrum.
Fenomena terkait adalah fluoresensi. Sebuah atom menyerap foton (sering di wilayah
ultraviolet) untuk mencapai tingkat yang tinggi dan kemudian turun kembali ke permukaan
tanah dengan cara memancarkan dua atau lebih foton dengan energi yang lebih kecil dan
panjang gelombang yang lebih panjang. Lampu fluoresen lebih efisien daripada lampu pijar
dalam mengubah energi listrik menjadi cahaya tampak karena mereka tidak menyia-nyiakan
energi foton infra merah (yang tak terlihat).
Hipotesis Bohr menetapkan hubungan panjang gelombang ke tingkat energi, tetapi tidak
memberikan prinsip umum untuk memprediksi tingkat energi atom tertentu. Bohr
memberikan analisis parsial untuk atom hidrogen.
Sebelum kita dapat membuat kemajuan lebih lanjut dalam menghubungkan tingkat
energi atom dengan struktur interalnya, kita perlu memiliki gagasan yang lebih baik seperti
tentang bagian dalam atom. Kita tahu bahwa atom jauh lebih kecil dari pada panjang
gelombang cahaya tampak, jadi tidak ada harapan untuk benar-benar melihat sebuah atom
dengan menggunakan cahaya itu. Tapi kita bisa menggambarkan bagaimana muatan massa
dan elektronik didistribusikan di seluruh volume atom.
Disinilah hal ini berdiri pada tahun 1909. J.J. Thomson telah menemukan lektron dan
mengukur rasio muatan ke massa (e/m) pada tahun 1879; dan pada tahun 1909, millikan telah
menyelesaikan pengukuran pertama dari muatan elektron e. Ini dan percobaan lainnya
menunjukkan bahwa semua massa atom telah berkaitan dengan muatan positif, bukan dengan
elektron. (Young, 2000)
Pada tahun 1914 James Franck dan Gustav Hertz melakukan eksperimen untuk menguji
secara langsung hipotesis Bohr yang menyebutkan bahwa energi atom itu terkuantisasi.
Dalam radasnya, elektron dengan energi yang telah diketahui, bertumbukan dengan atom-
atom gas, dan energi yang hilang dari elektron tersebut diukur. Elektron diemisi dari katoda C
yang dipanaskan dan dipercepat menuju anoda A. Lubang-lubang pada anoda menyebabkan
elektron dapat melintas dan menuju ke plat kolektor (pengumpul) P; energi kinetik elektron
dapat diketahui dengan mengatur voltase pemercepat (accelerating voltage) antara C dan A.
Radas diisi dengan gas yang akan dikaji hingga tekanannya menjadi rendah. Arus yang datang
di P dikaji sebagai fungsi dari energi kinetik elektron dengan mengubah-ubah voltase
pemercepat.
Eksperimen dimulai pada voltase yang sangat rendah, dan arus meningkat dengan
tunak seiring peningkatan voltase pemercepatnya. Pada voltase tertentu Vthr, arus menurun
tajam, mendekati nol. Jika voltase dinaikkan diatas Vthr, arus naik lagi, mengindikasikan
bahwa sesudah mengalihkan energi ke atom-atom gas, elektron-elektron kembali dipercepat
dan mencapai pengumpul.
Penurunan mendadak pada kurva arus terhadap voltase pada Vthr, menunjukkan bahwa
elektron-elektron memerlukan ambang energi kinetik eVthr, untuk dapat mentransfer energi ke
atom-atom gas. Oleh karena itu, energi atom harus terkuantisasi dalam keadaan diskret.
Keadaan tereksitasi pertama terletak diatas keadaan dasar (keadaan dengan energi terendah)
dengan jarak eVthr. Jika eksperimen dilanjutkan dengan voltase pemercepat yang lebih tinggi
maka akan dapat ditunjukkan ambang energi lainnya yang berhubungan dengan keadaan
tereksitasi dengan energi yang lebih tinggi.
Untuk menegaskan penafsiran ini, Franck Hertz menggunakan spektograf untuk
menganalisis cahaya yang diemisi oleh atom tereksitasi. Bila voltase pemercepat berada
dibawahVthr, tidak ada cahaya yang teramati. Bila voltase pemercepat berada sedikit di atas
eVthr, satu garis emisi teramati dengan frekuensi yang nyaris sama dengan
∆𝐸 eVthr
𝑣= = ...........................................................................................................(2.1)
ℎ ℎ
sangat berbeda satu sama lain hanyalah kasus khusus yang lain. Dilema yang terkait dengan
elektron yang dipercepat bukan hanya masalah fisik atom (sebagai contoh fisika kuantum)
yang menjadi khusus fisika klasik. Hasil percobaan Franck-Hertz menyatakan uap merkuri.
Arus jatuh pada V=4,9V, V=9.8V (=2×4.9 volt), V=14,7V (=3× 4.9 V). (Krane,1983)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.2. ProsedurPercobaan
1. Dipersiapkan semua peralatan
2. Dirakit perangkat
3. Dihubungkan perangkat yang sudah di rakit ke arus PLN
4. Dihidupkan UPS
5. Dihidupkan CPU kemudian di monitor akan hidup secara otomatis
6. Dihidupkan adaptor dan disambung ke pesawat Franck-Hertz
7. Dihidupkan perangkat Franck-Herz
8. Di klik ikon Cassy Lab 2 yang ada di monitor kemudian akan muncul XY Recorder
9. Ditentukan XY Recorder dengan ketentuan yang pertama di klik adalah sumbu X dan
yang kedua adalah sumbu Y
10. Di origin left untuk UB1 dan UA1 sebesar 0-30 Volt
11. Ditentukan tegangan untuk U1 sebesar 2,06 Volt
12. Ditentukan tegangan untuk U3 sebesar 7,94 Volt
13. Diklik start untuk memulai dan tombol reset ke otomatis
14. Dilihat terbentuknya cincin pertama dan dicatat tegangan
15. Dilihat terbentuknya cincin kedua dan dicatat tegangan
16. Dilihat terbentuknya cincin ketiga dan dicatat tegangan
17. Di stop jika sudah terlihat cincin ketiga
18. Dilihat dan ditentukan puncak grafik
19. Disimpan data ke komputer
20. Di ulangi percobaan 8-19 pada praktikan lainnya
Tegangan Pemercepat
V1 V2 V3 V4
25,1 42,1 61,9 79,5
= 29,049× 10-19 J
19,878 × 10−26 Jm
= 29,049 × 10−19 J
= 0,684× 10−7 m
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh tegangan eksitasi daridari
setiap cincin yang terbentuk ditabung gas neon, dimana tegangan eksitasi pada
setiap cincin secara berturut-turut adalah 17 V, 19,8 V dan 17,6 V.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh energi eksitasi dari setiap
cincin yang terbentuk ditabung gas neon, dimana energi eksitasi pada setiap cincin
secara berturut-turut adalah 27,234 × 10−19 J , 31,719 × 10−19 J dan 28,195 ×
10−19 J . Dan diperoleh panjang gelombang dari energi eksitasi yaitu 0,684 ×
10−7 𝑚.
3. Aplikasi dari percobaan Franck – Hertz :
Laser
Tabung Televisi
Monitor Komputer
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengamati pembentukan cincin
katoda pada tabung gas neon.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih focus dalam melakukan prosedur percobaan
yang mengklik Measuring Time dan memilih saklar AUTO karena harus secara
bersamaan.
3. Sebaiknya asisten memulai praktikum dengan berdoa agar praktikum lancar dan
aman.
DAFTAR PUSTAKA
Krane, Kenneth S. 1983. Modern Physics. United States of America: Jhon Wiley & Sons.
Pages: 169-170
Oxtoby, David W. 2003. Kimia Modern. Edisi Keempat. Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Halaman: 16-17
Young, Hugh D. University Physics. United States of America: Addison Wesley.
Pages: 1241-1243
Pesawat
PLN franck hertz
Tabung gas neon
monitor
XY
78, RECORDER
9
U U
U 2
p 1
adaptor keyboard
Sensor cassy mouse
Cok sambung
TUGAS PERSIAPAN