Anda di halaman 1dari 30

TUGAS INDIVIDU

ARTIKEL RANGKAIAN SERINDAN PARAREL

Dosen Pengampu : Drs.Andi Bahar

Disusun Oleh:

Nama:Amri Faldi Nasution (5192122002)

Prodi:S1 Pendidikan Teknik Otomotif

Mata Kuliah:Listrik Dan Elektronika Dasar

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2019
A.  KONSEP  RANGKAIAN SERI

Rangkaian seri merupakan sebuah rangkaian listrik yang komponennya disusun secara
berderetan hanya melalui satu jalur aliran listrik. Contohnya adalah sebuah rangkaian yang
memiliki dua resistor, tapi hanya terdapat satu jalur kabel untuk mengalirkan listrik seperti pada
gambar dibawah ini.

Pada rangkaian seri, arus listrik yang mengalir besarnya sama tiap elemen dan dirumuskan
dengan:

Total hambatan resistor pada rangkaian seri merupakan penjumlahan masing-masing


hambatannya yang dirumuskan dengan:

Rangkaian seri terdiri dari dua atau lebih beban listrik yang dihubungkan ke satu daya lewat satu
rangkaian.Rangkaian seri dapat berisi banyak beban listrik dalam satu rangkaian. Contoh yang
baik dari beberapa beban rangkaian dihubung seri adalah lampu pohon Natal. ( kurang lebih 20
lampu dalam rangkaian seri ). Dua buah elemen berada dalam susunan seri jika mereka hanya
memiliki sebuah titik utama yang tidak terhubung menuju elemen pembawa arus pada suatu
jaringan. Karena semua elemen disusun seri, maka jaringan tersebut disebut rangkaian seri.
Dalam rangkaian seri, arus yang lewat sama besar pada masing-masing elemen yang tersusun
seri.
Sifat-sifat Rangkaian Seri adalah sebagai berikut :

Arus yang mengalir pada masing beban adalah sama.

Tegangan sumber akan dibagi dengan jumlah tahanan seri jika besar tahanan sama. Jumlah
penurunan tegangan dalam rangkaian seri dari masing-masing tahanan seri adalah sama dengan
tegangan total sumber tegangan.

Banyak beban listrik yang dihubungkan dalam rangkaian seri, tahanan total rangkaian
menyebabkan naiknya penurunan arus yang mengalir dalam rangkaian.  Arus yang mengalir
tergantung pada jumlah besar tahanan beban dalam rangkaian.

Jika salah satu beban atau bagian dari rangkaian tidak terhubung atau putus, aliran arus terhenti.

Prinsip dalam Rangkaian Seri adalah sebagai berikut:

Hambatan total merupakan hasil penjumlahan tiap-tiap hambatan serinya.

Kuat arus dalam tiap-tiap hambatannya tetap dan besar kuat arus setiap hambatan sama dengan
kuat arus totalnya,

Beda potensial/tegangan tiap-tiap hambatannya berbeda-beda dan hasil penjumlahan tegangan


tiap-tiap hambatannya sama dengan tegangan totalnya.

V total = V1 + V2 +.. Vn

I total = I1 = I2 =…. I n

R total = R1 + R2 + ... Rn

Contoh paling sederhana penerapan rangkaian listrik seri dalam kehidupan sehari-hari (di rumah)
yaitu:
Lampu hias pohon Natal model lama (yang baru pakai rangkaian elektronik & lampu LED)
merupakan rangkaian seri beberapa lampu (12V di-seri 20 pcs) sehingga dapat menerima
tegangan sesuai dengan jala-jala (220V).

Lampu TL (tube Lamp) atau orang bilang lampu neon, model lama yang masih memakai ballast,
di dalam box nya memakai rangkaian seri antara jala-jala dengan ballastnya.

Di dalam setrika listrik ada rangkaian seri dengan bimetal (temperatur kontrol), demikian juga
kulkas.

Sakelar/switch merupakan penerapan rangkaian seri dengan beban.

Rangkaian Seri adalah rangkaian yang cara kerjannya membagi arus yang di hasilkan dari
komponen lain. Apabila ada tiga buah komponen yang dirangkai secara seri maka tegangan dari
satu komponen memberikan sisa tegangan yang dihasilkan sehingga proses ini dapat mengurangi
pemakaian tegangan sehingga 3 komponen hanya terhitung pada 1 komponen saja. Rangkaian
Seri sering juga di gambarkan dalam posisi diagonal, gunanya adalah agar dapat memahami
dalam pembacaan pada gambar.

Kelebihan dari pemakaian susunan seri adalah lebih banyak menghemat daya yang dikeluarkan
pada baterai. Kelebihan lainnya yang di miliki susunan seri terdapat pada pengerjaan yang
singkat, serta tidak memerlukan banya penghubung pada penyambungan jalur.

Selain memiliki kelebihan, rangkaian ini juga memiliki kelemahan, adapun kelemahan pada
rangkaian ini adalah karena menurunkan fungsi dari komponen itu sendiri karena mendapat
tegangan yang kurang. Sebab, harus berbagi dengan komponen lain.

B.Perhitungan Tahanan,Arus,dan Tegangan pada Rangkaian Seri

Sruktur hubungan komponen pada rangkaian seri adalah berderet yakni ujung terminal suatu
komponen elektronika dihubungkan dengan pangkal terminal komponen kedua, ujung terminal
komponen kedua dihubungkan dengan pangkal terminal komponen ketiga dan seterusnya. Jika
pangkal terminal komponen pertama dihubungkan dengan sumber tegangan positif dan ujung
terminal komponen terakhir dihubungkan dengan sumber tegangan negatif, maka hubungan
seperti ini di dalam elektronika dikenal dengan istilah rangkaian tertutup (close circuit). Dalam
kondisi ini arus listrik akan mengalir dari positif ke negatif melalui komponen-komponen
elektronika yang dideretkan (hubungan seri). Besarnya arus yang mengalir pada rangkaian seri
adalah sama.
Gambar di bawah adalah contoh rangkaian seri sederhana yang terdiri dari dua buah resistor(R1
dan R2) dan sumber tegangan (V). Untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan resistansi pada
rangkaian seri dapat menggunakan hukun Ohm yaitu V=IxR. V adalah sumber tegangan dalam
satuan Volt (V), I adalah arus yang mengalir dalam satuan Ampere (A), dan R adalah Resistansi
dalam satuan Ohm (Ω). Penjelasan lebih detil mengenai hukum Ohm akan dibahas di posting
lain.

Rangkaian Seri Dua Resistor

Pada gambar di atas, besarnya tegangan akan berbading lurus dengan arus, jadi semakin besar
sumber tegangan (V) akan semakin besar arus yang mengalir (I) dan sebaliknya. Besarnya arus
dan resistansi pada rangkaian seri adalah berbanding terbalik yakni semakin besar resistansi (R)
akan semakin kecil arus yang mengalir (I). Hubungan antara daya (P), tegangan (V), dan arus (I)
adalah berbanding lurus. Semakin besar tegangan (V) maka daya pun akan semakin besar,
demikian pula jika arus yang mengalir semakin besar, maka daya pun akan semakin besar. P = I
x V, P adalah daya dalam Watt (W), I adalah arus dalam Ampere (A), dan V adalah tegangan
dalam Volt (V). Untuk lebih jelanya, sahabat dapat mempelajari cara menghitung arus, tegangan,
daya, dan resistansi pada rangkaian seri berikut.
Jika pada rangkaian di atas diketahui sumber tegangan DC = 12 Volt, R1 = 8 KΩ, dan R2 = 4
KΩ, berapa arus yang mengalir, tegangan, dan daya di setiap resistor (R1 dan R2).
Solusinya sebagai berikut:

Diketahui
V = 12 Volt
R1 = 8 KΩ atau 8.000 Ω (harus dalam satuan Ohm)
R2 = 4 KΩ atau 4.000 Ω (harus dalam satuan Ohm)
RTotal = R1 + R2 (karena rangkaian seri)
RTotal = 8.000 + 4.000
RTotal = 12.000 Ω atau 12 KΩ

Menghitung Arus
V = I x R (Hukum Ohm)
I=V/R
I = 12 / 12.000
I = 0.001 Ampere atau 1 mA (mili Ampere)

Menghitung Tegangan
Untuk menghitung daya, harus diketahui tegangan di masing-masing resistor (VR1 dan VR2).
Karena ini merupakan rangkaian seri, maka arus yang mengalir pada R1 dan R2 besarnya sama
(I1=I2).

V=IxR
VR1 = I1 x R1
VR1 = 0.001 x 8.000
VR1 = 8 Volt

VR2 = I2 x R2
VR2 = 0.001 x 4.000
VR2 = 4 Volt
V = VR1 + VR2
12 V = 8 V + 4 V

Menghitung Daya
P=IxV
P1 = I1 x VR1
P1 = 0.001 x 8
P1 = 0.008 Watt atau 8 mW (mili Watt)

P2 = I2 x VR2
P2 = 0.001 x 4
P2 = 0.004 Watt atau 4 mW (mili Watt)

Kesimpulan

Arus yang mengalir (I) adalah 1 mA

Tegangan di R1 (VR1) adalah 8 V

Tagangan di R2 (VR2) adalah 4 V

Daya di R1 (P1) adalah 8 mW

Daya di R2 (P2) adalah 4 mW


Rangkaian Seri Tiga Resistor

Sahabat dapat memperhatikan contoh lain untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan resistansi
pada rangkaian seri yang terdiri dari tiga buah resistor (R1, R2, dan R3) seperti pada gambar di
atas. Jika diketahui tegangan sumber adalah 15 Volt, R1 = 500 Ω, R2 =5 KΩ, dan arus yang
mengalir adalah 2 mA, berapa resistansi R3 dan daya di masing-masing resistor.
Solusinya sebagai berikut:

Diketahui
R1 = 500 Ω
R2 = 5.000 Ω
V = 15 Volt
I = 2 mA = 0.002 A

Menghitung Resistansi
RTotal = R1 + R2 + R3 (Rumus resistor seri)
RTotal = 500 Ω + 5.000 Ω + R3
RTotal = 5.500 Ω + R3
V = I x R (Hukum Ohm)
R=V/I
RTotal = 15 / 0.002
RTotal = 7.500 Ω = 7.5 KΩ
RTotal = 5.500 Ω + R3
R3 = RTotal - 5.500 Ω
R3 = 2.000 Ω = 2 KΩ

Menghitung Tegangan
V=IxR
I = I1 = I2 = I3 (Arus pada rangkaian seri besarnya sama)

VR1 = I1 x R1
VR1 = 0.002 x 500
VR1 = 1 Volt

VR2 = I2 x R2
VR2 = 0.002 x 5000
VR2 = 10 Volt

VR3 = I3 x R3
VR3 = 0.002 x 2.000
VR3 = 4 Volt

V = VR1 + VR2 + VR3


15 V = 1 V + 10 V + 4 V

Menghitung Daya
P=IxV
P1 = I1 x VR1
P1 = o.002 x 1
P1 = 0.002 W atau 2 mW

P2 = I2 x VR2
P2 = 0.002 x 10
P2 = 0.02 W atau 20 mW

P3 = I3 x VR3
P3 = 0.002 x 4
P3 = 0.008 W atau 8 mW

Kesimpulan

Resistansi di R3 adalah 2 KΩ

Tegangan di R1 (VR1) adalah 1 Volt

Tegangan di R2 (VR2) adalah 10 Volt

Tegangan di R3 (VR3) adalah 4 Volt

Daya di R1 (P1) adalah 2 mW

Daya di R2 (P2) adalah 20 mW

Daya di R3 (P3) adalah 8 mm

C.Konsep Rangkaian Pararel

Rangkaian paralel adalah salah satu model rangkaian yang dikenal dalam kelistrikan. Secara
sederhana, rangkaian paralel diartikan sebagai rangkaian listrik yang semua bagian-bagiannya
dihubungkan secara bersusun. Akibatnya, pada rangkaian paralel terbentuk cabang di antara
sumber arus listrik. Olehnya itu, rangkaian ini disebut juga dengan rangkaian bercabang. Dalam
rangkaian ini, semua percabangan yang ada dapat dilalui oleh arus listrik. Di setiap cabang itulah
komponen listrik terpasang, sehingga masing-masing komponen itu memiliki cabang dan arus
tersendiri. Arus tersebut mengaliri semua komponen listrik yang terpasang secara bersamaan.
Rangkaian paralel diperlukan jika kita akan melakukan pengaturan arus listrik, dengan membagi
arus listrik dengan cara merubah beban yang lewat di tiap percabangan.

Ciri-ciri Rangkaian Paralel

Ciri-ciri dari rangkaian paralel adalah semua komponen listrik terpasang secara bersusun atau
sejajar. Pada rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap cabang berbeda besarnya. Setiap
komponen terhubung dengan kutub positif dan kutub negatif dari sumber tegangan, artinya
semua komponen mendapat tegangan yang sama besar. Sedangkan, hambatan totalnya menjadi
lebih kecil dari hambatan tiap-tiap komponen listriknya. Semuanya dapat ditulis dalam bentuk
rumus matematis:

Kelebihan menggunakan rangkaian paralel adalah apabila saklar dimatikan, maka tidak semua
komponen mati kecuali  komponen yang dihubungkan dengan saklar yang dimatikan, misalnya
lampu. Selain itu, Jika ada salah satu cabang atau komponen listrik yang putus atau rusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi. Sebab masih ada cabang lain yang dapat dialiri arus listrik
dan komponen yang tidak rusak itu masih mempunyai hubungan dengan kedua kutub sumber
tegangan. Sedangkan, kelemahan rangkaian paralel adalah dibutuhkan lebih banyak kabel atau
penghantar listrik untuk menyusun seluruh rangkaian.

Gambar Rangkaian Paralel

Berikut ini adalah gambar dari beberapa alat listrik yang dirangkai secara paralel:

Rangkaian Paralel Lampu


Rangkaian Paralel Baterai

Rangkaian listrik paralel adalah rangkaian listrik yang disusun secara tidak berurutan.

Kekurangan rangkaian listrik paralel adalah boros kabel dan saklar. Kelebihan rangkaian paralel
adalah jika salah satu lampu padam yang lain tetap menyala dan nyala lampu sama terang.

Rangkaian Paralel adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun secara berderet (paralel).
Lampu yang dipasang di rumah umumnya merupakan rangkaian paralel. Rangakain listrik
paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana semua input komponen berasal dari sumber yang
sama. Semua komponen satu sama lain tersusun paralel. Hal inilah yang menyebabkan susunan
paralel dalam rangkaian listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak (kabel penghubung yang
diperlukan lebih banyak). Selain kelemahan tersebut, susunan paralel memiliki kelebihan tertentu
dibandingkan susunan seri. Adapun kelebihannya adalah jika salah satu komponen dicabut atau
rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
·      Sifat-sifat Rangkaian Paralel :

-       Tegangan pada masing-masing beban listrik sama dengan tegangan sumber.

-       Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian individu. Arus masing-
masing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang.

-       Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian paralel, tahanan total rangkaian
mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar. (Tahanan total dari rangkaian paralel adalah
lebih kecil dari tahanan yang terkecil dalamrangkaian).

-       Jika terjadi salah satu cabang tahanan paralel terputus, arus akan terputus hanya pada
rangkaian tahanan tersebut. Rangkaian cabang yang lain tetap bekerja tanpa terganggu oleh
rangkaian cabang yang terputus tersebut.

D.Perhitungan Tahanan,Arus dan Tegangan pada Rangkaian Pararel

Untuk memahami struktur rangkaian paralel dapat dilihat dari hubungan antar kaki (terminal)
setiap komponen elektronika. Jika pangkal kaki suatu komponen dihubungkan dengan pangkal
komponen lainnya dan ujung kaki komponen tersebut dihubungkan dengan ujung kaki
komponen lainnya, maka hubungan seperti ini disebut paralel dimana setiap komponen
dijajarkan. Apabila setiap ujung kaki tersebut dihubungkan ke sumber tegangan,
dalam elektronikadisebut dengan istilah rangkaian tertutup (close circuit) sehingga arus dapat
mengalir dari sumber tegangan melalui komponen-komponen tersebut.
Arus yang mengalir pada setiap komponen pada rangkaian paralel dapat berbeda tergantung
besar kecilnya resistansi komponen tersebut. Dengan kata lain arus sumber akan dibagi ke setiap
komponen dan akan menyatu kembali di ujung rangkaian. Pada rangkaian paralel, tegangan di
setiap ujung kaki komponen adalah sama besar.
Untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan resistansi pada rangkaian paralel dapat
menggunakan kombinasi antara hukum Ohm dan hukum Kirchhoff. Menurut hukum Kirchhoff,
arus yang mengalir dan menuju satu titik akan sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut, I
= I1 + I2 + In atau I1 + I2 + In = I. Penjelasan lebih detil mengenai hukum Ohm dan hukum
Kirchhoff akan dibahas di posting lain.
Perhatikan gambar di bawah yang terdiri dari sumber tegangan (V) dan dua buah resistor (R1
dan R2) yang dipasang paralel. Arus sumber (arus total) akan terbagi dua yang akan mengalir ke
R1 (I1) dan ke R2 (I2), sedangkan di setiap ujung resistor arus akan bergabung kembali. Oleh
sebab itulah arus yang mengalir pada setiap resistor besarnya belum tentu sama, tergantung besar
kecilnya resistor-resistor tersebut. Semakin besar resistansi maka akan semakin kecil arus yang
mengalir, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu untuk menghitung arus, tegangan, daya, dan
resistansi pada rangkaian paralel tidak bisa menggunakan cara-cara perhitungan seperti
pada rangkaian seri.

Rangkaian Paralel

Untuk lebih jelasnya sahabat dapat memperhatikan contoh gambar di atas. Jika tegangan
sumber (V) adalah 12 Volt, R1 = 2 KΩ, dan R3 = 3 KΩ, berapa arus yang mengalir di setiap
resistor dan berapa daya masing-masing resistor tersebut?
Berikut solusinya:

Diketahui
V = 12 Volt
R1 = 2 KΩ = 2.000 Ω
R2 = 3 KΩ = 3.000 Ω
V = VR1 = VR2 = 12 V

Menghitung Resistansi
1/RTotal = 1/R1 + 1/R2 (rumus resistor paralel)
1/RTotal = 1/2.000 + 1/3.000
1/RTotal = 3/6.000 + 2/6.000 (samakan penyebutnya)
1/RTotal = 5/6.000
RTotal = 6.000/5
RTotal = 1.200 Ω atau 1.2 KΩ

Menghitung Arus
V = I x R (hukum Ohm)
I=V/R
ITotal = V/RTotal
ITotal = 12 / 1.200
ITotal = 0.01 A atau 10 mA

Gunakan perbandingan terbalik untuk menghitung arus I1 dan I2 (ada 5 bagian yakni dari
penyederhanaan 2 KΩ dan 3 KΩ) jadi:

ITotal = I1 + I2
3/5 + 2/5 = 5/5 atau 1
I1 = tiga bagian dari 5
I2 = dua bagian dari 5

I1 = 3/5 x ITotal
I1 = 3/5 x 0.01
I1 = 0.006 A atau 6 mA

I2 = 2/5 x ITotal
I2 = 2/5 x 0.01
I2 = 0.004 A atau 4 mA

ITotal = I1 + I2
ITotal = 0.006 + 0.004
ITotal = 0.01 A atau 10 mA

Menghitung Tegangan
V = VR1 = VR2 (tegangan pada rangkaian paralel besarnya sama)
VR1 = 12 Volt
VR2 = 12 Volt

Menghitung Daya
P=IxV
P1 = I1 x VR1
P1 = 0.006 x 12
P1 = 0.072 Watt atau 72 mW

P2 = I2 x VR2
P2 = 0.004 x 12
p2 = 0.048 Watt atau 48 mW

Kesimpulan

Besarnya arus total adalah 10 mili Ampere

Arus yang mengalir di R1 (I1) adalah 6 mili Watt

Arusyang mengalir di R2 (I2) adalah 4 mili Watt

Daya di R1 (P1) adalah 72 mili Watt

Daya di R2 (P2) adalah 48 mili Watt


E.Konsep Rangkaian Kombinasi

Rangkaian kombinasi adalah rangkaian yang menerapkan dasar-dasar logika dalam


pemakaiannya. Dasar-dasar logika adalah operasi yang menerapkan  Pada umumnya rangkaian
logika menggunakan gerbang-gerbang logika yang terintegrasi dalam satu IC.Gerbang Logika
atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Logic Gate adalah dasar pembentuk Sistem
Elektronika Digital yang berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa Input (masukan) menjadi
sebuah sinyal Output (Keluaran) Logis. Gerbang Logika beroperasi berdasarkan sistem bilangan
biner yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kode simbol yakni 0 dan 1 dengan menggunakan
Teori Aljabar Boolean.

Jenisnya

Terdapat 7 jenis Gerbang Logika Dasar yang membentuk sebuah Sistem Elektronika Digital,
yaitu :

Gerbang AND

Gerbang OR

Gerbang NOT

Gerbang NAND

Gerbang NOR

Gerbang X-OR (Exclusive OR)

Gerbang X-NOR (Exlusive NOR

Gerbang Not (Not Gate)

Gerbang NOT  atau juga bisa disebut dengan pembalik (inverter) memiliki fungsi
membalik logika tegangan inputnya pada outputnya. Sebuah inverter (pembalik) adalah gerbang
dengan satu sinyal masukan dan satu sinyal keluaran dimana keadaan keluaranya selalu
berlawanan dengan keadaan masukan. Membalik dalam hal ini adalah mengubah menjadi
lawannya. Karena dalam logika tegangan hanya ada dua kondisi yaitu tinggi dan rendah atau “1”
dan “0”, maka membalik logika tegangan berarti mengubah “1” menjadi "0” atau sebaliknya
mengubah nol menjadi satu. Simbul atau tanda gambar pintu NOT ditunjukkan pada gambar
dibawah ini

GERBANG AND (AND GATE)

Gerbang AND (AND GATE) atau dapat pula disebut gate AND ,adalah suatu


rangkaian logika yang mempunyai beberapa jalan masuk (input) dan hanya mempunyai satu
jalan keluar (output). Gerbang AND mempunyai dua atau lebih dari dua sinyal masukan tetapi
hanya satu sinyal keluaran. Dalam gerbang AND, untuk menghasilkan sinyal keluaran tinggi
maka semua sinyal masukan harus bernilai tinggi.

GERBANG OR (OR GATE)

Gerbang OR berbeda dengan gerbang NOT yang hanya memiliki satu input, gerbang ini
memiliki paling sedikit 2 jalur input. Artinya inputnya bisa lebih dari dua, misalnya empat atau
delapan. Yang jelas adalah semua gerbang logika selalu mempunyai hanya satu output. Gerbang
OR akan memberikan sinyal keluaran tinggi jika salah satu atau semua sinyal masukan bernilai
tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang OR hanya memiliki sinyal keluaran rendah jika
semua sinyal masukan bernilai rendah.
 Gerbang NAND

Gerbang NAND adalah suatu NOT-AND, atau suatu fungsi AND yang dibalikkan. Dengan kata
lain bahwa gerbang NAND akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal
masukan bernilai tinggi.

Gerbang NOR

Gerbang NOR adalah suatu NOT-OR, atau suatu fungsi OR yang dibalikkan sehingga dapat
dikatakan bahwa gerbang NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua sinyal
masukanya bernilai rendah.

Gerbang X-OR
Gerbang X-OR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan bernilai
rendah atau semua masukan bernilai tinggi atau dengan kata lain bahwa X-OR akan
menghasilkan sinyal keluaran rendah jika sinyal masukan bernilai sama semua.
Gerbang X-NOR

Gerbang X-NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua sinyal masukan bernilai
sama (kebalikan dari gerbang X-OR).

CONTOH PENERAPAN GERBANG LOGIKA

Contoh1: F = A + B.C

Gmb 1 : Rangkaian Gerbang Logika


RANGKAIAN GERBANG KOMBINASI

Semua rangkaian logika dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu rangkaian kombinasi


(combinational circuit) dan rangkaian berurut (sequential circuit). Perbedaan kedua jenis
rangkaian ini terletak pada sifat keluarannya. Keluaran suatu rangkaian kombinasi setiap saat
hanya ditentukan oleh masukan yang diberikan saat itu. Keluaran rangkaian berurut pada setiap
saat, selain ditentukan oleh masukannya saat itu, juga ditentukan oleh keadaan keluaran saat
sebelumnya, jadi juga oleh masukan sebelumnya. Jadi, rangkaian berurut tetap mengingat
keluaran sebelumnya dan dikatakan bahwa rangkaian ini mempunyai ingatan (memory).
Kemampuan mengingat pada rangkaian berurut ini diperoleh dengan memberikan tundaan waktu
pada lintasan balik (umpan balik) dari keluaran ke masukan. Secara diagram blok, kedua jenis
rangkaian logika ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.” (Albert Paul Malvino, Ph.D.)

Gmb 3. Model Umum Rangkaian Logika

PERANCANGAN RANGKAIAN KOMBINASI


Rangkaian kombinasi mempunyai komponen-komponen masukan, rangkaian logika,
dan keluaran, tanpa umpan balik. Persoalan yang dihadapi dalam perancangan (design)
suatu rangkaian kombinasi adalah memperoleh fungsi Boole beserta diagram rangkaiannya
dalam bentuk susunan gerbang-gerbang. Seperti telah diterangkan sebelumnya, fungsi Boole
merupakan hubungan aljabar antara masukan dan keluaran yang diinginkan. Langkah pertama
dalam merancang setiap rangkaian logika adalah menentukan apa yang hendak direalisasikan
oleh rangkaian itu yang biasanya dalam bentuk uraian kata-kata (verbal). Berdasarkan uraian
kebutuhan ini ditetapkan jumlah masukan yang dibutuhkan serta jumlah keluaran yang akan
dihasilkan. Masing-masing masukan dan keluaran diberi nama simbolis. Dengan membuat tabel
kebenaran yang menyatakan hubungan masukan dan keluaran yang diinginkan, maka keluaran
sebagai fungsi masukan dapat dirumuskan dan disederhanakan dengan cara-cara yang telah
diuraikan dalam bab-bab sebelumnya.

Berdasarkan persamaan yang diperoleh ini, yang merupakan fungsi Boole dari pada rangkaian
yang dicari, dapat digambarkan diagram rangkaian logikanya Ada kalanya fungsi Boole yang
sudah disederhanakan tersebut masih harus diubah untuk memenuhi kendala yang ada seperti
jumlah gerbang dan jenisnya yang tersedia, jumlah masukan setiap gerbang, waktu perambatan
melalui keseluruhan gerbang (tundaan waktu), interkoneksi antar bagian-bagian rangkaian, dan
kemampuan setiap gerbang untuk mencatu (drive) gerbang berikutnya. Harga rangkaian logika
umumnya dihitung menurut cacah gerbang dan cacah masukan keseluruhannya. Ini berkaitan
dengan cacah gerbang yang dikemas dalam setiap kemasan.

Gerbang-gerbang logika yang tersedia di pasaran pada umumnya dibuat dengan


teknologi rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC). Pemaduan (integrasi) gerbang-gerbang
dasar seperti NOT, AND, OR, NAND, NOR, XOR pada umumnya dibuat dalam skala kecil
(Small Scale Integration, SSI) yang mengandung 2 sampai 6 gerbang dalam setiap kemasan.
Kemasan yang paling banyak digunakan dalam rangkaian logika sederhana berbentuk DIP
(Dual- In-line Package), yaitu kemasan dengan pen-pen hubungan ke luar disusun dalam dua
baris sejajar. Kemasan gerbang-gerbang dasar umunya mempunyai 14-16 pen, termasuk pen
untuk catu daya positif dan nol (Vcc dan Ground). Setiap gerbang dengan 2 masukan
membutuhkan 3 pen (1 pen untuk keluaran) sedangkan gerbang 3 masukan dibutuhkan 4 pen.
Karena itu, satu kemasan 14 pen dapat menampung hanya 4 gerbang 2 masukan atau 3 gerbang 3
masukan.

Dalam praktek kita sering terpaksa menggunakan gerbang-gerbang yang tersedia di pasaran yang


kadang-kadang berbeda dengan kebutuhan rancangan kita. Gerbang yang paling banyak tersedia
di pasaran adalah gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan. Umpamanya, dalam rancangan kita
membutuhkan gerbang dengan 4 atau 5 masukan dan kita akan mengalami kesulitan memperoleh
gerbang seperti itu. Karena itu kita harus mengubah rancangan sedemikian sehingga rancangan
itu dapat direalisasikan dengan gerbang-gerbang dengan 2 atau 3 masukan. Kemampuan
pencatuan daya masing-masing gerbang juga membutuhkan perhatian. Setiap gerbang mampu
mencatu hanya sejumlah tertentu gerbang lain di keluarannya (disebut sebagai fan-out). Ini
berhubungan dengan kemampuan setiap gerbang dalam menyerap dan mencatu arus listrik.
Dalam perancangan harus kita yakinkan bahwa tidak ada gerbang yang harus mencatu terlalu
banyak gerbang lain di keluarannya. Ini sering membutuhkan modifikasi rangakaian realisasi
yang berbeda dari rancangan semula. Mengenai karakteristik elektronik gerbang-gerbang
logika dibahas dalam Lampiran A.” (Albert Paul Malvino, Ph.D.)
IMPLEMENTASI RANGKAIAN GERBANG LOGIKA DENGAN GERBANG NAND

Gerbang NAND (NOT And)

“Gerbang NAND dan NOR merupakan gerbanguniversal, artinya hanya dengan menggunakan


jenisgerbang NAND saja atau NOR sajadapat menggantikan fungsi dari 3 gerbang dasar yang
lain (AND, OR, NOT). Multilevel, artinya: denganmengimplementasikan gerbang NAND atau
NOR, akan ada banyak level / tingkatan mulai dari sisitem input sampai kesisi output.
Keuntungan pemakaian NAND saja atau NOR saja dalam sebuah rangkaian digital adalah dapat
mengoptimalkan pemakaian seluruh gerbang yang terdapat dalam sebuah IC, sehingga
menghemat biaya.

Gerbang NAND adalah pengembangan dari gerbang AND. Gerbang ini sebenarnya


adalah gerbang AND yang pada outputnya dipasang gerbang NOT. Gerbang yang paling sering
digunakan untuk membentuk rangkaian kombinasi adalah gerbang NAND dan NOR, dibanding
dengan AND dan OR. Dari sisi aplikasi perangkat luar, gerbang NAND dan NOR lebih umum
sehingga gerbang-gerbang tersebut dikenal sebagai gerbang yang “universal”. Gerbang-gerbang
NOT, AND dan OR dapat di-substitusi ke dalam bentuk NAND saja, dengan hubungan seperti
gambar 2.
gmb 4. Subtitusi Beberapa gerbang dasar menjadi NAND
Rangkaian Asal Rangkaian Dengan NAND saja

gmb 5. Implementasi gerbang NAND


Untuk mendapatkan persamaan dengan menggunakan NAND saja, maka persamaan asal harus
dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga hasil akhir yang didapatkan adalah persamaan
dengan NAND saja. Gerbang NAND sangat banyak di pakai dalam computer modern dan
mengeti pemakaiannya sangat berharga bagi kita, untuk merancang jaringan gerbang NAND ke
NAND, gunakan prosedur tabel kombinasi untuk ungkapan jumlah hasil kali.

Dalam perancangan logika, gerbang logika siskrit tidak selalu digunakan ttapi biasanya beisi


banyak gerbang, karena itu, biasanya lebih disukai untuk memanfaatkan satu jenis gerbang, dan
bukan campuran beberapa gerbang untuk alasan ini konversi gerbang digunakan untuk
menyatukan suatu fungsi gerbang tertentu dengan cara mengombinasikan beberapa gerbang yang
bertipe sama, suatu misal implementasi gerbang NAND ke dalam gerbang NO, gerbang AND
dan gerbang OR (Kf Ibrahim, “Tehnik Digital”).

Pertimbangan lain nya dalam impelemtasi fungis boole berkaitan dengan jenis gate yang
digunakan, seringkali di rasakan perlu nya untuk mengimplimentasikan fungsi boole dengan
hanya menggunakan gate-gate NAND saja, walaupun mungkin tidak merupakan implementasi
gate minimum, teknik tersebut memiliki keuntungan dan keteraturan yang dapat
menyederhanakan proses pembuatan nya di pabrik. (wiliam steling).

Decoder
Decoder adalah suatu rangkaian logika kombinasional yang mampu mengubah masukan
kode biner n-bit ke m-saluran keluaran sedemikian rupa sehingga setiap saluran keluaran hanya
satu yang akan aktif dari beberapa kemungkinan kombinasi masukan. Gambar 2.14
memperlihatkan diagram dari decoder dengan masukam n = 2 dan keluaran m = 4 ( decoder 2 ke
4). Setiap n masukan dapat berisi logika 1 atau 0, ada 2N kemungkinan kombinasi dari masukan
atau kode-kode. Untuk setiap kombinasi masukan ini hanya satu dari m keluaran yang akan aktif
(berlogika 1), sedangkan keluaran yang lain adalah berlogika 0. Beberapa decoder didisain untuk
menghasilkan keluaran low pada keadan aktif, dimana hanya keluaran low yang dipilih akan
aktif sementara keluaran yang lain adalah berlogika 1. Dari keadaaan aktif keluaranya, decoder
dapat dibedakan atas “non inverted output” dan “inverted output”. (David Bucchlah, Wayne
McLahan)

F.Perhitungan Tahanan,arus,dan Tegangan pada Rangkaian Kombinasi

Rangkaian seri dan rangkaian paralel memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh
karena itu, untuk optimalisasi terkadang digunakan jenis rangkaian ketiga, yakni rangkaian
Kombinasi atau sering juga disebut rangkaian campuran, yakni rangkaian listrik yang
menggunakan rangkaian seri dan paralel.
Untuk menghitung jumlah hambatan pada rangkaian kombinasi kita harus melihat dengan jeli
tipikal rangkaian. Bila dianalogikan dengan perhitungan aritmatika, maka kita harus
menyelesaikan dahulu perhitungan pada kurung yang paling dalam.

Contoh sederhana dari rangkaian kombinasi adalah sebagai berikut :


Contoh Rangkaian Kombinasi sederhana

Pada rangkaian di atas, kita harus menghitung nilai pada rangkaian paralel R2 dan R3. Setelah
itu baru dihitung dengan R1.

Misalkan kita masih menggunakan resistor sebelumnya dimana R1 = 5 ohm, R2 =2 ohm, R3 =4
ohm.
Pertama-tama kita hitung nilai hambatan pada rangkaian paralel R2 dan R3 yang kita sebut
dengan R23 .

Contoh menghitung total hambatan pada rangkaian kombinasi


Setelah R23 diketahui selanjutnya kita hitung dengan R1 , jadi :
Rtotal = R1 + R23 = 5 + 1,33 = 6,33 ohm.

Contoh lainnya, misalkan dengan resistor yang sama kita buat menjadi rangkaian baru seperti
gambar berikut :

Contoh Rangkaian kombinasi sederhana (2)

Untuk rangkaian di atas, kita harus selesaikan dahulu R1 dan R2 misalkan menjadi R12 . Setelah
itu baru kita hitung hambatan paralel antara dengan R12 dan R3.

Pecah rangkaian menjadi beberapa bagian seri dan paralel. Sebuah rangkaian kombinasi
memiliki beberapa komponen yang dihubungkan secara seri, dan beberapa yang lain secara
paralel (pada cabang yang berbeda). Lihat pada diagram bagian mana yang bisa disederhanakan
menjadi satu bagian seri atau paralel. Lingkari masing-masing bagian tersebut supaya gampang
dikerjakan.

Misalnya, sebuah rangkaian mempunyai sebuah resistor 1 Ω dan sebuah resistor 1,5 Ω yang
dihubungkan secara seri. Setelah resistor kedua, rangkaian bercabang menjadi dua, satu dengan
resistor 5 Ω dan yang lain dengan resistor 3 Ω.
Lingkari kedua cabang paralel untuk memisahkannya dari keseluruhan rangkaian.
Cari hambatan untuk bagian paralel. Gunakan rumus hambatan paralel {\displaystyle {\frac {1}
{R_{T}}}={\frac {1}{R_{1}}}+{\frac {1}{R_{2}}}+{\frac {1}{R_{3}}}+...{\frac {1}
{R_{n}}}}untuk mencari hambatan total dari bagian paralel pada rangkaian.

Rangkaian pada contoh memiliki dua cabang paralel dengan hambatan R1 = 5 Ω dan R2 = 3 Ω.

{\displaystyle {\frac {1}{R_{paralel}}}={\frac {1}{5}}+{\frac {1}{3}}}


{\displaystyle {\frac {1}{R_{paralel}}}={\frac {3}{15}}+{\frac {5}{15}}={\frac {3+5}
{15}}={\frac {8}{15}}}
{\displaystyle R_{paralel}={\frac {15}{8}}=1,875}Sederhanakan diagram. Begitu Anda
menemukan hambatan total pada bagian paralel, coret bagian itu dari diagram. Anggap bagian
itu sebagai satu komponen dengan besar hambatan sama dengan besaran yang telah Anda
temukan.

Dalam contoh di atas, abaikan dua cabang tersebut dan perlakukan seperti sebuah resistor dengan
hambatan 1,875 Ω.

Tambahkan hambatan secara seri. Begitu Anda mengganti bagian paralel menjadi sebuah resistor
tunggal, diagram menjadi sederhana yaitu sebuah rangkaian seri. Hambatan total dari rangkaian
seri sama dengan jumlah seluruh hambatan, jadi jumlahkan semuanya untuk mendapatkan
jawaban.

Diagram yang telah disederhanakan memiliki satu resistor 1 Ω, satu resistor 1,5 Ω, dan bagian
dengan hambatan 1,875 Ω seperti yang telah kita hitung sebelumnya. Semua rangkaian ini
tersambung secara seri, jadi {\displaystyle R_{T}=1+1,5+1,875=4,375}

Gunakan Hukum Ohm untuk mencari besaran yang tidak diketahui. Jika Anda tidak mengetahui
hambatan salah satu komponen pada rangkaian, carilah cara untuk mencarinya. Jika Anda
mengetahui tegangan V atau arus I pada komponen, cari hambatannya menggunakan hukum
Ohm: R = V / I.
Rumus Menggunakan Daya

Pelajari rumus daya. Daya adalah laju penggunaan energi pada rangkaian, dan dengan laju itu
energi disalurkan pada rangkaian untuk menyalakan sesuatu (misalnya lampu).[6] Daya total
pada sebuah rangkaian sama dengan perkalian tegangan total dengan arus total. Dalam bentuk
persamaan: P = VI.[7]

Ingat bahwa sewaktu mencari hambatan total Anda harus mengetahui daya total dari rangkaian.
Anda tidak cukup hanya mengetahui daya yang mengalir pada salah satu komponen.Cari
hambatan menggunakan daya dan arus. Jika Anda mengetahui dua besaran ini, Anda bisa
menggabungkan dua rumus untuk mencari hambatan.

P = VI (daya = tegangan x arus)

Dari Hukum Ohm kita mengetahui bahwa V = IR.

Substitusikan IR ke dalam V pada rumus pertama: P = (IR)I = I2R.

Ubah rumus untuk mendapatkan rumus hambatan: R = P / I2.

Dalam rangkaian seri, besaran arus pada satu komponen sama dengan arus total. Hal ini tidak
berlaku pada rangkaian parallel

Cari hambatan menggunakan daya dan tegangan. Jika Anda hanya mengetahui daya dan
tegangan, Anda bisa menggunakan pendekatan yang sama untuk mencari hambatan. Ingat selalu
untuk menggunakan tegangan total seluruh rangkaian, atau tegangan dari baterai yang dipasang
pada rangkaian:

P = VI

Ubah susunan Hukum Ohm dalam I: I = V / R.

Substitusi V / R ke dalam I untuk rumus daya: P = V(V/R) = V2/R.

Ubah rumus untuk mendapatkan hambatan: R = V2/P.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.physicsclassroom.com/Class/circuits/u9l2d.cfm

http://www.bbc.co.uk/bitesize/higher/physics/elect/resistors/revision/1/

http://saungwali.wordpress.com/2007/05/23/fisika-konsep-arus-listrik/

Karttono, K. (1980). Pengantar Metologi Research. Bandung: Alumni.

MARTIN, K. (2000). Fisika SLTP 3. Jakarta: Erlangga.

Resnick, H. (1977). Fisika. surabaya: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai