Anda di halaman 1dari 10

PHYSICS LAB REPORT

SHOVE, MICROMETER SCREWS,


CALORIMETER

Prepared by :

Ayu Desedtia

XII A 3

ACADEMIC YEAR

2010/2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum “Jangka
Sorong, Mikrometer Sekrup, Kalorimeter”. Penulisan laporan ini adalah salah
satu tugas dan persyaratan untuk ujian mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 1
Bontang.

Dalam penulisan laporan praktikum ini saya merasa masih banyak


kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada Ibu Dra. Yuliana W dan Bapak Agus Hariyanto,
S,Si yang telah memberikan pengarahan dan dorongan dalam laporan ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Bontang, Februari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

JANGKA SORONG & MIKROMETER SEKRUP


Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1

Dasar Teori
A. Pengkuran 2
B. Pengkuran Panjang Benda 3
1. Dengan Mengunakan Jangka Sorong 3
2. Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup 4
A. Ketidakpastian Dalam Pengukuran 5
B. Angka Penting 6

Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan 7
B. Prosedur Praktikum 7

Hasil Pengamatan
A. Hasil Pengamatan 9
1. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong 9
2. Pengukuran Menggunakan Mikrometer Sekrup 9
A. Tabel Analisa Data 9
1. Diameter Luar Tabung 9
2. Diameter Dalam Tabung 10
3. Kedalaman Tabung 11
4. Ketebalan Koin 12

Penutup
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

Kalorimeter
Pendahuluan
A. Latar Belakang 14
B. Tujuan 15

Dasar Teori
A. Pengertian 16

Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan 19
B. Prosedur Praktikum 19
Hasil Pengamatan
A. Hasil Pengamatan 21
B. Tabel Analisa Data 21

Penutup
A. Kesimpulan 26
B. Saran 26

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran
PRAKTIKUM WAJIB
COMPULSORY
PRACTICUM
PENDAHULUAN
PRELIMINARY

A. Latar Belakang
A. Background
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar.
Dalam penggunaan ilmu fisika, memang berbagai aspek dalam ilmu ini tak dapat
terpisah dari pengukuran dan besaran-besaran. Contohnya saja bila kita mau
menghitung volume balok, kita pasti harus mengukur dulu untuk mengetahui berapa
panjang, lebar dan tinggi balok dengan menggunakan penggaris. Setelah itu baru kita
dapat menghitung volumenya.
Didasari oleh betapa pentingnya besaran dan pengukuran, maka dilakukanlah
praktikum fisika yang berisi materi dasar-dasar pengukuran yang dapat membantu
siswa memahami hal ini.
Dan untuk melengkapi praktikum itu, maka disusunlah laporan praktikum ini,
yang berisi laporan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan beberapa tinjauan
materi yang menunjang. Adapun tujuan dari disusunnya laporan ini, selain untuk
melengkapi praktikum, juga untuk memenuhi tugas dari mata pelajaran fisika.

In physics, measurements and scale are things that are basic. In the use of
physics, indeed the various aspects of this science can not be separated from the
measurements and quantities. For instance if we want to calculate the volume of the
beam, we would have to measure the first to find out how much length, width and
depth of the beam by using a ruler. After that we can calculate its volume.
Based on the importance of scale and measurement, we perform the physics lab
that contains the material basis of measurement that can help students understand
this.
And to complete the lab, then drafted this lab report, which contains the report
of the results of lab work has been done and some review material support. The
purpose of drafting this report, in addition to completing lab work, also to fulfill the
task of physics subjects

B. Tujuan
B. Goal
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Mempelajari penggunan alat-alat ukur dasar.
2. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti dan hasil
pengukuran/perhitungan.
3. Menghitung besaran-besaran lain berdasarkan ukuran-ukuran dasar.

The goals to be achieved from the implementation of this practice are as follows :
1. Studying the use of basic measuring tools.
2. Correctly write the numbers mean, and the results of measurements / calculations.
3. Calculate other quantities based on measures of basic.
DASAR TEORI
BASIC THEORY

A. Pengukuran
A. Measurement
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara
umum tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat
dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat
mengukur apa yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka,
berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.
Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu
yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan,
misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya
benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter
menyatakan besaran dari satuan panjang.
Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang
dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan
waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan
dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita
ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka.
Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan.
Beberapa besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan antara lain adalah indek bias,
koefisien gesekan, dan massa jenis relatif.

To achieve a certain goal, in physics, we usually observed followed by a


measurement. The observation of a phenomenon in general is not complete if not
equipped with quantitative data obtained from the measurement results. Lord Kelvin,
a physicist said, if we can measure what we are talking about and express it in
numbers, means we know what we are talking about it.
Whilethe meaning the measurement itself is comparing something that is being
measured with similar quantities defined as a unit , such aswhen we get the data of
measuring the length of 5 meters , which means that the object is its length 5 times
the length of the bar which has a length of 1 meter . In this case, figure 5 shows the
value of length scale, while the meter states the amount of unit length.
And in general, something that can be measured has units. Something that can
be measured and expressed as the number we call the magnitude. Length, mass and
time, including the scale because we can measure and can we stated with numbers.
However, kindness and honesty, for example. We can not measure and we can not
reveal the figures.
But even so, not all physical quantities always have units. Some physical
quantities exist which has no units include refractive index, coefficient of friction, and
relative density.

B. Pengukuran Panjang Benda


A. Length Measurement Objects
1. Dengan Menggunakan Jangka Sorong
1. By Using the Shove

Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan


jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu :
1. Pengukuran panjang bagian luar benda.
2. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda.
3. Pengukuran kedalaman lubang dalam benda.
Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
1. Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang
disebut skala utama.
2. Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala
pendek yang disebut
nonius atau vernier.
Rahang tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm.
Sedangkan pada rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10
bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau vernier.
Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah
0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01
cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong adalah 0,1 mm.
Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur
sebuah benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala
5,2 cm dan 5,3 cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah
satu skala utama. Mulai dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama
dan skala nonius bertambah 0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala.
Karena terdapat 4 skala, maka selisih antara skala utama dan skala nonius adalah
0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan kalau panjang
benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04 cm=5,24 cm.
To make a measurement accuracy of 0.1 mm have needed shove. Shove has
measurement functions, namely :
1. Measuring the length of the outside of the object.
2. Measuring the length of the inside body cavity.
3. Measurement of the depth of the hole in the body.
Shove themselves have the parts as follows:
1. A fixed jaw (commonly called the jaw fixed), has a length scale called the major
scale.
2. Jaw that slides-shear (called the sliding jaw), which has a short scale is called
Nonius or Vernier.
Jaw still have major scales in units of cm and mm. While on the sliding jaw
there is a short scale which is divided into 10 equal parts. Scale is called an Nonius
or Vernier. Nonius scale length 10 it is 9 mm, so long a Nonius scale is 0.9 mm. So
the difference between Nonius scale and major scale is 0.1 mm.atau 0.01 cm. So it
can shove accuracy is 0.1 mm.
Examples of shove measurements are as follows. When an object is measured
the result that the sliding scale in term of scale lies between 5.2 cm and 5.3 cm.
Meanwhile, a fourth-Nonius scale coincides with one of the major scale. Starting
from the fourth scale is left, the difference between the main scale and the scale
Nonius increased 0.1 mm or 0.01 cm per pass through a single scale. Because
there are 4 scale, the difference between the main scale and the scale of Nonius is
0.4 mm or 0.04 cm. Thus, it can be deduced that the length of the measured object
is 5.2 cm +0.04 cm = 5.24 cm.

1. Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup


2. By Using Micrometer Screws

Untuk mengukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau
0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari
mikrometer sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder
pemutar yang disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis
skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran
penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder
pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder pemutar
bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau
0,001 cm.
Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer
sekrup, bidal diputar sehingga benda dapat diletakan diantara landasan dan poros.
Ketika poros hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan
menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan benda. Dengan memutar
roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah poros menyentuh benda. Jika
sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran menjadi tidak teliti.
To measure objects that are very small until the accuracy of 0.01 mm or 0.001
cm used a tool called the micrometer screw. The main part of the micrometer
screw is a threaded shaft mounted on the cylinder player called a thimble. At the
end of the cylinder player have the lines that divide the scale of 50 equal parts. If
the thimble is moved one full rotation, the shaft will forward (or backwards) as far
as 0.5 mm. Because the cylinder surrounding the player has a 50 scale, so if a
player moves one scale cylinder, the axis will be shifted by 0.5 mm/50 = 0.01 mm
or 0.001 cm.
Very important to know, when measuring the length of objects with micrometer
screws, thimbles rotated so that the object may be positioned between the base
and shaft. When the shaft is almost touching the object, the playback is done by
using a toothed wheel shaft for not pressing the matter. By turning the toothed
wheel, the rotation axis will stop immediately after touching the object. When it
comes to touching objects that are measured, the measurement becomes
inaccurate.

A. Ketidakpastian dalam Pengukuran


C. Uncertainty in Measurement
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena
yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan.
Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja,
sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam
waktu tertentu, sehingga menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka
dilakukan percobaan yang menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan
pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang
seperti saat sekarang ini.
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan
yang kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau
kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif.
Untuk itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi,
ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti
memunculkan sebuah ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil
pengukuran. Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan
antara nilai yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak.

Physics is the science related to various phenomena that occur in nature. This
science is based on observation and experiment. Observation is an appraisal of a
phenomenon that occurs in nature. Only, unfortunately a natural phenomenon that
comes naturally is not necessarily occur within a certain time, making it difficult
observation. To anticipate this, then conducted an experiment that resembles a
natural phenomenon that under control and supervision of special. Without this
experiment, the science of physics can not be developed as today.
And then, in an experiment we tried to examine and learn hrus. How, we must
have quantitative data on the experiments we do. Sanada with Lord Kelvin that
expresses an opinion if we have not learned anything if we can not obtain a
quantitative data.
For that reason in physics required an accurate measurement. However, there was no

Anda mungkin juga menyukai