Anda di halaman 1dari 15

ALAT UKUR DAN PENGUKURAN

RISKAWATI, DKK
LPP UNISMUH MAKASSAR/2019/79

LAILA TULISNA TULUNG


4203121016/S1 PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Critical Book Review bukan sekedar laporan atau tulisan tentang isi sebuah buku, tetapi lebih
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) kita mengenai keunggulan
& kelemahan buku tersebut, apa yang menarik dari buku tersebut, bagaimana isi buku tersebut
bisa mempengaruhi cara berpikir kita & menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang
kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui critical book review kita menguji pikiran pengarang/
penulis berdasarkan sudut pandang kita berdasarkan pengetahuan & pengalaman yang kita
miliki. Maksud pemberian tugas kuliah berupa critical review ini adalah untuk mengembangkan
budaya membaca, berpikir sistematis & kritis, dan mengekspresikan pendapat (Rosen, 2006:
325).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Critical Book Review ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi Penyelesaian Tugas Mata Kuliah Alat-Alat Ukur Fisika.
2. Untuk menambah wawasan mengenai Perkembangan Peserta Didik.
3. Untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan mengulas isi buku.
4. Untuk menguatkan dan melatih diri berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
di setiap bab dari Buku yang di review.

1.3 Manfaat
Manfaat Critical Book adalah meningkatkan Mahasiswa dalam mengulas isi buku dan berpikir
kritis, menambah pengetahuan pembelajaran mengenai materi terkait, dan meningkatkan
kemampuan menemukan intisari buku.

1.4 Identitas Buku


a. Buku Utama
1. Judul Buku : Alat Ukur dan Pengukuran
2. Pengarang : Riskawati, dkk
3. Penerbit : LPP UNISMUH MAKASSAR
4. Tahun terbit : 2019
5. Kota terbit : Makassar
6. Tebal buku : 79 halaman
7. ISBN : 978-602-8187-824
8. Ukuran : 14.5 x 20 cm

b. Buku Pembanding
1. Judul Buku : Alat Ukur dan Teknik Pengukuran
2. Pengarang : Philip Kristanto
3. Penerbit : Andi Publisher
4. Tahun terbit : 2018
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tebal buku : 266 halaman
7. ISBN : 978-979-29-6642-8
8. Ukuran : 19 x 23 cm

2
BAB II
ISI RINGASAN BUKU

2.1 BAB I PENDAHULUAN

A. Diskripsi Mata Kuliah


Mata Kuliah alat ukur dan pengukuran merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap
mahasiswa disiplin ilmu sains sebelum melaksanakan kegiatan eksperimen di laboratorium.
Pada buku ajar ini, akan dibahas mengenai arti dari pengukuran, cara menggunakan alat-alat
ukur, cara menuliskan hasil pengukuran, cara mengolah hasil pengukuran, teori ketidakpastian
dan beberapa alat-alat pengukuran dasar seperti (1) pengukuran panjang dengan alat ukur
jangka sorong, mikrometer skrup, spherometer; (3) pengukuran massa dan berat dengan alat
ukur neraca ohauss 2610, neraca ohauss 311, neraca ohauss 310 dan neraca pegas; (4)
pengukuran waktu dengan alat ukur stop watch; (5) pengukuran panas dengan alat ukur
termometer; (6) pengukuran listrik dengan alat ukur voltmeter dan amperemeter.

B. Petunjuk Penggunaan Bahan Ajar


1. Petunjuk Bagi mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dan berinteraksidengan sumber
belajar yang dapat digunakan, karena itu harus memperhatikan hal-hal berikut:
Perlengkapan yang harus dipersiapkan Guna menunjang keselamatan dan kelancaran
tugas/ pekerjaan yang harus dilakukan, maka persiapkanlah seluruh perelengkapan yang
diperlukan. Beberapa perlengkapan yang harus dipersiapkan adalah: 1) Peralatan tulis 2
Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja 3) Piranti alat ukur.
2. Peran Dosen yang akan mengajarkan buku ajar ini hendaknya mempersiapkan diri
sebaik-baiknya yaitu mencakup aspek strategi pembelajaran, penguasaan materi,
pemilihan metode, alat bantu media pembelajaran, dan perangkat evaluasi.

C. Kompetensi Dasar
1. Memahami konsep pengukuran mulai dari cara mengukur, membaca dan menuliskan
hasil pengukuran mengolah hasil pengukuran dan dapat menggunakan teori
ketidakpastian dalam pengukuran
2. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panjang seperti: jangka sorong,
mikrometer skrup, spherometer, serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran
sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang
berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.
3. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur massa dan berat seperti: neraca ohauss
2610, neraca ohauss 311, neraca ohauss 310 dan neraca pegas, serta memiliki
keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan
hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.
4. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur listrik seperti: voltmeter dan amperemeter
serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil
ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan
kalibrasi alat ukur
5. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur panas seperti: termometer dan kalorimeter,
serta memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil
ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan
kalibrasi alat ukur

3
6. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja alat ukur waktu seperti: stop watch serta memiliki
keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur, menuliskan
hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat melakukan kalibrasi alat ukur.

2.2 BAB II PENGUKURAN

A. Arti Pengukuran
Pengukuran adalah bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan pengumpulan
informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan pengukuran,
dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu atau bukti kualitatif. Dalam pembelajaran sains
Fisika, seorang pendidik tidak hanya menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tetapi
seharusnya mengajarkan sains sebagai proses (menggunakan pendekatan proses). Oleh karena
itu, melakukan percobaan atau eksperimen dalam Sains Fisika sangat penting. Melakukan
percobaan dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian
melakukan pengukuran.

B. Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung


Ditinjau dari cara pengukurannya, besaran-besaran fisika ada yang diukur secara langsung dan
ada (lebih banyak) yang diukur secara tidak langsung.
1. Pengukuran langsung adalah pengukuran suatu besaran yang tidak bergantung pada
pengukuran besaran-besaran lain.
2. Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara tidak langsung
membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi dengan besaran-besaran lain.

C. Ketepatan dan Ketelitian Pengukuran


1. Ketepatan (Accuracy), Jika suatu besaran diukur beberapa kali (pengukuran berganda)
dan menghasilkan harga-harga yang menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka
pengukuran dikatakan "tepat". Pada pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga
yang sebenarnya.
2. Ketelitian (Precision), Kata teliti dalam suatu pengukuran memiliki dua makna, pertama
teliti yang dikaitkan dengan apakah hasil suatu pengukuran persis atau mendekati sama
dengan ukuran yang sudah ditentukan.

D. Cara Penulisan Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang ditunjukkan alat ukur adalah 62,5 mm atau 6,25 cm. Pada contoh di
atas, angka terakhir merupakan angka taksiran. Oleh karena itu, tidak masuk akal jika di
belakang angka terakhir masih ditambah angka lagi dikarenakan mata kita cuma mampu
membagi dua jarak antara dua goresan dalam kasus mistar biasa. Ketiga angka yang dapat
ditulis dari hasil pengukuran tersebut disebut angka penting. Dua dari angka pasti, karena ada
bagian skala menunjuk angka itu.

4
E. Aturan – Aturan Penulisan Angka Penting
1. Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting, Contoh: 265,4 m mengandung 4
angka penting.
2. Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Contoh:
25,04 A mengandung 4 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting, kecuali kalau ada
penjelasan lain, misalnya berupa garis di bawah angka terakhir yang masih dianggap
penting. Contoh: 22,30 m mengandung 4 angka penting.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik di sebelah kanan maupun di
sebelah kiri koma desimal tidak termasuk angka penting. Contoh: 0,47 cm mengandung
2 angka penting.

F. Aturan – Aturan Mengoperasikan Angka Penting


1. Pembulatan
Dalam mengoperasikan angka penting, pembulatan harus selalu dilakukan. Oleh karena itu,
aturan pembulatan harus diikuti sebagai berikut:
a. Jika yang akan dibulatkan lebih besar dari lima, maka pembulatannya ke atas.
b. Jika yang akan dibulatkan kurang dari 5, maka pembulatannya ke bawah.
c. Jika yang dibulatkan memiliki angka terakhir 5, maka pembulatannya dilakukan
sedemikian rupa sehingga angka penting terakhir selalu genap.
2. Penjumlahan dan Pengurangan
Pada waktu menjumlahkan bilangan-bilangan tidak eksak (angka penting) maka hasil
terakhir hanya boleh mengandung satu angka ragu-ragu dengan memperhatikan aturan
berikut:
a. Angka ragu-ragu ditambah atau dikurang dengan angka ragu-ragu menghasilkan angka
ragu-ragu.
b. Angka pasti ditambah atau dikurang dengan angka ragu-ragu menghasilkan angka ragu-
ragu.
c. Angka pasti ditambah atau dikurangi dengan angka pasti menghasilkan angka pasti.
3. Mengali dan Membagi
Pada waktu mengalikan dan membagi bilangan tidak eksak dengan bilangan eksak,
hasilnya mengandung angka penting sebanyak angka penting yang paling sedikit di antara
yang diperkalikan atau dibagi itu.
4. Memangkatkan
Bila suatu bilangan non eksak dipangkatkan, hasilnya memiliki angka penting sebanyak
angka penting bilangan yang dipangkatkan
5. Menarik Akar
Akar pangkat dua atau lebih dari suatu bilangan tidak eksak, hasilnya memiliki angka
penting sebanyak angka penting dari bilangan yang ditarik akarnya.

2.3 BAB III KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

A. Jenis dan Sumber Ketidakpastian


a. Ketidakpastian Bersistem
Ketidakpastian (kesalahan) bersistem akan menyebabkan hasil yang diperoleh menyimpang
dari hasil sebenarnya. Ketidakpastian ini dapat diminimalisir.

5
Sumber-sumber ketidakpastian bersistem ini antara lain:
1. Kesalahan kalibrasi alat, dapat diketahui dengan membandingkannya dengan alat
yang lain.
2. Kesalahan titik nol (KTN).
3. Kerusakan komponen alat, misalnya pegas yang telah lama dipakai sehingga menjadi
tidak elastis lagi.
4. Gesekan.
5. Kesalahan paralaks.
6. Kesalahan karena keadaan saat bekerja, kondisi alat pada saat dikalibrasi berbeda
dengan kondisi pada saat alat bekerja.

b. Ketidakpastian Rambang (Acak)


Kesalahan ini bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau di atasi. Ia berupa
perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan di luar
kemampuan. Ketidakpastian ini menyebabkan pengukuran jatuh agak ke kiri dan ke kanan
dari nilai yang sebenarnya.
1. Ketidakpastian menaksir bagian skala.
2. Keadaan yang berfluktuasi, artinya keadaan yang berubah cepat terhadap waktu.
3. Gerak acak (gerak Brown) molekul-molekul udara. Gerak ini menyebabkan
penunjukkan jarum dari alat ukur yang sangat halus menjadi terganggu.
4. Landasan yang bergetar.
5. Bising (Noise), yaitu gangguan pada alat elektronika yang berupa fluktuasi yang cepat
pada tegangan karena komponen alat yang meningkat temperatur kerjanya.
6. Radiasi latar belakang seperti radiasi kosmos dari angkasa luar.

B. Analisis Ketidakpastian Pengukuran


1. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal.
2. Ketidakpastian Mutlak dan Ketepatan Pengukuran.
3. Ketidakpastian Relatif dan Ketelitian Pengukuran.
4. Ketidakpastian pada Pengukuran yang Diulang (Pengukuran Berganda).

2.4 BAB IV ALAT ALAT PENGUKURAN DASAR

A. Jangka Sorong
1. Pengertian Jangka Sorong
Jangka Sorong atau dalam bahasa asing disebut vernier caliper adalah alat yang digunakan
untuk mengukur besaran panjangyang terdiri atas rahang tetap yang memiliki skala utama
dan rahang geser yang memiliki skala nonius. Alat ini memiliki tingkat ketelitian sampai
dengan 0,01 mm dan dapat mengukur panjang benda sampai 20 cm.

2. Kegunaan Jangka Sorong


Jangka sorong memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut:
a. Untuk mengukur ketebalan suatu benda yang berukuran kecil atau tipis, seperti seng,
plat aluminium dan sebagainya.
b. Untuk mengukur diameter luar suatu benda yang berbentuk bulat atau lingkaran,
seperti kelereng, uang koin dan sebagainya.
c. Untuk mengukur diameter dalam suatu benda yang berbentuk lingkaran berongga,
seperti cincin, gelang dan sebagainya.

6
d. Untuk mengukur kedalaman suatu benda yang berbentuk tabung, seperti botol, gelas
dan sebaginya.

3. Jenis-jenis Jangka Sorong


- Jangka Sorong Berdasarkan Skalanya
1) Jangka Sorong Manual (Vernier Caliper)

2) Jangka Sorong Analog (Dial Caliper)

3) Jangka Sorong Digital (Digital Caliper)

- Jangka Sorong Berdasarkan Fungsinya


1) Jangka Sorong Alur Dalam (Inside Grove caliper)

2) Jangka Sorong Ketinggian (Height Vernier Caliper)

3) Jangka Sorong Pipa (Tube Thickness Calipper)

7
4) Jangka Sorong Jarak Pusat (Centerline Caliper)

5) Jangka Sorong Gigi Gear (Gear Tooth Vernier Calipers)

6) Jangka Sorong Cakram (Disc brake vernier calipers)

4. Bentuk dan Bagian-bagian Jangka Sorong


Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap
dan skala nonius (vernier) pada rahang geser.
Bagian-bagian jangka sorong :
(1) Rahang Dalam
(2) Rahang Luar
(3) Depth probe atau pengukur kedalaman
(4) Skala utama (dalam cm)
(5) Skala utama (dalam inchi)
(6) Skala nonius (dalam mm)
(7) Skala nonius (dalam inchi)

5. Prinsip Kerja Jangka Sorong


Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadix = ½ x 0,01 cm =
0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm, maka jangka
sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan
lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah
tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada jangka
sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam
kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya maka objek

8
akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat
ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm)
kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu
cm (0,001cm). Rumus Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong adalah sebagai
berikut:
Hasil pengukuran = Skala Utama + (Skala Nonius × Skala Terkecil)

B. Mikrometer Sekrup
1. Pengertian Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup atau dalam bahasa asing disebut micrometer screw gauge adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besaran panjang yang terdiri atas poros tetap yang berperan
sebagai skala utama dan poros putar yang berperan sebagaiskala nonius. Tingkat ketelitian
mikrometer sekrup ini mencapi 0,01 mm dan mampu mengukur ketebalan atau diameter benda
yang sangat kecil dengan presisi dengan batas maksimal panjang benda 25 mm.

2. Kegunaan Mikrometer Sekrup


Kegunaan mikrometer sekrup ada empat, yaitu:
a) Untuk mengukur ketebalan suatu benda yang sangat tipis seperti lempeng baja, aluminium
bahkan kertas
b) Untuk mengukur diameter luar suatu benda yang sangat kecil seperti diameter bantalan
peluru, kabel, kawat dan sebagainya.
c) Untuk mengukur garis tengah lubang pada suatu benda yang cukup kecil.
d) Untuk mengukur kedalaman suatu lubang yang cukup kecil seperti lubang pada pipa dan
sebagainya.

3. Jenis-jenis Mikrometer Sekrup


- Micrometer Sekrup Berdasarkan Skalanya
1) Mikrometer Sekrup Manual

2) Mikrometer Sekrup Digital

- Micrometer Sekrup Berdasarkan Fungsinya


1) Mikrometer Luar

9
2) Mikrometer Dalam

3) Mikrometer Kedalaman

4. Bentuk dan Bagian-bagian Mikrometer Sekrup


a. Frame (bingkai)
b. Anvil (poros tetap)
c. Spindle (poros gerak)
d. Lock Nut (pengunci)
e. Sleeve
f. Thimble
g. Ratchet

5. Prinsip Kerja Mikrometer Sekrup


Cara kerja mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:
Pada bagian Sleeve terdapat skal utama yang berisi angka 1,2,3,4 dst (bagian atas) dan angka
0,5, 1,5, 3,5 dst (bagian bawah), sehingga jarak antar 2 skala terkecil skala utama adalah 0, 5
mm. Sedangkan pada bagian Thimble terdapat skala nonius yang berisi angka 1-50 (kelipatan
5). Jika thimble diputar satu kali putan penuh (maju atau mundur) maka skala utama akan
bertambah 0,5 mm atau berkurang 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar= 0,5/50 = 0,01 mm, artinya
jarak antara 2 skala terkecil skala nonius adalah 0,01 mm. Rumus Hasil pengukuran
menggunakan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:
Hasil pengukuran = Skala Utama + (Skala Nonius × Skala Terkecil)

C. Neraca
1. Neraca Ohauss Pengukur Massa Benda
Massa adalah banyaknya zat yang terkandung di dalam suatu benda. Satuan SI-nya adalah
kilogram (kg). Sedangkan berat adalah besarnya gaya yang dialmi benda akibat gaya tarik
bumi pada benda tersebut. Satuan SI-nya Newton (N). Untuk mengukur massa benda dapat
digunakan Neraca Ohauss.

10
a. Pengertian dan Fungsi Neraca Ohauss
Neraca Ohauss adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0,01 gram. Neraca Ohauss
berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Prinsip
kerja neraca ohauss adalah sekedar membandingkan massa benda yang akan diukur dengan
anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan
sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca.
Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan
sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang.

b. Bagian-bagian Neraca Ohauss


1) Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur
2) Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur.
3) Lengan Neraca untuk 2 lengan berarti terdapat dua lengan, Lengan neraca untuk
neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca ohauss 4 lengan terdapat
empat lengan.
4) Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-
geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang
digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.

2. Neraca Pegas Pengukur Berat Benda


Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas
sebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas mengukur
ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya.

a. Skala dalam Neraca Pegas


Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g (gram). Untuk
menimbang beban (benda), atur terlebih dahulu skala 0 (nol) dengan cara memutar sekrup
pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda pada pengait neraca. Selanjutnya, baca hasil
pengukuran.Kelebihan menimbang beban dengan neraca pegas yaitudalam sekali
menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda sekaligus.

b. Bagian-bagian Neraca Pegas


- Gantungan :sebagai tempat untukmemegang dinamometer tersebut agar tidak
mengganggu proses pengukuran
- Penunjuk skala: bagian yang berfungsi untuk menunjukkan skala (hasil pengukuran)
- Pegas : bagian dari dinamometer (neraca pegas) yang sangat vital.
- Skala : harga yang tertera dalam dinamometer (neraca pegas) yang menunjukkan hasil
pengukuran
- Pengait : sebagai tempat dimana benda diletakkan.

D. Thermometer
1. Pengertian Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur Suhu. Apa suhu rendah atau tinggi.
Termometer memiliki berbagai macam dan bentuk, termometer zat padat contohnya memiliki
berbagai jenis termometer dan fungsi serta cara kerja masing-masing.

11
2. Jenis termometer
a) Termometer Bimetal
b) Termometer Hambatan
c) Termometer Hambatan Platina
d) Termokopel
e) Termometer Air Raksa

E. Stopwatch
1. Pengertian
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam kegiatan. Stopwatch secara khas dirancang untuk memulai dengan menekan tombol
diatas dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu.
Kemudian dengan menekan tombol diatas yang kedua kali kemudian memasang lagi
stopwatch pada nol.

2. Jenis-jenis Stopwatch
a) Stopwatch Analog
Stopwatch analog berfungsi sebagai alat untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam suatu kegiatan. Misalnya, stopwatch dapat digunakan untuk mengukur lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh seorang pelari untuk dapat mencapai jarak 50 km. Selain
itu,dalam ilmu kimia stopwatch juga dapat digunakan untuk mengukur lamanya waktu
yang dibutuhkan oleh suatu larutan agar dapat mengalami perubahan suhu. Stopwatch
analog mempunyai penunjuk seperti jarum jam dan mempunyai dua buah tombol yaitu
tombol start/stop dan tombol kalibrasi. Perhitungan waktu pada stopwatch analog ini
berdasarkan gerakan mekanik. Sistem yang mekanik sangat sulit diubah, (ditambah atau
dikurang) karena peletakan komponen komponennya memerlukan presisi yang sangat
tinggi. Pada stopwatch analog ini tidak memakai baterai, sehingga jika sewaktu-waktu
stopwatch analog ini mati (jarumnya tidak bergerak saat ditekan tombol start), maka hal
yang perlu dilakukan adalah memutar tombol start pada stopwatch tersebut.

b) Stopwatch Digital
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai
penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran dapat kita baca hingga satuan detik.
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai
penunjuk hasil pengukuran, seperti jam digital dimana berhitungan waktu berdasarkan
perhitungan elektronik. Stopwatch Digital Otomatis Peka Cahaya dapat dibuat dengan
menggunakan sensor cahaya sebagai saklar elektronik untuk menentukan awal dan akhir
pencatatan rangkaian pencacah digital dengan ketelitian 0,0001 sekon atau 0,1 ms.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Keunggulan Buku

Buku utama Alat Ukur dan Pengukuran karangan Riskawati, dkk memiliki beberapa
keunggulan yaitu:
a. Dilihat dari aspek tampilan buku , cover buku terlihat menarik karena terdapat gambar
ilustrasi yang mendukung makna dari judul buku tersebut. Pemilihan warna cover buku
sudah bagus.
b. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah: semua
penulisan dalam buku memiliki penyususunan tata tulis yang formal, dan memiliki
sistematika yang mudah dimengerti.
c. Dari aspek isi buku adalah bahwa buku ini seperti buku pembelajaran pada umumnya yang
mudah untuk dipahami. Banyak menampilkan gambar ilustrasi di setiap pokok bahasannya
sehingga pemahaman ketika membaca terpenuhi. Buku ini memiliki pembahasan materi
yang lengkap di setiap pokok bahasannya.
d. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah bahasa yang digunakan mudah dipahami dan
tidak terlalu formal.

Buku pembanding Alat Ukur dan Teknik Pengukuran karangan Philip Kristanto memiliki
beberapa keunggulan yaitu:
e. Dilihat dari aspek tampilan buku , sama seperti buku utama cover buku terlihat menarik
karena terdapat gambar ilustrasi yang mendukung makna dari judul buku tersebut.
f. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah: semua
penulisan dalam buku memiliki penyususunan tata tulis yang formal, memiliki tata letak
yang sistematis serta tidak monoton.
g. Dari aspek isi buku adalah bahwa buku ini memiliki pembahasan teori yang lengkap,
sehingga para pembaca mudah mengerti, menariknya di dalam buku terdapat bagian yang
dinamakan dengan Kolom Ilmuwan untuk menuntut pembacanya agar berpikir analisis
terhadap wacana yang diberikan. Sama dengan buku utama, Banyak menampilkan gambar
ilustrasi di setiap sub judulnya sehingga pemahaman ketika membaca terpenuhi.
h. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah bahasa yang digunakan mudah dipahami.
Kaidah kebahasaan juga tidak ada yang rancu atau salah.

3.2 Kelemahan Buku

Buku utama Konsep Dasar Fisika 2 karangan Dr. Yuberti, M.Pd memiliki beberapa kelemahan
yaitu:
a. Dilihat dari aspek tampilan buku atau covernya tidak ada kekurangan.
b. Dari aspek tata tulis, Banyak awalan kalimat setelah titik yang tidak memakai spasi dan ada
juga kata yang salah ketik mau itu kurang hurufnya ataupun pengejaan yang salah.
c. Dari aspek isi buku bahwa buku ini belum memiliki penjelasan yang cukup lengkap,
ditinjau dari peta konsep lebih menarik buku pembanding dari pada buku utama.
d. Dari aspek tata bahasa tidak ada kekurangan, karena penggunaan bahasa yang mudah di
pahami.

Buku Pembanding Fisika 1 karangan Setya Nurachmadani memiliki beberapa kelemahan yaitu:

13
a. Dilihat dari aspek tampilan buku atau yang biasanya disebut cover lebih menarik cover
buku utama daripada buku pembanding ini.
b. Dari aspek tata tulis tidak memiliki kekurangan, tidak ada ditemukan kesalahan dalam
tulisan.
c. Dari aspek isi buku, tidak ada kelemahan.
d. Dari aspek tata bahasa tidak ada kekurangan, karena penggunaan bahasa yang mudah di
pahami.

BAB IV
PENUTUP

14
4.1 Kesimpulan
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik
sebuah buku yang dianalisis. Penulis membuat CBR dalam buku Perkembangan Peserta
Didik untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus buku
Perkembangan Peserta Didik.

4.2 Saran
Buku Alat ukur dan Pengukuran karangan Riskawati, dkk ini tidak saya sarankan
kepada pembaca apabila kita ingin memncari referensi lebih terhadap materinya. Tetapi
untuk buku pegangan, ini bisa membantu karena isi buku yang ringkas. Saya
rekomendasikan buku pembanding yaitu Alat Ukur dan Teknik Pengukuran dengan
penulisnya Philip Kristanto karena memiliki pembahasan yang lengkap.

15

Anda mungkin juga menyukai