Dosen Pengampu:
Dr. Desak Putu Parmiti, MS
Nyoman Rediani, S.Pd,.M.Pd
Oleh:
Ni Luh Ade Junia Candra Dewi (1711031061)
Komang Guntur Wisnu Murti (1711031241)
I Kadek Sukadana (1711031244)
Ni Nyoman Esti Juniarti (1711031252)
Muhammad Ilyas (1711031277)
Puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrah-Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu tanpa hambatan
tertentu. makalah ini tentang “ Makalah Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi”.
Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas mata kuliah Asessmen dan Evaluasi
Pembelajaran yang diampu oleh Dr. Desak Putu Parmiti,MS dan Nyoman
Rediani, S.Pd,.M.Pd
Penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
dan sumber yang ada. Diharapkan makalah ini nantinya dapat menjadi pedoman
bagi pembaca,sehingga nanti mampu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca tentang pengertian dan manfaat dari pengukuran, penilaian
dan evaluasi.
Disadari dalam penulisan makalah ini penulis memiliki keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga laporan ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu penyempurnaan laporan ini, baik secara moral
maupun material. Karena itu, saran yang sifatnya membangun dari pembaca
sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. 2
1.3 Tujuan…………….……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengukuran…………………………………… 3
2.2 Manfaat Pengukuran.…………………………………….. 8
2.3 Pengertian Penilaian……………………………………… 9
2.4 Manfaat Penilaian………………………………………… 20
2.5 Pengertian Evaluasi……………………………………… 21
2.6. Manfaat Evaluasi………………………………………... 28
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………...………………………………. 32
3.2 Saran ……………….……………………………………. 32
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah
dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir
yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh
dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar
pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang
sebenarnya untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita
yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa
kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan
orang lain.
Dalam setiap pembelajaran, pendidik harus berusaha mengetahui hasil dari
proses pembelajaran yang ia lakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik atau tidak
baik, bermanfaat, atau tidak bermanfaat, dll. Apabila pembelajaran yang
dilakukannya mencapai hasil yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil
dalam proses pembelajaran dan demikian sebaliknya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah
dicapai oleh pendidik dalam proses pembelajaran adalah melalui evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini dapat berupa evaluasi hasil belajar dan
evaluasi pembelajaran. Dalam makalah ini penyusun hanya membahas tentang
evaluasi hasil belajar.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran ?
2. Apa saja manfaat dari pengukuran?
3. Apakah yang dimaksud dengan penilaian?
4. Apa saja manfaat dari penilaian?
5. Apakah yang dimaksud dengan Evaluasi?
6. Apa saja manfaat dari Evaluasi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuran
2. Untuk mengetahui manfaat dari pengukuran
3. Untuk mengetahui pengertian dari penilaian
4. Untuk memhetahui manfaat dari penilaian
5. Untuk mengetahui pengertian dari evaluasi
6. Untuk mengetahui manfaat dari evaluasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengukuran
Pendidik terlebih dulu melakukan asesmen dan kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi. Untuk memahami secara Iebih mendalam pengertian
pengukuran, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang hal itu.
1. Hill (1981: 16) menyatakan:‘measurement is the assignment of numbers lo
attributes of objects, events or people according to rules”.
2. Adapun Campbell (Guilford, 1954: 5) merurnuskan bahwa’mnessurement
as the assignment of numerals to objects or events according to rules.”
Ada pula ahli lain yang menyatakan bahwa pengukuran dapat pula
diartikan sebagai: the process by which information about their attributes
or characteristics of things are determined and differentiated.
3. Nachmias and Nachmias (1981: 1 31): measurement may be viewed as a
procedure in ie’hiclz one assing numerals. miumbers or other symbols, to
empirical properties (variables) according to rules.”
Dan berbagai Pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sekurang-
kurangnya ada tiga konstruk/konsep yang terdapat dalam pengertian pengukuran,
yaitu:
a. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi
secaramatematis, seperti 1, 2, 3, dan seterusnya; atau I, II, III, dan
seterusnya.
b. Penerapan
ini berarti bahwa angka atau simbol itu diterapkan tcrhadap objek atau
kejadiantertentu yang dimaksudkan.
c. Aturan
Aturan itu dimaksudkan sebagai patokan tentang benar/tidaknya tindakan
yangdilakukan atau sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran dalam pendidikan
atau pembelajaran nicrupakan suatu prosedur pencrapan angka atau simbol
terhadapatribut suatu objek atau kegiatan maupun kejadian sesuai dengan aturan-
aturan tertentu. Perlu diingatkan bahwa prosedur pengukuran tidak membuat
3
keputusan, dalarn arti kata pemberian makna, seperti naik kelas atau tidak naik
kelas. Dengan melakukan pengukuran, seseorang dapat menyediakan informasi
dalam berbagai aspek yang relevan dengan keputusan yang akan diambil. Jangan
pub dilupakan bahwa kita tidak pernah mengukur benda, orang atau objek; kita
selalu mengukur kualitas atau atribut benda. orang atau objek. Karena itu,
pengukuran dapat digunakan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalarn
mengumpulkan informasi kuantiatil. dengan mengingat ketiga unsur di atas
(angka, penerapan, dan aturan). Pcngukuran tidak semata-niata tergantung pada
tes sebagai alat ukur tetapi juga dapat digunakan cara lain, asal hasilnya dapat
dikuantifikasikan (dinyatakan dalarn bentuk angka). Kalau dikaitkan dengan
asesinen, maka pengukuran dapat pula diartikan sebagai asesmen dengan cara-
cara khusus.
Hasil pengukuran akan ditentukan oleh kecanggihan alat ukur/instrumen
yang dipakai, pengadministrasian yang tepat serta pengolahan data rnenuru pola
yang sebenarnya berdasarkan patokan yang disepakati. Hash pengukuran itu
berupa angka atau simbol lain yang rnenggambarkan kcadaan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan itu, ada tiga langkah yang perlu dilalui dalani melaksanakan
pengukuran. vaitu:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan aribut atau kualitas yang akan diukur.
b. Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur
atributtersebut.
c. Menctapkan scperangkat prosedur atau definisi untuk menerjcmahkan
basil pengukuran ke dalani pernyataan/data kuantitatif. Bagaimanapun
juga dalam pengukuran. pengkuantitatifan informasi adalah pening untuk
membuat ketetapanhati/kebulatan tekad atau membedakan suatu atribut
sehingga kesimpulan yangdiambil tidak subjekiif.
OIeh karena itu. pengukuran yang dilakukan hendaklah komprehensif dan
dilakukan dalam beberapa kali, bukan sckali jadi dan selesai; serta melakukan
pengontrolan yang erkcndali selama kegiatan terhadap objek yang di ukur.
Apabila pendidikan dijadikan objek pengukuran, maka pengukuran
pendidikandapat diartikan sebagai upaya pengumpulan data secara sistematis
tentang berbagai aspek/komponen pendidikan dengan menggunakan tes sebagai
4
instrurnen pengumpulan data atau instrurnen lain yang datanya dapat
dikuantitatifkan sesuai dengan aturan yang berlaku. OIeh karena itu, seorang
pendidik dapat menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui kemajuan dan
hasil belajar peserta didik di sekolah. Pendidik dapat pula meminta bantuan tenaga
ahli lain, kalau ia ingin mengetahui kemampuan dasar atau IQ pcserta didik.
Demikian juga untuk minat. baka dan kepribadian pesera didik.(Yusuf Muri,
2017)
Jadi, Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
fakta kuantitatif dengan membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar
yang disesuaikan sesuai dengan objek yang akan diukur. Pengukuran bukan hanya
dapat mengukur hal-hal yang tampak saja namun dapat juga mengukur benda-
benda yang dapat di bayangkan seperti kepercayaan konsumen, ketidak pastian
dll. Pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik
tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya.
Pengukuran (Measurement) berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data
secara kuantitas yang bersifat nurnerik dengan mengunakan alat ukur yang
didasari oleh pengarnatan empiris, seperti yang disampaiakan Cangelosi (Putra,
2013) bahwapengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris. Begitu puta dengan Kerlinger (Marhaeni (2012) pengukuran adalah
pemberian angka pada objek atau peristiwa menurut aturan. KemudianSuryanto
(2010) memberikan pengertian pengukuransebagai kegiatan penentuan angka dan
suatu objek yang diukur. Pendapat yang hampir sama menyatakan pengukuran
adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan berbagai atribut konsep (Putra, 2013). Sejalan dengan pendapat
tersebut, pengukuran didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan fakta kuantitatif yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
sesual dengan objek yang akan diukur(Marhaeni, 2012). Jadi berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa pengukuran merupakan
proses pemberian bilangan terhadap suatu atibut atau karakter, objek, gejala atau
peristiwa menurut aturan tertentu, sehingga hasil pengukuran selalu berupa angka.
5
Terdapat empat macam skala pengukuran, sebagaimana yang dijabarkan oleh
Koyan (2012) yaitu:
(1) skala nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, dan (4) skala ratio.3
1. Skala Nominal adalah angka yang hanya memiliki ciri kiasifikasi dan
suatu objek. Misalnya nomor rumah (12), nomor telepon (0361-947703),
nomor plat kendaraan, dan yang sejenis. Angka atau simbul yang tertera
pada objek tersebut hanya merupakan kiasifikasi.
2. Skala Ordinal adalah suatu skala yang mempunyai kiasifikasi dan
tingkatan atau ranking dan tidak mempunyai interval yang tetap. Misalnya
terdapat peserta didik yang memperoleh ranking I, rangking II dan
seterusnya. Hal yang sama terjadi pada kejuaraan, seperti juara 1, juara 2,
juara 3 dan seterusnya. Skala ordinal memiliki klasifikasi dan tingkatan
namun jaraknya tidak sama.
3. Skala Interval adalah suatu skala yang mempunyai ciri: kiasifikasi,
tingkatan, dan unit-unit yang sama serta mempunyai jarak yang sama,
tetapi tidak memiliki angka nul mutlak. Misalnya siswa yang memperoleh
skor O sampai 10 diberi nilai 0, yang memperoleh skor 11 sampai 20
diberi nilai 1, dan seterusnya. Siswa yang memperoleh nilai 4, tidak berarti
bahwa siswa yang memperoleh nilal 4 memiliki kepandaian dua kali yang
memiliki nilai 2.
4. Skala Ratio adalah suatu skala yang memiliki ciri: kiasifikasi, tingkatan
dan memiliki nul mutlak. Misalnya ukuran panjang, ukuran berat, umur,
ukuran ¡si, dan ukuran lainnya yang sejenis. Misalnya panjang benda 4
meter dibandingkan dengan 2 meter, berarti benda yang panjangnya 4
meter adalah 2 kali benda yang panjangnya 2 meter.
Dalam kaitannya dengan b’dang pendidikan pengukuran dapat berarti
mengukur atribut atau karakteristîk peserta didik tertentu, objek yang diukur
bukanlah peserta didik melainkan karakteristik atau atributnya. Pengukuran dapat
dilakukan dengan balk jika objek yang akan diukur telah diketahul dengan pasti,
dengan begitu instrumen yang digunakan dalam rangka menunjang pengukuran
tersebut dapat dipilih secara tepat sehingga hasilnya akurat dan benar-benar
mencerminkan apa yang hendak diukur.
6
Berikut adalah objek-objek pengukuran dalam bidang pendidikan:
1. Prestasi atau hasil belajar siswa, ini diukur menggunakan tes. Terdapat
dua macam tes dilihat dan aspek standarisasi, yaitu tes baku dan tes buatan
guru. Tes baku adalah tes yang sudah diuji di lapangan untuk mendapatkan
data tentang kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) pengukuran
serta standar normative yang dipakai untuk menaksir skor tes. Sedangkan
tes buatan guru (non-baku) adalah tes yang dibuat seseorang atau
kelompok yang digunakan sesaat, hanya berlaku intern, serta hanya untuk
mengukur satu jenis kemampuan. Biasanya tes ¡ni tidak dilakukan
pengujian lapangan, namun segera dipakai.
2. Sikap, ini diukur menggunakan nstrumen skala sikap seperti yang
dikembangkan oleh Likert, semantic differensial, skala Thurstone, dan
Iainnya.
3. Motivasi, ini diukur dengan instrumen berbentuk skala yang
dikernbangkan dan berbagai teori motivasi.
4. Inteligensi, diukur menggunakan tes inteligensi, seperti tes Stanford Biner,
tes Biner Simon, dan lainnya.
5. Bakat, diukur dengan tes bakat seperti tes bakat seni, tes bakat mekanik,
tes bakat numerik, maupun yang Iainnya.
6. Minat, diukur dengan instrumen minat yang dikembangkan dan berbagal
teori minat.
7. Kecerdasan emosional, diukur menggunakan instrumen yang
dikembangkan dan berbagai teori emosional.
8. Kepribadian, diukur dengan menggunakan tes kepribadian, seperti Q-sort,
dan Iainnya.
Masih dalam kaitannya dengan bidang pendidikan, untuk mengukur
seberapa baik peserta didik telah menguasai karakteristik tertentu yang ingin
dicapai diperlukan alat ukur atau instrumen. Instrumen atau alat ukur tersebut
dapat berupa tes dan non tes. Tes dan non tes ¡tu sendiri merupakan seperangkat
instrumen untuk melakukan perigukuran sehingga diperoleh data untuk
melakuakan penilaian.(Agus Bayu Pramana Kadek, 2019)
7
2.2 Manfaat Pengukuran
Secara sederhana sebenarnya kegiatan pengukuran yang kita lakukan itu
berfungsi sebagai alat komunikasi. Komunikasi disini bisa juga diartikan secara
luas, contohnya komunikasi antara penjual dan pembeli. Di dalam suatu proses
pembelajaran atau perusahaan pengukuran sangatlah penting, karena segala hasil
atau angka hanya bisa didapatkan melalui pengukuran.
Pengukuran yang lain dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat
antara lain sebagai berikut :
1. Membuat gambaran melalui karakteristik dari suatu objek yang kita teliti.
2. Dalam indrustri dapat digunakan sebagai alat komunikasi dari mulai
riset,operator,pengujian sampai dengan jaminan mutu terhadap produk
yang dihasilkan.
3. Dapat digunakan sebagai dasar melakukan prediksi terhadap sesuatu yang
akan terjadi
4. Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam proses pembelajaran
Geometri obyek ukur mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Oleh
karena itu cara mengukurpun bisa bermacam – macam. Agar hasil
pengukurannya mendapatkan hasil yang paling baik menurut standar yang
berlaku maka diperlukan cara pengukuran yang tepat dan benar, untuk itu
perlu diketahui klasifikasi dari pengukuran. Ada beberapa pengukuran
berdasarkan cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur
geometri obyek ukur yaitu :
5. Pengukuran langsung
Proses pengkuran yang asil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat
ukur yang digunakan disebut degan pengukuran langsung. Misalkan
mengukur diameter poros dengan jangka sorong atau mikrimeter.
6. Pengukuran tidak langsung
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan
tidak bisa dibaca langsung dari hasil pengukurannya. Maka pengukuran ini
disebut dengan pengukuran tidak langsung. Misalkan mengukur proses
perkembangan anak dalam proses pembelajaran.
8
2.3 Pengertian Penilaian
Menurut Linn dan Gronlund (Uno danSatria, 2012), asesmen (penilaian)
merupakan suatu istilah umum yang meliputi tentang belajar siswa (observasi,
rata-rata pelaksanaan testertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Selain
itu, assesment didefinisikan juga sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk
mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-
keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan
pendidikan, metode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan,
lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas
tertentu (Uno dan Satria, 2012).
Menurut Angelo dan Croos (Abidin, 2014), penilaian merupakan sebuah
proses yang didesain untuk membantu guru menemukanhal-hal yang telah
dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran.
Sedangkan, menurut Propham (Abidin, 2014), penilaian merupakan usaha formal
yang dilakukan untuk menjelaskan status siswa dalam variable penting pendidikan
yang meliputi ranah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, menurut
Miller, et al. (Abidin, 2014), penilaian merupakan seluruh prosedur untuk
mendapatkan informasi tentang status belajar siswa dan membuat keputusan
berdasarkan. Peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini senada dengan, Pengertian
penilaian menurut Tim Penyusun (2006) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar
siswa atau ketercapaian kemampuan siswa. Sehingga, pengertian asesmen adalah
suatu kegiatan yang mengukur kemampuan siswa baik pengetahuan, sikap
maupun keterampilannya dalam proses pembelajaran.
1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan dasar dan pendidikan menengah
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek peterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan
9
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik dilakukan secara berkesinambungan.
2. Fungsi dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi
formatif dan sumatif dalam penilaian. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan
ketuntasan penguasaan kompetensi, menetapkan program perbaikan atau
pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
meliputi: formatif, dan sumatif.
a. Fungsi Formatif
Digunakan untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik
dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian
selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip
Kurikulum 2013. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta didik
digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP
serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan
berikutnya.
b. Fungsi Sumatif
Digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada KD
tertentu, akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa
pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini
digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan
belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.
10
a. Sikap
Merujuk pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan Permendikbud
Nomor 53 Tahun 2015, penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial siswa.
Memperhatikan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016, sikap spiritual
yang dimaksud meliputi keimanan dan ketakwaan. Sementara itu, sikap
sosial mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesantunan,kepercayaan diri,
kepedulian (toleransi, kerjasama, dan gotong-royong), dan rasa tanggung-
jawab. Namun demikian, sekolah dapat menambah butir-butir nilai sikap
spiritual dan sikap sosial tersebut sesuai visi dan tujuan sekolah
sebagaimana dicantumkan dalam KTSP sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn memiliki KD-KD yang
diturunkan dari KI-1 dan KI-2. Butir-butir nilai sikap spiritual maupun
sikap sosial pada kedua mata pelajaran tersebut selalu dikaitkan dengan
substansi tertentu. Oleh karena itu, penilaian pemerolehan butir-butir nilai
sikap pada kedua mata pelajaran tersebut dikaitkan dengan substansi yang
dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan penilaian sikap pada mata pelajaran
lainnya yang tidak terkait dengan substansi tertentu karena tidak memiliki
KD-KD sikap spiritual maupun sosial. Penilaian sikap dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat pemerolehan nilai-nilai spiritual maupun sosial–
apakah pada tahap menerima,menanggapi, menghargai, menghayati, atau
mengamalkan nilai-nilai. Seorang siswa dikatakan pada tahap menerima
nilai apabila yang bersangkutan bersedia menerima suatu nilai dan
memberikan perhatian terhadap nilai tersebut. Sementara itu, seorang
siswa pada tingkat menanggapi nilai ketika siswa tersebut mau merespon
secara positif terhadap suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan
nilai tersebut. Selanjutnya, siswa mencapai tahap menghargai nilai apabila
siswa menganggap nilai tersebut baik, menyukai nilai tersebut, dan
berkomitmen terhadap nilai tersebut. Siswa dikatakan telah pada tahap
menghayati nilai ketika dia telah memasukkan nilai tersebut sebagai
bagian dari sistem nilai dirinya. Akhirnya, siswa disebut telah
11
mengamalkan nilai apabila yang bersangkutan telah menjadikan nilai
tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan
bertindak.
b. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kecakapan berpikir siswa dalam dimensi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, maupun metakognitif. Kemampuan proses berfikir yang
dimaksud, berturut-turut dari yang rendah ke tinggi, meliputi mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Proses berfikir mengingat, memahami, dan menerapkan dikategorikan
sebagai kecakapan berfikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills)
sementara menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dikelompokkan
kecakapan berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills). Penilaian
harus mencakup semua dimensi pengetahuan dengan seluruh tingkatan
kecakapan berfikir tersebut sesuai dengan tuntutan indikator pencapaian
kompetensi yang telah dengan benar dirumuskan (diturunkan) dari KD.
c. Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan
tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi. Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan
berbagai teknik, antara lain penilaian praktik, penilaian produk, penilaian
proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian keterampilan yang
digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4. (Rina Melly
Suciyati, dkk)
4. Pendekatan Penilaian
Selama ini, penilaian dilakukan cenderung untuk mengukur hasil belajar
peserta didik. Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah-olah sebagai
kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.
Pemanfaatan penilaian bukan sekadar mengetahui pencapaian hasil
belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu
12
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Penilaian
seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan,yaitu assessment of learning
(penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk
pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).
Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah
proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di
akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang
tertentu.
Setiap pendidik melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk
memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses
pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning.
Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif
merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat
memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau
kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk
meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk
penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan
contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).
Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for
learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan
peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi
pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning.
Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat dilibatkan dalam
merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian
sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar
memperoleh capaian belajar yang maksimal. Selama ini assessment of learning
13
paling dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan assessment for learning
dan assessment as learning.
5. Prinsip Penilaian
Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak,
baik yang dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil
penilaian tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila instrumen yang digunakan
untuk menilai, proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektivitas penilai
dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu perlu dirumuskan prinsip-prinsip penilaian yang dapat menjaga
agar orientasi penilaian tetap pada framework atau rel yang telah ditetapkan.
Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut.
a. Sahih
Agar penilaian sahih (valid) harus dilakukan berdasar pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang
dapat mencerminkan kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen
yang sahih juga, yaitu instrumen yang mengukur apa yang seharusnya
diukur.
b. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan
persepsi penilai dan meminimalisir subjektivitas. Apalagi penilaian kinerja
yang memiliki cakupan, otentisitas, dan kriteria penilaian sangat
kompleks. Untuk penilai lebih dari satu perlu dilihat reliabilitas atau
konsistensi antar penilai (interrater reliability) untuk menjamin
objektivitas setiap penilai.
c. Terpadu
Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk
mengetahui apakah suatu kompetensi telah tercapai? Kompetensi tersebut dicapai
melalui serangkaian aktivitas pembelajaran. Karena itu penilaian tidak boleh
terlepas apalagi melenceng dari pembelajaran. Penilaian harus mengacu pada pro-
14
ses pembelajaran yang dilakukan.
d. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak
yang dinilai dan pengguna hasil penilaian berhak tahu proses dan acuan
yang digunakan dalam penilaian, sehingga hasil penilaian dapat diterima
oleh siapa pun.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik atau peserta didik. Instrumen
penilaian yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek
yang dinilai secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan
instrumen, diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan
menggunakan pendekatan assessment as learning, for learning, dan of
learning secara proporsional.
f. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Penilaian sebaiknya diawali dengan pemetaan.
Dilakukan identifikasi dan analisis KD (kompetensi dasar), dan indikator
ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut
dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen, dan waktu penilaian yang
sesuai.
g. Beracuan kriteria
Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan
kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten
atau belum bukan dibandingkan terhadap capaian teman-teman atau
kelompoknya, melainkan dibandingkan terhadap kriteria minimal yang
ditetapkan. Peserta yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas,
dapat melanjutkan pembelajaran untuk mencampai kompetensi berikutnya,
sedangkan peserta didik yang belum mencapai kriteria minimal wajib
menempuh remedial.
15
h. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian
dilakukan secara sahih, objektif, adil, dan terbuka,sebagaimana telah
diuraikan di atas. Bahkan perlu dipikirkan konsep meaningfull assessment.
Selain dipertanggungjawabkan teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian
juga harus dipertanggungjawabkan kebermaknaannya bagi peserta didik
dan proses belajarnya.
16
akan dilakukan dalam proses penilaian perlu ditetapkan terlebih dahulu pada saat
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Teknik yang biasa
digunakan ada lah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
Hasil penilaian pencapaian pengetahuan oleh pendidik disampaikan dalam
bentuk angka dan/atau deskripsi. Penilaian keterampilan adalah penilaian yang
dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan
dalam melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain
penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Teknik penilaian keterampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik
KD pada KI-4. Hasil penilaian pencapaian keterampilan oleh pendidik
disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
17
b. Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi atas perencanaan penilaian. Waktu
dan frekuensi pelaksanaan penilaian dilakukan berdasarkan pemetaan dan
perencanaan yang dilakukan oleh pendidik sebagaimana yang tercantum
dalam program semester dan program tahunan. Berdasarkan bentuknya,
pelaksanaan penilaian, terutama untuk penilaian pengetahuan dan
penilaian keterampilan terdiri dari pelaksanaan penilaian harian (PH) dan
penilaian tengah semester (PTS). Penilaian harian dilaksanakan setelah
serangkaian kegiatan pembelajaran berlangsung sebagaimana yang
direncanakan dalam RPP. Penilaian tengah semester (PTS) merupakan
kegiatan penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi dasar mata pelajaran setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung 8-9 minggu. Cakupan PTS meliputi seluruh KD pada periode
tersebut.Frekuensi penilaian yang dilakukan oleh pendidik ditentukan
berdasarkan hasil pemetaan penilaian dan selanjutnya dicantumkan dalam
program tahunan dan program semester. Penentuan frekuensi penilaian
tersebut didasarkan pada analisis KD. KD-KD “gemuk” dapat dinilai lebih
dari 1 (satu) kali, sedangkan KD-KD “kurus” dapat disatukan untuk sekali
penilaian atau diujikan bersama. Dengan demikian frekuensi dalam
penilaian atau ulangan dalam satu semester dapat bervariasi tergantung
pada tuntutan KD dan hasil pemetaan oleh pendidik.Penilaian sikap
dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam
pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru bimbingan konseling
(BK), dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam pelajaran). Penilaian
sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus-menerus selama satu
semester. Penilaian sikap spiritual dan sosial di dalam kelas maupun diluar
jam pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran, wali kelas dan guru
BK. Guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas mengikuti
perkembangan sikap spiritual dan sosial, serta mencatat perilaku peserta
didik yang sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera setelah
perilaku tersebut teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta
didik.
18
c. Pengolahan Hasil Penilaian
Pengolahan hasil penilaian sikap untuk membuat deskripsi
nilai/perkembangan sikap selama satu semester:
a) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing
mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap pada jurnal yang
dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal
belum ada kolom butir nilai).
b) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan
catatan-catatan jurnal untuk setiap peserta didik.
c) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata
pelajaran dan guru BK. Dengan memperhatikan deskripsi singkat sikap
spiritual dan sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan (merumuskan deskripsi)
capaian sikap spiritual dan sosial setiap peserta didik.
d) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi. Pada
penilaian pengetahuan, nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian
harian (PH), penilaian tengah semester (PTS), dan penilaian akhir
semester (PAS) yang dilakukan dengan beberapa teknik penilaian sesuai
tuntutan kompetensi dasar (KD). Penulisan capaian pengetahuan pada
rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100 dan deskripsi. Pada
penilaian keterampilan, Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian
praktik, produk, proyek, dan portofolio. Hasil penilaian dengan teknik
praktik dan proyek dirata-rata untuk memperoleh nilai akhir keterampilan
pada setiap mata pelajaran. Seperti pada pengetahuan, penulisan capaian
keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 – 100 dan
deskripsi.
e) Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Penilaian
Berdasarkan pengolahan hasil penilaian, pendidikan membuat laporan hasil
penilaian. Hasil penilaian dapat berupa rekap nilai peserta didik, dan atau nilai
pada masing-masing lembar jawabannya, atau bentuk lain sesuai dengan
tujuannya. Rekap nilai atau lembar jawaban sangat diperlukan bagi peserta didik
19
untuk mengetahui materi yang sudah dikuasai, dan materi yang belum
dikuasainya sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk belajar lebih sungguh-
sungguh. Pelaporan hasil penilaian juga dalam bentuk rapor untuk setiap semester.
Hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dan
perkembangan peserta didik. Di samping itu hasil penilaian dapat juga memberi
gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan. Berdasarkan
hasil penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan
dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan
pendidikan, orang tua, peserta didik, maupun pemerintah. Hasil penilaian yang
diperoleh harus diinformasikan langsung kepada peserta didik sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan peserta didik (assessment as learning), pendidik
(assessment for learning), dan satuan pendidikan selama proses pembelajaran
berlangsung (melalui PH/pengamatan harian) maupun setelah beberapa kali
program pembelajaran (PTS), atau setelah selesai program pembelajaran selama
satu semester (PAS). Penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan tujuan untuk
memperoleh nilai guna pengisian rapor, maka penilaian ini merupakan assessment
of learning.Hasil analisis penilaian pengetahuan berupa informasi tentang peserta
didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan peserta didik
yang belum mencapai KKM. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu
ditindaklanjuti dengan remedial, sedangkan bagi peserta didik yang telah
mencapai KKM diberikan pengayaan.
20
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah sesuai atau
tidak dengan kemampuan siswa, sehingga dapat dijadikan pertimbangan
untuk menentukan materi pelajaran selanjutnya.
c. Dengan melaksanakan penilaian guru akan dapat mengetahui apakah
metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau tidak.
d. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk melaporkan kepada orang
tua/ wali siswa.
2. Manfaat penilaian bagi guru.
a. Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar lebih giat.
b. Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan
belajarnya.
c. Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar yang
dilaksanakan sudah tepat atau belum.
3. Manfaat penilaian bagi Lembaga/Sekolah
a. Hasil penilaian merupakan data dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui
apakah kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai
dengan harapan atau belum.
b. Hasil penilaian merupakan data yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk
merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan dating.
c. Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan dalam
upaya meningkatkan kualitas sekolah.
21
(dalam Sukiman, 2012)(dalam Kadek Ayu Astiti, 2017) mengatakan bahwa
evaluasi adalah proses yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan
menginterpretasikan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta
terhadap tujuan pembelajaran(Kadek Ayu Astiti, 2017)
Menurut William A.Mohres (1984:10)(dalam Kadek Ayu Astiti, 2017)
mengatakan bahwa evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan
informasi yang berguna untuk menetapkan alternative. Evaluasi bisa mencakup
arti tes dan measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya.Hasil evaluasi bisa
memberiknsn keputusan yang professional, seorang dapat mengevaluasi baik
dengan data kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Arifin (2013:5) (dalam Kadek
Ayu Astiti, 2017)mengemukakan pada hakekatnya evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas( nilai dan arti) dari
pada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
mengambil suatu keputusan. Berdasarkan pengertian diatas Arifin menjelaskkan
beberapa hal tentang evaluasi yaitu sebagai berikut:
22
pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis
dan ditafsirkan secara sistematis.(Kadek Ayu Astiti, 2017)
23
belakan etnis, budaa dan berbagai hal yang memberikan kontribusi
pada pembelajaran.
g. Terbukan
Evaluasi henaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagaikalangan
sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau
tersembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
h. Iklas
Iklas berupa keberhasilan niat atau hati pendidik, bahwa ia
melakukan evaluasi itu dalam rangka efisiensi tercapainya tujuan
pendidikan, dan bagi kepentingan peserta didik.
i. Praktis
Evaluasi itu dilakukan dengan beberapa indicator yang meliputi
hemat waktu, biaya, tenaga, mudah di administrasikan, mudah
menskor dan mengolahnya, serta mudah ditafsirkan.
j. Dicatat dan Akurat
Hasil dari setiap evaluasi presentasi peserta didik harus secara
sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga
sewaktu-waktu dapat dipergunakan
2. Prinsip Khusus
a. Adanya jenis penilaian yang digunakan memungkinkan adanya
kesempatan terbaik dan maksimal bagi peserta didik menunjukkan
kepmampuan hasil belajara mereka.
b. Setiap guru haru mampu melaksanakan prosedur penilaian, dan
pencatatan secara tepat prestasi dan kemampuan serta hasil belajar
yang dicapai peserta didik.(Ajat Rukajat, 2018)
24
pembelajaran.Ruang lingkup evaluasi pembelajaran ditinjau dari berbagai
perspektif, yaitu sebagai berikut.
25
peserta didik lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai akibat
pekerjaannya di dalam unsur-unsur yang ada. Unsur-unsur transformasi
sekolah tersebut adalah seperti 1). Guru dan personal lainnya, 2). Metode
mengajar dan system evaluasi, 3). Sarana penunjang, 4). Sistem administrasi
c. Output merupakan bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang
dimaksud dalam pembicaraan ini adalah peserta didik lulusan sekolah yang
bersangkutan untuk dapat menentukan apakah peserta didik berhak lulus
atau tidak, perlu diadakan penilaian.
d. Umpan balik merupakan segala informasi baik yang menyangkut output
maupun informasi. Unfan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki
infut maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang tidak
siap pakai yang belum memenuhi harapan, akan mengunggah semua pihak
untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang
bermutunya lulusan. Penyebab- penyebab tersebut antara lain, 1). Infut yang
kurang baik kualitasnya, 2).Guru dan personal yang kurang tepat ( kualitas),
3). Materi yang tidak atau kurang cocok, 4). Metode mengajar dan system
evaluasi yang kurang memadai standarnya, 5). Kurang sarana penunjang,
6).sistem administrasi yang kurang tepat.(Asrul, 2014)
26
F. Jenis-Jenis Evaluasi Pendidikan
Adapun jenis-jenis evaluasi pendidikan yaitu antara lain sebagai berikut,
27
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki,
dimodifikasi, ditingkatkan, atau diberhentikan.
e. Evaluasi aoutcom atau lulusan
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih
lanjut yakni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3. Jenis Evalusi Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran
a. Evaluasi program pembelajaran
Evaluai yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program
pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program
pembelajaran yang lain.
b. Evaluasi proses pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran
dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan,
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c. Evaluasi hasil pembelajara
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus,
ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik
4. Jenis Evaluasi Berdasarkan Objek Dan Subjek Evaluasi
a. Berdasarkan objek :
a) Evaluasi input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,
keyakinan.
b) Evaluasi transformasi
Evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran
anatara lain materi, media, metode dan lain-lain.
c) Evaluasi output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil
pembelajaran.
28
b. Berdasarkan subjek :
a) Evaluasi internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai
evaluator, misalnya guru.
b) Evaluasi eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orangtua, masyarakat.(Sukardi, 2008)
29
2.6 Manfaat Evaluasi
Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa
karakteristik penting, diantaranya sebagai berikut.
1) Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi.
Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap
kemampuan yang tidak tampak dari siswa
2) Lebih bersifat tidak lengkap, dikarenakan evaluasi tidak dilakuakan
secara continue maka hanya merupakan sebagai fenomena saja. Atau
dengan kata lain apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan pertanyaan
item yang direncanakan oleh seorang guru.
3) Mempunyai sifat kebermaknaan relative, artinya hasil penilaian
tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru
Di samping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi
di dalam proses belajar mengajar yitu sebgai berikut.
30
proses penilaian yang bertujuan untuk mengetahui kesukaran-
kesukaran yang melekat pada proses belajra.
c. Evaluasi dalam pendidikan dilaksanakan untuk memperoleh
informasi tentang aspek yang berkaitan dengan pendidikan.
d. Evaluasi dapat digunakan untuk membantu memutuskan kesesuain
dan keberlangsungan dari tujuan pembelajaran, kegunaan materi
pembelajran, dan untuk mengetahui tingkat keefisiensi dan
efektifitas dari strategi pengajaran ( metode dan teknik belajar
mengajar) yang digunakan.
Adapun manfaat atau fungsi evaluasi untuk membantu guru dalam hal-hal
sebagai berikut:
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pengukuran adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif dengan
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran standar yang disesuaikan sesuai
dengan objek yang akan diukur. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa
atau ketercapaian kemampuan siswa. Evaluasi adalah suatu proses penentuan
keputusan tentang kualitas suatu objek atau aktifitas dengan melibatkan
pertimbangan nilai berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis
dan ditafsirkan secara sistematis. Ketiga materi diatas memiliki manfaat masing-
masing yang akan memiliki tujuan tersendiri yang akan melancarkan proses
pembelajaran dengan baik dan tercapainya tujuan yang diinginkan oleh sekolah
.
3.2 Saran
Dengan adanya uraian materi di atas, maka penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan keterbatasan
pengetahuan kami dan oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami berikutnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Nur Endah Sari, Yessy. 2018. Buku Mata Ajar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta:
Deepublish
Rina Melly Suciyati, dkk.2017.PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA.Banda
Aceh:Universitas Syiah Kuala
Salamah Umi. 2018. PENJAMINAN MUTU PENILAIAN PENDIDIKAN.
Malang: STAI Ma’had Aly Al-Hikam
Suaidinmath. 2014. MANFAAT PENILAIAN PEMBELAJARAN. Sumber: Dunia
Pendidikan
Sukardi. (2008). JENIS-JENIS EVALUASI PEMBELAJARAN (pertama).
Yogyakarta: Bumi Aksara.
Yusuf Muri. (2017). Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan (2nd ed.). Jakarta:
Prenada Media
33