Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL

PEMBELAJARAN KIMIA
“Pengukuran”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2

1. Annisa filantrofi
2. Putri widiya
3. Maya lestari ( 06101181621052)

Dosen Pengampuh : Dr. Effendi Nawawi, M.Si.

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt, dimana atas rahmat dan
karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
’’TES‘’ ini meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah kami ini,dan
juga kami berterimakasih kepada Bapak Dr. Effendi Nawawi, M.Si. selaku dosen
mata kuliah evaluasi proses dan hasil pembelajaran kimia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi
siapapun yang membacanya

Indralaya, 6 Febuari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3

2.1 Pengukuran ........................................................................................ 3

2.1.1 Pengertian Pengukuran .............................................................. 3


2.1.2 Pengukuran di Bidang Pendidikan ............................................. 5
2.1.2 Peranan pengukuran ................................................................... 6

2.2 Pengujian ........................................................................................... 8


2.3 Penilaian .......................................................................................... 10

2.3.1 Pengertian Penilaian ................................................................. 10


2.3.2 Penerapan Penilaian ................................................................. 10
2.3.3 Prinsip Penilaian ...................................................................... 14
2.3.4 Tujuan Penilaian....................................................................... 14
2.3.5 Fungsi Penilaian ....................................................................... 15

2.4 Evaluasi ........................................................................................... 16


2.5 Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran ................................... 18

BAB III PENUTUP .................................................................................. 22


KESIMPULAN ......................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak manusia melakukan usaha mendidik anak-anaknya pastilah mereka
telah pula melakukan usaha menilai hasil-hasil usaha mereka dalam mendidik
anak-anak mereka itu, kendatipun dalam bentuk dan cara yang sangat sederhana
sekali. Memang tindakan tersebut wajar dan tidak dapat tidak pasti dijalankan,
karena sebenarnya penilaian hasil-hasil pendidikan itu sendiri, penilaian
merupakan aspek yang hakiki daripada usaha itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-
hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan yang selalu
menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum
memahami secara tepat arti kata pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak
orang yang lebih cenderung mengartikan kedua kata tersebut dengan suatu
pengertian yang sama.
Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem
pendidikan saat ini.Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai
yang diperoleh siswa.Tentu saja untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik
dan tidak biasa. Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran
tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu
guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian
yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan
kemampuannya.
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini
dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah
dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan
nontes.Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan
psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik
afektif obyek

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari pengukuran, pengujian, penilaian, evaluasi ?


2. Bagaimana pengukuran dalam bidang pendidikan ?
3. Bagaiamana peran pengukuran ?
4. Hubungan anatara evaluasi, penilaian, dan pengukuran ?

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mengatahui definisi dari pengukuran, pengujian, penilaian, evaluasi ?


2. Memahami bagaimana pengukuran dalam bidang pendidikan ?
3. Memahami bagaiamana peran pengukuran ?
4. MengetahuiHubungan anatara evaluasi, penilaian, dan pengukuran ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran

2.1.1 Pengertian Pengukuran


Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu.
Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau
sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3). Jika kita mengukur suhu badan
seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka
sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang
atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu
bersifat kuantitatif.
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas
Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan
untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2)
pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta
pengukuran yang dilakukan untuk menilai. (3) Pengukuran ini dilakukan dengan
jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya
Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana
disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang
telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses
ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang
mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan
melaluiapa yang telah dilakukan siswa.
Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan
penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang
terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih
mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti
kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan
dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang

3
mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu
sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini
dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah
dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan
nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan
psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik
afektif obyek.
Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta
sesuatu obyek dengan satuan-satuan ukuran tertentu, sedangkan penilaian adalah
suatu proses membandingkan sesuatu obyek atau gejala dengan mempergunakan
patokan-patokan tertentu seperti baik tidak baik, memadai tidak memadai,
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian evaluasi, penilaian dan pengukuran yang
dikemukakan di atas jelas bahwa evaluasi, penilaian, dan pengukuran merupakan
tiga konsep yang berbeda. Namun demikian dalam praktek, terutama dalam
duniapendidikan, ke tiga konsep tersebut sering dipraktekan dalam satu rangkaian
kegiatan. Sebagai contoh pelaksanaan evaluasi di sekolah di dalamnya terintegrasi
kegiatan pengukuran dan penilaian. Tabel berikut dapat lebih memperjelas
perbedaan pengukuran, penilaian, dan evaluasi.

Tabel 1. Hasil Ujian Mata Kuliah Tes dan Pengukuran


Peserta Skor Nilai Keputusan
Pata Bundu 85 B Lulus amat
Sunandar 87 A Lulus paling
(plus)B baik
Arifin Ahmad 75 Lulus baik
Pudji Muljono 90 (min)A baik
Lulus sangat
Ramly 80 B Lulus baik
Sidin Ali 86 B baik
Lulus baik
Rusgianto 75 B Lulus baik
Tukas Imaroh 80 (plus)B Lulus baik
Emi Sola 87 A Lulus paling
Keterang: (min) baik
1. Skor merupakan hasil kegiatan pengukuran
2. Kategori A, A-, B+, dan B adalah hasil kegiatan penilaian, dan

4
3. Klasifikasi lulus Lulus baik,, Lulus amat baik,dan Lulus sangat baik
adalah merupakan hasil evaluasi.

2.1.2 Pengukuran di Bidang Pendidikan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
membawa dampak pada perkembangan pengukuran dibidang pendidikan dan
psikologi. Hal ini karena semakin banyaknya aspek psikologis pada manusia yang
berkaitan atau berpengaruh terhadap usaha peningkatan pendidikan untuk
memberdayakan kemampuan manusia dalam rangka mempersiapkan sumber daya
manusia lebih berkualitas.

Obyek-obyek pengukuran dalam bidang pendidikan ialah :


1. Prestasi atau basil belajar siswa. Prestasi atau hasil belajar diukur dengan
menggunakan tes. Dilihat dari aspek standardisasi, ada dua macam tes
yaitu tes baku dan tes buatan guru. Tes baku adalah tes yang sudah diuji di
lapangan dengan maksud mendapatkan data tentang keterandalan
(reliability) dan kesahihan (validity) pengukuran serta standar normative
yang dipakai untuk menaksir skor tes. Contoh tes baku adalah tes towel,
Stanford Achievement tes, Metropolitan Achievemen tes, Iowa tes of
Basic Skills, California Achievement tes dan lain-lain.
Selain tes baku ada pula tes non-baku yang biasa disebut tes buatan
guru, yaitu tes yang dibuat oleh seseorang atau kelompok untuk digunakan
sesaat dan hanya berlaku intern serta hanya untuk mengukur satu jenis
kemampuan. Tes non-baku atau tes buatan guru biasanya tidak dilakukan
pengujian di lapangan tetapi langsung dipakai. Contoh tes non-baku adalah
tes buatan guru, dosen, instruktur pelatihan, dan lain-lain.
2. Sikap. Sikap ini diukur dengan menggunakan instrumen skala sikap
seperti yang dikembangkan oleh Likerts, Semantik diferensial, skala
thourstone, dan lain-lain.
3. Motivasi. Motivasi diukur dengan instrumen berbentuk skala yang
dikembangkan dari teori-teori motivasi.

5
4. Intelgensi. Intelgensi diukur dengan menggunakan tes intelgensi seperti
tes Stanford Bined, tes Bined Simon, tes Wechsler, dan tes intelgensi
multeple.
5. Bakat. Bakat diukur dengan menggunakan tes bakat seperti tes bakat seni,
tes bakat mekanik, tes bakat olahraga, tes bakat numeric, dan lain-lain.
6. Kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan dari teori-teori emosional.
7. Minat. Minat diukur dengan menggunakan instrumen minat yang
dikembangkan dari teori-teori minat.
8. Kepribadian. Kepribadian diukur dengan menggunakan tes kepribadian
seperti Q-sort, sixteen personality factor pearson (16PF), Minnesota
multiphasic personality inventori (MMPI), California psychological
inventory (CPI), Eysenc’s personality inventory-A, dan lain-lain.
Dalam bidang pendidikan, pengukuran memegang peranan yang sangat
penting. Data hasil pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti penting
baik bagi sekolah atau lembaga pendidikan, guru, maupun bagi siswa dan orang
tua siswa atau masyarakat. Bagi guru misalnya hasil pengukuran berfungsi untuk
membandingkan tingkat kemampuan siswa dengan siswa-siswa lain dalam
kelompok yang diajarnya. Disekolah pengukuran dilakukan guru untuk menaksir
prestasi siswa. Alat Yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa pada
umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar.
Sebagai contoh seorang guru mata pelajaran ekonomi akan melakukan
pengukuran mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi mata pelajaran
yang diajarkan. Untuk melakukan pengukuran tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan, guru tidak dapat menggunakan alat ukur standar yang
disebutkan di atas karena obyek yang diukur berbeda dengan konstruk yang dapat
diukur oleh tes baku yang sudah ada. Proses pengukuran dalam bidang pendidikan
berkenaan dengan bagaimana mengkonstruksi, mengadministrasi dan
menskor tes.

2.1.2 Peranan pengukuran


Dalam kegiatan pengajaran pengukuran dan penilaian merupakan kegiatan
yang sangat penting. Kedua kegiatan tersebut merupakan salah satu dari empat

6
tugas pokok seorang pengajar. Keempat tugas pokok tersebut adalah
merencanakan, melaksanakan dan menilai keberhasila pengajaran, serta
memberikan bimbingan. Dalam prakte pengajaran, keempat kegiatan pokok
ini merupakan sebuah kesatuan yang padu, yang tidak dapat
dipisahpisahkan.
Dalam melaksanakan tugas mengajarnya seorang pengajar berupaya
untuk menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar,
memotivasi siswa, menyajikan bahan ajar, serta menggunakan metode dan media
yang telah disiapkan. Selain itu ia mengolah dan menafsirkan hasil belajar siswa,
serta mengambil keputusa untuk kepentingan peningkatan efektivitas pengajaran
yang akan datang. Guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru juga
memberikan bimbingan kepada siswa denganberupaya untuk memahami kesulitan
belajar yang dialami siswa beserta latar belakangnya dan sekaligus memberikan
bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan dan kewenangannya terhadap
seluruh komponen kegiatan belajarmengajar, pengukuran dan penilaian
memberikan sumbangan yang sangat berarti.
Pengukuran dan penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-
komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir proses belajar mengajar.
Informasi yang diberikan oleh hasil analisis terhadap hasil pengukuran dan
penilaian sangat diperlukan bagai pembuatan kebijakan-kebijakan yang harus
dilakukan seorang guru bagi peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar di
kelasnya.
Dalam kehidupan profesional seorang guru SD, serta pengukuran dan
penilaian akan tercermin dalam langkah-langkah utama yang disebutkan diatas
(membuat persiapan, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi
hasil belajar, serta memberikan bimbingan). Dalam pembuatan persiapan
(program pengajaran) yang efektif, hasil-hasil pengukuran dan penilaian terhadap
program pengajaran sebelumnya bisa dijadikan dasar bagi perbaikan aspek-aspek
persiapan program pengajaran yang dikembangkan. Misalnya, jika pada penilaian
yang dilakukan pada akhir program sebelumnya diperoleh informasi bahwa hasil
belajar yang dicapai para siswa kurang memuaskan, maka pada pengembangan

7
persiapan program pengajaran selanjutnya, guru tersebut dapat mengambil
langkah-langkah berikut:

a) Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut terjadi pada sebagian


besar bahan uji yang diberikan, maka program pengajaran tersebut harus
diperbaiki dan diulangi;
b) Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada
bagian-bagian tertentu dari
c) keseluruhan bahan uji yang diberikan, maka guru memasukkan bagian-
bagian tersebut ke dalam rencana program pengajaran selanjutnya.;
d) Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada
sebagian besar siswa, maka program pengajaran harus diulangi;
e) Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada
sebagian kecil siswa, maka guru harus memberikan program remedial
kepada siswa-siswa tersebut.

2.2 Pengujian

Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkaan dengan


penilaian. Ada istilah ujian akhir semester di perguran tinggi dan ujian akhir tahun
untuk kenaikan kelas di sekolah.Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan yang
memiliki jawaban benar atau salah.
Manfaat data pengujian bagi siswa

a) Dapat mengetahui apakah ia sudah menguasai bahan yang sudah disajikan


oleh guru
b) Dapat merupakan penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor
tinggi
c) Dapat mengetahui bagaimana yang belum dikuasainya,serta dapat
merupakan diagnosis bagi siswa yang bersangkutan

Manfaat data pengujian bagi guru

a) Dapat mengetahui sejauh mana para siswa menguasai bahan pelajaran

8
b) Dapat memberikan gambaran baginya untuk memperkirakan pencapaian
keberhasilan terhadap keseluruhan program yang akan dilaksanakannya
c) Guru dapat mengetahui bagian mana saja dari bahan pelajaran yang
disajikannya yang benar-benar belum dikuasai oleh siswa lebih-lebih
apabila bagian tersebut merupakan prasyarat bagi bahan pelajaran
berikutnya, maka ia perlu mengadakan upaya perbaikan

Manfaat data pengujian bagi sekolah

 Sekolah mengetahui keberhasilan atau kemunduran yang dicapai siswa


dari tahun ke tahun, dan informasi tersebut dapat digunakan untuk
menyusun program sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Penerapan pengujian pada proses pembelajaran dapat dilakukan pada ujian
akhir semester. Pada penerapan pengujian dalam proses pembelajaran
dapat dilaksanakan didasarkan
a) Pemberian tugas
b) Ulangan harian
c) Ulangan umum
Tugas dan pekerjaan rumah dilaksanakan untuk setiap mata pelajaran
disetiap tingkat/kelas.Pemberian tugas dan pekerjaan rumah dilakukan
secara terus menerus dengan menggunakan teknik yang bervariasi,sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran (pokok bahasan).Pelaksanaan
pemberian tugas dan pekerjaan rumah hendaknya memperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut.
a) Jumlah tugas dan pekerjaan rumah hendaknya tidak memberatkan
siswa
b) Tujuan pokok pemberian tugas dan pekerjaan rumah adalah agar siswa
dapat menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajarinya.

Contohnya : siswa ditugasi mengumpulkan bahan (melalui kegiatan


wawancara, pengamatan, atau membaca) secara perorangan atau kelompok

9
2.3 Penilaian

2.3.1 Pengertian Penilaian


Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif. Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan
menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Jadi, penilaian (assesment)
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar siswa.

2.3.2 Penerapan Penilaian


Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, agar penilaian menjadi
bermakna bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya karena penilaian memiliki
peran yang sangat penting dalam pembelajaran.

1. Perlunya standar penilaian

Pada dasarnya penilaian umumnya memiliki misi untuk memperbaiki


standar, tidak hanya sekedar mengukur siswa. Darling Hammond (dalam Harun
Rasyid dan Masur: 2007) berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar
pelajaran dan prestasi harus bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian
pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott
(dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) bahwa penggunaan penilaian dalam
pembelajaran secara signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai
kualitas pembelajaran. Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu
untuk meletakan standar, yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan
praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Ada beberapa pihak
yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:

10
a. Peran Guru

Peranan guru sangat besar dalam menerapkan standar penilaian. Guru


perlu memahami dengan baik standar yang sudah ditetapkan serta mampu
menerapkannya dalam melakukan penilaian terhadap siswa. Informasi hasil
penilaian juga dapat dimanfaatkan guru lebih efektif melalui umpan balik. Umpan
balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil review literatur tentang
umpan balik dan hubungannya dengan motivasi siswa, Croks (dalam Harun
Rasyid dan Masur: 2007) menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat
memotivasi siswa, harus fokus pada:

a) Kualitas kerja siswa, dan bukan pada membandingkan dengan siswa-siswa


lain.
b) Cara-cara spesifik dimana pekerjaan siswa dapat ditingkatkan.
c) Peningkatan pekerjaan siswa harus dibandingkan dengan pekerjaan
sebelumnya.

Peranan Guru dan Tujuannya dalam Penilaian


Peranan Tujuan
Guru sebagai Memberikan umpan balik dan bantuan kepada setiap
mentoring siswa.

Guru sebagai petunjuk Mengumpulkan informasi untuk diagnostic kelompok


jalan siswa melalui pekerjaan yang tealh dikerjakan
Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara catatan prestasi dan
kemajuan siswa
Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus
sekolah tentang pretasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur Membuat keputusan dan revisi prakik pengajaran
program

b. Peran Siswa

11
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila
standar yang digunakan bisa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam
Harun Rasyid dan Masur: 2007) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar
akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil
menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam
akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi
untuk belajar”. Rudd dan Gunstone (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007)
mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan siswa
dalam proses penilaian diri sebagai berikut:

a) Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir


menyeluruh menyangkut hasil dan ketrampilan mereka
b) Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka
sendiri
c) Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian
diri satu sama lain asalkan kritik membangun
d) Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur sumber daya dan
waktu secara lebih efektif.

Dengan melibatkan siswa dalam penilaian diharapkan mereka menemukan


sendiri kekuatan dan kelemahan mereka serta lebih termotivasi lagi untuk
memperbaiki hasil belajar mereka.

c. Peran Sekolah

Sekolah merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Penilaian dan


pembelajaran merupakan dua hal yang sangat terkait, oleh karena itu sekolah
hendaknya menciptakan suasana (kultur) yang kondusif agar penilaian dapat
berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan masing-masing. Wedeen Winter, dan
Broadfoot (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007) melaporkan bahwa sekolah
merupakan tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas
belajar mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak
merupakan tujuan utama sekolah”. Penilaian merupakan jantung dari proses
tersebut. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, sekolah berperan dalam

12
pembentukan siswa yang berkualitas sehingga diharapkan siswa dapat
menciptakan suasana yang kondusif yang akan mendukung pembelajaran dan
penilaian yang ada agar dapat berjalan dengan baik.

2. Siswa menjadi Pembelajar yang baik

Dukungan sekolah dan para guru hendaknya lebih memihak pada


kebutuhan siswa daripada memenuhi target kurikulum. Guru sebaiknya tidak
terburu-buru dengan target harus selesai tepat pada waktunya tanpa
memperhatikan apakah siswa telah paham atau belum. Guru harus fokus dengan
bagaimana penilaian yang mereka terapkan dapat mengungkap permasalahan-
permasalahan nyata yang dihadapi siswa mereka dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu para siswa menjadi pebelajar yang lebih baik. Siswa
akan merasa tertantang dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri, baik
memperbaiki cara dan strategi belajar maupun dalam kaitan dengan perilaku,
harapan dan cita-cita mereka. Jika tiga komponen tersebut (guru, siswa, sekolah)
saling berkomitmen untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya, maka
penilaian yang dilaksanakan menjadi suatu alat yang dapat menjadikan siswa
termotivasi, percaya diri, dan penuh keyakinan untuk optimis menghadapi
kehidupan sekolah. Siswa akan menjadi pembelajar yang baik dari waktu ke
waktu.

3. Penilaian dan Motivasi Belajar Anak

Penilaian dan motivasi merupakan dua istilah yang melekat pada proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan
mempengaruhi belajar siswa, jika lingkungan atau kondisi mendukung hal
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kemauan guru untuk menerapkan strategi
penilaian yang membuat siswa bertanggungjawab terhadap belajar mereka sendiri.

4. Reformasi dalam Penilaian

Untuk dapat melakukan pembelajaran yang mengutamakan mendidik


daripada mengajar yang hanya sekedar mengejar target kurikulum maka sistem
penilaian yang sekarang dipraktikan perlu kiranya untuk diubah, yaitu orientasi

13
penilaian bukan hanya sekedar membeli label nilai 10, 9, 8, atau lulus, tidak lulus,
naik kelas, tinggal kelas dan sebagainya, tetapi lebih pada pengumpulan informasi
yang berkaitan dengan misalnya kenapa siswa memperoleh nilai 5? Kenapa siswa
malas belajar? Kenapa siswa tidak lulus? Kemudian informasi tersebut harus
digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran
sesuai dangan kebutuhan nyata dari para siswa.

2.3.3 Prinsip Penilaian


Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Objektif, penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas)
dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, penilaian dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, penilain dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6) Sistematis, penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
7) Edukatif, mendidik dan memotivasi siswa dan guru.
8) Menyeluruh, prinsip menyeluruh menetapkan bahwa penilaian harus
dilaksanakan secara utuh. Penilaian benar-benar dapat mengungkapkan
secara keseluruhan dari objek yang dinilai.

2.3.4 Tujuan Penilaian


Pelaksanaan penilaian harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut
menjadi arah bagi pelaksanan evaluasi. Secara umum penilaian hasil belajar
bertujuan untuk membantu kemajuan dan pencapaian tujuan pembelajaran yang

14
dilaksanakan peserta didik. Menurut Nana Sudjana (2005) tujuan penilain hasil
belajar adalah untuk mengetahui:

a) Tingkat pencapaian hasil belajar setiap peserta didik


b) Faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
mengikuti pembelajaran
c) Ketepatan materi yang diajarkan bagi pencapaian tujuan pembelajaran dan
hasil belajar peserta didik
d) Kesesuaian penggunaan metode mengajar bagai peserta

2.3.5 Fungsi Penilaian


1. Penilaian berfungsi selektif

Penilaian membuat guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau


penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
anatara lain:

a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu


b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah

2. Penilaian berfungsi diagnostik

Guru yang mengadakan penilaian, sebenarnya guru tersebut melakukan


diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Jika guru
mengetahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk
mengatasinya.

3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Guru dapat menempatkan siswa dikelompok yang sama dalam belajar dari
suatu penilaian yang dilakukan.

4. Sebagai pengukur keberhasilan

15
Penilaian berguna untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

2.4 Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa


pengukuran maupun penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi pembelajaran juga diartikan sebagai evaluasi terhadap proses
belajar mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran, yang mencakup
komponen input, yakni perilaku awal siswa, komponen input instrumental yakni
kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum
(program studi, metode, media), komponen administratif (alat , waktu dan dana),
komponen proses ialah perosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output
ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam
hal ini perhatian ditujukan hanya pada evaluasi terhadap komponen proses dalam
kaitannyad dengan komponen input istrumental.

a. Evaluasi Proses Pengajaran


Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian
integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisahkan dalam
penyusunan dan palaksanaan pembelajaran. Evaluasi proses bertujuan untuk
menilai kefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk
perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran
evaluasi proses adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik
yang berkenaan dengan masukan proses maupun keluaran, dengan semua
dimensinya.

16
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni
masukan mentah (raw input), yaitu para siswa, dan masukan alat (instrumental
input), yakni unsur manusia dan non manusia yang mempengaruhi terjadinya
proses. Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti
bahan pengajaran, metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain.
Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai anak didik setelah
menerima proses pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam
penilaian hasil. Penilaian terhadap masukan mentah, yakni siswa sebagai subjek
dan objek belajar.

b. Evaluasi Hasil Pengajaran


Pada umumnya evaluasi hasil pengajaran, baik dalam bentuk formatif
maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan
atau tulisan pada akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes
formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program seperti
akhir kuartal atau akhir semester, penilaian diberikan kepada para siswa untuk
menentukan kemajuan belajarnya. Tes tertulis, baik jenis tes esay maupun tes
objektif, dilakukan oleh guru dalam penilaian sumatif tersebut. Penilaian hasil
belajar bertujuan melihat kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi
pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.

c. Peranan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi
tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar
tidak merugikan. Dalam menjalankan evaluasi, pelajar sendiri harus turut
mempunyai saham secara aktif. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk:

1. Pengembangan, Untuk pengembangan sutau program pendidikan, yang


meliputi program studi, kurikulum, program pembelajaran, desain belajar
mengajar, yang pada hakikatnya adalah pengembangan dalam bidang
perencanaan.

17
2. Akreditasi, Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu
program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu
program dapat dipercaya,diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau
sebaliknya program itu harus diperbaiki/disempurnakan.
Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan
berpengaruh terhadap apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak. Dengan
demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar Lebih jauh
tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh Worthen dan Sanders
(Worthen, 1987:5) yaitu :
1) Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan.
2) Mengukur prestasi siswa
3) Mengevaluasi kurikulum
4) Mengakreditasi sekolah
5) Memantau pemanfaatan dana masyarakat.
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana
efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.5 Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran


Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan
fungsi. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab
semuanya memiliki keterkaitan yang erat. Tes adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan informasi. Tes merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan
seorang individu, kemudian dilakukan proses untuk mengukur kemampuan
individu tersebut yang disebut dengan Testing. Setelah dilakukan testing maka
akan menghasilkan hasil tes atau lembar kerja kemudian dilakukan pengukuran.
Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes dengan standart ukuran
tertentu. Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang
bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menghasilkan
skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian.

18
Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan proses untuk
memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil
pengukuran yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan
hasil dari penilaian berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah
justifikasi atau pengambilan keputusan atas hasil penilaian, apakah individu
tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak. Evaluasi adalah proses memberikan nilai
atau harga dari data yang terkumpul. Melalui pengukuran data kuantitatif diproses
dan dinilai hingga menjadi nilai yang bersifat kualitatif. Data yang terkumpul
digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan.
Penilaian dan evaluasi mempunyai hubungan sangat erat satu sama lain.
Siswa dapat diukur kemampuannya melalui tes yang sesuai dengan jenjang atau
tingkat kemampuan serta perkembangan dari proses pembelajaran yang telah
dialami siswa tersebut. Setelah kemampuan siswa diukur dan dinilai, mereka
dapat dievaluasi berdasarkan data-data dari pengukuran dan penilaian tersebut.
Pengukuran menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang
bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian
tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil
pengamatan dan wawancara.
Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu
keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu,
disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan
perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup
penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau
aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan
dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua
komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal
tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif

19
yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran.
Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan evaluasi harus
melibatkan ketiga kegiatan lainnya, yaitu penilaian, pengukuran, dan tes (non tes).

Gambar 1
Komponen Evaluasi Pendidikan
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran
(measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk
mendapatkan informasi yang diukur. Oleh sebab itu, dalam proses pengukuran
diperlukan alat bantu tertentu. Misalnya untuk mengukur kemampuan atau
prestasi seseorang dalam memahami bahan pelajaran diperlukan tes prestasi
belajar, untuk mengukur IQ digunakan tes IQ; untuk mengukur berat badan
digunakan alat timbangan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas, maka antara evaluasi dan pengukuran tidak bisa
disamakan walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erta. Evaluasi
akan lebih tepat manakalah didahului oleh proses pengukuran; sebaliknya hasil
pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakalah tidak dikaitkan dengan
proses evaluasi. Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh informasi bahwa
anak-anak SMA dapat menyerap 60% bahan pelajaran yang terkandung dalam
kurikulum. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak SMA cukup bagus
menguasai bahan pelajaran, diperlukan suatu proses pengambilan kesimpulan atau
proses pemberian makna yang disebut dengan evaluasi. Jadi dengan demikian
pengukuran itu hanya bagian dari evaluasi dan tes bagian dari pengukuran. Ini

20
berarti sebelum melakukan evaluasi atau judgment, didahului oleh pengukuran
dan pengukuran adalah hasil dari suatu tes.
Dari penjelasan di atas, maka pengukuran adalah proses pengumpulan data
yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan
terhadap sesuatu. Istilah lain yang erat hubungannya dengan evaluasi dan
pengukuran adalah penilaian (assessment). Penilaian pada dasarnya adalah bagian
dari evaluasi yang lebih luas dari sekedar pengukuran. Dengan demikian, antara
evaluasi, asessment, dan measurement memiliki keterkaitan yang tidak bisa
dipisahkan.

21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pegukuran adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara


sistematis. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkaan
dengan penilaian. Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang
bertujuan untuk membantu kemajuan dan pencapaian tujuan pembelajaran yang
dilaksanakan peserta didik.
Pengukuran dan penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-
komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir proses belajar mengajar.
Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa
pengukuran maupun penilaian untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan
fungsi. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab
semuanya memiliki keterkaitan yang erat.

22
DAFTAR PUSTAKA
B.Uno, Hamzah, dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Eben Manik. Peranan Pengukuran dan Penilaian. Diakses melalui
http://creative71ss.blogspot.co.id/2014/11/peranan-pengukuran-dan-
penilaian-dalam.html pada tanggal 19 Agustus 2016
http://ebookinga.com/pdf/pemanfaatan-data-pengujian-asesmen-untuk
1589018.html diakses pada hari jumat 19 agustus 2016
Kurniasih, Imas, S.Pd.I dan Berlin Sani. 2014. 2013 Konsep dan Penerapan.
Surabaya: Kata Pena. Implementasi Kurikulum
Arikunto, Suharsimi, Dr., Prof., 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
http://zonependidikan.blogspot.co.id/2010/06/pengertian-penilaian-menurut-para-
ahli.html (diakses pada 19 Agustus 2016)
http://fitriyani180893.blogspot.co.id/2014/01/peranan-penilaian-dalam
pembelajaran_2750.html (diakses pada 19 Agustus 2016)
http://pepunm1.blogspot.co.id/2012/09/hubungan-antara-tes-
pengukuran.html(diakses pada 19 Agustus 2016)

Anda mungkin juga menyukai