PEMBELAJARAN KIMIA
“Pengukuran”
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. Annisa filantrofi
2. Putri widiya
3. Maya lestari ( 06101181621052)
PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Swt, dimana atas rahmat dan
karunianya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
’’TES‘’ ini meskipun masih banyak kekurangan di dalam makalah kami ini,dan
juga kami berterimakasih kepada Bapak Dr. Effendi Nawawi, M.Si. selaku dosen
mata kuliah evaluasi proses dan hasil pembelajaran kimia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami. Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi
siapapun yang membacanya
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengukuran
3
mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu
sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur
Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini
dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah
dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan
nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan
psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik
afektif obyek.
Pengukuran dapat diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta
sesuatu obyek dengan satuan-satuan ukuran tertentu, sedangkan penilaian adalah
suatu proses membandingkan sesuatu obyek atau gejala dengan mempergunakan
patokan-patokan tertentu seperti baik tidak baik, memadai tidak memadai,
memenuhi syarat tidak memenuhi syarat, dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian evaluasi, penilaian dan pengukuran yang
dikemukakan di atas jelas bahwa evaluasi, penilaian, dan pengukuran merupakan
tiga konsep yang berbeda. Namun demikian dalam praktek, terutama dalam
duniapendidikan, ke tiga konsep tersebut sering dipraktekan dalam satu rangkaian
kegiatan. Sebagai contoh pelaksanaan evaluasi di sekolah di dalamnya terintegrasi
kegiatan pengukuran dan penilaian. Tabel berikut dapat lebih memperjelas
perbedaan pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
4
3. Klasifikasi lulus Lulus baik,, Lulus amat baik,dan Lulus sangat baik
adalah merupakan hasil evaluasi.
5
4. Intelgensi. Intelgensi diukur dengan menggunakan tes intelgensi seperti
tes Stanford Bined, tes Bined Simon, tes Wechsler, dan tes intelgensi
multeple.
5. Bakat. Bakat diukur dengan menggunakan tes bakat seperti tes bakat seni,
tes bakat mekanik, tes bakat olahraga, tes bakat numeric, dan lain-lain.
6. Kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional diukur dengan
menggunakan instrumen yang dikembangkan dari teori-teori emosional.
7. Minat. Minat diukur dengan menggunakan instrumen minat yang
dikembangkan dari teori-teori minat.
8. Kepribadian. Kepribadian diukur dengan menggunakan tes kepribadian
seperti Q-sort, sixteen personality factor pearson (16PF), Minnesota
multiphasic personality inventori (MMPI), California psychological
inventory (CPI), Eysenc’s personality inventory-A, dan lain-lain.
Dalam bidang pendidikan, pengukuran memegang peranan yang sangat
penting. Data hasil pengukuran dalam bidang pendidikan memiliki arti penting
baik bagi sekolah atau lembaga pendidikan, guru, maupun bagi siswa dan orang
tua siswa atau masyarakat. Bagi guru misalnya hasil pengukuran berfungsi untuk
membandingkan tingkat kemampuan siswa dengan siswa-siswa lain dalam
kelompok yang diajarnya. Disekolah pengukuran dilakukan guru untuk menaksir
prestasi siswa. Alat Yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa pada
umumnya adalah tes yang disebut tes hasil belajar.
Sebagai contoh seorang guru mata pelajaran ekonomi akan melakukan
pengukuran mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi mata pelajaran
yang diajarkan. Untuk melakukan pengukuran tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan, guru tidak dapat menggunakan alat ukur standar yang
disebutkan di atas karena obyek yang diukur berbeda dengan konstruk yang dapat
diukur oleh tes baku yang sudah ada. Proses pengukuran dalam bidang pendidikan
berkenaan dengan bagaimana mengkonstruksi, mengadministrasi dan
menskor tes.
6
tugas pokok seorang pengajar. Keempat tugas pokok tersebut adalah
merencanakan, melaksanakan dan menilai keberhasila pengajaran, serta
memberikan bimbingan. Dalam prakte pengajaran, keempat kegiatan pokok
ini merupakan sebuah kesatuan yang padu, yang tidak dapat
dipisahpisahkan.
Dalam melaksanakan tugas mengajarnya seorang pengajar berupaya
untuk menciptakan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar,
memotivasi siswa, menyajikan bahan ajar, serta menggunakan metode dan media
yang telah disiapkan. Selain itu ia mengolah dan menafsirkan hasil belajar siswa,
serta mengambil keputusa untuk kepentingan peningkatan efektivitas pengajaran
yang akan datang. Guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal, guru juga
memberikan bimbingan kepada siswa denganberupaya untuk memahami kesulitan
belajar yang dialami siswa beserta latar belakangnya dan sekaligus memberikan
bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan dan kewenangannya terhadap
seluruh komponen kegiatan belajarmengajar, pengukuran dan penilaian
memberikan sumbangan yang sangat berarti.
Pengukuran dan penilaian berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-
komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir proses belajar mengajar.
Informasi yang diberikan oleh hasil analisis terhadap hasil pengukuran dan
penilaian sangat diperlukan bagai pembuatan kebijakan-kebijakan yang harus
dilakukan seorang guru bagi peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar di
kelasnya.
Dalam kehidupan profesional seorang guru SD, serta pengukuran dan
penilaian akan tercermin dalam langkah-langkah utama yang disebutkan diatas
(membuat persiapan, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi
hasil belajar, serta memberikan bimbingan). Dalam pembuatan persiapan
(program pengajaran) yang efektif, hasil-hasil pengukuran dan penilaian terhadap
program pengajaran sebelumnya bisa dijadikan dasar bagi perbaikan aspek-aspek
persiapan program pengajaran yang dikembangkan. Misalnya, jika pada penilaian
yang dilakukan pada akhir program sebelumnya diperoleh informasi bahwa hasil
belajar yang dicapai para siswa kurang memuaskan, maka pada pengembangan
7
persiapan program pengajaran selanjutnya, guru tersebut dapat mengambil
langkah-langkah berikut:
2.2 Pengujian
8
b) Dapat memberikan gambaran baginya untuk memperkirakan pencapaian
keberhasilan terhadap keseluruhan program yang akan dilaksanakannya
c) Guru dapat mengetahui bagian mana saja dari bahan pelajaran yang
disajikannya yang benar-benar belum dikuasai oleh siswa lebih-lebih
apabila bagian tersebut merupakan prasyarat bagi bahan pelajaran
berikutnya, maka ia perlu mengadakan upaya perbaikan
9
2.3 Penilaian
10
a. Peran Guru
b. Peran Siswa
11
Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila
standar yang digunakan bisa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam
Harun Rasyid dan Masur: 2007) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar
akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil
menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam
akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi
untuk belajar”. Rudd dan Gunstone (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007)
mengidentifikasi beberapa keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan siswa
dalam proses penilaian diri sebagai berikut:
c. Peran Sekolah
12
pembentukan siswa yang berkualitas sehingga diharapkan siswa dapat
menciptakan suasana yang kondusif yang akan mendukung pembelajaran dan
penilaian yang ada agar dapat berjalan dengan baik.
Penilaian dan motivasi merupakan dua istilah yang melekat pada proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan
mempengaruhi belajar siswa, jika lingkungan atau kondisi mendukung hal
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kemauan guru untuk menerapkan strategi
penilaian yang membuat siswa bertanggungjawab terhadap belajar mereka sendiri.
13
penilaian bukan hanya sekedar membeli label nilai 10, 9, 8, atau lulus, tidak lulus,
naik kelas, tinggal kelas dan sebagainya, tetapi lebih pada pengumpulan informasi
yang berkaitan dengan misalnya kenapa siswa memperoleh nilai 5? Kenapa siswa
malas belajar? Kenapa siswa tidak lulus? Kemudian informasi tersebut harus
digunakan dan dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran
sesuai dangan kebutuhan nyata dari para siswa.
1) Objektif, penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas)
dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, penilaian dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, penilain dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6) Sistematis, penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
7) Edukatif, mendidik dan memotivasi siswa dan guru.
8) Menyeluruh, prinsip menyeluruh menetapkan bahwa penilaian harus
dilaksanakan secara utuh. Penilaian benar-benar dapat mengungkapkan
secara keseluruhan dari objek yang dinilai.
14
dilaksanakan peserta didik. Menurut Nana Sudjana (2005) tujuan penilain hasil
belajar adalah untuk mengetahui:
Guru dapat menempatkan siswa dikelompok yang sama dalam belajar dari
suatu penilaian yang dilakukan.
15
Penilaian berguna untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
2.4 Evaluasi
16
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni
masukan mentah (raw input), yaitu para siswa, dan masukan alat (instrumental
input), yakni unsur manusia dan non manusia yang mempengaruhi terjadinya
proses. Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti
bahan pengajaran, metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain.
Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai anak didik setelah
menerima proses pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam
penilaian hasil. Penilaian terhadap masukan mentah, yakni siswa sebagai subjek
dan objek belajar.
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi
tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar
tidak merugikan. Dalam menjalankan evaluasi, pelajar sendiri harus turut
mempunyai saham secara aktif. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk:
17
2. Akreditasi, Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu
program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu
program dapat dipercaya,diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau
sebaliknya program itu harus diperbaiki/disempurnakan.
Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan
berpengaruh terhadap apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak. Dengan
demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana
keberhasilan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar Lebih jauh
tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh Worthen dan Sanders
(Worthen, 1987:5) yaitu :
1) Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan.
2) Mengukur prestasi siswa
3) Mengevaluasi kurikulum
4) Mengakreditasi sekolah
5) Memantau pemanfaatan dana masyarakat.
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan.
Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana
efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
18
Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan proses untuk
memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil
pengukuran yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan
hasil dari penilaian berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah
justifikasi atau pengambilan keputusan atas hasil penilaian, apakah individu
tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak. Evaluasi adalah proses memberikan nilai
atau harga dari data yang terkumpul. Melalui pengukuran data kuantitatif diproses
dan dinilai hingga menjadi nilai yang bersifat kualitatif. Data yang terkumpul
digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan.
Penilaian dan evaluasi mempunyai hubungan sangat erat satu sama lain.
Siswa dapat diukur kemampuannya melalui tes yang sesuai dengan jenjang atau
tingkat kemampuan serta perkembangan dari proses pembelajaran yang telah
dialami siswa tersebut. Setelah kemampuan siswa diukur dan dinilai, mereka
dapat dievaluasi berdasarkan data-data dari pengukuran dan penilaian tersebut.
Pengukuran menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang
bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian
tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil
pengamatan dan wawancara.
Antara penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu
keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu,
disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan
perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup
penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau
aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan
dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua
komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal
tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif
19
yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument)
pengukuran.
Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan evaluasi harus
melibatkan ketiga kegiatan lainnya, yaitu penilaian, pengukuran, dan tes (non tes).
Gambar 1
Komponen Evaluasi Pendidikan
Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran
(measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk
mendapatkan informasi yang diukur. Oleh sebab itu, dalam proses pengukuran
diperlukan alat bantu tertentu. Misalnya untuk mengukur kemampuan atau
prestasi seseorang dalam memahami bahan pelajaran diperlukan tes prestasi
belajar, untuk mengukur IQ digunakan tes IQ; untuk mengukur berat badan
digunakan alat timbangan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas, maka antara evaluasi dan pengukuran tidak bisa
disamakan walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erta. Evaluasi
akan lebih tepat manakalah didahului oleh proses pengukuran; sebaliknya hasil
pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakalah tidak dikaitkan dengan
proses evaluasi. Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh informasi bahwa
anak-anak SMA dapat menyerap 60% bahan pelajaran yang terkandung dalam
kurikulum. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak SMA cukup bagus
menguasai bahan pelajaran, diperlukan suatu proses pengambilan kesimpulan atau
proses pemberian makna yang disebut dengan evaluasi. Jadi dengan demikian
pengukuran itu hanya bagian dari evaluasi dan tes bagian dari pengukuran. Ini
20
berarti sebelum melakukan evaluasi atau judgment, didahului oleh pengukuran
dan pengukuran adalah hasil dari suatu tes.
Dari penjelasan di atas, maka pengukuran adalah proses pengumpulan data
yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan
terhadap sesuatu. Istilah lain yang erat hubungannya dengan evaluasi dan
pengukuran adalah penilaian (assessment). Penilaian pada dasarnya adalah bagian
dari evaluasi yang lebih luas dari sekedar pengukuran. Dengan demikian, antara
evaluasi, asessment, dan measurement memiliki keterkaitan yang tidak bisa
dipisahkan.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
B.Uno, Hamzah, dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Eben Manik. Peranan Pengukuran dan Penilaian. Diakses melalui
http://creative71ss.blogspot.co.id/2014/11/peranan-pengukuran-dan-
penilaian-dalam.html pada tanggal 19 Agustus 2016
http://ebookinga.com/pdf/pemanfaatan-data-pengujian-asesmen-untuk
1589018.html diakses pada hari jumat 19 agustus 2016
Kurniasih, Imas, S.Pd.I dan Berlin Sani. 2014. 2013 Konsep dan Penerapan.
Surabaya: Kata Pena. Implementasi Kurikulum
Arikunto, Suharsimi, Dr., Prof., 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
http://zonependidikan.blogspot.co.id/2010/06/pengertian-penilaian-menurut-para-
ahli.html (diakses pada 19 Agustus 2016)
http://fitriyani180893.blogspot.co.id/2014/01/peranan-penilaian-dalam
pembelajaran_2750.html (diakses pada 19 Agustus 2016)
http://pepunm1.blogspot.co.id/2012/09/hubungan-antara-tes-
pengukuran.html(diakses pada 19 Agustus 2016)