Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SENYAWA KOMPLEKS

Disusun Oleh:

Kelompok : 3 (Tiga)

1. Annisa Filantropie (06101281621016)


2. Indah Lestari (06101181621060)
3. Novianti (06101181621064)
4. Rindah Meijustika (06101181621008)

Dosen pengampuh: Drs. M. Hadeli L., M.Si.

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 1


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang dengan ridha-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Shalawat dan salam tetap kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan untuk para
keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut beliau yang setia mendampingi beliau.
Terimakasih kepada keluarga, dosen, dan teman-teman yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini yang dengan do’a dan bimbingannya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.

Dalam makalah ini, kami membahas tentang “Senyawa Kompleks” yang


kami buat berdasarkan referensi yang kami ambil dari berbagai sumber, diantaranya
buku dan internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengetahuan yang selama ini kita cari. Saya berharap bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan sebaik mungkin.

Tidak ada gading yang tidak retak, demikian pula makalah ini. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, Januari 2019

Penulis

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 5
BAB II ...................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Senyawa Kompleks .................................................................................... 6
2.2 Sejarah Senyawa Kompleks ......................................................................................... 8
2.3 Tata Nama Senyawa Kompleks ................................................................................... 9
2.4 Isomerisasi dalam Senyawa Kompleks ...................................................................... 10
2.5 Pembentukan Ikatan dan Sifat Ion Kompleks ............................................................ 12
2.6 Warna Kompleks Logam Transisi ............................................................................. 15
2.7 Sifat Magnetic dari Ion Kompleks ............................................................................. 16
BAB III ................................................................................................................................... 17
PENUTUP .............................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 17
3.2. Saran ......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 18

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 3


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terdiri dari ion logam dan
ligan. Ligan dapat berupa molekul atau anion yang menyumbangkan sepasang
elektronnya untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi. Runutan ion-ion logam
essensial bagi kesehatan organisme hidup sering terdapat sebagai ion kompleks.
Selain itu senyawa kompleks juga penting dalam laboratorium kimia, industri, dan
lingkungan. Umumnya logam transisi mudah membentuk senyawa kompleks
dengan molekul netral karena logam transisi mempunyai kulit d atau f yang tidak
terisi penuh.
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa kompleks dapat
dijelaskan dengan teori medan kristal. Warna yang muncul sebagai warna senyawa
kompleks tersebut adalah warna komplemen dari warna yang diserap dalam proses
eksitasi tersebut. Selain itu isomerisasi dalam senyawa kompleks juga perlu dikaji
guna memperlajari bagaimana isomer-isomer yang ada di senyawa kompleks.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah makalah ini guna menjelaskan tentang
pengertian, sejarah, tata nama, isomerisasi, pembentukan ikatan dan sifat ion
kompleks, warna kompleks logam transisi, serta sifat megnetik dari ion kompleks.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apa itu senyawa kompleks?


2. Bagimana sejarah pembentukan senyawa kompleks?
3. Bagaimana tata nama senyawa kompleks?
4. Bagaimana isomerisasi senyawa kompleks?
5. Bagaimana pembentukan ikatan dan sifat ion kompleks?
6. Bagaimana warna kompleks logam transisi?
7. Bagaiamana sifat magnetik dari ion kompleks?
Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 4
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menjelaskan pengertian senyawa kompleks.


2. Untuk menjelaskan sejarah pembentukan senyawa kompleks.
3. Untuk menjelaskan tata nama senyawa kompleks.
4. Untuk menjelaskan isomerisasi senyawa kompleks.
5. Untuk menjelaskan pembentukan ikatan dan sifat ion kompleks.
6. Untuk menjelaskan warna kompleks logam transisi.
7. Untuk menjelaskan sifat magnetik dari ion kompleks.

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat(central metal cation) berupa
logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau
molekul netral yang disebut ligan (ligands). Agar senyawa kompleks dapat
bermuatan netral, maka ion kompleks dari senyawa tersebut, akan bergabung
dengan ion lain yang disebut counter ion. Jika ion kompleks bermu-atan positif,
maka counter ion pasti akan bermuatan negative dan sebaliknya.

Gambar 23.9 susunan dari senyawa kompleks

Ion Kompleks (Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan)


Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang
terikat olehnya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu
bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya atom penyumbang setiap ligan:
a. Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung
oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+ dalam senyawa
[Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh
atom pusat yaitu Co3+. Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering
Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 6
muncul adalah 6, tetapi terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat
muncul dan tidak me-nutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun
bisa muncul.
b. Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi
dan ion logam itu sendiri. Tabel 23.6 memperlihatkan bahwa geometri ion
kompleks tergantung pada bilangan koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan be-
berapa contohnya. Sebuah ion kom-pleks yang mana ion logamnya mem-
iliki bilangan koordinasi 2, seperti [Ag (NH3)2]+, memiliki bentuk yang
linier.

c. Atom penyumbang (donor atom). Ligan-ligan dari ion kompleks merupakan


anion ataupun molekul netral yang menyumbang satu atau lebih atomnya
untuk berikatan dengan ion logam sebagai atom pusat dengan ikatan
kovalen.

Ligan dikelompokkan berdasarkan jumlah dari atom penyumbangnya (donor


atoms). Monodentat, bi-dentat dan polidentat. Ligan monodentat seperti Cl- dan

NH3 dapat menyumbang satu atomnya untuk beri-katan. Ligan bidentat dapat
menyumbang dua atomnya dan ligan polidentat dapat menyumbang lebih dari dua
atomnya.

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 7


Tabel 23.7 Beberapa ligan dalam senyawa kompleks

2.2 Sejarah Senyawa Kompleks


Zat yang sekarang kita sebut senyawa koordinasi telah dikenal selama
hampir 200 tahun ketika kimiawan muda Swiss Alfred Werner mulai
mempelajarinya pada tahun 1980-an. Dia menyelidiki serangkaian senyawa seperti
kobalt, ditunjukkan pada Tabel 23.10. di dalam tabel semua mengandung satu ion
kobalt(III), tiga ion kloridadan sejumlah molekul ammonia. Pada saat itu tidak ada
teori yang dapat menjelaskan bagaimana senyawa dengan rumus kimia yang mirip
bahkan sama persis, dapat memiliki sifat yang ber-beda-beda.

Setelah dilakukan eksperimen oleh werner ternyata mucul gagasan baru dari
werner. Werner mengusulkan suatu ide kompleks koordinasi. Kompleks koordinasi
memiliki atom pusat dikelilingi oleh molekul atau anion yang berikatan secara
kovalen dengan jumlah yang tetap. Kompleks koordinasi bisa dalam keadaan netral
Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 8
atau bermuatan. Untuk membentuk netral maka kompleks harus bergabung dengan
counter ion. Dalam gagasannya Werner juga mengusulkan dua jenis valensi,
valensi primer dan valensi sekunder. Valensi primer dikenal dengan biloks atom
pusat sedangkan valensi sekunder dikenal dengan bilangan koordinasi. Padahal
Werner adalah seorang ahli kimia organik, namun dia sangat berjasa dibidang
anorganik terutama senyawa kompleks. Maka, atas jasanya itulah werner mendapat
penghargaan nobel pada tahun 1913.

2.3 Tata Nama Senyawa Kompleks

Hal yang penting diingat dalam menuliskan rumus dari senyawa kompleks adalah:

1. Kation ditulis terlebih dahulu baru anion.


Contohnya, dalam penamaan [Co(NH3)4Cl2]Cl, kita menamakan kation
[Co(NH3)4Cl2]+ dahulu sebelum anion Cl-, sehingga namanya
tetraamindiklorokobalt(III) klorida
2. Dalam ion kompleks, ligan harus diberi nama terlebih dahulu menurut
urutan abjad, sebelum ion logamnya.
Contohnya dalam ion [Co(NH3)4Cl2]+ , 4 ligan NH3 dan 2 ligan Cl- diberi
nama dahulu sebelum ion logamnya, seperti penamaan pada contoh
pertama.
3. Penambahan dari ligan. Jika ligan tersebut merupakan anion, maka pada
akhir kata diebri imbuhan “o”. Contohnya jika ligannya F- maka diberi
nama fluoro. Jika ligan berupa molekul netral, maka ada penamaan khusus
yang harus diingat.
4. Jumlah dari ligan dapat ditulis dengan imbuhan di-, tri-,tetra-,penta- dll
5. Biloks dari atom pusat ditunjukkan dengan bilangan romawi, jika atom
pusat tersebut memiliki biloks lebih dari satu. Seperti pada contoh pertama
6. Jika ion kompleks berupa anion, maka ion logam sebagai atom pusat,
diberi imbuhan “at” pada akhir kata. Sedangkan jika ion kompleks berupa
kation, maka ion logam ditulis dalam bahasa Indonesia.
7.
Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 9
Contoh:
Tentukan nama dari senyawa Na3[AlF6]!
Dalam senyawa tersebut mengandung Na+ sebagai counter ion, dan [AlF6]3-
sebagai anion kompleks. Anion kompleks tsb memiliki enam(hexa-) ion F- (fluoro)
sebagai ligan, jadi kita menamakannya heksafluoro. Ion kompleks berupa anion,
jadi ion logam harus diberi im-buhan “at” menjadi aluminat, sehingga menjadi
heksafluoroaluminat. Aluminium hanya memiliki 1 biloks sehingga tidak
memerlukan romawi. Counter ion positif diberi nama dahu-lu baru ion
kompleksnya, sehingga nama senyawa dari Na3[AlF6] adalah natrium
heksafluoroaluminat.

2.4 Isomerisasi dalam Senyawa Kompleks

1. Isomer struktur

Dua senyawa yang memiliki rumus kimia yang sama, tetapi dihubungkan
dengan atom yang berbeda disebut isomer struktur. Senyawa kompleks
memiliki dua jenis isomer struktur yakni isomer koordinasi (posisi) dan isomer
rantai.
Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 10
a. Isomer koordinasi, terjadi pada saat susunan dari ion kompleks berubah
tetapi senyawanya tetap. Isomer ini terjadi ketika ligan dan counter ion
saling bertukar posisi, seperti pada [Pt(NH3)4Cl2](NO2)2 dan

[Pt(NH3)4(NO2)2]Cl2.

b. Isomer rantai, terjadi ketika susunan dari ion kompleks tetap sama
namun terikat pada ligan dengan atom penyumbang (donor atom) yang
berbeda. Beberapa ligan dapat beri-katan dengan ion logam dengan 2
atom penyumbang (donor atom). Contohnya ion ni-trit dapat berikatan
dengan pasangan atom N tunggal ( nitro, O2N: ) atau dengan atom O (

nitrito, ONO:) sehingga membentuk isomer rantai. [Co(NH3)5(NO2)]Cl2

dan [Co (NH3)5(ONO)]Cl2.

2. Isomer ruang (stereoisomers) adalah senyawa yang memiliki ikatan antar


atom yang sama tetapi letaknya berbeda dalam dimensi ruang. Isomer ruang
terbagi dari 2 jenis yaitu isomer geometri dan isomer optik.
a. Isomer geometri (cis-trans isomers), terjadi jika atom atau sekelompok
atom disusun berbeda dalam ruang relatif terhadap ion logamnya.
Contohnya [Pt (NH3)2Cl2] dapat mempunya 2 isomer geometri, isomer
yang pertama, ligan yang sama saling berhadapan dalam satu sisi
dinamakan cis-diaminadikloroplatina (II), sedangkan isomer kedua,
ligan yang sama saling bersebrangan dinamakan trans-
diaminadikloroplati-na(II).

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 11


b. Isomer optic, terjadi ketika sebuah molekul dan bayangannya tidak
dapat saling tumpang tindih. Ion kompleks yang berbentuk octahedral
memiliki banyak isomer optic, ini bisa ditunjukkan dengan merotasikan
satu isomernya dan melihat apakah dapat saling tumpang tindih dengan
isomer yang lainnya (bayangannya).

2.5 Pembentukan Ikatan dan Sifat Ion Kompleks


1. Teori Ikatan Valensi pada Ion Kompleks
Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan
ikatan dan struktur dalam golon-gan utama. Ikatan valensi ini juga berguna
untuk menjelaskan pembentukan ikatan pada ion kompleks. Pa-da
pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi, elektronnya
berhibridisasi (overlap) ke orbital ion logam yang masih kosong. Ligan
menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk diterima oleh
ion logam(asam lewis) untuk membentuk satu ikatan kovalen dari ion
kompleks. Pada umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis hibridisasi pada
ion logam(atom pusat) akan menentukan ben-tuk(geometri) dari ion
kompleks tersebut.
1) Oktahedral
Ion heksaaminkrom(III), [Cr(NH3)6]3+, menggambarkan penerapan dari
teori ikatan valensi untuk kompleks berbentuk octahedral. Enam orbital Cr3+
yang belum terisi (2 orbital 3d, 1 orbital 4s, 3 orbital 4p) akan bergabung
membentuk orbital d2sp3 dengan tingat energy yang sama, kemudian

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 12


molekul NH3 memberikan masing-masing satu elektronnya untuk mengisi
orbital yang masih kosong. Electron dari orbital 3d yang tidak ber-pasangan
akan membuat ion kompleks menjadi paramagnetic

2) Tetrahedral
Ion logam yang mempunyai subkulit d yang terisi penuh, seperti Zn2+,
biasanya akan membentuk kompleks tetrahedral. Contohnya ion
[Zn(OH)4] 1 orbital 4s dan 3 orbital 4p dalam Zn berhibridisasi.

membentuk empat orbital sp3.

3) Segiempat Datar
Ion logam dengan orbital d8 biasanya akan membentuk ion kompleks

berbentuk segi empat datar. Contohnya dalam ion [Ni(CN) 4]2-. 1 orbital 3d,

1 orbital 4s, dan 2 orbital 4p dalam Ni2+ akan bergabung membentuk em-

pat orbital dsp2. Di dalam orbital d 8 dari Ni2+, terdapat dua orbital yang

setengah penuh, untuk membentuk hibridisasi dsp2, maka electron dari


salah satu orbital akan mengisi orbital lainnya dan membiarkan satu or-bital
kosong. Orbital kosong ini akan bergabung dengan orbital 4s dan 4p

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 13


membentuk dsp2. Sifat dari ion kompleks ini adalah diamagnetic karena
semua.

2. Teori Medan Kristal

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat


CFT, adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari
senyawa logam transisi yang semuanya dikategorikan sebagai kom-pleks
koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik, warna,
entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi,
namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia.

1) Pemisahan Orbital d (splitting)

Diagram energy dari orbital menunjukkan bahwa semua orbital d


memiliki energy yang lebih tinggi dalam bentuk kompleks
dibandingkan dalam bentuk keadaan bebas. Ini disebabkan gaya tolak
menolak dari ligan yang saling berdekatan. Teta-pi, akan terjadi
pemisahan energy orbital, antara 2 orbital d yang memiliki energy
yang lebih tinggi dengan dengan 3 orbital lainnya. Orbital yang lebih

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 14


tinggi di-namakan orbital eg, dan orbital yang lebih rendah dinamakan

orbital t2g.
Pemisahan energy dalam orbital ini disebut efek medan Kristal, dan
perbedaan energy antara eg dan t2g disebut energy pemisahan. Energy
pemisahan ini di-pengaruhi oleh ligan. Semakin kuat ligan, maka
energy pemisahan semakin besar dan sebaliknya. Besarnya energy
pemisahan ini yang nantinya akan mempengaruhi warna dan sifat
magnetic dari kompleks.

2.6 Warna Kompleks Logam Transisi


Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi
dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah
kompleks berpisah menjadi dua ke-lompok seperti yang dijelaskan di atas, maka
ketika molekul tersebut menyerap foton dari ca-haya tampak, satu atau lebih
elektron yang be-rada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbital-d yang
berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan
keadaam at-om yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam
keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi
foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelom-bang cahaya. Karena
hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap
(gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa
tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang
tidak terserap).

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 15


2.7 Sifat Magnetic dari Ion Kompleks
Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebabkan adanya
subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya. Ion kompleks yang memiliki
elektron yang tidak ber-pasangan pada diagram pemisahannya bersifat
paramagnetik dan dapat ditarik oleh medan magnet. Sedangkan ion kompleks yang
memiliki elektron berpasangan pada diagram pemisahannya bersi-fat diamagnetik
dan dapat ditolak oleh medan magnet.

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 16


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat(central metal cation)
berupa logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat
anion atau molekul netral yang disebut ligan (ligands).
2. Senyawa koordinasi telah dikenal selama hampir 200 tahun ketika
kimiawan muda Swiss Alfred Werner mulai mempelajarinya pada tahun
1980-an.
3. Tata nama senyawa kompleks mengikuti aturan tertentu, seperti kation
ditulis terlebih dahulu baru anion. Dalam ion kompleks, ligan harus diberi
nama terlebih dahulu menurut abjad, sbelum ion logamnya, dan seterusnya.
4. Isomerisasi dalam senyawa kompleks dibagi menjadi isomer struktur dan
isomer ruang. Isomer struktur terdiri dari isomer koordinasi dan isomer
rantai, sedangkan isomer ruang terdiri dari isomer geometri dan isomer
optik.
5. Pembentukan ikatan dan sifat ion kompleks mengikuti dua teori yakni teori
ikatan valensi dan teori medan kristal.
6. Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi
dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini.
7. Ion kompleks memiliki sifat magnetik. Sifat magnetik ini disebabkan
adanya subkulit d yang tidak terisi penuh pada ion pusatnya.

3.2. Saran
Materi dalam makalah ini belum mencakup materi senyawa kompleks
secara keseluruhan, jadi diharapkan agar kiranya pembaca mencari sumber lain
untuk lebih memperdalam materi mengenai senyawa kompleks.

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 17


DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasa rKonsep-Konsep Inti Jilid 1EdisiKetiga.


Jakarta: Erlangga

Cotton, F. Albert dan Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:
UI-Press
Faliza, Fedina. 2015. Senyawa Kompleks. (Online). https://www.academia.
edu/30491404/Makalah_Senyawa_Kompleks. (Diakses pada tanggal 25
Januari 2019).

Kirna, I Made dan I Nyomansuardana. 2004. Ikatan Kimia. Singaraja: IKIP Negeri
Singaraja.
Obelia, Neli. 2014. Makalah Senyawa Kompleks. (Online). https://www.scribd.com
/doc/228938830/Makalah-Senyawa-Kompleks. (Diakses pada tanggal 25
Januari 2019).

Kelompok 3 Senyawa Kompleks | 18

Anda mungkin juga menyukai