I. TUJUAN 1.1 Mengetahui proses kristalisasi. 1.2 Mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap kristalisasi NaCl. 1.3 Untuk mengetahui bentuk dan ukuran kristal menggunakan mikroskop elektronik.
II. DASAR TEORI 2.1 Definisi Kristalisasi Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat. [1] Kristalisasi merupakan metode yang praktis untuk mendapatkan bahan-bahan kimia murni dalam kondisi yang memenuhi syarat baik untuk pengemasan ataupun untuk penyimpanan. Kristalisasi dapat juga digunakan untuk memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen hingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan dan berulang, bentuknya dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik, heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk itu nantinya tergantung dari proses downstream (pemurnian) yang dilakukan dan juga spesifikasi produk yang diharapkan oleh pasar. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat 2
terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia. [2]
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi Berikut adalah faktor yang mempengaruhi kristalisasi : a. Laju pembentukan inti (nukleous) Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalamsatuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid. Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan cara sebagai berikut : pendinginan yang cepat pengadukan yang baik memakai larutan yang murni temperatur yang tinggi konsentrasi yang tinggi pemberian kristal halus sebagai bibitan
b. Laju pertumbuhan kristal Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga dipengaruhi derajat lewat jenuh. Beberapa parameter yang mempengaruhi kecepatan terbentuknya inti kristal, yakni : 3
1) Kondisi lewat dingin larutan Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yang diperlukan sampai inti kristal terbentuk) akan semakin pendek. 2) Suhu Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat. 3) Sumber inti kristal Inti yang terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki kecendrungan mempercepat kristalisasi 4) Viskositas Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya konsentrasi larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan, berkurangnya pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas sebagai energi pembentukan inti kristal. 5) Kecepatan pendingin Pendingin yang cepat akan menghasilkan inti kristal yang lebih banyak dibandingkan pendingin yang lambat. 6) Kecepatan agitasi Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi menyebabkan pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien. 7) Bahan tambahan dan pengotor Bahan bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat pembentukan inti kristal. 8) Densitas massa kristal Jumlah larutan yang terdapat dalam satu unit volume yang terdapat dalam larutan akan berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal. 2.3 Proses Nukleasi Pada sistem padat cair dibagi dalam 2 kategori, yaitu : a. Primary nucleation 4
Nukleasi akibat penggabungan molekul molekul saat membentuk clusters yang kemudian tumbuh menjadi kristal. Dalam larutan supersaturasi, terjadi penambahan solut sehingga mendifusi ke clusters dan tumbuh menjadi lebih stabil. Ukuran kristal besar, maka solubility kecil, sebaiknya ukuran kristal kecil maka solubility besar. Oleh karenanya, jika ada kristal yang berukuran lebih besar maka kristal akan tumbuh, sedangkan kristal kecil akan terlarut lagi. b. Secondary nucleation (contact nukcleation) Nukleasi terjadi jika kristal bertabrakan dengan bahan lain, pengaduk, dinding/pipa tangki. Nukleasi dapat dipercepat dengan adanya bibit kristal, enrgi aktivitasnya lebih kecil daripada primary nucleation. Ada beberapa cara penjenuhan larutan (supersaturasi), yakni : a. Pendinginan Larutan yang akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan tersebut. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan. Pendinginan dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan. b. Penguapan Solvent Larutan yang dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut. Setelah dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada pelarutnya. Penguapan bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa yang terdapat pada filtrat. c. Evaporasi Adiabatis 5
Metode ini digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam tempat vakumyang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan penguaapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis. d. Salting Out Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit. 2.4 Struktur Kristal NaCl Dalam mineralogi dan kristalografi, struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal. Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi. Spasi antar sel unit dalam segala arah disebut parameter kisi. Sifat simetri kristalnya terwadahi dalam gugus spasinya. Struktur dan simetri suatu emmainkan peran penting dalam menentukan sifat-sifatnya, seperti sifat pembelahan, struktur pita listrik, dan optiknya. Setiap struktur kristal memiliki sel unit konvensional yang biasanya dipilih agar kisi yang dihasilkan sesimetris mungkin. Meski begitu, sel unit konvensional tidak selalu pilihan terkecil yang mungkin. Suatu sel unit primitif dari suatu struktur kristal merupakan sel unit terkecil yang mungkin yang dapat dibangun, sehingga, ketika disusun, akan mengisi spasi/ruang secara sempurna. Sel Wigner-Seitz adalah suatu sel primitif khas yang memiliki simetri yang sama dengan kisinya. 6
Gambar 1. Struktur Kristal dan Kisi Kristal Kristal adalah benda mati yang sangat teroganisasi dan berbentuk susunan tiga dimensi yang beraturan yang disebut kisi (lattice). Bila kristal terbentuk tanpa gangguan dari kristal lain atau benda luar maka akan berbentuk polihedron yang mempunyai sudut tajam dan sisi rata. Bentuk kristal diklasifikasikan atas dasar sudut-sudut terbentuknya menjadi tujuh macam yaitu kubus, heksgonal, trigonal, tetragonal, ortorombik, monoklin, dan triklin. Satu bahan tertentu dapat terkristalisasi dalam dua bentuk yang berbeda atau lebih tergantung kondisi kristalisasi. Bentuk kristal dipengaruhi juga oleh pertumbuhan kristal yang dipengaruhi oleh suhu. 2.4.1 Kristal NaCl Natrium klorida dikenal dengan garam dapur atau halit adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini merupakan garam yang paling mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular. Selain itu, senyawa ini berupa kristal berwarna putih. Sodium klorida atau Natrium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih, sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat 7
terhambat. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini, maka apabila NaCl terlarut di dalam air, air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi dan dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah) / low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih, sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut. Hal ini dapat terjadi, karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Itu merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi Sodium klorida (NaCl), maka hal ini dapat teratasi. Stuktur model kisi kristal NaCl adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Kristal NaCl Kristal garam dapur terbentuk kubus, karena NaCl mengkristal dengan kisi kubus. Ionnya terletak pada tapak kisi yang ada 8
diantara sesama terutama bersifat elektrostatik, karena gaya elektrostatiknya kuat maka kristal NaCl memiliki energi yang besar. Kristal NaCl relatif keras, bila terkena pukulan cenderung berantakan, sebab bidang-bidang ion selalu bergeser, bergerak dari keadaan tarik-menarik menjadi tolak-menolak.
III. ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat a. Gelas Beker 100 ml b. Batang pengaduk c. Pemanas d. Kaca arloji e. Spatula f. Preparat g. Mikroskop elektronik h. Pipet tetes 3.2 Bahan a. Padatan NaCl b. Aquades
IV. LANGKAH KERJA 1) Ditimbang NaCl sebanyak 3 gram, kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquadest. 2) Larutan diaduk pada suhu kamar selama 15 menit. 3) Setelah 15 menit, kristal yang terbentuk diamati di bawah mikroskop elektronik. 4) Larutan diaduk kembali selama 15 menit dan diamati lagi menggunakan mikroskop elektronik hingga terlihat struktur kristal yang terbentuk. 5) Langkah nomor 1 sampai 4 diulangi dengan variasi suhu 30C, 40C, dan 50 C. Pada variasi suhu, selain suhu kamar, larutan yang dipanaskan setelah setiap 15 menit didinginkan secara cepat pada bak penampung yang berisi es batu. 9
V. DATA PENGAMATAN Penimbangan NaCl Massa NaCl Suhu 3,1512 gr 30 o C 3,5211 gr 40 o C 3,9123 gr 50 o C
Waktu pengamatan : setiap 15 menit hingga 120 menit Variasi suhu pemanasan : Suhu kamar , 30 o C, 40 o C, dan 50 o C Gambar hasil pengamatan pembentukan kristal terlampir.
VI. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui proses kristalisasi, mengetahui pengaruh suhu dan konsentrasi terhadap kristalisasi NaCl, dan untuk mengetahui bentuk beserta ukuran kristal dengan mikroskop elektronik. Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.kristalisasi dapat dikatakan sebagai metode yang sangat praktis untuk mendapatkan bahan murni dalam bentuk kristal. Pada percobaan ini, proses kristalisasi dilakukan dengan mengrekristalisasi padatan Natrium klorida (NaCl). Rekristalisasi merupakan proses pembentukan kembali kristal yang bertujuan untuk mengendalikan pembentukan kristal sehingga didapat kristal yang baik dan juga untuk memurnikan kristal. Prinsip rekristalisasi adalah melarutkan senyawa dengan pelarut yang sesuai di dekat titik didih pelarut lalu didinginkan untuk membentuk kembali kristal. Pelarut yang digunakan disini adalah aquadest. NaCl dilarutkan dengan aquades sambil dipanaskan dan diaduk agar homogen. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadi, karena pelarut 10
sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut, sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya. Pemanasan dengan temperatur tinggi bertujuan untuk mempercepat terjadinya tumbukan partikel, sehingga dapat mempercepat laju pembentukan kristal. Selain itu, juga bertujuan untuk menguapkan solvent. Saat pemanasan dilakukan terbentuk inti kristal dikarenakan aquades teruapkan, sehingga keadaan larutan menjadi lewat jenuh. Sedangkan pengadukan selama kristalisasi dilakukan agar larutan homogen dan hal ini sangat mempengaruhi laju pertumbuhan kristal. Dalam praktikum ini suhu pemanasan dilakukan dengan beberapa variasi yaitu suhu kamar (30C) , 40C, dan 50 C serta variasi suhu dilakukan dengan perbedaan konsentrasi yang kecil serta hanya terfokus pada titik supersaturated. Namun secara teori semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin tinggi laju pembentukan kristal. Untuk larutan NaCl yang berada pada kondisi suhu 30 o C tidak dilakukan pemanasan, melainkan hanya diaduk dan dibiarkan pada suhu kamar. Setiap 15 menit larutan langsung didinginkan pada bak berisi es batu agar terjadi pendinginan cepat dan kristal langsung diamati di bawah mikroskop. Kristal yang telah terbentuk kemudian diamati dimensinya. Hasil pengamatannya adalah seperti yang terlampir pada lampiran. Berdasarkan hasil pengamatan pada menit ke-15 untuk suhu 30 o C, belum ada bentuk kristal NaCl yang teramati dan hanya ada butiran-butiran solvennya. Pada Setelah menit ke-30, kristal mulai muncul dengan ukuran yang sangat kecil dan jarak saling berjauhan. Bentuk-bentuk kristal tampak tumbuh hingga menit ke-120. Akan tetapi, bisa kita lihat, pada menit ke-60 dan 120, banyak pengotor yang teramati. Adanya pengotor akan memperlambat kecepatan untuk membentuk kristal. Pengotor-pengotor tersebut kemungkinan disebabkan masuknya kotoran atau zat selain larutan NaCl saat percobaan berlangsung atau dapat disebabkan oleh kurang bersihnya tempat larutan yang digunakan. Selanjutnya, untuk larutan yang dipanaskan pada suhu 40 o C, pengamatan dilakukan setelah tidak terjadi uap pada larutan tersebut. Apabila terdapat uap, 11
maka dapat mengganggu atau merusak sistem kerja lensa objektif dari mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan kristal yang terbentuk saat larutan NaCl berada pada suhu 40 o C tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan kristal pada suhu 30 o C. hal ini disebabkan perbedaan suhu yang tidak terlalu jauh. Seharusnya semakin tinggi dan semakin lama proses pemanasan, pertumbuhan kristal akan semakin besar. Pada suhu ini juga ditemukan hasil pengamatan yang banyak pengotor sehingga sangat menganggu pembentukan kristal. Namun, pada saat suhu 50 o C, kristal yang terbentuk memiliki ukuran lebih besar dibanding kristal pemanasan sebelumnya. Hal ini dikarenakan, inti kristal yang terbentuk pada suhu 50 o C mengembangkan ikatannya menjadi lebih besar setiap pemanasan 15 menit sebab terjadi pengikatan antara molekul solute ke kisi-kisi permukaan kristal yang berupa ikatan elektron. Kristal pemanasan pada suhu 50 o C juga memperlihatkan bahwa jarak antar kristal semakin dekat dengan semakin banyaknya kristal yang terbentuk. semakin tinggi suhu pemanasan, maka semakin besar luas kristal yang terbentuk. Dengan meningkatnya suhu dan semakin lama pemanasan maka kristal yang terbentuk akan semakin besar. Hal ini jelas terlihan pada hasil pengamatan pada suhu 50 o C dan pada waktu 120 menit. Berdasarkan teori kristal NaCl berbentuk kubus karena NaCl mengkristal dengan sisi kubus namun dalam praktikum ini hal tersebut belum terlihat jelas pada mikroskop meskipun secara visual langsung sudah banyak kristal yang terbentuk saat suhu 50 o C.
VII. KESIMPULAN 1. Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.kristalisasi dapat dikatakan sebagai metode yang sangat praktis untuk mendapatkan bahan murni dalam bentuk kristal. 2. Semakin tinggi suhu pemanasan, maka semakin besar luas kristal yang terbentuk dan semakin cepat laju pembentukan kristal. 12
3. Berdasarkan hasil pengamatan, dimensi kristal NaCl belum bisa dilihat dengan mikroskop karena suhu pemanasan yang masih rendah dan adanya pengotor yang menganggu pembentukan kristal namun teori kristal NaCl berbentuk kubus karena NaCl mengkristal dengan sisi kubus.
VIII. DAFTAR PUSTAKA [1] http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi diakses tanggal 25 September 2013 pukul 19.30 WIB [2] http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan- kimia-dan-analisis/kristalisasi/ diakses tanggal 25 September 2013 pukul 19.45 WIB [3] http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_kristal diakses tanggal 25 September 2013 pukul 19.50 WIB [4] http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_klorida diakses tanggal 25 September 2013 pukul 20.30 WIB [5] http://www.scribd.com/doc/52730323/Kristalisasi-kelmpk-2 diakses tanggal 26 September 2013 pukul 20.50 WIB