Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AUTHENTIC ASSESSMENT

HUBUNGAN ANTARA PENGUKURAN, TES, ASESMEN, DAN


EVALUASI

Oleh :
Reni Dias Agustin NIM 190220104002
Muhammad Rizqi NIM 190220104012
Rizki Novitasari NIM 190220104017
Moch. Ichwan Triantono NIM 190220104022
Anggarini Dian P. NIM 190220104025

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Maret 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah limpahkan pada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW, sampai akhir zaman.
Makalah Mata Kuliah Authentic Assessment yang berjudul “Hubungan Antara
Pengukuran, Tes, Asesmen, dan Evaluasi” dapat terselesaikan tepat waktu.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu, memberi kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.

Jember, 12 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................Error! Bookmark not defined.1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Pengukuran..........................................................................................................3
2.2 Tes........................................................................................................................5
2.3 Asesmen...............................................................................................................8
2.4 Evaluasi..............................................................................................................11
2.5 Perbedaan Antara Pengukuran, Tes, Asesmen, dan Evaluasi............................15
2.6 Hubungan Antara Pengukuran, Tes, Asesmen, dan Evaluasi............................18
BAB III. PENUTUP....................................................................................................22
3.1 Kesimpulan........................................................................................................22
3.2 Saran..................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................23

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi
dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga
dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum
merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Pelaksanaan penilaian
merupakan salah satu hal terpenting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak
bisa diabaikan.
Dalam setiap pembelajaran pendidik harus mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang dilakukan. Hasil yang dimaksud adalah baik atau tidak baik,
bermanfaat atau tidak, dan sebagainya. Jika hasil pembelajaran mencapai hasil
yang baik, pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan
sebaliknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang
telah dicapai yaitu dengan asesmen. Pendidik dihadapkan pada beberapa istilah
yang sering dikacaukan pengertiannya bahkan sering digunakan secara bersamaan
dalam pelaksanaan assessment yang diantaranya yaitu pengukuran, tes, asesmen,
dan evaluasi. Maka dari itu disusun lah makalah guna memaparkan istilah-istilah
tersebut serta untuk dapat mengetahui perbedaan dan hubungan antara antara
pengukuran, tes, asesmen, dan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pengukuran?
2. Apakah yang dimaksud dengan tes?
3. Apakah yang dimaksud dengan asesmen?
4. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi?
5. Bagaimana perbedaan antara pengukuran, tes, asesmen, dan evaluasi?
6. Bagaimana hubungan antara pengukuran, tes, asesmen, dan evaluasi?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengukuran.
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tes.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan asesmen.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan evaluasi.
5. Untuk mengetahui perbedaan antara pengukuran, tes, asesmen, dan
evaluasi.
6. Untuk mengetahui hubungan antara pengukuran, tes, asesmen, dan
evaluasi.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran
Pengukuran yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan
dalam bahasa arabnya adalah muqasayah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk “mengukur” sesuatu. Pengukuran merupakan pemberian angka-
angka pada objek atau kejadian-kejadian menurut suatu aturan tertentu (Kerlinger,
2007). Menurut Cangelosi (1995) pengukuran adalah proses pengumpulan data
melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan. Berkaitan dengan pengukuran prestasi belajar siswa,
guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang
dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka
katakan, dan bagaimana mereka menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Alwasilah, (1996) mengatakan bahwa pengukuran adalah proses dalam
mendeskripsikan kinerja siswa dengan menggunakan skala kuantitatif sehingga
sifat kualitatif dari kinerja siswa dapat dinyatakan dengan angka-angka. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Zainul, (2001) bahwa pengukuran merupakan
pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh
seseorang, atau suatu objek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi
yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para
ahli. Karakteristik suatu pengukuran, antara lain adalah memberi angka terhadap
sesuatu yang disebut objek secara sistematis, proses pengumpulan data melalui
pengamatan empiris, dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes, dan
bersifat kuantitatif (bergerak dengan angka). Sehingga pengukuran dalam bidang
pendidikan dapat diartikan sebagai mengukur karakteristik peserta didik tertentu.
Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian
pengukuran sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. Pengukuran yang bersifat
kuantitatif itu dibagi menjadi tiga, yang pertama adalah pengukuran yang
dilakukan bukan untuk menguji sesuatu. Misalnya; pengukuran yang dilakukan

3
oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran
pinggang dan sebagainya. Yang kedua adalah pengukuran yang dilakukan untuk
menguji sesuatu. Misalnya; pengukuran untuk menguji daya tahan per baja
terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan nyala lampu pijar,
dan sebagainya. Yang ketiga adalah pengukuran untuk menilai, yang dilakukan
dengan jalan menguji sesuatu. Misalnya; mengukur kemajuan belajar peserta
didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka
dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga ini yang dipakai dalam
dunia pendidikan.
Pengukuran (measurement) dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes.
Amalia (2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil
test) dan tes lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan kerja
siswa (portofolio), hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), dan kinerja
(performance). Berikut merupakan contoh acuan kriteria penilaian laporan
praktikum siswa.

4
Tabel 1. Contoh Acuan Kriteria Penilaian Laporan Praktikum Siswa

2.2 Tes
Istilah tes berasal dari Bahasa latin “testum” berarti sebuah piringan atau
jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan
selanjutnya hanya dibatasi sampai metode psikologi yaitu cara untuk menyelidiki
seseorang. Pada hakikatnya tes merupakan suatu alat yang berisi serangkaian
tugas yang dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku tertentu. Beberapa pengertian tes menurut beberapa ahli,
antara lain :

5
a. Tes merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mecatat atau
mengamat prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs &
Chase, 1992)
b. Mennurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pernyataan
atau tgas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang suatu atribut pendidikan atau atribut psikkologi tertentu.
c. Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang dilakukan oleh
guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam
memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang
telahditentukan (Calongesi, 1995)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes
merupakan instrument atau alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
tentang individu yang telah direncanakan untuk mengetahui atribut dimana tiap
butir pertanyaan tersebut memiliki jawaban. Sebagai alat pengumpul informasi tes
harus dirancang secara khusus. Kekhususan tes terlihat dari bentuk soal tes yang
digunakan, jenis pertanyaan, rumusan pertanyaan yang diberikan dan pola
jawabannya harus dirancang menurut kriteria yang telah ditetapkan. Demikian
juga dengan waktu yang disediakan untuk menjawab pertanyaan dan
pengadminsitrasian tes juga harus dirancang secara khusus. Biasanya aspek tes
meliputi ranah kogniitf, afektif, dan psikomotor.
Secara umum, ada dua macam fungsi tes, yaitu :
- Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini pengukuran dalam
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oelh peserta didik
setelah melakukan proses kegiatan belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
- Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, karena dengan tes
dapat dilihat seberapa jauh program pembelajaran yang telah tentukan, telah
tercapai.
Sedangkan menurut Arikunto (2005: 152) dalam bukunya Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, fungsi tes dapat dilihat dari tiga hal :
a. Fungsi untuk kelas
b. Fungsi untuk bimbingan

6
c. Fungsi untuk administrasi
Adapun perbandingan dari ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
Fungsi Untuk Kelas Fungsi Untuk Fungsi Untuk
Bimbingan Administrasi
a. Mengadakan diagnosis a. Menentukan arah a. Memberikan
terhadap kesulitan belajar pembicaraan petunjuk dalam
b. Mengevaluasi celah antar dengan wali murid mengelompokkan
bakat dengan pencapaian tentang pencapaian siswa.
c. Menaikkan tingkat anak-anak mereka. b. Penempatan siswa
prestasi b. Membantu siswa baru
d. Mengelmpokkan siswa dalam menentukan c. Menilai kurikulum
dalam kelas pada waktu pilihan d. Memperluas
kelompok c. Membantu siswa hubungan
e. Merencakan kegiatan dalam mencapai masyarakat
proses belajar mengajar tujuan pendidkan e. Menyediakan
untuk siswa secara dan jurusan informasi untuk
individu d. Memberikan badan lain di luar
f. Menetukan tingkat kesempatan sekolah.
pencapaian untuk setiap kepada
peserta didik pembimbing, guru,
dan wali murid
dalam memahami
anak

I.

7
2.3 Asesmen
Terdapat beberapa definisi assessment (penilaian) diantaranya:
a. Menurut Lim dan Groundlond (Uno dan Satria, 2012), asesmen merupakan
istilah umum yang meliputi belajar siswa (observasi, rata-rata peaksanaan tes
tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, assessment
didefinisikan juga sebagaisebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan
informasi yang dgunakan untuk membuat keputusan terhadap peserta didik,
kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau
instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan, Lembaga, organisasi atau
instusi resmi yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu.
b. Menurut Angelo dan Cross (Abidin, 2014), assessment merupakan sebuah
proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-hal yang telah
dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam
pembelajaran.
c. Assessment menurut Zaenal Arifin (2009:2) merupakan suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
d. Asesmen menurut Dariyanto (2010:130) adalah suatu proses untuk
menyimpulkan hasil pengukuran melalui analisis yang sistematis dengan
menggunakan kriteria seperti baik, buruk, cocok tidak cocok sesuai dengan
kriteria penilaian masing-masing.
e. Haryati (2009:15) berpendapat ia mengungkapkan bahwa assessment
merupakan istilah mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk
mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai untuk kerja
individua tau kelompok.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa
Assessment merupakan proses pengumpulan informasi menyeluruh yang
dilakukan terus menerus untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam
proses pemeblajaran dengan penilaian secara individu maupun kelompok. Dengan
demikian Asssessment harus dilakukan dengan baik, karena penilaian merupakan
komponen yang sangat utama dari pengembangan individu maupun kelompok.

8
Dalam proses pemebelajaran tujuan dilakukannya Assessment (penilaian)
menurut Sudjana (2005) yaitu sebagai berikut,
1) Mendeskripsikan kecakapan peserta didik sehingga dapat diketahui kelebihan
atau kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang
ditempuh.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah yaitu
seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah
tujuan pendidikn yang diharapkan.
3) Menentukan tindak lanjut hasil assessment yakni dengan melakukan
perbaikan dalam program pendidikan dan pembelajaran serta strategi
pembelajaran.
4) Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Sehingga penggunaan assessment yang tepat akan
menentukan keberhasilan dalam memperoleh informasi yang berkenaan
dengan proses pemeblajaran.
Dengan mengetahui pengertian dari Asssessment, maka dapat dikatakan
bahwa fungsi Assessent menurut Arikunto (2005: 10-11) adalah :
1) Fungsi selektif, artinya dengan melakukan Assessment guru memiliki cara
dalam mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswa.
2) Fungsi Diagnostik. Apabila alat yang digunakan dalam Assessment cukup
memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya dapat mengetahui
kelemahan maupun sebab-sebab dari kelemahan tersebut.
3) Fungsi penempatan. Pendekatan yang bersifat melayani perbedaaan
kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan
dimana siswa akan diletakkan dalam kelompok, digunakan suatu penilaian.
4) Fungsi Pengukuran. Fungsi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
program pendidikan yang dibuat telah tercapai. Keberhasilan program
ditentukan oleh factor guru, kurikulum, metode mengajar, sarana, dan sistem
administrasi.
Menurut Unodan Satria (2012) fungsi Assessment (penilaian) dalam
pendidikan bagi guru adalah untuk (a) mengetahui kemampuan belajar siswa, (b)
mengetahui kedudukan masing-masing individu dalam kelompok, (c) mengetahui

9
kelemahan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan, (d) memperbaiki proses
belajar-mengajar, (e) menentukan kelulusan peserta didik. Sedangkan bagi peserta
didik, penilaian berfungsi sebagai, (a) mengetahui kemampuan hasil belajar, (b)
memperbaiki cara belajar, (c) menumbuhkan motivasi belajar. Bagi sekolah
Assessment berfungsi sebagai, (a) mengukur mutu hasil pendidikan, (b)
mengetahui kemajuan atau kemunduran sekolah, (c) membuat keputusan kepada
peserta didik, dan (d) mengadakan perbaikan kurikulum.
Ciri- ciri Assessment (penilaian) dalam pendidikan menurut Arikunto
(2005: 11-17) antara lain sebagai berikut:
1) Penilaian dilakukan secara langsung. Contoh kasusnya adalah mengukur
kepandaian melalui kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal.
2) Penggunaan ukuran kuantitatif. Artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif. Contoh : Ani memiliki IQ 125 dan Andi memiliki IQ 105, maka
Ani termasuk anak sangat pandai dan Andi termasuk anak normal.
3) Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap,
karena dari contoh di atas IQ 105 termasuk normal dan IQ 80 termasuk
dungu.
4) Bersifat relative, artinya tidak selalu sama dari waktu ke waktu yang lain.
5) Sering terjadi kesalahan – kesalahan. Kesalahan -kesalahan tersebut bisa
ditinjau karena beberapa factor antara lain terletak pada alat ukurnya, pada
orang yang melakukan penilaian, pada anak yang dinilai atau situasi pada saat
penilaian berlangsung.
Manfaat penilaian menurut Kunandar (2013:71) antara lain sebagai
berikut:
1) Mengetahui tingkat pencapai kopentensi selama dan setelah proses
pembelajaran berlangsung;
2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kopetensi;
3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta
didik;

10
4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan dan
sumber belajar yang digunakan;
5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru;
6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas
pembelajaran yang dilakukan sekolah.
Tujuan dan manfaat penilaian menurut Arikunto (2008: 37) antara lain
sebagai berikut:
1) Makna bagi siswa dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat
mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh siswa ada 2 kemungkinan yakni
memuaskan atau tidak memuaskan.
2) Makna bagi guru dengan hasil penilaian guru akan dapat mengetahui siswa
mana saja yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil
menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa mana yang belum
menguasai bahan. Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang
akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
3) Makna bagi sekolah adalah guru-guru mangadakan penilaian dan diketahui
bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai harapan atau belum.

2.4 Evaluasi
Istilah evaluasi sering disamaartikan dengan ujian. Kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran (John M.
Echols dan Hasan Shadily:1983). Berikut ini akan dipaparkan pengertian evaluasi
menurut para ahli dengan cara yang berbeda meskipun maknanya relatif sama.
1. Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan
suatu alternatif keputusan.

11
2. Kumano (2001) berpendapat bahwa evaluasi merupakan penilaian terhadap
data yang dikumpulkan melalui kegiatan assesmen.
3. Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan
sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.
4. Purwanto (2003) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana
tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
5. Sementara itu Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program
pendidikan.
6. Sridadi (2007) berpendapat bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang
dirancang secara sistematis dan terencana dalam rangka untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian yang telah
dilakukan sebelumnya.
Sejalan dengan berbagai pendapat diatas, evaluasi secara umum dapat
diartikan sebagai serangkaian proses dalam merencanakan, memperoleh dan
menyediakan informasi yang sangat dibutuhkan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan dalam proses belajar mengajar. Menurut Arifin (2013:5)
dalam Asrul (2014), pada hakikatnya evaluasi merupakan suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada
sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil
suatu keputusan. Lebih lanjut Arifin menjelaskan beberapa hal tentang evaluasi:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu yang
berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pertimbangan sebagai dasar penentuan nilai
dan arti.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti harus berdasarkan pada kriteria
tertentu.

12
Jenis evaluasi dapat dibedakan berdasarkan tujuan dan apa yang akan
dievaluasi. Berdasarkan tujuannya, evaluasi dapat dibedakan menjadi (Gafoor,
2013):
1. Evaluasi penempatan
Merupakan jenis evaluasi yang dilakukan untuk evaluasi yang digunakan untuk
menempatkan siswa dalamprogram pendidikan tertentu yang sesuai dengan
karakteristik siswa.
2. Evaluasi formatif
Merupakan evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan
proses belajar dan mengajar.
3. Evaluasi diagnostik
Merupakan jenis evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.
4. Evaluasi sumatif
Merupakan jenis evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk menentukan hasil
dan kemajuan belajar siswa.
Sedangkan berdasarkan apa yang akan dievaluasi dapat dibedakan
menjadi:
1. Evaluasi siswa
Evaluasi Siswa adalah salah satu variabel yang menilai siswa; variabel utama
lainnya termasuk bakat, kecerdasan, kepribadian, sikap dan minat. Untuk
menilai prestasi, tes, baik yang terstandarisasi dan buatan guru, diberikan;
proyek, prosedur dan presentasi lisan dinilai; dan pengamatan formal dan
informal dilakukan.
2. Evaluasi kurikulum
Jenis evaluasi kurikulum melibatkan evaluasi program pengajaran atau materi
pengajaran, termasuk evaluasi faktor-faktor seperti strategi pembelajaran, buku
teks, materi audiovisual, dan pengaturan fisik dan organisasi. Evaluasi
kurikulum biasanya melibatkan kriteria dan perbandingan internal dan
eksternal.

13
a. Evaluasi internal berkaitan dengan apakah proses atau produk baru
mencapai tujuan yang dinyatakannya, yaitu apakah ia melakukan apa yang
dimaksudkan untuk dilakukan, serta dengan tujuan evaluasi itu sendiri.
b. Evaluasi eksternal berkaitan dengan apakah proses atau produk melakukan
apa pun yang dilakukannya lebih baik daripada beberapa proses atau
produk lain
3. Evaluasi sekolah
Evaluasi sekolah melibatkan evaluasi program pendidikan total sekolah dan
mensyaratkan pengumpulan data tentang semua aspek fungsinya. Tujuan dari
evaluasi sekolah adalah untuk menentukan sejauh mana tujuan sekolah
dipenuhi dan untuk mengidentifikasi bidang kekuatan dan kelemahan dalam
total program. Secara umum, evaluasi sekolah melibatkan lebih dari
administrasi tes untuk siswa; mungkin memerlukan kombinasi kuesioner,
wawancara, dan observasi dengan data yang dikumpulkan dari semua orang di
komunitas sekolah, termasuk administrasi, guru, dan komite.
4. Evaluasi personil
Evaluasi personil mencakup evaluasi semua orang yang bertanggung jawab,
baik secara langsung atau tidak langsung, untuk hasil pendidikan, yaitu, guru,
administrator, penasihat dan sebagainya. Telah diketahui bahwa bidang
evaluasi ini sangat rumit; sulit untuk menentukan perilaku apa yang harus
dievaluasi. Solusi terbaik untuk masalah evaluasi personil adalah
mengumpulkan data terbaik dan sebanyak mungkin, dari sebanyak mungkin
sumber.
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Dalam proses
pembelajaran, evaluasi terdiri atas tiga tahapan, yaitu: (Gafoor, 2013)
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan hasil yang diinginkan.
2. Menyusun atau memilih tes dan alat evaluasi lain yang relevan dengan hasil
yang ditentukan.
3. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan pengajaran dan hasil
pembelajaran.

14
2.5 Perbedaan Antara Pengukuran, Tes, Asesmen, dan Evaluasi
Dalam pelaksanaannya assesmen, evaluasi, tes dan pengukuran memiliki
perbedaan masing-masing. Hal ini didasarkan pada pernyataan yang dikemukakan
oleh Apple (1998). Asesmen dan evaluasi memiliki tujuh perbedaan yang
mencangkup beberapa hal sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini:
Dimension of differences Assesment Evaluation
Timing formative summative
Focus of Measurement Process- Oriented Product-Oriented
Relationship Between Administrator Reflective Prescriptive
and Recipient
Findings, Uses Thereof Diagnostic Judgmental
Ongoing Modifiability of Criteria, Flexible Fixed
Measures Thereof
Standards of Measurement Absolute Comparative
Relation Between Objects of A/E Coöperative Competitive

Dari hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dimensi perbedaan antara
asesmen dengan evaluasi yang dikemukakan oleh Apple menunjukkan bahwa
asesmen lebih bersifat mendapatkan umpan balik untuk perbaikan pembelajaran
sedangan evaluasi bersifat memberikan keputusan. Untuk lebih rinci setiap
dimensi dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Waktu pelaksanaan adalah waktu dimulainya proses melakukan assesmen
maupun evaluasi. Pelaksanan asesmen dan evaluasi pada praktek
pembelajaran menunjukkan adanya perbedaan waktu penggunaan, dimana
asesmen digunakan selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung (tes
formatif) sedangkan evaluasi digunakan lebih cendrung di akhir pembelajaran
(tes sumatif)
2. Fokus pengukuran asesmen lebih berorientasi untuk mengukur proses
pembelajaran sedangkan pada evaluasi lebih berorientasi pada hasil yang
diperoleh selama belajar atau (product oriented).
3. Hubungan antara administrator dengan penerima Berkaitan dengan adanya
hubungan antara guru (administrator) dengan siswa (recipient) pada
pelaksanaan asesmen atau evaluasi menunjukkan adanya perbedaan, dimana
pada asesmen hubungan keduanya bersifat reflektif sehingga pelaksanaan
asesmen dapat memberikan feedback (unpan balik) terhadap pelaksanaan

15
pembelajaran. Dengan demikian pelaksanaan asesmen dapat dijadikan dasar
untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan hubungan antara
guru dengan siswa pada pelaksanaan evaluasi lebih bersifat menentukan
(Prescriptive) seberapa jauh perolehan siswa dalam proses embelajaran yang
telah dilaksanakan.
4. Penggunaan atau pemanfaatan temuan Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
asesmen sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai dasar untuk mendiagnosis
letak kelemahan dan kekuatan pembelajaran yang telah dilaksanakan,
termasuk hal – hal yang dapat menjadi kendala bagi siswa dalam memahami
pengetahuan selama proses pembelajaran sehingga siswa dan guru dapat
melakukan perbaikan di masa yang akan datang. Sedangkan hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan evauasi lebih bersifat pengambilan keputusan
(judgement) tentang keberhasilan siswa dalam mengikuti suatu program
pembelajaran.
5. Modifikasi kriteria artinya selama proses pengukuran berlangsung, bentuk
proses asesmen dalam penerapannya bersifat fleksibel sehingga kriteria
pengukuran dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan masalah yang dihadapi
saat pembelajaran berlangsung, sedangkan proses evaluasi kriteria
pengukurannya bersifat fixed dan tidak boleh ada perubahan karena sifatnya
yang memberikan keputusan, sehingga pada evaluasi siapa yang berhasil baik
diberi hadiah sedangkan yang berhasil tidak baik diberi hukuman.
6. Standar Pengukuran Standar pengukuran pada asesmen bersifat membangun,
artinya asesmen bertujuan untuk mendapat feedback atau umpan balik
terhadap pembelajaran dengan demikian diharapkan hasil akhir yang diperoleh
siswa dalam pembelajaran akan menjadi maksimal. Sedangkan evaluasi yang
sifatnya untuk mengukur keberhasilan suatu program, kecendrungan standar
pengukurannya adalah untuk membandingkan kemampuan atau hasil belajar
antar siswa.
7. Hubungan antara objek yang di ases/evaluasi Hubungan antara objek (siswa)
yang diases lebih bersifat kolaboratif yaitu saling membelajarkan antara
sesama siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal, sedangkan
hubungan antara siswa yang sedang dievaluasi bersifat kompetitif (bersaing)

16
untuk mendapat hasil terbaik sebagai indikator keberhasilan mengikuti
program pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli assesment, pengukuran dan
evaluasi memiliki banyak pengertian dan perbedaan masing – masing. Berikut
adalah beberapa pendapat yang dirumuskan oleh beberapa para ahli pendidikan.
Menurut Stock (1997) terdapat perbedaan pengertian antara assessment,
pengukuran, dan penilaian, antara lain sebagai berikut.
1. Assessment umumnya dihubungkan dengan kemampuan seorang individu,
kemampuan – kemampuan tersebut meliputi kecerdasannya, keterampilannya,
kecepatannya, ketepatannya dan lain sebagainya yang terkait dengan
kemampuannya dalam melakukan pekerjaan atau mengerjakan tugasnya.
Untuk membedakan hasil pengukuran kemampuan masing – masing individu
maka diberi aturan tingkatan tertentu yang masing-masing kemampuan
biasanya dinyatakan dalam angka atau huruf 7½, 75% atau B. Dengan kata
lain, angka yang tertulis pada lembar jawaban peserta didik atau dalam Buku
Kemajuan (Rapor) adalah hasil dari assessment.
2. Pengukuran adalah bentuk pernyataan mengenai sesuatu yang tidak dapat
dinyatakan dengan angka atau huruf karena di dalamnya terdapat unsur
pertimbangan yang sangat terbatas. Adanya pertimbangan yang terbatas ini,
maka bentuk assessment dan appraisal oleh beberapa ahli dianggap sama saja.
3. Penilaian (evaluation) suatu proses di mana informasi dan pertimbangan
diolah untuk membuat suatu keputusan untuk kebijaksanaan yang akan
datang. Dengan kata lain, penilaian memerlukan hasil assessment dan
appraisal dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Sedangkan menurut pendapat Griffin & Nix (1991). Pengukuran, penilaian
dan evaluasi adalah hirarkhis. Kegiatan evaluasi akan didahului oleh penilaian
(assessment), sedangkan penilaian akan didahului oleh pengukuran
(measurement). Maka dari pendapat tersebut dapat di ambil penjelasan bahwa
bentuk pengukuran merupakan kegiatan membandingkan hasil pengamatan
dengan kriteria, sedangkan penilaian (assessment) merupakan kegiatan
menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, dan evaluasi merupakan
penetapan nilai atau implikasi perilaku.

17
Berdasarkan pengertian mengenai Pengukuran, Tes, dan evaluasi maka
kesemua hal tersebut memiliki peran masing – masing di dalam pendidikan
terutama dalam proses seleksi, penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik,
motivasi dan pembimbingan. Maka bentuk tes maupun pengukuran keduanya
akan saling terkait dan menjadi bagian istilah evaluasi. Walaupun seperti itu akan
tetapi terdapat perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur
adalah proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu yang telah
menjadi patokan. Sehingga hasil pengukuran akan bersifat kuantitatif. Sementara
itu evaluasi adalah suatu bentuk pengambilan dari keputusan terhadap sesuatu
yang memiliki ukuran baik - buruk Dengan demikian pengambilan keputusan
tersebut akan lebih bersifat kualitatif (Arikunto,2004).
Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu direncanakan dan
memiliki jawaban atau ketentuan yang dapat dianggap benar Sementara itu tugas
ataupun pertanyaan dalam kegiatan pengukuran (measurement) tidak selalu
memiliki jawaban atau cara pengerjaan yang benar atau salah karena measurement
dapat dilakukan melalui alat ukur non-tes. maka tugas atau pertanyaan tersebut
bukanlah tes. Selain dari itu, tes mengharuskan subyek untuk menjawab atau
mengerjakan tugas, sementara itu pengukuran (measurement) tidak selalu
menuntut jawaban atau pengerjaan tugas (Jacobs & Chase, 1992).

2.6 Hubungan Antara Pengukuran, Tes, Asesmen, dan Evaluasi


Walaupun terdapat perbedaan antara evaluasi dan asesmen, tetapi Kumano
(2001) menyatakan bahwa keduanya juga memiliki hubungan. Hubungan antara
asesmen dan evaluasi digambarkan sebagai berikut.

18
Evaluasi berarti mengevaluasi data yang dikumpulkan melalui penilaian.
Sedangkan penilaian berarti proses pengumpulan data yang menunjukkan
perkembangan pembelajaran.
Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan
evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan
baik dan benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja
tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan karena informasi
tentang hasil belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya
menggunakan alat ukur non tes seperti observasi, skala rating, dan lain-lain. Guru
mengukur berbagai kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam
menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan
standar tertentu, untuk menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka
kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih jauh menjadi evaluasi.
Arifin (2012) menyatakan bahwa evaluasi dan asesmen lebih bersifat
komprehensif yang meliputi pengukuran. Sedangkan tes merupakan salah satu alat
(instrumen) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang
bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang gambaran kemajuan belajar peserta
didik (learning progress). Sedangkan evaluasi dan penilaian pada hakikatnya
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan
penilaian (value judgement) tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran tes
tetapi dapat pula dilakukan dari hasil pengamatan dan wawancara (qualitative
description). Hubungan antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing dalam
hal ini dikemukakan pada gambar.

Gambar Hubungan Evaluasi, Asesmen, Pengukuran, dan Tes

19
Evaluasi
Asesmen
Pengukuran
Tes & Nontes

Untuk memahami lebih jauh, perlu diperhatikan ilustrasi berikut ini. Bu


Novita ingin mengetahui apakah peserta didiknya telah menguasai kompetensi
dasar dalam mata pelajaran Kimia. Untuk itu, Bu Novita memberikan tes tertulis
dalam bentuk objektif pilihan ganda sebanyak 40 soal kepada peserta didiknya.
Hal ini berarti Bu Novita telah menggunakan tes. Selanjutnya Bu Novita
memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan kunci jawaban dan
menghitung skornya. Ternyata skor yang didapatkan peserta didik sangat
bervariasai. Ada yang memperoleh 50, 65, 75, 80, 95, dan seterusnya. Sampai
pada tahap ini berarti telah terjadi pengukuran. Angka tersebut tentu belum
memiliki arti. Untuk itu, Bu Novita melakukan pengolahan skor tersebut dengan
membandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran
Kimia dalam hal ini 75. Terdapat dua skor yang di bawah KKm yakni skor 50 dan
65. Untuk itu kedua anak dengan skor tersebut harus menjalani remedial. Sampai
disini telah terjadi proses asesmen. Apabila Bu Novita melanjutkan proses
remedial teaching dengan mencari tahu dan menilai komponen pembelajaran
(ketercapaian tujuan, keefektifan metode dan media, kinerja guru, dll) maka
terjadilah evaluasi pembelajaran.
Sementara itu Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen
merupakan bagian dari evaluasi. Apabila kita membicarakan tentang evaluasi,
maka asesmen sudah termasuk di dalamnya. Untuk lebih memperjelas hubungan

20
antara tes, pengukuran, dan evaluasi, pada tabel diberikan contoh tes, non-tes,
pengukuran, dan evaluasi dalam praktek pembelajaran sehari-hari.

21
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengukuran merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah
ditentukan menggunakan skala kuantitatif sehingga sifat kualitatif dari kinerja
siswa dapat dinyatakan dengan angka-angka.
2. Tes merupakan instrument atau alat yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang individu yang telah direncanakan untuk mengetahui atribut
dimana tiap butir pertanyaan tersebut memiliki jawaban.
3. Assessment merupakan proses pengumpulan informasi menyeluruh yang
dilakukan terus menerus untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam
proses pemeblajaran dengan penilaian secara individu maupun kelompok.
4. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu, berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu keputusan.
5. Perbedaan antara asesmen dengan evaluasi menunjukkan bahwa asesmen lebih
bersifat mendapatkan umpan balik untuk perbaikan pembelajaran sedangan
evaluasi bersifat memberikan keputusan.
6. Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi yakni evaluasi belajar baru
dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi yang
diperoleh dari asesmen melalui pengukuran yang menggunakan tes atau nontes
sebagai alat ukurnya.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan sebaiknya digunakan sistem
penilaian yang baik dan tidak biasa. Sistem penilaian yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa
sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk
selalu meningkatkan kemampuannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of Educational Assessment Term. Jakarta :


Ministry Of Educational and Culture
Apple. (1998). Process education teaching institute handbook (Pacific Crest.
Arifin, Zaenal.2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama RI.
Arikunto, S & Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Asrul, Rusydi Ananda dan Rosnita. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Citapustaka
Media
Calongesi,J.S.1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB
Echols, John M. dan Hasan Shadily (1983). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
Gramedia. Cet.XII.
Gafoor, Abdul. 2013. Types and Phases of Evaluation in Educational Practice.
University of Calicut
Griffin, P., & Nix, P. (1991). Educational assessment and reporting. Sydney:
Harcout Brace Javanovich, Publisher.
Jacobs & Chase. (1992). Developing and Using test Effectively. San Fransisco:
Jossey-Bass Publishers.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mimin, Hayati. 2009. Model & Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
Purwanto, N. (2002). Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda
Karya.

23
Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta:
FIK UNY.
Stock, J. et.al. (1987). Assessment and Evaluation in Training. Lancashire
(England): The Parthenon.
Stufflebeam, D. L. et al. 1971. Educational Evaluation and Decision Making.
Fourth Printing. Illinois:F. E. Peacock Publishers, Inc.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya
Jakarta.
Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

24

Anda mungkin juga menyukai