Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

EVALUASI JENIS NON TES

DISUSUN OLEH :

MENI LANARTI (132018001)

DOSEN PENGAJAR :

IDEHAM SYAHZILI, M.Pd

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KAYUAGUNG 2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Pengembangan instrument Evaluasi Jenis Non
Tes ini.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun hal itu masih tak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah Pengembangan
instrument Evaluasi Jenis Non Tes ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah


Pengembangan instrument Evaluasi Jenis Non Tes ini bermanfaat untuk kita
semua.

Kayuagung,, 23 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI
JENIS NON TES 2
A. Observasi 3
B. Wawancara 4
C. Skala Sikap 5
D. Daftar Cek 5
E. Skala Penilaian 6
F. Angket 7
G. Studi Kasus 9
H. Catatan Insidental 9
I. Sosiometri 9
J. Inventori Kepribadian 9
K. Teknik pemberian Penghargaan Kepada Peserta Dididk 10

BAB III PENUTUP 11


DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas


proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan
domain afektif, seperti sikap, minat, bakat dan motivasi. Setiap dimensi dan aspek
yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda.

Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat


menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek
pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan
teoretis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan teoretis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik non-tes misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
dan lain-lain.

Dengan kata lain, banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil belajar
yang hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Jika hasil evaluator hanya
menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi kurang
lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Justru
teknik non-tes digunakan sebagai suatu kritikan tehadap kelemahan teknik tes.

1
BAB II

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON TES

Alat atau instrument merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk


mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih
efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk
memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti,
istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama dengan evaluasi adalah
penilaian (assessment) dan pengukuran.

Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang


ada di dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih
khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.

Gambar 1. Hubungan evaluasi-penilaian-pengukuran-tes-non tes

2
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis
non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-
pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan
teknik non-tes. Berikut ini macam-macam Instrument Evaluasi Non-tes yaitu:

A. Observasi (Observation)
Observasi merupakan suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena yang
bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi dan mengukur faktor-
faktor yang diamati khususnya kecakapan sosial.

Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi, yaitu:


1. Mempunyai tujuan
2. Bersifat ilmiah
3. Terdapat aspek yang diamati
4. Praktis

Sedangkan secara lebih lanjut, terdapat tiga jenis observasi, yaitu:

1. Observasi partisipan, dimana pengamat ikut andil dalam kegiatan


kelompok yang sedang diamati.

2. Observasi sistematik merupakan observasi dengan menggunakan


kerangka yang berisi faktor-faktor yang ingin diteliti yang telah
dikategorikan terlebih dahulu secara struktural.

3. Observasi Eksperimental merupakan observasi dimana pengamat tidak


berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat mengendalikan
unsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan tujuan

3
observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati
sifat-sifat tertentu dengan cermat.

Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah:


1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang ingin diobservasi
5. Melakukan uji coba pedoman observasi
6. Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

Sama halnya dengan instrument evaaluasi yang lain, obsevasi memiliki


beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:

1. Kelemahan:
a. Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang
kurang baik dari observer maupun observi.
b. Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.
c. Apabila memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.

2. Kelebihan:
a. Observasi cocok dilakukan untuk berbagai macam fenomena.
b. Observasi cocok untuk mengamati perilaku.
c. Banyak aspek yang tidak dapat diukur dengan tes tetapi bisa diukur
dengan observasi.

4
B. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi jenis non
tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung
tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung.

Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan


suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah atau untuk
mempengaruhi situasi atau orang tertentu. Wawancara dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
1. Wawancara Bebas dimana responnden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan.
2. Wawancara Terpimpin merupakan wawancara yang dilakukan oleh
subjek evaluasi dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disusun
terlebih  dahulu, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah
disiapkan oleh penanya.

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:


1. Merumuskan tujuan wawancara
2. Membuat pedoman wawancara
3. Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan.
4. Melakukan uji coba
5. Melaksanakan wawancara

Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara adalah


sebagai berikut:
1. Kelemahan:
a. Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu
yang banyak pula.
b. Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
c. Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.

5
2. Kelebihan:
a. Dapat memperoleh informasi secara langsung sehingga objectivitas
dapat diketahui.
b. Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
c. Pelaksanaanny lebih fleksidel, dinamis dan personal.

C. Skala Sikap (Attitude Scale)


Sikap merupakan suatu kecenderungan  tingkah laku untuk berbuat
sesuatu dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu. Dalam mengukur
sikap, guru harus memperhatikan tiga komponen sikap yaitu kognisi
(pengetahuan terhadap objek), afeksi (perasaan terhadap objek), dan konasi
(berperilaku terhadap objek).

Model skala sikap yang biasa digunakan antara lain:


1. Menunjukan bilangan untuk menunjukan tingkatan objek yang dinilai
(1,2,3)
2. Menunjukan frekuensi (selalu, sering, tidak pernah)
3. Menunjukaan istilah kualitatif ( baik sekali, baik, kurang baik)
4. Menunjukan status atau kedudukan (sangat tinggi, diatas rata-rata,
rendah)
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf ( selalu(5), kadang-kadang (4),
jarang (3), jarang sekali (2), tidaak pernah (1))

D. Daftar Cek (check list)


Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang
akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat
tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada
bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar
cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek
tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya.

6
Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru untuk
mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi
kepada stakeholder. Namun, penilaian harus tetap waspada kemungkinan
perilaku penting yang belum tercakup di dalam daftar cek, karena itu
penilaian jangan terlalu laku dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek
tersebut.

Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
No Nama Siswa SB B C K SK
.
1. Alam √ 
2. Riefki √
3. Ainun √
Keterangan :
SB = sangat baik
B =  baik
C = cukup
K = kurang
SK = sangat kurang

E. Skala Penilaian (Rating Scale)


Skala penilaian adalah suatu daftar pertanyaan yang dipergunakan
sebagai pelengkap observasi untuk menjelaskan, menggolongkan dan menilai
peserta didik dalam suatu situas. Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat
mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala
penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan.

Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidak adanya
variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang

7
ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar.
Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak ada.

Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud
sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam dalam tingkatan-
tingkatan tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal tersebut ada
baiknya digunakan penilaian. Namun demkian, skala penilaian juga
mempunyai kelemahan, antara lain:

1. Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan


timbul jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum
yang baik pada peserta didik sementara ia tidak menyeldiki kesan-kesan
umum itu. Misalnya, seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta
didik sehingga memberikan nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain,
padahal mungkin peserta didik tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga
guru terkesan dengan model berpakaian atau penampilan umum peserta
didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru mungkin memberikan nilai
yang rendah, karena peserta didik kurang span dan tidak  berpakaian rapi.

2. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan
untuk berbuat baik. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu,
maka ia cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.

3. Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak dapat
memisahkan satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai
baik, maka fenomen yang lain akan dinilai baik pula

F. Angket (Questioner)

8
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data,
informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket dapat
dikelompokan benjadi beberapa kelompok. Angket berdasarkan bentuknya
dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
1. Angket berstruktur merupakan angket yang menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban. Angket jenis ini terdiri dari tiga bentuk:
a. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang telah menyediakan
alternative jawaban,
b. Bentuk jawaban tertutup tetapi alternative terakhir merupakan
jawaban terbuka yang dapat memberikan kesempatan kepada
responden untuk memberikan jawaban secara bebas.
c. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan alternative
jawaban berupa gambar.

2. Angket tidak berstruktur merupakan angket yang memberikan jawaban


secara terbuka. Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi,
namun kurang dapat dinilai secara objektif dan tidak dapat diukur secara
statistic sehingga data yang diperoleh sifatnya umum.

Sedangkan ditinjau dari responden yang menjawab, maka angket dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Angket Langsung
Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan diisi langsung
oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.

2. Angket Tidak Langsung


Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang dirinya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket.

9
1. Menyusun kisi-kisi angket
2. Menyusun pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan.
3. Membuat pedoman cara menjawab.
4. Melakukan uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.
5. Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba
6. Menggandakan angket sesuai jumlah responden

Sama halnya dengan instrument lain, angket juga memiliki beberapa


kelemahan dan keunggulan, antara lain:
1. Kelemahan:
a. Ada kemungkinan angker diisi oleh orang yang bukan menjadi target.
b. Target menjawab berdasarkan altternatif jawaban yang tersedia.

2. Keunggulan:
a. Responden dapat meenjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi
hubungan dengan peneliti atau penilai.
b. Informasi yang terkumpul lebih mudah karena homogen.
c. Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden yang relative
banyak.

G. Studi Kasus (Study Case)


Studi kasus merupakan studi mendalan dan komperhensif (mampu
mengungkapkan semua aspek yang melatarbelakangi suatu kasus) tentang
peserta didik, kelas atau sekolah.

Beriku ini merupakan tiga pertanyaan inti dalam studi kasus yang harus
dijawab guru:
1. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

10
H. Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Catatan insidental merupakan catatan-catatan tentang peristiwa sepintas
yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan tersebut belum
berarti apa-apa terhadap penilaian sesorang, namun dapat menjadi petunjuk
yang berguna apabila dihubungkaan dengan data-data.

I. Sosiometri
Sosiometri mrupakan suatu prosedur unruk merangkum, menyusun, dan
sampai batas tertentu dappat mengkualifikasi pendapat-pendapat peserta didik
tentang penerimaan terhadap sesama serta hubungan diantara mereka.

Langkah dalam menggunakan sosiometri:


1. Memberikan petunjuk atau pertanyaan. Misal: tuliskan pada selembar
kertas nama temanmu yang paling baik.
2. Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya dari peserta didik.
3. Memasukan jawaban ke dalam tabel.
4. Gambarkan jawaban dalam sebuah sosiogram.

J. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian, namun
pada inventori kepribadian jawaban peserta didik selalu benar selama
menyatakan dengan sesungguhnya. Walaupun demikian digunakan pula
skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jawab agar dapat dibandingkan.

11
K. Teknik Pemberian Penghargaan kepada Peserta didik
Teknik pemberian penghargaan ini penting karena banyak respon
atautindakan positif peserta didik yang diakibatkan oleh proses belajar yang
kurang diperhatikanguru. Apabila guru memberikan penghargaan atas
tindakan positif yang dilakukan peserta didik dalam berbagai bentuk, dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berikut inimerupakan teknik pemberian penghargaan:


1. Teknik Verbal merupakan pemberian penghargaan melalui pujian,
dukungan, dorongan atau pengakuan.

2. Teknik Non-verbal, melalui:


a. Mimik dan gerakan tubuh (senyuman, acungan jempol, tepuk tangan)
b. Cara mendekati (proximity)
c. Sentuhan (contact)

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahap evaluasi membutuhkan
instrument yang bukan hanya mampu mengukur keberhasilan mentransfer ilmu
(kognitif) tetapi juga nilai (afektif).  Setiap aspek yang ada dalam proses
pembelajaran membutuhkan alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang
diperoleh sesuai dengan keadaan di lapangan. instrument evaluasi jenis non-tes
diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak
tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik
non-tes. Instrument evaluasi non-tes tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu
observasi, wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus,
catatan insidental, sosiometri, inventori kepribadian dan teknik pemberian
penghargaan kepada peserta didik. Tiap jenis instrument tersebut memiliki
karakteristik, langkah-langkah, kekurangan, dan kelebihan masing-masing yang
memungkinkan evaluator untuk memilih instrument yang paling sesuai untuk
melakukan evaluasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Alita Arifiana. 2012. Pengembangan Instrument Evaluasi Non-Tes.


Diakses dari: http://re-alitha.blogspot.com/2012/04/pengembangan-
instrument-evaluasi-non.html (2 September 2018)

Aliyah, Somiyatun. 2015. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Non Tes.


Diakses dari: somiyatun123.blogspot.com/2015/04/pengembangan-
instrumen-evaluasi-jenis.html (2 September 2018)

Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Reza, Muhammad. 2017. Evaluasi : Pengembangan Instrumen Jenis Non Tes.


Diakases dari: http://animeindonesialoverz.blogspot.com/2017/03/
evaluasi-pengembangan-instrumen-jenis.html (2 September 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai