Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN TES, SYARAT-SYARAT TES,

DAN CIRI-CIRI TES YANG BAIK

DI SUSUN OLEH :
ANNISA SEVIA PUTRI (2003030048)
PUTRI ANANDA LUBIS (2003030046)
ZIHAN ISRA HARAHAP (2003030060)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN AL-MAKSUM LANGKAT
TP. 2022/2023
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENGERTIAN TES, SYARAT-
SYARAT TES DAN CIRI-CIRI TES YANG BAIK” ini dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari dosen kami. Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
“PENGERTIAN TES, SYARAT-SYARAT TES DAN CIRI-CIRI TES YANG
BAIK”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Stabat, 28 september 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------ii
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG-------------------------------------------------------1
1.2 RUMUSAN MASALAH----------------------------------------------------2
1.3 TUJUAN-----------------------------------------------------------------------2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TES----------------------------------------------------------3
2.2 SYARAT SYARAT TES DAN CIRI-CIRI TES-------------------------6
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------10
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kegiatan penilaian saat ini nampak berkembang dengan pesat
terutama sejak terbit dan berlakunya kurikulum tahun 1975. Buku kurikulum
1975 sedah dilngkapi dengan buku pedoman penilaian. Sebagai petunjuk
pelaksanaan yang bersifat teknis, buku tersebut sudah cukup memberikan
arah yang jelas.

Salah satu teknik penilaian yang digunakan yang digunakan untuk


menilai kemampuan belajar anak adalah dengan tes. Agar tes yang disusun itu
dapat kita harapkan sesuai dengan prinsipnya, maka dalam menyusun soal tes
harus benar-benar memenuhi beberapa kriteria. Sehingga tes itu benar-benar
menilai secara tepat, sesuai dengan keadaan anak yang kita nilai.

Kadang-kadang tes yang dipergunakan tidak benar-benar mengukur


apa yang mau diukur, hasil pengukuran tidak cukup mantap, tidak ada
patokan interpretasi yang cukup tegas tentang benar tidaknya suatu jawaban,
dan kadang tes itu tidak cukup mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan
kemampuan. Maka dari itu sebuah tes harus memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagai alat pengukur, sebab memang tidak jarang kesimpulan penting ditarik
dan keputusan penting diambil berdasarkan informasi-informasi yang berhasil
diperoleh melalui penggunaan tes, Untuk itu, diperlukan karakteristik atau
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan tes yang baik. Maka dari
itu kelompok kami menyusun makalah ini. Dalam makalah ini akan berisi
mengenai pengertian dari tes, syarat-syarat dari tes itu sendiri, serta ciri-ciri
tes.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2. Apa yang dimaksud dengan tes?
3. Apa persyaratan tes ?
4. Apa ciri-ciri tes yang baik?

1.3 TUJUAN
2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan tes.
3. Untuk mengetahui dan memahami persyaratan tes .
4. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri tes yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN TES


Istilah tes secara bahasa diambil dari kata “testum” yaitu suatu pengertian
dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia.
Seorang ahli bernama Jamea Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan
pengertian tes ini melalui bukunya yang berjudul “Mental Test and
Measurement”. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau
tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan,
psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tes. Yaitu

1. Tes merupakan alat atau prosedur untuk mengetahui atau mengukur


sesuatu dalam suasana, dengan cara dan atura-aturan yang ditentukan.
Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan
misalnya : melingkari salah satu huruf didepan jawaban, menerangkan,
mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab
secara lisan, dan sebagainya.
2. Testing merupkan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga
dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
3. Testee (dalam istilah indonesia adalah tercoba), merupakan responden
yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau
diukur baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan
sebagainya.
4. Tester (dalam istilah indonesia adalah pencoba), adalah orang yang
diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.
Dengan kata lain tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya
orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
Tugas tester antara lain :

3
a. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan
c. Menerangkan cara mengerjakan tes
d. Mengawasi responden mengerjakan tugas
e. Memberikan tanda-tanda waktu
f. Mengumpulkan pekerjaan responden
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).
Banyak ahli yang menerapkan tes diberbagai bidang salah satunya
dikenal tes binet simon (1904), dengan cara ini binet dan simon dapat
membedakan anak berdasarkan tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan binet
dan simon inilah dikenal umur kecerdasan (mental age), umur kelender
(chronological age) dan indeks kecerdasan intelegensi kuosien atau
intellegence quotient (IQ). (Arikunto, 2009)

Adapun dalam pengertian yang lebih luas, para ahli memberikan


beberapa pengertian tentang tes, yaitu:

1. Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul “Psychological


Testing” mengatakan bahwa tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas dan akurat untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
2. Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”
mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk mengukur dan memperoleh data-data atau keterangan-
keterangan yang diinginkan tentang seseorang atau kelompok dengan cara
yang boleh dikatakan tepat dan cepat.
3. Bimo Walgito mengatakan tes adalah suatu metode atau alat untuk
mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau
tugas-tugas dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu
telah dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan.

4
4. Muchtar Bukhari dalam bukunya yang berjudul “Teknik-teknik Evaluasi”
mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang
individu atau kelompok.
5. Dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah sederet pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Tes dalam evaluasi pembelajaran adalah tes yang bertujuan untuk mencari
tahu tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa sekaligus keberhasilan kegiatan
belajar mengajar (KBM) berdasarkan pencapaian tujuan belajar yang ada.

Tes adalah alat ukur yang disusun secara sistematis, digunakan dalam
rangka kegiatan pengukuran yaitu untuk mengukur karakteristik orang atau obyek
tertentu dengan ketentuan atau cara yang sudah ditentukan.

Tes didalamnya berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan atau


serangkaian tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik. Tes
digunakan untuk mendapatkan informasi atau data-data dari subjek yang diukur
dan dinilai, dan hasil tes peserta didik tersebut diberi sekor dan nilai.

5
2.2 SYARAT TES DAN CIRI-CIRI TES YANG BAIK

Sebuah tes dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yaitu memiliki :

1. Validitas

Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka
dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan
gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan/keadaan
sesungguhnya. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi
perhatian untuk menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan
(konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui


ketepatan dari suatu instrumen (tes) bila ditinjau dari aspek isi (konten/materi).
Pengecekan validitas isi dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi
(konten/materi) tes dengan komponen-komponen yang seharusnya diukur.

b. Validitas Susunan (Konstruksi)

Sebuah tes (instrumen/alat ukur) dikatakan memenuhi validitas susunan


(konstruksi) yang baik apabila susunan tes tersebut memenuhi syarat-syarat
penyusunan tes yang baik.

c. Validitas Bandingan

Validitas bandingan sebuah tes adalah ketepatan suatu tes bila ditelaah
berdasarkan hubungannya (korelasi) terhadap keadaan yang sebenarnya dari siswa
saat pengukuran (assessmen) dilakukan.

6
d. Validitas Ramalan

Validitas ramalan adalah ketepatan sebuah tes (instrumen) bila dilihat dari
kemampuannya untuk meramalkan keadaan individu (siswa) pada masa yang akan
datang.

2. Reliabilitas

Reliabilitas sebagai alat ukut yang hasil pengukurannya digunakan untuk


membuat berbagai keputusan terpenting. Sebuah tes dikatakan reliabilitas apabila
skor yang dihasilkan hasil pengukuran kosisten, tidak berubah-ubah, dapat
dipercaya karena tetap dan tidak berubah secara mencolok.

Dan Sifat konsistensi tes dapat diperoleh dengan cara memberikan tes
yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama. Dengan
kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan nilai yang diperoleh sekelompok
siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes serupa
yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes
merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai
tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin
berubah karena tes itu sendiri.

3. Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes

Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau
tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes
untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada
siswa yang satu dengan yang lain.

7
4. Keseimbangan Tes

Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk


pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya
menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat
mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya
harus diungkapkan. Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat
porsi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran
yang sifat kurang penting.

5. Praktikabilitas

Tes yang praktis adalah tes yang :

1) Mudah dilaksanakan

2) Mudah pemeriksaannya

3) Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas, sehingga dapat


diberikan/diawali oleh orang lain.

6. Ekonomis

Adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya


yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

7. Obyektivitas Tes

Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif,


maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu
tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan
jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka
berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya
sendiri.

8
8. Kekhususan Tes

Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah
kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan
komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa
yang mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa
yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.

9. Tingkat Kesulitan Tes

Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes
yang berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf
kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang
dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).

10. Tingkat Kepercayaan Tes

Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada
tingkat kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat
kepercayaan terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru
siswa-siswa yang memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan
sebaliknya siswa-siswa berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

11. Keadilan Tes

Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang


mengikutinya (mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh nilai yang baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk
menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka
kuasai setelah mengikuti pembelajaran.

12. Alokasi Waktu Tes

Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi
waktu yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan.

1. Fungsi tes dapat di tinjau dari tiga hal


 Fungsi untuk kelas
 Fungsi untuk bimbingan, dan
 Fungsi untuk administrasi
2. Langkah-Langkn dalam Penyusunan Tes
 Menentukan tujuan mengadakan tes
 Mengadakan pembatasan terhadap bhn yang akan dijjadikan tes.
 Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
 Menderetkan semua indiktor dalam tabel persiapan yang memuat pula
aspek tingkah laku terkandung dalam indikator itu.
3. Komponen-Komponen Tes
 Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butur-butir soal yang
harus dikerjakan oleh siswa.
 Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilai bagi
testee untuk mengerjakan tes, untuk soal pilihn ganda biasanya dibuatkan
lembar nomor dan huruf a, b,c, d, menurut kebanyakan alternatif yang
disediakan.
 Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendki. Kunci
jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/
kalimat. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci
ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancaran-ancaran jawaban

10
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. 2009. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : PT bumu


aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai