Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk
mendiagnosis atau mengukur keadaan individu dan alat pengukuran itulah yang lazim
disebut tes, sebagai contoh yaitu dalam proses belajar mengajar. Perlu diketahui bahwa,
keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat
tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara
kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif psikomotor. Setiap dimensi
dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda.
Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan
teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka
ragam. Dengan Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan
beberapa jenis teknik non tes.
Teknik non-tes sering kali kurang mendapat perhatian para guru, karena kurang
dikenal atau kurang handal dibanding dengan teknik tes. Mengingat alat pengembangan
non-tes belum terbiasa dilakukan terutama oleh pendidik. Maka diperlukan suatu langkahlangkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument nontes.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah
1. Apa saja jenis-jenis alat penilaian non-tes itu?
2. Bagaimana cara pengembangan instrumen teknik non tes?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Menyajikan jenis-jenis teknik non tes
2. Menyusun cara pengembangan instrumen teknik nontes

BAB II
PEMBAHASAN
Evaluasi Pembelajaran | 1

A. Penilaian Non-Tes
Penilaian non-tes merupakan cara penilaian dengan pengumpulan data tidak
menggunakan alat-alat baku, dengan demikian tidak bersifat mengukur dan tidak diperoleh
angka-angka sebagai hasil pengukuran. Teknik ini hanya bersifat mendeskripsikan atau
memberikan gambaran, hasilnya adalah suatu deskripsi atau gambaran. Tehnik penilaian
nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik nontes
merupakan

teknik

penilaian

untuk

memperoleh

gambaran

terutama

mengenai

karakteristik, sikap, atau kepribadian baik secara individu maupun secara kelompok.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur
dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur
secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif psikomotor. Dengan
Teknik Non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan beberapa jenis
teknik non tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik daris segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih
banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses
berfikirnya (cognitive domain).
B. Pengembangan Alat Penilaian Non Tes
Pengembangan alat penilaian non-tes adalah berbagai jenis kegiatan yang harus
dilaksanakan sehingga pada akhirnya akan diperoleh butir-butir non-tes yang memilki
validitas dan reabilitas, serta keterlaksanaanya yang cukup tinggi atau dengan kata lain alat
ukur non-tes yang baku.
Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan non-tes dikelompokan
menjadi beberapa tahap yaitu:
1. Merencanakan non-tes (biasanya dengan menggunakan kisi-kisi)
Format kisi-kisi dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu (1) komponen
identitas, terdiri dari jenis/jenjang sekolah, program studi (jika ada), mapel, semester,
alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan dan (2) komponen matriks terdiri dari KD,
masalah/variabel/pertanyaan, indikator, tujuan, dan nomor urut (jika ada).
2. Menulis butir-butir pertanyaan
Evaluasi Pembelajaran | 2

3. Mereview atau menelaah pertanyaan berdasarkan pertimbangan para pakar


Untuk mendapat masukan (input) diperlukan pakar yang berpengalaman dan ahli
dalam kurikulum, penelitian, mata pelajaran terkait, dan juga praktisi, yaitu guru senior
dalam mata pelajaran terkait.
4. Mengujicobakan ke lapangan
Format observasi yang sudah diperbaiki berdasarkan saran dan komentar para pakar,
sudah siap untuk dibawa ke lapangan, misalnya ke sekolah untuk diujicobakan.
5. Mengolah hasil uji coba
Informasi yang terkumpul dari ujicoba lapangan dimanfaatkan untuk
menyempurnakan butir-butir yang tercantum dalam format observasi, informasi
tersebut ada yang mengenai kesesuaian materi, ketepatan bahasa, dan keterlaksanaan
format yang digunakan, informasi ini merupakan bahan pengecekan kembali terhadap
kegiatan.
6. Menyempurnakan butir-butir pertanyaan yang belum baik
Informasi yang diperoleh dari pengolahan hasil ujicoba ditindaklanjuti dengan
menyimpan butir-butir yang sudah baik dan menyempurnakan butir-butir yang belum
baik. Penyempurnaan dapat dilaksanakan dengan mengganti butir yang lama dengan
butir yang baru atau memperbaiki butir yang kurang baik.
7. Menyimpan dan memelihara butir-butir pertanyaan non-tes
Perangkat alat ukur yang sudah baik bersama dengan kisi-kisi dan daftar pertanyaan
disimpan dalam satu map. Upayakan agar ketiga dokumen ini tidak lepas satu dari
yang lainnya, misalnya memberi dengan kode yang dapat dikenal.
Saat ini penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat
terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan
proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara realtime dengan
hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat
menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut
menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas
atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan
menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari
aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Yang termasuk teknik jenis non-tes seperti:
1. Observasi

Evaluasi Pembelajaran | 3

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai instrument evaluasi, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan observasi antara lain:
1) Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena;
2) Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan kegiatan;
3) Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi justru lebih tepat dengan
observasi;
4) Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Kelemahan observasi, antara lain:
1) Sering kali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun dari observi itu sendiri;
2) Biasanya masalah pribadi sulit diamati
3) Jika proses yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi
jenuh.
Rae mengatakan bahwa observasi dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu
pengamatan proses dan pengamatan tingkah laku. Maka tujuan utama observasi adalah
(1) untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, (2) untuk
mengukur perilaku kelas, interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor
yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observer tidak mengambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya atau evaluator berada diluar garis
seolah-olah sebagai penonton belaka.
2) Observasi sistematis dan observasi nonsistematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah
mengatur struktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati.
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat
stuktur ketegori yang akan diamati. Contoh observasi sistematis misalnya guru
yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
Evaluasi Pembelajaran | 4

melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang

akan diamati,

misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan


kebersihan. Kemudian

ketegori-kategori itu

dicocokkan dengan tingkah laku

murid dalam menanam bunga.


3) Observasi Experimental dan Observasi Non-experimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif
tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejalagejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi
noneksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada
observasi eksperimental, tingkah laku diharapkan muncul karena peserta didik
dikenai perlakuan, maka observer perlu persiapan yang benar-benar matang,
sedangkan pada observasi noneksperimental pelaksanaannya lebih sederhana.
Observasi kelas merupakan sumber informasi yang penting didalam evaluasi.
Untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang terjadi didalam
proses pembelajaran, evaluator dapat menggunakan selembar kertas yang cukup lebar
dan selanjutnya menuliskan nama-nama observi yang disusun dalam sebuah daftar
yang disebut pedoman observasi. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi
disebut pedoman observasi.
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Merumuskan tujuan observasi.


Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
Menyusun pedoman observasi.
Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan proses
belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru dalam

pembelajaran.
5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi.
6) Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.
7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.
Contoh :
Hari/tanggal

Materi

Observer

:
Evaluasi Pembelajaran | 5

No.

Nama Lengkap

Skala
1
2

Jumlah
3

Skor

Jumlah rata-rata persentase


Keterangan:
No.
1

Aspek
Kehadiran

Keaktifan

Skor
3
2
1
3
2
1

Berpikir bersama dengan


kelompok

Kejujuran

Kemampuan
Berkomunikasi

3
2
1
3
2
1
3

Kriteria Penilaian
Hadir tepat waktu pada saat proses belajar
Terlambat
Tidak masuk karena izin/sakit
Sering bertanya dan memberi pendapat
Pernah bertanya dan memberi pendapat
Tidak pernah bertanya dan memberi
pendapat
Aktif dalam diskusi kelompok
Kurang aktif dalam diskusi kelompok
Tidak aktif dalam diskusi kelompok
Jujur pada saat mengerjakan tes
Kurang jujur pada saat mengerjakan tes
Tidak jujur pada saat mengerjakan tes
Cakap dan mampu berkomunikasi lisan di
depan kelas dengan jelas

2. Skala Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan
cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orangorang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau
perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan indentik dengan sikap.
Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu
mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahakan sikap peserta didik
terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.
Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru perlu mencari suatu cara atau
teknik tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.
Dalam pedoman observasi sebenarnya skala sikap dapat langsung diketahui.
Namun demikian, skala sikap dijadikan pokok bahasan sendiri agar pengukuran ranah
afektif dapat dikembangkan.

Evaluasi Pembelajaran | 6

Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap,


yaitu :
1. Kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek.
2. Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasaan peserta didik terhadap objek.
3. Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap
objek.
Bentuk skala yang dapat di pergunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:
1) Skala Likert
Skala likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena
pendidikan.
2) Skala Guttman
Skala guttman yaitu skala yang mengiginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban
benar salah, ya tidak, pernah tidak pernah, positif- negatif, tinggi rendah, baik
buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman ada dua interval yaitu setuju dan tidak
setuju.
3) Semantik Differensial
Skala differensial yaitu skala untuk mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan
pilihan ganda atau checklis, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana
jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban negatif
disebelah kiri garis, atau sebaliknya.
4) Rating Scale
Datadata skala yang diperoleh melalui tiga macam skala diatas adalah data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang
diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Skala ini lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap
tetapi juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena
lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan,
kemampuan, dan lain-lain.
5) Skala Thurstone
Skala thurstone ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk
skala interval.
Adapun model-model skala sikap yang biasa digunakan untuk menilai sikap
peserta didik terhadap suatu objek, antara lain :
1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek sikap yang
dinilai, seperti 1,2,3,4 dan seterusnya.

Evaluasi Pembelajaran | 7

2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti : selalu,


seringkali, kadang-kadang, pernah dan tidak pernah.
3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik,
sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain, seperti : sangat setuju, setuju,
ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
4. Menggunakan istilah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan, seperti sangat
rendah, dibawah rata-rata, diatas rata-rata, dan sangat tinggi.
5. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi kode 5), kadangkadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1).
Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikapnya
terhadap pelajaran matematika
b) Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan
objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan
sebagainya.
c) Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
d) Menentukan skala dan penskoran.
Contoh :
Jenis kelamin
: ..
Umur
: .. tahun
Kelas/ semester : ..
Petunjuk:
Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara memri tanda
centang () pada koom kosong yang telah disediakan.
Pernyataan
1. Saya tidak perlu memahami

SS

TS

TS

STS

tujuan pelajaran matematika


2. Pelajaran matematika harus
menarik minat siswa
3. Konsep-konsep yang ada
dalam matematika terlalu
abstrak
4. Dst.
Keterangan :
1. Sangat tidak setuju; 2. Tidak setuju; 3. Ragu ;4. Setuju ; 5. Sangat setuju
Tanda tangan responden
.
Evaluasi Pembelajaran | 8

3. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara dilakukan
secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang
diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara, sedangkan
wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan kepada peserta
didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada
sumbernya.
Tujuan wawancara adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau
situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.
Kelebihan wawancara adalah sebagai berikut :
1. Dapat berkomunikasi secara langsung kepada peserta didik sehingga informasi
yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya
2. Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
3. Pelaksaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal
Kekurangan wawancara adalah sebagai berikut :
1. Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak
menggunakan waktu, tenaga dan biaya.
2. Adakalanya terjadi wawancara yang berlarut-larut tanpa arah, sehingga data
kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan.
3. Sering timbul sikap kurang baik dari siswa yang diwawancara dan sikap overaction
dari guru yang mewawancarai, sehingga diperlukan adaptasi antara dua pihak
tersebut.
Wawancara terdapat dua jenis yang digunakan sebagai alat evaluasi, yaitu
1) Wawancara terpimpin (guided interview)
Yang dikenal juga dengan wawancara berstruktur (structured interview) atau
wawancara sistematis adalah wawancara yang sudah memiliki pertanyaanpertanyaan dalam catatan pribadi. Dalam hal ini responden pada waktu menjawab
pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
Evaluasi Pembelajaran | 9

2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview)


Yang dikenal juga dengan wawancara sederhana (simple interview), wawancara
tidak sistematis atau wawancara bebas. Dalam wawancara bebas, pewawancara
selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau
orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu. Mereka dengan bebas
mengemukakan jawabannya.
Untuk menyusun pedoman wawancara, dapat langkah-langkah sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan wawancara
2) Membuat kisi-kisi atau layout dan pedoman wawancara.
No

Masalah

Tujuan

Pertanyaan

Bentuk Pertanyaan

3) Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan
yang diinginkan. Untuk itu perlu diperhatikan kata-kata yang digunakan, cara
bertanya, dan jangan membuat peserta didik bersikap defensif.
4) Melaksanakan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang
disusun, sehingga dapat diperbaiki lagi.
5) Melaksanakan wawancara dalam situasi yang sebenarnya.
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
a. Hubungan baik antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai perlu
dipupuk dan dibina sehingga akan tampak hubungan yang akrab dan harmonis.
b. Dalam wawancara jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang bersahabat, bebas,
ramah, terbuka, dan adaptasikan diri dengannya.
c. Perlakukan responden itu sebagai sesama manusia secara jujur.
d. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan bersifat netral.
e. Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dengan bahasa yang sederhana.
Contoh format wawancara :
Petunjuk :

1. Kondisikan

agar suasana wawancara menjadi nyaman-akrab dan jauhkan dari

situasi formal agar siswa mennjadi terbuka dengan cara santun dan ramah

2. Mulailah

dengan pertanyaan pendahuluan yang sifatnya informal, misal apa

kabar?, siapa nama?, tinggal di mana?, hobi? Cita-cita? dsb.

Evaluasi Pembelajaran | 10

No.
01

Aspek Wawancara
Siapa nama guru matematika yang
pernah mengajar anda ?

02

Bagaimana karakter beliau ?

03

04

05

Jawaban

Bagaimana pendapat anda dengan


proses pembelajaran yang barusan
diikuti ?
Apakah kamu menyenangi matematika ?
mengapa ?
Apa saranmu agar pemelajaran
matematka bisa menyenagkan semua
siswa ?

Catatan :

Interviewer,
4. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kasual. Angket mempunyai kesamaan dengan
wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis,
sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain :
1. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan
dengan peneliti atau penilai dan waktu relatif lama.
2. Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny
3. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar
yang dijadikan sampel.
Adapun kelemahannya, antara lain :
1. Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain
2. Hanya diperuntukkan bagi yang dapat melihat saja
Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
1. Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa kemungkinan
jawaban. Bentuk angket berstruktur terdiri atas tiga bentuk, yaitu:
Evaluasi Pembelajaran | 11

a. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang setiap pertanyaannya sudah


tersedia berbagai alternatif jawaban.
b. Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir diberikan
secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menjawab secara bebas.
c. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam
bentuk gambar.
2. Bentuk angket tak berstruktur yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban
secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini
dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi kurang
dapt dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis secara statistik
sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.
Untuk menyusun angket, dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun kisi-kisi angket.
2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan,
berstruktur atau tak berstruktur. Setiap pertanyaan dan jawaban harus
menggambarkan atau mencerminkan data yang diperlukan. Pertanyaan harus
diurutkan, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya ada
kesinambungan.
3. Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan.
4. Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di lapangan
sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya.
5. Angket yang sudah diuji cobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi.
6. Menggandakan angket sesuai dengan banyaknya jumlah peserta didik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun dan menyebarkan angket,
yaitu:
1. Setiap pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, jelas, singkat,

2.
3.
4.
5.

tepat, dan sederhana sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik, seperti:
a. Hindarkan pertanyaan yang ambiguous.
b. Kata tambahan, seperti biasanya, sering kali, hendaknya dihindari.
Jangan membuat pertanyaan yang mengarahkan pada jawaban.
Jangan menggunakan dua kata sangkal dalam satu kalimat petanyaan.
Hindari pertanyaan berlaras dua.
Buatlah pertanyaan yang tepat sasaran. Misalnya, apakah kamu suka belajar
komputer dirumah? Pertanyaan ini tidak tepat. Bagaimana jika anak tidak
mempunyai komputer? Untuk itu, perlu dibuat dua pertanyaan, seperti (1) apakah

Evaluasi Pembelajaran | 12

kamu mempunyai komputer di rumah? (2) jika ya, apakah kamu senang belajar
komputer dirumah?
6. Jika terdapat angket yang tidak diisi, maka harus membagikan lagi angket itu
kepada peserta didik yang lain sebanyak yang tidak menjawab (tidak
mengembalikan).
7. Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan surat pengantar angket.
8. Hendaknya jawaban tidak terlalu banyak dan tidak pula terlau sedikit.
Contoh:
KUESIONER MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA
I.

Pilihlah jawaban
Keterangan dan petunjuk: Pilihlah jawaban dengan memberi tanda centang ()
4

= Sangat Setuju

= Setuju

= Tidak Setuju

= Sangat Tidak Setuju

No.
1.
2.
3.
4.
5

Pilihan Jawaban
4
3
2
1

Pernyataan
Saya sudah belajar Matematika pada malam hari
sebelum pelajaran esok hari.
Saya sudah mempersiapkan buku pelajaran
Matematika ketika guru memasuki kelas.
Matematika adalah pelajaran yang menantang.
Saya tidak peduli pada kesulitan pelajaran
Matematika
Dst.
Jumlah
Skor Total

II. Pilihlah salah satu option a, b, atau c !


1. Apakah anda aktif mengikuti pembelajaran matematika sesuai jadwal ?
a. Ya

b. Kadang- kadang

c. Tidak

2. Apakah anda merasa senang saat guru hadir dan mengajar matematika?
a. Ya

b. Kadang- kadang

3. Apakah anda menyimak pelajaran dengan

c. Tidak
baik saat kegiatan pembelajaran

matematika berlangsung ?
a. Ya

b. Kadang- kadang

c. Tidak

Evaluasi Pembelajaran | 13

4. Apakah anda bertanya saat penjelasan guru dalam pembelajaran matematika kurang
dapat dipahami ?
a. Ya

b. Kadang- kadang

c. Tidak

5. Apakah setiap materi yang diajarkan dalam matematika bermanfaat bagi anda ?
a. Ya

b. Kadang- kadang

c. Tidak

III. Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan apa yang kamu miliki beserta alasannya.
1. Bakat apa yang sebenarnya kamu miliki?
2. Bagaimana kamu mengetahui bahwa kamu memiliki bakat dibidang itu ?
3. Upaya apa yang telah kamu lakukan untuk mengembangkan bakatmu?
4. Kendala apakah yang kamu hadapi dalam pengembangan bakat tersebut?
5. Prestasi apakah yang pernah kamu raih yang berkaitan dengan bakatmu?
Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang berbeda.
Jika evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi
kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Justru
teknik non-tes digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur
dengan alat tes. Teknik non tes ini pada umumnya memegang peranan yang penting dalam
rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik daris segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes lebih
banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses
berfikirnya (cognitive domain).
Adapun jenis-jenis tehnik

penilaian

non-tes,

diantaranya

yaitu

(1)

Pengamatan/observasi; (2) Wawancara; (3) Angket/Kuisioner; (4) Skala Sikap.


B. Saran
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna walaupun telah dikerjakan dengan
penuh kesungguhan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan penulisan serta sifat manusia
yang fitrahnya lupa dan salah. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya keritikan dan
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan bersama.
Evaluasi Pembelajaran | 14

Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasoetion, Noehi, dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Universitas Terbuka.
http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/05/penyusunan-instrumen-nontes.html

Evaluasi Pembelajaran | 15

Anda mungkin juga menyukai