Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGUKURAN DAN UJI PSIKOLOGIS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

DHIA ISTIQOMAH 1814401012

IDEALTI AJENG SOLEHA 1814401013

DWI YUNIKA LESTARI 1814401049

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di Akhir kelak nanti.

Kami berucap Syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik fisik maupun
akal pikiran sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah PSIKOLOGI. Pada makalah
ini kami akan membahas mengenai ‘’Pengukuran dan uji psikolgis’’.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih kurang jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 2 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1

1.3. Tujuan Masalah................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

2.1. Pengertian pengukuran dan penilaian ................................................. 2


2.2. Perkembangan pengukuran ................................................................. 6
2.3. Tujuan pengukuran ............................................................................ 8
2.4. Syarat-syarat pengukuran ................................................................... 10
2.5. Wilayah pengukuran ........................................................................... 12

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 14

3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 14

3.2. Saran ................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengukuran adalah suatu alat untuk mencapai tujuan di dalam pengetahuan tersebut, sehingga
memungkinkan dipenuhinya kebutuhan dari penilaian bidang tertentu. Uji psikologi diartikan
suatu cara untuk mengetahui seseorang, misalnya watak dan kemampuan seseorang.

Salah satu masalah yang mendorong kebutuhan akan penggunaan tes psikologi adalah untuk
membedakan antara manusia normal dan manusia abnormal. Untuk menghindari
penyalahgunaan uji psikologis, ada beberapa kode etik yang perlu diperhatikan.

Kemudian, pengukuran psikologis adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang


nampak,yang dianggap mencerminkan prestasi,bakat,sikap dan aspek-aspek kepribadian yang
lain (T. Raka Joni,1977).

Dalam praktiknya,pengukuran psikologi umumna banyak menggunakan tes sebagai alatnya.


Istilah tes psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang
atas tingkah lakunya. Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi
pada dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada proses dan alatnya yang digunakan sebagia
dasar penggunaan istilah dalam praktik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pengukuran dan penilaian?
2. Bagaimana perkembangan pengukuran?
3. Apa tujuan pengukuran?
4. Jelaskan syarat-syarat pengukuran?
5. Jelaskan wilayah pengukuran?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian pengukuran dan penilaian


2. Mahasiswa mampu memahami tentang perkembangan pengukuran.
3. Mahasiswa mampu memahami tentang tujuan pengukuran.
4. Mahasiswa mampu memahami tentang syarat-syarat pengukuran.
5. Mahasiswa mampu memahami tentang wilayah pengukuran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pengukuran dan penilaian

Penilaian

Penilaian merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dalam sistem pendidikan saat ini.
Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa. Tentu saja
untuk itu diperlukan sistem penilaian yang baik dan tidak bias. Sistem penilaian yang baik
akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya
akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem
penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan
kemampuannya.

Pengukuran

Pengukuran tes / evaluasi adalah satu nama atau satu makna hanya bila di sambungkan
dengab permasalahan yang sesungguhnya akan bebeda arti. Arti pengukuran adalah proses
pengukuran berkenaan dengan mengkontruksi, mengadministrasi dan penskoran tes,
pengukuran konselor dan sebagainya.
 Pengukuran (Asesmen)
Pengukuran atau mengukur adalah menggunakanalatukur untuk memperoleh data
kuantitatifmengenaihal yang diukur.
 Tes /Ujian
Salahsatuinstrumen/alatuntukmengukur kemampuan atau kondisi suatu obyek denganmenggunakanalat ukur.
Menurut Francis Gatton Pengukuran Psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkahlaku
yang terlihat, yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek
kepribadian yang lain.

Hal yang dapat diukur:


1.Pengukuran berhubungan dengan pengambilan keputusan, keputusan - keputusan itu
menyangkut :
a.Instruksional

2
b.Korikuler
c.Penempatan dan Klasifikasi Personil

2.Pengukuran berhubungan dengan fisik dan psikis


a.Tes fisik (General Check up untuk fisik)
b.Tes mental / psikotest
 jenis pengukuran/Tes
1. Jenis/macam pengukuran tinjauan cara dilakukannya ada 4 macam yaitu :
a.Tes tertulis
b.Tes fisik/ jasmani
c.Tes psikologi
d.Tes pekerjaan dan keterampilan

2. Pengukuran ditinjau dari aspek yang akan diukur terdiri dari :


a.Tes akademik
b.Tes fisik/jasmani
c.Tes psikologi

Menurut Purwanto H (1998), pengukuran bisa disebut juga tes atau evaluasi yang
menunjukkan satu nama atau satu makna, hanya bila disambungkan dengan permasalahan
yang sesungguhnya akan berbeda arti. Proses pengukuran berkenaan dengan
mengonstruksikan, mengadministrasikan, dan menyekorkan tes. Perbedaan pengukuran dan
penilaian adalah kegiatan yang dilakukan terhadap kemampuan dan kemajuan belajar,
sedangkan penilaian adalah aktivitas yang dilakukan terhadap tingkah laku yang bersifat
kualitatif.Pengukuran berlaku untuk tes hasil belajar dan sampai batas-batas tertentu juga
untuk tes bakat.Untuk tes-tes sikap dan kepribadian dipergunakan istilah penilaian.Tes
psikologis adalah bidang yang ditandai dengan penggunaan contoh perilaku dalam rangka
untuk menilai psikologis membangun, seperti fungsi kognitif dan emosional, tentang individu
tertentu.

Dengan demikian, pengukuran psikologi merupakan pengukuran dengan obyek psikologis


tertentu.Objek pengukuran psikologi disebut sebagai psychological attributes atau
psychological traits, yaitu ciri yang mewarnai atau melandasi perilaku.Perilaku sendiri
merupakan ungkapan atau ekspresi dari ciri tersebut, yang dapat diobservasi.Namun tidak

3
semua hal yang psikologis dapat diobservasi.Oleh karena itu, dibutuhkan indikator-indikator
yang memberikan tanda tentang derajat perilaku yang diukur.

Agar indikator-indikator tersebut dapat didefinisikan dengan lebih tepat, dibutuhkan


psychological attributes/traits yang disebut konstruk (construct) dikenal sebagai variabel
laten. Sebuah tes psikologi harus berguna dan berlaku baik (misalnya, ada bukti untuk
mendukung interpretasi tertentu dari hasil tes) serta handal (yaitu, internal konsisten atau
memberikan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu, melintasi penilai, dan sebagainya).Tes
adalah kegiatan mengamati atau mengumpulkan sampel tingkah laku yang dimiliki individu
secara sistematis dan terstandar.

Konstruk adalah konsep hipotesis yang digunakan oleh para ahli yang berusaha membangun
teori untuk menjelaskan tingkah laku.Indikator dari suatu konstruk psikologis diperoleh
melalui berbagai sumber seperti hasil-hasil penelitian, teori, observasi, wawancara, serta
elisitasi (terutama untuk konstruk sikap), dan kemudian dinyatakan dalam definisi
operasional.

Alat pengukur merupakan alat bantu dalam tujuan keseluruhan penyelidikan psikologis dan
tidak boleh diabaikan. Pengukuran berlaku untuk tes hasil belajar dan sampai batasbatas
tertentu juga dapat digunakan untuk tes bakat.Untuk tes sikap dan kepribadian digunakan
istilah penilaian. Setiap penilaian pada hakekatnya dicakup oleh proses belajar seseorang
individu yang menyangkut seluruh kepribadian, meliputi, pengalaman, sikap, minat,
kematangan dan pertumbuhan, serta kemampuannya.

Jadi, penilaian itu menyangkut seluruh kondisi kehidupan psikis maupun fisik di dalam
situasi dan waktu tertentu (disebut sampel tingkah laku).Artinya, pada saat tes berlangsung,
diharapkan data yang diperoleh merupakan representasi dari tingkah laku yang diukur secara
keseluruhan. Konsekuensi dari pemahaman ini antara lain:

1. terkadang hasil tes tidak menggambarkan kondisi pisikologis individu (yang diukur)
yang sebenarnya;
2. hasil tes sangat dipengaruhi oleh faktor situasional seperti kecemasan akan suasana
tes itu sendiri, kesehatan, atau keberadaan lingkungan fisik, misalnya, ramai, panas,
dan sebagainya;
3. hasil tes yang diambil pada suatu saat, belum tentu akan sama jika tes dilakukan lagi
pada beberapa waktu kemudian (walaupun ini merupakan isu reliabililtas);

4
4. hasil tes belum tentu menggambarkan kondisi psikologis individu dalam segala
konteks.

Untuk meminimalisasikan permasalahan di atas diperlukan ahli psikologi (psikolog) yang


terampil dan berpengalaman.

Tes psikologi dikenal dengan nama psikotes, yang bertujuan untuk mengenali diri lebih
obyektif, menerima keadaan diri secara obyektif, mampu mengemukakan berbagai aspek di
dalam dirinya dan mampu mengelola informasi sebagai dasar pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan. Tes psikologi menurut Purwanto, H (1998) terdiri atas dua jenis,
yaitu:

1. optimal performance test, melihat kemampuan optimal individu.


2. typical performance test, memuat perasaan, sikap, minat, atau reaksi-reaksi
situasional individu. Tes ini sering disebut sebagai inventory test.

Beberapa jenis tes psikologi yang biasa digunakan di kalangan praktisi adalah sebagai
berikut:
A. Tes intelegensi adalah tes untuk mengukur kecakapan umum. Tes intelegensi
mengandung tiga aspek kemampuan, yaitu, kemampuan untuk memusatkan kepada
suatu masalah yang harus dipecahkan, kemampuan melakukan adaptasi terhadap
masalah yang dihadapinya, dan kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap
masalah maupun terhadap dirinya sendiri. Ada beberapa model seperti Binnet Test,
Spearman Test, dan Thurstone Test. Tes-tes ini digunakan untuk mendeteksi beberapa
ukuran intelegensi dengan IQ
B. Tes kepribadian, dilakukan untuk mengetahui keadaan jasmani, temperamen, sistem
nilai, dan sebagainya. Aspek-aspek yang diukur di antaranya: pengendalian diri,
kepercayaan diri, hubungan interpersonal, komitmen, optimisme, kemandirian, motivasi
berprestasi, daya tahan terhadap stres, penyesuaian diri, dan sebagainya.
C. Tes bakat, hasilnya untuk memprediksi penampilan. Aspek-aspek yang diukur di
antaranya: kemampuan berpikir, bekerja dengan angka, penalaran, visualisasi,
kemampuan bahasa, penalaran di bidang mekanik, dan kecepatan respon.
D. Tes minat, biasanya dilakukan untuk memperkirakan minat individu dalam berbagai
bidang pekerjaaan, antara lain: outdoor, mekanik, komputasi, keilmiahan, persuasi,
artistik, kesastraan, musik, medis, dan pelayanan sosial.

5
2.2. Perkembangan pengukuran

Banyak karya teoritis dan diterapkan pada awal psikometri dilakukan dalam upaya untuk
mengukur kecerdasan. Francis Galton, sering disebut sebagai "bapak psychometrics",
dirancang dan termasuk tes mental antara tindakan antropometrinya. Namun, asal
psychometrics juga memiliki koneksi ke bidang terkait psychophysics. Dua pionir lainnya
psychometrics diperoleh doktor di Leipzig Psychophysics Laboratorium bawah Wilhelm
Wundt: James McKeen Cattell pada tahun 1886 dan Charles Spearman pada tahun 1906.
Psikometrian LL Thurstone, pendiri dan presiden pertama Psikometri pada tahun 1936,
mengembangkan dan menerapkan pendekatan teoritis untuk pengukuran disebut sebagai
hukum penilaian perbandingan, sebuah pendekatan yang memiliki hubungan dekat dengan
teori psikofisik dari Ernst Heinrich Weber dan Gustav Fechner. Selain itu, Spearman dan
Thurstone keduanya membuat kontribusi penting kepada teori dan penerapan analisis faktor,
metode statistik dikembangkan dan digunakan secara luas di psikometri.

Baru-baru ini, teori psikometri telah diterapkan dalam pengukuran kepribadian, sikap, dan
keyakinan, dan prestasi akademik.Pengukuran fenomena ini tidak teramati sulit, dan banyak
penelitian dan ilmu pengetahuan akumulasi dalam disiplin ini telah dikembangkan dalam
upaya untuk benar mendefinisikan dan mengukur fenomena tersebut. Kritik, termasuk
praktisi dalam ilmu fisika dan aktivis sosial, berpendapat bahwa definisi tersebut dan
kuantifikasi adalah mustahil sulit, dan bahwa pengukuran tersebut seringkali disalahgunakan,
seperti dengan tes kepribadian psikometri yang digunakan dalam prosedur kerja:

Pada awalnya, pengukuran psikologi umumnya di pengaruhi oleh ilmu fisiologi dan
fisika.Oleh karena itu tidak mengherankan jika pengukuran dalam ilmu ini mempengaruhi
juga pengukuran dalam psikologi.Karya-karya tokoh dalam bidang psikofisika umumnya
mencari hukum-hukum umum (generalisasi).Baru kemudian, terutama karena pengaruh
Galton, gerakan testing yang mengutamakan ciri-ciri individual menjadi berkembang.

a) Kontribusi Psikofisika

Psikofisika dianggap suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kuantitatif antara
kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian psikologis.Dalam arti luas yang dipelajari
adalah hubungan antara stimulus dan respon.Seperti telah disebutkan di atas upaya mereka
adalah untuk menemukan hokum-hukum umum, seperti misalnya hokum Weber dan Fechner
tentang nisbah pertambahan perangsang menimbulkan pertambahan respon (sensasi).

6
Dalam psikofisika modern, kontribusi Thurstone mengenai low of comparative judgment
merupakan model yang sangat berharga bagi pengembangan skala-sakala psikologi yang
lebih kemudian. Aplikasinya langsung adalah penerapan metode perbandingan-pasangan
(paired-comparison)

b) Kontribusi Francis Galton

Sir Francis Galton adalah seorang ahli biologi yang berminat pada factor hereditas
manusia.Dia meneliti dan ingin mengetahui secara luas kesamaan orang-orang dalam satu
keluarga, dan perbedaan orang-orang yang tidak satu keluarga.Untuk itu, dia mendirikan
laboratorium antropometri guna melakukan pengukuran cirri-ciri fisiologis, misalnya
ketajaman pendengaran, ketajaman penglihatan, kekuatan otot, waktu reaki dan lain-lain
fungsi sensorimotor yang sederhana, serta fungsi kinestetik.Galton yakin bahwa ketajaman
sensoris bersangkutan dengan kemampuan intelektual orang.

Galton juga merintis penerapan metode rating dan kuesioner. Kontribusi Galton yang lain
adalah upayanya mengembangkan metode-metode statistic guna menganalisis data mengenai
perbedaan-perbedaan individual. Upaya ini dilanjutkan oleh murid-muridnya di antara
mereka itu kemudian menjadi sangat terkenal adalah Karl Pearson.

c) Awal Gerakan Testing Psikologi

Orang yang dianggap mempunyai kontribusi pening dalam gerakan testing psikologi adalah
seorang ahli psikologi Amerika, James McKeen Cattell.Disertasinya du Universitas Leipzig
mengenai perbedaan individual dalam waktu reaksi.Dia sempat kontak dengan Galton
sehingga minatnya terhadap perbedaan individual semakin kuat.Dia sependapat dengan
Galton bahwa ukuran fungsi intelektual dapat dicapai melalui tes diskriminasi sensoris dan
waktu reaksi.

Tes yang dikembangkan di Eropa pada akhir abad XIX cenderung meliputi fungsi yang lebih
kompleks.Salah satu contohnya adalah tes Kraepelin.Tes Kraepelin berupa penggunaan
operasi-operasi arithmatik yang sederhana dirancang untuk mengukur pengaruh latihan,
ingatan dan kerentanan terhadap kelelahan dan distraksi.Awalnya tes ini dirancang untuk
mengukur karakteristik pasien-pasien psikiatris.Oehr, mahasiswa kraepelin, menyusun tes
persepsi, ingatan, asosiasi dan fungsi motorik guna meneliti interrelasi fungsi-fungsi

7
psikologis.Ebbinghaus mengembangkan tes komputasi aritmatik, luas ingatan, dan
pelengkapan kalimat.

Guna mencapai tingkat objektivitas yang tinggi, penelitan ilmiah mensyaratkan penggunaan
prosedur pengumpulan data yang akurat dan terpercaya. Pada pendekatan penelitian
kuantitatif, hasil penelitian hanya akan dapat diinterpretasikan dengan tepat bila
kesimpulannya didasarkan pada data yang diperoleh lewat suatu proses pengukuran yang
selain tinggi validitas dan reliabilitasnya juga objektif.

Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses kuantifikasi suatu atribut. Pengukuran yang
diharapkan akan menghasilkan data yang valid harus dilakukan secara sistematik. Berbagai
alat ukur telah berhasil diciptakan untuk melakukan pengukuran atribut dalam bidang fisik
seperti berat badan, kecepatan kendaraan, luas bidang datar, dll.Dalam segi validitasnya
hampir semua dapat diterima secara universal. Kuantifikasi berat badan dengan mudah
dilakukan dengan bantuan alat timbangan dan kuantifikasi kecepatan kendaraan dilakukan
dengan bantuan speedometer sehinga angka berat badan 65 kg atau laju kendaraan 110
km/jam memberikan gambaran yang mudah dimengerti oleh semua orang.

Pada sisi lain, pengukuran di bidang non-fisik masih berada dalam taraf perkembangan yang
tidak mendekati kesempurnaan. Beberapa tes dan skala psikologi yang standar (standard
measures) dan ang telah terstandarkan (standardized measures) kualitasnya belum dikatakan
optimal. Di sisi lain kemajuan teori pengukuran telah membuka peluang untuk meningkatkan
penggapaian keberhasilan yang optimal dalam penyusunan dan pengembangan alat ukur
psikologi yang lebih berkualitas.

2.3. Tujuan pengukuran

Tujuan engukuran psikologi khususna dalam layanannya Bimbingan dan Konseling di


sekolah dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. membantu siswa untuk mengenali dirinya sendiri


2. membantu orangtua untuk mengenal anaknya
3. membantu guru dalam merencanakan dan mengelola pengajaran
4. membantu kepala sekola dalam menetapkan kebijakan
5. untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling, sepertti bahan diagnostik (baik
diagnostik kesulitan belajar maupun diagnostik keperibadian lainnya). Bahan

8
informasi dalam layanan penempatan (pemilihan program kasus, pemilihan kelanjutan
studi, pemilihan lapangan kerja, dan penempatan lainnya) dll.

 Tujuan penggunaan tes pada garis besarnya terbagi atas tujuan riset dan diagnosis
psikologis
 Tes dengan tujuan riset

Tujuan untuk keperluan ini bermacam-macam pula misalnya riset untuk penyusunan tes,riset
untuk mengetahui sifat-sifat psikologis tertentu pada sekelompok individu,riset untuk
pemecahan masalah social tertentu dan sebagainya.

 Tes dengan tujuan diagnosis psikologis

Sebagian besar dari tujuan tes adalah untuk membuat diagnosis psikologis. Diagnosis
psikologis dilakukan dengan maksud-maksud tertentu pula antara lain

1. Diagnosis untuk seleksi.


2. Diagnosis untuk keperluan pemilihan jabatan dan pendidikan.
3. Diagnosis untuk keperluan bimbingan dan konseling.
4. Diagnosis untuk keperluan terapi.
 Fungsi pengukuran psikologi
1. Fungsi seleksi, yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih. Misalnya
tes untuk masuk lsuatu lembaga pendidikan/ tes seleksi untuk suatu jenis jabatan
tertentu
2. Fungsi klasifikasi yaitu pengelompokan individu dalam kelompok sejenis. Misalnya
mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah yang sejenis sehingga dapat
diberikan bantuan yang sesuai dengan masalahnya. Atau mengelompokkan siswa
keprogram yang khusus
3. Fungsi deskripsi, yaitu menyuguhkan hasil pengukuran psikologis yang telah
dilakukan tanpa klarifikasi tertentu. Misalnya melaporkan profil minat seseorang yang
telat di tes dengan tes minat
4. Mengevaluasi suatu treatment, yaitu untuk mengetahui apakah suatu tindakan tertentu
yang telah dilakukan oeh seseorang atau kelompok individu yang telah mencapai hasil
atau belum. Misalnya seorang siswa yang kesulitan dalam belajar diberikan remedial

9
lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remedial yang diberikan sudah berhasil
atau belum
5. Menguji suatu hipotesis, yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan
itu betul atau salah. Misalnya seorang peneliti mengemukakan hipotesi sebagai
berikut: Makin terang lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi yang
akan dicapai.

 Metode pengukuran psikologi


1. Metode laporan diri (self report), yaitu pengukuran psikologis dengan cara membaca
atau mendengar apa yang dikatakan oleh individu yang bersangkutan tentang dirinya.
Seperti metode angket langsung, inventori dan otobiografi
2. Metode laporan orang lain (report by other), yaitu pengukuran psikologi dengan jalan
mendengar atau membaca apa yang dikatakan orang lain tentang individu yang
bersangkutan
3. Metode observasi, pengukuran psikolgi dengan jalan melihat apa yang dilakukan
individu dalam situasi yang wajar
4. Metode proyektif, yaitu pengukran psikologis dengan melihat, mendengar, atau
membaca bagaimana reaksi seseorang terhadap dunia imaginer.

2.4. Syarat-syarat pengukuran

Tes sebagai alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara baik haruslah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:

1. Valid

Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid,apabila tes tersebut benar-benar
dapt mengukur atau member gambaran tentang apa yang diukur. Misalnya jika tes itu tes
intelegensi individu dan bukan memberikan keterangan tentang kecakapannya dalam
berbagai mata pelajaran di sekolah

2. Reliabel

Reliabel artinya dapat dipercaya.Suatu tes dapat dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang
dicapai oleh tes itu konstan atau tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti walaupun
diadakan tes lebih dari satu kali.Karena itu di dalam reabilitas menyangkut persoalan

10
stabilitas dari hasil yang dicapai oleh tes itu. Sebab itu ada 3 hal yang turut berpengaruh
terhadap stabilitas hasil sesuatu tes yaitu:alat pengukur itu sendiri,testi dan tester.

3. Distandardisasikan

Standarisasi suatu tes bertujuan supaya setiap testi mendapat perlakuan yang benar-benar
sama,sehingga dengan demikian suatu testi yang dites mendapat perlakuan yang sama.
Mengapa demikian,karena skor yang dicapai hanya mempunyai arti apabila dibandingkan
satu sama lain. Ada 4 hal yang perlu distandarisasikan yaitu materi tes,penyelenggaran
tes,scoring tes dan interpretasi hasil testing.

4. Objektif

Suatu tes dikatakan objektif apabila pendapat tau pertimbangan tester tidak ikut berpengaruh
dalam hasil testing.

5. Diksriminatif

Suatu tes dikatakan diskriminatif bila mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan yang kecil
darisifat-sifat atau factor-faktor tertentu dari individu individu yang berbeda-beda.

6. Komprehensif

Tes komprehensif berarti tes tersebut dapat sekaligus menyelidiki banyak hal misalnya kita
harus menyelidiki prestasi individu dalam bahan ujian tertentu,maka tes yang cukup
komprehensif akan mampu mengungkapkan pengetahuan testi mengenai hal yang
dipelajari,juga hal yang mencegah dorongan berspekulasi.

7. Mudah digunakan

Dalam hubungan ini berarti suatu tes yang baik harus mudah menggunakannya,sebab
walaupun semua syarat yang telah disebutkan diatas terpenuhi oleh suatu tes akan tetapi tes
tersebut suka menggunakannya maka tes itu tetap mempunyai kelemahan ,sebab tes itu
adalah suatu alat yang nilainya sangat tergantung pada kegunaaanya.

11
2.5. Wilayah pengukuran

Wilayah pengukuran psikologis, digolong-golongkan menurut cara tertentu. Terdapat


penggolongan berbagai atribut psikologis menjadi empat kelompok, yaitu :

(1) kepribadian,

(2) intelegensi,

(3) hasil belajar, dan

(4) hasil belajar.

Dan berdasarkan penggolongan tersebut maka tes psikologi digolongkan menjadi empat,
yaitu :

(1) tes kepribadian,

(2) tes intelegensi,

(3) tes potensi intelektual, dan

(4) tes hasil belajar.

Terdapat beberapa kontribusi yang mempengaruhi dalam perkembangan upaya pengukuran


psikologis

 Pertama, kontribusi psikofisika yang dianggap suatu ilmu pengetahuan yang


mempelajari hubungan kuantitatif antara kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian
psikologis.
 Kedua, kontribusi francis galton yang merintis penerapan metode “rating” dan
kuesioner.
 Ketiga, kontribusi lainnya yaitu upaya mengembangkan metode statistik guna
menganalisis data mengenai perbedaan individual. awal gerakan testing psikologis yang
memiliki kontribusi penting adalah seorang ahli psikologis amerika, yaitu James
McKeen Cattelyang memperkenalkan istilah “mental test” yang selanjutnya banyak
digunakan dan menjadi populer.

12
 Keempat, binet dan tes intelegensi memiliki kontribusi menghasilkan skala yang
terkenal dengan nama skala 1905.
 Kelima, Testing kelompok dikembangkan karena kebutuhan yang mendesak. Tes yang
dikembangkan oleh ahli psikologi dalam militer itu kemudian terkenal dengan nama
Army Alpha dan Army Beta.
 Keenam, pengukuran potensi intelektual yang dirancang untuk mencakup fungsi
intelektual yang luas ragamnya guna mengistemasikan taraf intelektual umum individu,
namun seraya nyata bahwa liputan tes intelegensi itu sangat tebatas.
 Ketujuh, tes hasil belajar, yang dikembangkan para ahli psikologi dengan
mengembangkan tes intelegensi dan tes potensi intelektual khusus.
 Kedelapan, tes projektif dikembangkan oleh kelompok psikiater dan psikolog untuk
mengungkapkan isi batin yang tidak disadari.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang nampak, yang
dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang lain. Dalam
prakteknya, pengukuran psikologi pada umumnya banyak menggunakan tes sebagai alatnya.
Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi atau disposisi seseorang
atas dasar tingkah lakunya. Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes
psikologi pada dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada proses dan alatnya yang
digunakan sebagai dasar penggunaan istilah dalam praktek.

3.2. Saran

Semoga dalam penyusunan makalah ini sudah mencangkup apa yang di perlukan sebagai
bahan pembelajaran mata kuliah Psikologi. Namun, penulis menyakini seperti pepatah “tiada
gading yang tak retak” untuk itu jika ada kekurangan penulis mohon maaf dan penulis
senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritikan demi kelancaran tugas di hari yang
akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rismalind. 2017. BukuAjarPsikologiKesehatan. Jakarta: Transinfomedia

Hartono, Dudi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Psikologi.Jakarta Selatan: Pusdik
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

https://dokumen.tips/documents/perkembangan-sejarah-pengukuran-psikologi.html

https://bukunnq.wordpress.com/tes-psikologi/

https://fakhrahfany.wordpress.com/2012/05/16/pengukuran-dalam-psikologi/

15

Anda mungkin juga menyukai