Disusun Oleh :
Kelompok 1
Alysa Zahra 202001500141
M.Jamil ziddan 202001500143
Refina 202001500157
Seno dwi handoko 202001500179
Andini mega pratiwi 202001500200
Dosen Pengampu :
Yuda Syahputra, M.Pd
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah
Tugas Makalah Kesehatan Mental berjudul “Konsep dasar dan Karakteristik Skala
Psikologis” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Konstruksi dan
Pengukuran BK di semester V. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Yuda Syahputra, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Konstruksi dan Pengukuran
BK. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep dasar
dan Karakteristik Skala Psikologis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.3. Indikator keprilakuan
Dalam penyusunan skala psikologis ada kalanya penulisan system sudah dapat
dimulai ketika semua dimensi keprilakuannya sudah selesai dirumuskan. Artinya item
ditulis tanpa acuan yang lebih konkret dan operasional. Hal tersebut dilakukan apabila
dimensi keprilakuan dari atribut yang diukur sangat jelas dan mudah difahami oleh
penulis item sehingga tidak dikhawatirkan akan menimbulkan pengertian yang salah.
Namun dikarenakan kebanyakan atribut psikologi bukanlah variable yang sederhana
dan ketika telah diuraikan menjadi beberapa dimensi sehingga diperlukan suatu
langkah lagi yaitu operasionalisasi aspek ke dalam bentuk indikator - indikator
keprilakuan.
Salah satu karakteristik utama indicator keprilakuan adalah rumusnya yang sangat
operasional dan tingkat kejelasan yang dapat diukur (measureable) dan karenanya
dapat dikuantifikasikan. Sebagai suatu analogi, fungsi indicator keprilakuan dalam
mendiagnosis atribut psikologis dapat disamakan dengan fungsi symptom atau gejala
gejala yang digunakan dokter untuk mendiagnosis penyakit. Dokter tidak punya alat
ukur penyakit, tapi ia dapat menyimpulkan bahwa seseorang menderita demam
berdarah dari melihat dan mengukur misalnya suhu badan, tekanan darah, dan lain lain.
Begitu pula dalam dunia pengukuran psikologi, sebagai suatu atribut maka
‘kecemasan’ tidak dapat diukur secara langsung namun dapat disimpulkan dari bentuk
bentuk prilaku tertentu yang mengindikasikan secara tidaklansung adanya kecemasan.
Itulah fungsi indicator keprilakuan
Tidak seperti halnya perumusan aspek keprilakuan yang harus selalu berada dalam
batas koridor teori dan sama sekali tidak boleh keluar dari konstrak atribut yang diukur,
maka perumusan indicator keprilakuan harus dinyatakan dalam bentuk favorable
sebagaimana perumusan dimensi dimensi keprilakuan, dan scyogyanya dalam bentuk
kalimat/kata kerja.
Pada gilirannya nanti, masing masing indicator akan diuji secara empiric guna
membuktikan relevansinya dalam pengukuran atribut yang bersangkutan. Indicator
yang tidak relevam akan gugur dengan sendirinya dalam analisis berdasar data empiric,
bilamana tidak didukung oleh data respon subjek, karena item itemnya yanga ada
didalamnya tidak memiliki daya beda yang baik. Secara skematik, prosedur perumusan
indicator indicator keprilakuan yang di turunkan dari aspek aspek suatu atribut yang
hendak diukur digambarkan sebagai berikut :
8
Bila menggunakan contoh perancangan pengukuran agretivitas sebelumnya, skema
diatas dapat disajikan kembali sebagai berikut :
Perlu diperhatikan bahwa suatu atribut sebagai objek ukur tidak boleh diturunkan
menjadi hanya satu aspek atau dimensi dan masing masing aspek juga tidak boleh
diturunkan menjadi hanya satu indicator saja. Perhatikan juga bahwa banyaknya
indicator keprilakuan pada setiap aspek tidak perlu dibuat sama. Dalam contoh
perancangan skala agresivitas diatas dengan tiga aspek dan delapan indicator
keprilakuan, bila andaikan rata rata setiap indicator diungkapkan dengan lima item
maka keseluruhan skala akan berisi 40 item. Perancang skala harus lebih dahulu
faham betul mengenai atribut yang hendak diukur beserta aspek keprilakuannya
baru kemudian merumuskan indikatornya, bukan sebaliknya mencoba coba
mengumpulkan indikator lebih dahulu baru kemudian mencarikan tempatnya dalam
aspek keprilakuan yang mana. Pada sisi lain, tanpa perlu mengetahui atribut yang
diukur dan spek keprilakuannya, penulis item harus sangat memahami lebih dahulu
indikator keprilakuannya baru kemudian menulis item, bukan sebaliknya menulis
item lebih dahulu baru mencoba mencocokannya dengan indikator yang ada.
9
didasarkan pada analisis faktor, profesional judgement/common sense (bila tidak ada
alasan, bisa dibuat sama bobotnya). Contoh blue‐print yang memuat komponen dan
telah disertai nomer‐nomer item untuk skala Dukungan Sosial Teman Sebaya (SDS‐
TS).
Penyajian muatan atau bobot komponen secara proporsional dalam bentuk
persentase dengan mudah dapat diterjemahkan kedalam angka yang menunjukkan
banyaknya aitem pada masing‐ masing komponen yang bersangkutan bilamana jumlah
aitem secara keseluruhan telah ditetapkan oleh spesifikasi skala. Pada blue‐print
tersebut di atas juga mununjukan ada dua jenis item sebagaimana pada kolom item
yaitu ada item yang termasuk jenis favorable (F) dan item yang terunmasuk jenis
unfavorable (UF). Favorable (F) adalah item yang isinya mendukung, memihak atau
menunjukkan ciri adanya atribut yang di ukur. Sedangkan Unfavorable (UF) adalah
item yang isinya tidak mendukung atau tidak menunjukkan ciri adanya atribut yang di
ukur. Sebagai contoh dalam skala yang mengukur Kecemasan Komunikasi yaitu
sebagai berikut :
• Item Favorable:
“Jantung saya berdetak keras saat saya mulai berbicara”
Sangat Sering (SS)
Sering (S)
Kadang‐Kadang (KK)
Jarang (J)
Tidak Pernah (TP)
• Item Unfavorable:
“Saya merasa santai dan rileks dalam mengutarakan pendapat‐ pendapat
saya”
Sangat Sering (SS)
Sering (S)
Kadang‐Kadang (KK)
Jarang (J)
Tidak Pernah (TP)
10
Dalam pemberian skor, setiap respons positif terhadap item favorable (F) akan
diberi bobot yang labih tinggi dari pada respon negatif dan berlaku sebaliknya untuk
respons unfavorable, respon positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah dari
pada respons negatif.
Uraian tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang memuat aspek atau dimensi
keprilakuan dan indikator masing-masing aspek. Suatu atribut keperilakuan yang
diukur belum tentu memiliki signifikansi kontribusi yang sama maka perlu
melaksanakan pembobotan untuk mencari aspek-aspek yang lebih penting.
Pembobotan dilaksanakan dalam bentuk persentasi atau proporsi (seperti tabel
berikut) :
11
*contoh skala regulasi diri :
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan :
Skala psikologi adalah suatu instrument yang berupa pertanyaan atau
pernyataan dan digunakan untuk mengukur serta mengidentifikasi atribut psikologis
responden. Skala adalah salah satu instrument non tes yang digunakan konselor untuk
mengidentifkasi kebutuhan peserta didik. Bidang layanan bimbingan dan konseling
salah satunya adalah bimbingan dan konseling pribadi sosial. Bimbingan pribadi sosial
merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa agar mampu mengatasi
permasalahan permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun
sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di lingkungannya.
Aspek-aspek materi bimbingan dan konseling pribadi sosial diantaranya adalah
karakter, temperamen, sikap, stabilitas emosi, responsibilitas, sosiabilitas, sifat toleran
dan empati, sopan santun dalam lingkungan sosial, dan sikap menolong. Dari beberapa
aspek pribadi sosial tersebut di atas diharapkan dapat menjadi acuan bagi seorang
konselor dalam mengembangkan skala psikologis pribadi social yang dapat membatu
mengidentifikasi kebutuhan peserta didik, khususnya kebutuhan pribadi dan sosial.
Skala psikologis pada khususnya membantu seorang konselor untuk dapat
memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sedangkan secara
umumnya pengembangan skala psikologi ini akan membantu pengembangan keilmuan
bimbingan dan konseling dalam sumber dan literatur instrument non tes. Diharapkan
dengan adanya pengembangan skala psikologi ini, akan membantu menambah sumber
dan literatur untuk mengembangkan instrument non tes berupa skala psikologi yang
lain atau digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya.
3.2. Saran :
Kepada pembaca agar terus meningkatkan kompetensi dan kapasitas diri yang
berkaitan dengan bidang bimbingan dan konseling pada umumnya serta pengukuran
dan penilaian pada khususnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14