(MAKALAH PSIKOLOGI)
Disusun oleh :
TINGKAT 1 REGULER 3
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Psikologi Keperawatan ini
dengan judul “Pengukuran dan Uji Psikologis”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis
menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh karena itu,
jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun dari isi
makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Terimakasih.
Kelompok 12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….... 1
C. Tujuan………………………………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
B. Perkembangan pengukuran……………………………………………………. 6
C. Tujuan pengukuran…………………………………………………………….. 9
D. Syarat-syarat pengukuran……………………………………………………… 10
E. Wilayah pengukuran…………………………………………………………… 11
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 14
B. Saran…………………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran adalah suatu alat untuk mencapai tujuan didalam pengetahuan
tersebut sehingga memungkinkan di penuhinya kebutuhan dari penilaian bidang
tertentu. Uji psikologi diartikan suatu cara untuk mengetahui seseorang, misalnya
watak dan kemampuan seseorang.
Salah satu masalah yang mendorong kebutuhan akan penggunaan tes
psikologi adalah unyuk membedakan antara manusia normal dan manusia
abnormal. Untuk menghindari penyalahgunaan uji psikologis, ada beberapa kode
etik yang perlu diperhatikan.
Sebuah tes psikologis adalah alat yang dirancang untuk mengukur teramati
konstruksi juga dikenal sebagai variabel laten. Sebuah tes psikologi berguna harus
baik berlaku (misalnya ada bukti untuk mendukung interpretasi tertentu dari hasil
tes) dan handal (yaitu internal konsisten atau memberikan hasil yang konsisten
dari waktu ke waktu, melintasi penilai, dan lain-lain).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dan penilaian?
2. Bagaimana perkembangan pengukuran?
3. Jelaskan tujuan pengukuran.
4. Jelaskan syarat-syarat pengukuran.
5. Jelaskan wilayah pengukuran.
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian pengukuran dan
penilaian
2. Mahasiswa mampu memahami tentang perkembangan pengukuran.
3. Mahasiswa mampu memahami tentang tujuan pengukuran.
4. Mahasiswa mampu memahami tentang syarat-syarat pengukuran.
5. Mahasiswa mampu memahami tentang wilayah pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Perkembangan Pengukuran
A. Kontribusi Psikofisika
Sir Francis Galton adalah seorang ahli biologi yang berminat pada factor
hereditas manusia. Dia meneliti dan ingin mengetahui secara luas kesamaan
orang-orang dalam satu keluarga, dan perbedaan orang-orang yang tidak satu
keluarga. Untuk itu, dia mendirikan laboratorium antropometri guna
melakukan pengukuran cirri-ciri fisiologis, misalnya ketajaman pendengaran,
ketajaman penglihatan, kekuatan otot, waktu reaki dan lain-lain fungsi
sensorimotor yang sederhana, serta fungsi kinestetik. Galton yakin bahwa
ketajaman sensoris bersangkutan dengan kemampuan intelektual orang.
Galton juga merintis penerapan metode rating dan kuesioner. Kontribusi
Galton yang lain adalah upayanya mengembangkan metode-metode statistic
guna menganalisis data mengenai perbedaan-perbedaan individual. Upaya ini
dilanjutkan oleh murid-muridnya di antara mereka itu kemudian menjadi
sangat terkenal adalah Karl Pearson.
Tes yang dikembangkan di Eropa pada akhir abad XIX cenderung meliputi
fungsi yang lebih kompleks. Salah satu contohnya adalah tes Kraepelin. Tes
Kraepelin berupa penggunaan operasi-operasi arithmatik yang sederhana
dirancang untuk mengukur pengaruh latihan, ingatan dan kerentanan terhadap
kelelahan dan distraksi. Awalnya tes ini dirancang untuk mengukur
karakteristik pasien-pasien psikiatris. Oehr, mahasiswa kraepelin, menyusun
tes persepsi, ingatan, asosiasi dan fungsi motorik guna meneliti interrelasi
fungsi-fungsi psikologis. Ebbinghaus mengembangkan tes komputasi
aritmatik, luas ingatan, dan pelengkapan kalimat.
Pada sisi lain, pengukuran di bidang non-fisik masih berada dalam taraf
perkembangan yang tidak mendekati kesempurnaan. Beberapa tes dan skala
psikologi yang standar (standard measures) dan ang telah terstandarkan
(standardized measures) kualitasnya belum dikatakan optimal. Di sisi lain
kemajuan teori pengukuran telah membuka peluang untuk meningkatkan
penggapaian keberhasilan yang optimal dalam penyusunan dan
pengembangan alat ukur psikologi yang lebih berkualitas.
C. Tujuan Pengukuran
Tujuan penggunaan tes psikologis
Tujuan penggunaan tes pada garis besarnya terbagi atas tujuan riset dan
diagnosis psikologis
Tes dengan tujuan riset
Tujuan untuk keperluan ini bermacam-macam pula misalnya riset
untuk penyusunan tes,riset untuk mengetahui sifat-sifat psikologis
tertentu pada sekelompok individu,riset untuk pemecahan masalah
social tertentu dan sebagainya.
Tes dengan tujuan diagnosis psikologis
Sebagian besar dari tujuan tes adalah untuk membuat diagnosis
psikologis. Diagnosis psikologis dilakukan dengan maksud-maksud
tertentu pula antara lain:
1. Diagnosis untuk seleksi.
2. Diagnosis untuk keperluan pemilihan jabatan dan pendidikan.
3. Diagnosis untuk keperluan bimbingan dan konseling.
4. Diagnosis untuk keperluan terapi.
D. Syarat-syarat Pengukuran
Tes sebagai alat pembanding atau pengukur supaya dapat berfungsi secara
baik haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat itu
adalah sebagai berikut:
1. Valid
Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid,apabila tes
tersebut benar-benar dapt mengukur atau member gambaran tentang
apa yang diukur. Misalnya jika tes itu tes intelegensi individu dan
bukan memberikan keterangan tentang kecakapannya dalam berbagai
mata pelajaran di sekolah
2. Reliabel
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dapat dikatakan dapat
dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau tetap
tidak menunjukkan perubahan yang berarti walaupun diadakan tes
lebih dari satu kali. Karena itu di dalam reabilitas menyangkut
persoalan stabilitas dari hasil yang dicapai oleh tes itu. Sebab itu ada 3
hal yang turut berpengaruh terhadap stabilitas hasil sesuatu tes
yaitu:alat pengukur itu sendiri,testi dan tester.
3. Distandardisasikan
Standarisasi suatu tes bertujuan supaya setiap testi mendapat perlakuan
yang benar-benar sama,sehingga dengan demikian suatu testi yang
dites mendapat perlakuan yang sama. Mengapa demikian,karena skor
yang dicapai hanya mempunyai arti apabila dibandingkan satu sama
lain. Ada 4 hal yang perlu distandarisasikan yaitu materi
tes,penyelenggaran tes,scoring tes dan interpretasi hasil testing.
4. Objektif
Suatu tes dikatakan objektif apabila pendapat tau pertimbangan tester
tidak ikut berpengaruh dalam hasil testing.
5. Diksriminatif
Suatu tes dikatakan diskriminatif bila mampu menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang kecil darisifat-sifat atau factor-faktor
tertentu dari individu individu yang berbeda-beda.
6. Komprehensif
Tes komprehensif berarti tes tersebut dapat sekaligus menyelidiki
banyak hal misalnya kita harus menyelidiki prestasi individu dalam
bahan ujian tertentu,maka tes yang cukup komprehensif akan mampu
mengungkapkan pengetahuan testi mengenai hal yang dipelajari,juga
hal yang mencegah dorongan berspekulasi.
7. Mudah digunakan
Dalam hubungan ini berarti suatu tes yang baik harus mudah
menggunakannya,sebab walaupun semua syarat yang telah disebutkan
diatas terpenuhi oleh suatu tes akan tetapi tes tersebut suka
menggunakannya maka tes itu tetap mempunyai kelemahan ,sebab tes
itu adalah suatu alat yang nilainya sangat tergantung pada
kegunaaanya.
E. Wilayah Pengukuran
Wilayah pengukuran psikologis, digolong-golongkan menurut cara tertentu.
Terdapat penggolongan berbagai atribut psikologis menjadi empat kelompok,
yaitu :
(1) kepribadian,
(2) intelegensi,
(3) hasil belajar, dan
(4) hasil belajar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengukuran psikologi adalah pengukuran aspek-aspek tingkah laku yang nampak,
yang dianggap mencerminkan prestasi, bakat, sikap dan aspek-aspek kepribadian yang
lain.
Dalam prakteknya, pengukuran psikologi pada umumnya banyak menggunakan
tes sebagai alatnya. Istilah test psikologis merupakan suatu alat untuk menyelidiki reaksi
atau disposisi seseorang atas dasar tingkah lakunya.
Dengan demikian pengertian pengukuran psikologi dan tes psikologi pada
dasarnya sama. Perbedaannya terletak pada proses dan alatnya yang digunakan sebagai
dasar penggunaan istilah dalam praktek.
B. Saran
Semua orang perlu menyadari dan memahami bahwa suatu pengujian tidak
pernah menunjukkan tujuan akhir dari suatu penyelidikan. Pengujian adalah suatu
penilaian manusia, hasil pemikiran manusia setelah daya upaya keras dan bukan sesuatu
yang bersifat mutlak dan fisik belaka.
Kontrol terhadap tes-tes psikologi perlu untuk menghindari makin dikenalnya isi
tes tersebut untuk sembarang orang, dan untuk diyakini bahwa tes tersebut dilakukan oleh
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Dudi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Psikologi. Jakarta Selatan. Pusdik
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
https://dokumen.tips/documents/perkembangan-sejarah-pengukuran-psikologi.html
https://bukunnq.wordpress.com/tes-psikologi/
https://fakhrahfany.wordpress.com/2012/05/16/pengukuran-dalam-psikologi/