Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN
PENILAIAN KOGNITIF

Makalah ini digunakan untuk memenuhi materi pelajaran Evaluasi Pengajaran


yang dibimbing oleh Dr. H. Usmeldi,M.pd.

Oleh kelompok I:
Rahadi Ramlan (16063061)
Herlin Setiawan (16063066)
Aretnaldi Putra (16063076)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Penilaian Kognitif.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Penilaian


Kognitif ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Padang, 9 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian .............................................................................


B. Pengertian Penilaian Ranah Kognitif ...................................................
C. Ciri-Ciri Penilaian Kognitif .................................................................
D. Pengukuran Ranah Kognitif .................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu
dilakukan suatu penilaian terhadap hasil belajar yang t elah dilaksanakan
baik melalui tes maupun nontes seperti terlihat dalam bagan teknik
pengumpulan informasi di bawah. Penilaian dilakukan tidak hanya untuk
menilai hasil belajar siswa melainkan juga menilai proses belajar siswa.
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi
dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk
mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan maka dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian kognitif ?
2. Bagai mana ciri-ciri penilaian di ranah kognitif ?
3. Bagaimana bentuk pengukuran penilaian ranah kognitif ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari penilaian kognitif.
2. Supaya mengetahui ciri-ciri dari penilaian kognitif.
3. Untuk mengetaui bentuk pengukuran penilaian ranah kognitif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian
Penilaian dapat diartikan sebagai proses membandingkan hasil
pengukuran dengan patokan atau kriteria tertentu dalam rangka
memperoleh gambaran kualitas aspek kepribadian yang diukur. Dalam
menilai kemampuan membaca, misalnya, kegiatan penilaian baru dapat
dilakukan setelah dilakukan kegiatan pengukuran. Pengukuran kemampuan
membaca dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang berupa
tes membaca. Hasil pekerjaan siswa selanjutnya diskor dengan
menggunakan kunci jawaban atau rambu-rambu yang telah disiapkan,
dan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk angka atau skor. Skor
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan patokan atau
kriteria tertentu. Hasil pembandingan inilah yang selanjutnya disebut
dengan menilai membaca atau kualitas kemampuan membaca.
Depdiknas 2008, menyatakan bahwa penilaian adalah rangkaian kegiatan
ntuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
bekesenambungan sehingga menjadi informasi yang memakna dalam
pengambilan keputusan.
Griffing dan Nix (1991), seperti yang dinyatakan didalam rancangan
penilaian hasil belajar (depdiknas, 2008) mendefinisikan penilaian sebagai
sesuatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang atau sesuatu. Sementara itu Popham (1995),
memberikan definisi assesmen sebagai suatu upaya formal untuk menetapkan
status siswa terkait dengan sejumlah fariabel minat (variables of interest)
dalam pendidikan. Black dan William (1998), pakar pendidikan dari King
College, london mendefinisikan penilaian sebagai seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru dan para siswanya dalam menilai diri sendiri, yang
kemudian di pergunakan sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai
umpan balik untuk mngubah, membuat modifikasi kegiatan pengajaran, dan
pembelajaran.
Dari berbagai definisi di atas dilihat bahwa ciri-ciri assesmen antara lain:
1. Dilaksanakan secara formal oleh para guru disekolah,
2. Merupakan suatu proses atau upaya pengumpulan dan pengolahan
informasi termasuk membuat dokumentasi terkait hasil belajar peserta
didik,
3. Berkaitan dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta didik
terhadap sekolah, serta evaluasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan
anak di sekolah.

B. Pengertian Penilaian Ranah Kognitif


Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang
paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah;
1. Pengetahuan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus,
dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk
menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Menyususn item tes pengetahuan hafalan, dilihat dari segi
bentuknya, tes yang paling banyak dipakai untuk mengungkapkan aspek
pengetahuan adalah tipe melengkapi, tipe isian dan dan tipe benar-salah.
Aspek yang ditanyakan biasanya fakta-fakta seperti nama orang, tempat,
teori, rumus, istilah batasan, atau hukum.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan
adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan
menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di
sekolah.
2. Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.
a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris
dari bahasa indonesia, mengartinaka bhineka tunggal ika, mengartikan
merah putih, menerapkan prisip-prinsip listrik dalam memasang
saklar.
b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya,
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian,
membedakan yang pokok dan bukan yang pokok.
c. Pemahaman ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman
ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu
melihat di balik ang tertulis dengan membuat ramalan tentang
konsekuensi atau dapat memperuas persepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
Menyusun item tes pemahaman, karakteristik soal-soal
pemahaman sangat mudah di kenal. Misalnya mngungkapkan tema,
topik, atau masalah yang sama dengan yang pernah dipelajari atau
diajarkan, tetapi materinya berbeda.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang
pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan
Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang
terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar dan jelas.
3. Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-
prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru
dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu
persatu dalam rangka penyusun item tes tentang aplikasi:
a. Dapat menetapkan prinsip atau genaralisasi yang sesuai untuk situasi
baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum
diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat
menetapkan prinsip yang sesuai.
b. Dapat menyusun kembali problemanya sehingga dapat menetapkan
prinsip atau generlisasi mana yang sesuai.
c. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau
generalisasi.
d. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan
generalisasi.
e. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prisip dan
generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat
hubungan sebab akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang
proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya
gejala.
f. Dapat melamalkan sesuatu yang akan terjadu berdasarkan prinsip dan
generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat
ditunjukan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula
berdasarkan perubahan kuantitatif
g. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam
menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan
generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak
diperlikan ahli-ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan.
h. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalasasi bagi
situasi baru yang dihadapi.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan


misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep
kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
4. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat
lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Untuk membuat item tes kecakapan analisis perlu mengenal
bebagai kecakapan yang termasuk klasifikasi analisis, yakni:
a. Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-
pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
b. Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan
secara jelas.
c. Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau
yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
d. Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan
menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan peruntutan.
e. Dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi dan pola-pola
materi yang dihadapinya.
f. Dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan
materi yang dihadapinya.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan
baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah,
disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat,
sebagai bagian dari ajaran Islam.
5. Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses
berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang
sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta
didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan
sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
Megetes kecakapan sistesis, kecakapan sistesis dapat diklarifisikan
ke dalam beberapa tipe:
a. Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menemukan
hubungan yang unik. Artinya menemukan antara unit-unit yang tak
berarti dengan menambahkan suatu unsur tertentu, unit-unit tak
berharga menjadi sangat berharga. Termasuk kedalam kecakapan ini
adalah kemampuan mengomunikasikan gagasan, prasaan, dan
pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan lainya.
b. Kecakapan sintesis yang kedua ialah kemampuan menyusun rencana
atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau masalah yang
diketengahkan. Dalam rapat bermunculan berbagai hal. Seseorang
anggota rapat mengusulkan langkah-langkah urutan aau tahap-tahap
pembahasan dan penyelesaianya. Hal itu merupakan usaha sinteis tipe
kedua
c. Kecakapan sintesis ketiga adalah kemampuan untuk mengabtraksikan
sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah,
proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Kecakapan evaluasi seseorang setidak-tidaknya dapat
dikategorikan kedalam 6 tipe, yakni:
a. Dapat memberikan evaliasi tentang ketepatan suatu karya atau
dokumen.
b. Dapat memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi
dan kesimpulan, juga keajegan logika dan organisasinya.
c. Dapat memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam
mengambil suatu keputusan.
d. Dapat mengevaluasikan suatu karya dengan memperbandingkanya
dengan karya lain yang relevan.
e. Dapat mengevaluasikan suatu karya dengan menggunakan kriteria
yang telah ditetapkan.
f. Dapat memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan
sejumlah kriteria eksplisit.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:
peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat
dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan
mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang
bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada
kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah
SWT yang waji dilaksanakan dalam sehari-hari.
Dalam hubungan ini Lorin Anderson dan Krathwohl pada tahun
2001 telah membuat revisi pada taksonomi Bloom dalam tataran haigh
arder thinking skils, sehingga;
1. Mengingat (Ramembering)
Mampu mengingat bahan-bahan yang baru sejak di pelajari.
2. Mamahami (Understanding)
Memahami makna, translasi, interpolasi, dan penafsiran bahan ajar
dan masalah.
3. Menerapkan (Applying)
Mampu menerapkan ringkasan, prosedur, metode, rumus, teori,
dan lain-lain, didalam kondisi pembelajaran. Siswa mampu
menerapka apa yang dipelajari dalam kelas ke dalam suat situasi yang
baru sama sekali di tempat kerja.
4. Menganalisis (Analysis)
Siswa mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-
bagi atau menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola atau hibunganya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit.
5. Menilai (Evaluating)
Siswa mapu memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan,
metodologi, prosedur kerja dan laian-lain, dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektifitas atau manfaatnya.
6. Menciptakan (Creating)
Siswa menempatkan unsur-unsur bersama-sama untuk membentuk
suatu keseluruhan yang koheren dan berfungsi, mengorganisasikan
kembali unsur-unsur menjadi suatu pola baru atau struktur bari
melalui membangkitkan, merencanakan, atau menghasilkan sesuatu.

C. Ciri-Ciri Penilaian Kognitif


Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di
dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax
1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang
terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan
hafalan saja.
Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan
masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau
prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan
prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta
didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan
hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang
termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat
kebijakan.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat,
sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang
mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Aspek
kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda.
Keenam tingkat tersebut yaitu:
1 Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut siswa untuk
mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima
sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving
dan lain sebagianya.
2 Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori
pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau
menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
3 Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam
situasi yang baru, serta memecahlcan berbagai masalah yang timbuldalam
kehidupan sehari-hari.
4 Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan
mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen
atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini peserta didik diharapkan
menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur
yang telah dipelajari.
5 Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6 Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang
mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan
tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan.
Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan akan lebih baik. Berikut domain yang seharusnya di
kuasai pada tingkat kognitif adalah:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Artinya: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama,
peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll. Kegiatan belajar yang harus
di kuasai adalah:
a. Mengemukakan arti
b. Menentukan lokasi
c. Mendriskripsikan sesuatu
d. Menceritakan apa yang terjadi
e. Menguraikan apa yang terjadi
2. Pemahaman (comprehension)
Artinya: pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep,
dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulan. Kegiatan
belajar yang harus di kuasai adalah:
a. Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
b. Membedakan atau membandingkan
c. Mengintepretasi data
d. Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
e. Menjelaskan gagasan pokok
f. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendi
3. Penerapan (application)
Artinya: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah
atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
belajar yang harus di kuasai adalah:
a. Menghitung kebutuhan
b. Melakukan percobaan
c. Membuat peta
d. Membuat model
e. Merancang strategi
4. Analisis (analysis)
Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah,
penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian
tersebut. Kegiatan belajar yang harus di kuasai adalah:
a. Mengidentifikasi faktor penyebab
b. Merumuskan masalah
c. Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
d. Membuat grafik
e. Mengkaji ulang
5. Sintesis (syntesis)
Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu
kesimpulan /konsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi
suatu hal yang baru. Kegiatan belajar yang harus di kuasai adalah:
a. Membuat desain
b. Menemukan solusi masalah
c. Menciptakan produksi baru,dst.
6. Evaluasi (evaluation)
Artinya: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk,
bermanfaat-tidak bermanfaat. Kegiatan belajar yang harus di kuasai
adalah:
a. Mempertahankan pendapat
b. Membahas suatu kasus
c. Memilih solusi yang lebih baik
d. Menulis laporan,dst.

D. Pengukuran Ranah Kognitif


Istilah pengukuran terkait dengan ilmu psikometrik. LahoyLahoy 2012
mendefinisikan pengukuran sebagai suatu proses untuk membuat kuantifikasi
prestasi indifidu, kepribadianya, sikapnya, kebiasaanya dan kecakapanya.
Dalam hubungan ini aswar (2010:3) dalam kusaeri dan suprananto (2012:4)
mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian anggka
(kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanajng garis kontinum.
Pengukuran pendidikan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengukuran
dapat menggunakan tes dan non-tes.
Direktorat pembinaan sekolah menengah atas departemen pendidikan
nasional (2008) medefinisikan tes sebagai alat penilaian berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan) atau tulisan (tes tertulis) atau dalam
bentuk perbuatan (Tes Tindakan). Dicseneri.com mendefinisikan tes sebagai
serangkaian pertanyaan masalah atau yang mirip dengan hal tersebut, yang
digunakan sebagai cara untuk menilai kecakapan, bakat, ketrampilan, kinerja
dari seseorang atau sekelompok orang yang diamati.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang
diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif
tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan.
Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan.
Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus
maka hasil pendidikan akan lebih baik. Pengukuran hasil belajar ranah
kognitif dilakukan dengan tes tertulis.
Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2)
pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas,
(5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8)
performans.
Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
1. Ingatan (C1)
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan
kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan,
metode.
2. Pemahaman (C2)
Yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal.
Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
3. Penerapan (C3)
Yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan
tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai
dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan,
memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan,
mengklasifikasikan, mengubah struktur.
4. Analisis (C4)
Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau suatu fakta/
objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan,
menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan,
mengkategorikan.
5. Sintesis (C5)
Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara
logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan,
menghubungkan, mengkhususkan.
6. Evaluasi (C6)
Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan
terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya
dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai
dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan
menentukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian dapat diartikan sebagai proses membandingkan hasil
pengukuran dengan patokan atau kriteria tertentu dalam rangka
memperoleh gambaran kualitas aspek kepribadian yang diukur
ciri-ciri assesmen antara lain:
1. Dilaksanakan secara formal oleh para guru disekolah,
2. Merupakan suatu proses atau upaya pengumpulan dan pengolahan
informasi termasuk membuat dokumentasi terkait hasil belajar peserta
didik.
3. Berkaitan dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta didik
terhadap sekolah, serta evaluasi terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak di sekolah.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
Lorin Anderson dan Krathwohl pada tahun 2001 telah membuat revisi
pada taksonomi Bloom dalam tataran haigh arder thinking skils, sehingga;
Mengingat (Ramembering), Mamahami (Understanding), Menerapkan
(Applying), Menganalisis (Analysis), Menilai (Evaluating), dan Menciptakan
(Creating).
Direktorat pembinaan sekolah menengah atas departemen pendidikan
nasional (2008) medefinisikan tes sebagai alat penilaian berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan) atau tulisan (tes tertulis) atau dalam
bentuk perbuatan (Tes Tindakan).

B. Saran
Makalah yang kami buat dan kami pelajari ini masih jauh dari kata
sempurna, karena kami masih dalam proses belajar. Diharapkan bagi
pembaca dapat memperbaiki kekurangan dan kelemahan pada makalah
penilaian kogntif ini.
DAFTAR PUSTAKA

Basuki Ismet dan Hariyanto. 2015. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

dedyenha.blogspot.co.id. 2012. makalah-teknik-penilaian-untuk-ranah.html.


(Diakses 9 Maret 2018).

Novi Resmini. 2015. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di


Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

zaifbio.wordpress.com. 2009. ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan- psikomotorik.


(Diakses 9 Maret 2018).

Anda mungkin juga menyukai