Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP DAN CIRI-CIRI EVALUASI HASIL BELAJAR

RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK SEBAGAI

OBYEK EVALUASI HASIL BELAJAR SERTA MENGANALISIS TUJUAN

PEMBELAJARAN BERDASARKAN TAKSONOMI

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Evaluasi Pendidikan

Dosen Pengampu : Amelia Vinayastri S.Psi.,M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 5

Nanda Safira 1801045034 Tiara Khapsari P.N 1801045078

Tiara Akhwatunnisa 1801045038 Haifa Amalia S 1801045082

Salsabila 1801045046 Amilina Nur Hakim 1801045110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas izin dan

kehendak-Nya jualah makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini kami menemui beberapa hambatan yang

dikarenakan terbatasnya ilmu yang mengenai hal yang berkenaan dengan

penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada dosen

pembimbing, yang telah memberikan limpahan ilmu yang berguna bagi kami.

Kami menyadari akan kemampuan yang masih kurang. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar makalah ini lebih

baik dikemudian hari.

Jakarta, November

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................

1.2 Tujuan Penyusunan ...................................................................................

BAB 2 KONSEP PRINSIP-PRINSIP, CIRI-CIRI EVALUASI HASIL

BELAJAR & KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTORIK ..................

2.1 Prinsip-Prinsip Evaluasi Hasil Belajar .......................................................

iii
2.2 Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar .................................................................

14

2.3 Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.................................................

18

2.4 Contoh Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Taksonomi ..............................

31

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................

34

3.1 Kesimpulan ................................................................................................

34

3.2 Saran ........................................................................................................ 34

iv
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

36BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk membuat pembelajaran yang

lebih baik lagi, sehingga pembelajaran awal dapat dicapai. Didalam

evaluasi hasil belajar ini memiliki beberapa cakupannya. Didalam hasil

belajar ini memiliki tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan

ranah psikotorik menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana (2009:22).

Dari ketiga ranah tersebut, tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Namun, penekanan diantara tiga ranah tersebut selalu berbeda. Ranah

psikomotorik lebih kepada mata pelajaran yang berkaitan dengan

praktek sedangkan ranah kognitif menekankan pada mata pelajaran

berupa pemahaman. Tetapi, kedua ranah tersebut terdapat ranah

afektif.

1.2 Tujuan

Berdasarkan pemaparan dalam rumusan masalah di atas, penulis

merumuskan tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut :

1. Mengetahui apa saja prinsip-prinsip evaluasi hasil belajar

2. Mengetahui ciri-ciri evaluasi hasil belajar

1
3. Mengetahui apa saja yang dimaksud dengan ranah kognitif, afektif

dan psikomotorik

4. Mengetahui apa saja contoh tujuan pembelajaran berdasarkan

taksonomi

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip_ prinsip Evaluasi

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya

triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, antara lain:

a) Tujuan pembelajaran

b) Kegiatan pembelajaran atau KBM

c) Evaluasi

Dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengejar

disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.

b. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan sudah , tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal

dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah,

dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah

dirumuskan.

3
c. Hubungan antara KBM dengan evaluasi

Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau

disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan. Sebagai missal, jika

kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan

pada keterampilan , evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan

siswa, bukannya aspek pengetahuan.

Alat Evaluasi

Alat evaluasi adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah

seseorang melakukan tugas atas mencapai tujuan secara selektif dan efesien.

Dengan demikian alat evaluasi dapat dikatakan juga sebagai instrument evaluasi.

 Teknik nontes

- Skala bertingkat (rating scale) Menggambarkan suatu nilai yang berbentuk

angka terhadap suatu hasil pertimbangan.

- Kusioner (questioner) Kusioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang

harus diisi oleh seseorang yang akan diukur.

 Ditinjau dari segi menjawab

- Kusioner terbuka

Kusioner yang disusun sedemikian rupa sehingga pengisi bebas

mengemukakan pendapatnya.

- Kusioner tertutup

Kusioner yang disusun dengan menyediakan jawaban yang telah ada

sehingga pengisi hanya tinggal memilih saja.

 Ditinjau dari segi siapa yang menjawab

4
- Kusioner langsung Dikatakan langsung apabila kuisioner tersebut diisi

langsung oleh pengisi.

- Kusioner tidak langsung Dikatakan langsung apabila kuisioner tersebut

diisi tidak langsung oleh pengisi.

 Daftar cocok (check list)

Deretan pertanyaan dimana responden yang dievaluasi hanya tanda

centang untuk mengisi.

 Wawancara (interview)

Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara :

1) Wawancara bebas Responden memiliki kebebasan untuk menyatakan

pendapatnya.

2) Wawancara terpimpin Wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi

dengan cara mengajukan pertanyaan yang telah disusun.

 Pengamatan (observation)

Ada 3 macam pengamatan :

1) Observasi partisipan: Observasi yang dilakukan oleh pengamat, namun

pengamat juga ikut terjun dalam objek yang diteliti.

2) Observasi sistematik: Observasi dimana faktor-faktor yang diamati

didaftar secara sistematis dan diatur menurut kategori.

3) Observasi eksperimental: Pengamat tidak ikut langsung dalam objek

yang diteliti.

 Riwayat hidup

b. Teknik tes

5
Tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap individu atau

keseluruhan usaha evaluasi hasil belajar. Ditinjau dari segi kegunaannya

untuk mengukur siswa, maka dibedakan ada 3 macam tes :

1. Tes diagnostik

2. Tes formatif

Manfaat bagi siswa :

- Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa

- Usaha perbaikan

- Sebagai diagnosis

Manfaat bagi guru

- Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat

diterima oleh siswa.

- Mengetahui bagian-bagian mana dari bagian yang belum menjadi

milik siswa.

- Dapat meramalkan sukses atau tidaknya program yang diberikan.

3. Tes sumatif

Tes sumatif dilakukan setelah berakhirnya pemberian sekelompok

program yang lebih besar.

Manfaat tes sumatif :

- Untuk menentukan nilai

- Untuk menentukan seorang anak dapat atau tidaknya mengikuti

proses belajar.

6
- Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna

bagi orang tua siswa, pihak bimbingan, dan pihak-pihak yang

terkait apabila siswa pindah ke sekolah lain.

4. Tes formatif dan sumatif dalam praktek

Kebaikan THB bersama:

a) Pihak atasan atau pengelola sekolah-sekolah (IPDA, Dinas

P dan K atau

Kanwil P dan K) dapat membandingkan kemajuan sekolah-sekolah

yang ada di wilayahnya.

b) Karena dibandingkan antara sekolah yang satu dengan yang

lain. Maka akan timbul persaingan yang sehat antar

sesamanya.

c) Standar pelajaran akan terpelihara dengan sebaik-baiknya

karena soal-soal tes yang diberikan disusun oleh Dinas P

dan K atau Kanwil P dan K.

Keburukan THB bersama:

a) Ada kemungkinan akan terjadi pemberian pelajaran yang

hanya berorientasi pada “ujian” dengan cara memberikan

latihan mengerjakan soal yang sebanyak-banyaknya.

b) Tidak mengjiraukan jika terjadi beberapa bentuk

kecurangan karena ada sekolah (sekolah-sekolah) yang

ingin mendapat nama baik.

5) Perbandingan antara tes diagnostic, tes formatif, dan tes sumatif.

7
Untuk memperoleh gambaran mengenai tes diagnostic, tes

formatif, dan tes sumatif secara lebih mendalam, berikut ini akan

disajikan perbandingan antara ketiganya. Dalam membandingkan,

akan ditinjau dari 9 aspek, yaitu: fungsi, waktu, titik berat atau

tekanannya, alat evaluasi, cara memilih tujuan yang dievaluasi,

tingkat kesulitan soal-soal tes, cara menyekor tingkat pencapaian,

dan metode menuliskan hasil tes.

a. Ditinjau dari fungsinya.

 Tes Diagnostik

- Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau

belum

- Menentukan tingkat penguasaan siswa tehadap bahan

yang dipelajari

- Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa

berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang

akan dipelajari.

- Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami

untuk menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau

memberikan bimbingan.

 Tes Formatif

Sebagai umpan balik bagi siswa, guru, maupun program

untuk menilai pelaksanaan satu unit program.

 Tes Sumatif

8
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah

mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan

siswa dibandingkan dengan kawannya dalam kelompok.

b. Ditinjau dari waktu

 Tes Diagnostik

- Pada waktu penyaringan calon siswa

- Pada waktu membagi kelas atau permulaan

memberikan pelajaran.

- Selama pelajaran berlangsung bila guru akan

memberikan bantuan kepada siswa.

 Tes Formatif

Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui

kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.

 Tes Sumatif

Pada akhir unit caturwulan, semester akhir tahun, atau akhir

pendidikan.

c. Ditinjau dari titik berat penilaian

 Tes Diagnostik

- Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor.

- Faktor-faktor pisik, psikologis, dan lingkungan.

 Tes Formatif

Menekankan pada tingkah laku kognitif

9
 Tes Sumatif

Pada umumnya menekankan pada tingkah laku kognitif,

tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotor dan kadang-

kadang pada afektif. Akan tetapi walaupun menekankan pada

tingkah laku kognitif, yang diukur adalah tingkatan yang lebih

tinggi (bukan sekedar ingatan atau hafalan saja)

d. Ditinjau dari alat evaluasi

 Tes Diagnostik

- Tes prestasi belajar yang sudah distandarisasikan

- Tes diagnostic yang sudah distandarisasikan

- Tes buatan guru

- Pengamatan dan daftar cocok (check list)

 Tes Formatif

Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik

 Tes Sumatif

Tes ujian akhir

e. Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi

 Tes Diagnostik

- Memilih tiap-tiap ketermapilan prasyarat

- Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang

- Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental,

dan perasaan.

10
 Tes Formatif

Mengukur semua tujuan instruksional khusus

 Tes Sumatif

Mengukur tujuan instruksional umum

f. Ditinjau dari tingkat kesulitan tes

 Tes Diagnostik

Mengukur keterampilan dasar, diambil soal tes yang

mudah, yang tingkat kesulitannya (indeks kesukaran) 0,65 atau

lebih.

 Tes Formatif

Belum dapat ditentukan

 Tes Sumatif

Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan (indeks kesukaran)

antaea 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa soal yang sangat

mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.

g. Ditinjau dari skoring (cara menyekor)

 Tes Diagnostik

Menggunakan standar mutlak dan standar relatif (criterion

referenced and normreferenced)

 Tes Formatif

Menggunakan standar mutlak (criterion referenced)

 Tes Sumatif

11
Kebanyakan menggunakan standar relatif

(normreferenced), tetapi dapat pula dipakai standar mutlak

(criterion referenced)

h. Ditinjau dari tingkat pencapaian

Yang dimaksud tingkat pencapaian adalah skor yang harus didapat

siswa dalam setiap tes.

 Tes Diagnostik

Berhubung ada bermacam-macam tes diagnostik maka tingkat

pencapaian yang dituntut juga tidak sama. Untuk tes diagnostik

yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang

diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya.

 Tes Formatif

Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui

apakah siswa sudah mencapai tujuan instruksional umum yang

diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus.

 Tes Sumatif

Memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti

suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa

dibandingkan dengan kawan dalam kelompoknya, maka tidak

diperlukan suatu tuntutan harus beberapatingkat penguasaan yang

dicapai.

Ditinjau dari cara pencatatan hasil

 Tes Diagnostik

12
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil

 Tes Formatif

Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil

atau gagal menguasai suatu tugas

 Tes Sumatif

Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan yang

dicapai. Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan yang

dicapai

Soal Evaluasi Bab 3

1. Dari berbagai jenis tes anda ketahui adanya persamaan dan

perbedaan. Coba anda buat sebuah tabel yang menunjukkan

persamaan dan perbedaan tersebut. Cuplikan dari tabel seperti

tertera berikut ini, kemudian teruskan serta isilah tiap kolom dan

baris sesuai dengan keterangan yang ada!

Jenis tes Tes Tes Tes Tes Tes

atau aspek Awal Prasyarat Diagnos Formatif Sumatif

tik
1. Fungsi
2. Waktu
3. Titik

penilaia
2. Ambillah contoh beberapa pokok bahasan dari GBPP yang anda kuasai

Identifikasikan atau daftarlah materi yang mau tidak mau harus dikuasai terlebih

dahulu, yaitu bahan prasyaratnya

13
3. Setelah pelaksanaan suatu tes sumatif guru menghitung hasilnya. Dari

perhitungan diketahui bahwa mean (rerata skor) adalah 6,1 dan standar deviasi

0,8. Nunung memperoleh skor 7,2: Aminah 4,7: dan Budi 6,7. Coba anda

gambarkan kurva prestasi belajar kelompok siswa dalam satu kelas. Bubuhkan

tanda-tanda untuk tempat Nunung, Aminah, dan Budi!

2.2 Ciri-Ciri Evaluasi Hasil Belajar

Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan

Suharsimi (2002:11), yaitu:

1. penilaian dilakukan secara tidak langsung.

Sebagai contoh mengetahui tingkat intelegensi seorang anak, akan

mengukur kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-

soal. Dengan acuan bahwa tanda-tanda anak yang inteligen adalah anak

yang mempunyai:

A. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.

B. Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik.

C. Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat

mengikuti pembicaraan orang lain).

D. Kemampuan untuk mengingat-ingat.

E. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap

kelucuan).

F. Kemampuan untuk berfantasi.

14
Selanjutnya, tingkat intelegensi dibandingkan dengan jumlah umat

manusia digambarkan sebagai berikut:

● 1 % luar biasa, mempunyai IQ antara 30 sampai 70.

● 5 % dungu, mempunyai IQ antara 70 sampai 80.

● 14 % bodoh, mempunyai IQ antara 80 sampai 90.

● 60 % normal, mempunyai IQ antara 90 sampai 110.

● 14 % pandai, mempunyai IQ antara 110 sampai 120.

● 5 % sangat pandai, mempunyai IQ antara 120 sampai 130.

● 1 % genius, mempunyai IQ lebih dari 130.

Yang dikatakan 1 % luar biasa masih terbagi lagi atas : (1) idiot yang

mempunyai IQ antara 0 sampai 25, (2) imbesil yang mempunyai IQ antara

26 sampai 50 dan (3) debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70.

2. Penggunaan ukuran kuantitatif dalam penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar bersifat kuantitatif artinya menggunakan simbol

bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu

diinterpretasikan ke bentuk kualitatif. Contoh : Dari hasil pengukuran,

Tika mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105. Dengan demikian maka

Tika dapat digolongkan sebagai anak yang pandai, sedangkan Tini anak

yang normal.

3. Penilaian pendidikan menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang

tetap

15
Misalnya, IQ 126 menurut unit pengukurannya termasuk anak yang pandai

sedangkan 89 termasuk anak dibawah rata-rata.

4. Bersifat relatif artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke

waktu yang lain.

Contoh: hasil ulangan yang diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil

hari Selasa 90. Tetapi hasil ulangan dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan

hasil penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari

Sabtu Mianti sedang risau hatinya menghadapi malam Minggu sore

harinya.

5. Dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari berbagai faktor yaitu :

A. Terletak pada alat ukurnya. Alat yang digunakan untuk mengukur

haruslah baik. Sebagai misal, kita akan mengukur panjang meja

tetapi menggunakan pita ukuran yang terbuat dari bahan elastis,

dan cara mengukurnya ditarik-tarik. Tentu saja pita ukuran itu tidak

dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik karena gambaran

tentang panjangnya meja tidak dapat diketahui dengan pasti.

B. Terletak pada orang yang melakukan penilaian. Hal ini dapat

berupa:

1) Kesalahan pada waktu melakukan penilaian, Karena faktor

subyektif penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran.

16
2) Kecenderungan dari penilai untuk memberikan nilai secara

“murah” atau “mahal”. Ada guru yang memberi nilai 2 (dua)

untuk peserta didik yang menjawab salah dengan alasan

untuk upah menulis. Tetapi ada yang memberikan (nol) untuk

jawaban yang serupa.

3) Adanya “hallo-effect”, yakni adanya kesan menilai terhadap

peserta didik. Kesan-kesan itu dapat berasal dari guru yang

lain maupun dari guru itu sendiri pada kesempatan

memegang mata pelajaran itu.

4) Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah

angka-angka hasil penilaian.

C. Terletak pada anak yang dinilai.

1) Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati.

Suasana hati seseorang akan berpengaruh terhadap hasil

penilain. Misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau

tertekan memberikan hasil kurang memuaskan. Begitu juga

sebaliknya.

2) Keadaan fisik ketika peserta didik sedang dinilai akan

mempengaruhi cara peserta didik memecahkan persoalan.

Pikiran sangat sukar untuk konsentrasi.

3) Nasib peserta didik kadang-kadang mempunyai peranan

terhadap hasil penilaian.

D. Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.

17
1) Suasana yang gaduh, baik di dalam maupun di luar ruangan,

akan mengganggu konsentrasi peserta didik. Demikian pula

tingkah laku kawan-kawannya yang sedang mengerjakan

soal, apakah mereka bekerja dengan cukup serius atau

nampak seperti main-main, akan mempengaruhi diri peserta

didik dalam mengerjakan soal.

2) Pengawasan terhadap penilaian, tidak menjadi rahasia lagi

bahwa pengawasan yang terlalu ketat tidak akan disenangi

oleh peserta didik yang suka melihat ke kanan dan ke kiri.

Namun ada kalanya, keadaan sebaliknya, yaitu pengawasan

yang longgar justru membuat kesal bagi peserta didik yang

mau disiplin dan percaya diri sendiri.

2.3 Taksonomi Bloom

Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam

Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan

bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata

persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk

mengutarakan hafalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari

konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya

merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).

Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses

pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.

18
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil

mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy

Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang

mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus

dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh

Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual

behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Kognitif

Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan

tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir

yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori

kedalam perbuatan.

No Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

.
1. Pengetahuan Kemampuan menyebutkan Mendefinisikan, menyusun

atau menjelaskan kembali daftar, menamai, menyatakan,

mengidentifikasikan,

Contoh: menyatakan mengetahui, menyebutkan,

kebijakan. membuat kerangka,

menggaris bawahi,

menggambarkan,

menjodohkan, memilih.
2. Pemahaman Kemampuan memahami Menerangkan, menjelaskan,

19
instruksi/masalah, menguraikan, membedakan,

menginterpretasikan dan menginterpretasikan,

menyatakan kembali merumuskan,

dengan memperkirakan, meramalkan,

kata-kata sendiri menggeneralisir,

menterjemahkan, mengubah,

Contoh : Menuliskan memberi contoh,

kembali atau merangkum memperluas, menyatakan

materi pelajaran. kembali, menganalogikan,

merangkum.
3. Penerapan Kemampuan menggunakan Menerapkan, mengubah,

konsep dalam praktek atau menghitung, melengkapi,

situasi yang baru menemukan. membuktikan,

menggunakan,

Contoh: Menggunakan mendemonstrasikan,

pedoman/ aturan dalam memanipulasi, memodifikasi,

menghitung gaji pegawai. menyesuaikan, menunjukkan,

mengoperasikan,

menyiapkan,

menyediakan, menghasilkan.
4. Analisa Kemampuan memisahkan Menganalisa,

konsep kedalam beberapa mendiskriminasikan,

komponen untuk membuat

memperoleh pemahaman skema /diagram,

20
yang lebih luas atas dampak membedakan,

komponen – komponen membandingkan,

terhadap konsep tersebut mengkontraskan,

secara utuh. memisahkan, membagi,

menghubungkan,

Contoh: Menganalisa menunjukan hubungan antara

penyebab meningkatnya variabel, memilih, memecah

Harga pokok penjualan menjadi beberapa bagian,

dalam laporan keuangan menyisihkan,

dengan memisahkan mempertentangkan.

komponen- komponennya.
5. Sintesa Kemampuan merangkai Mengkategorikan

atau mengkombinasikan,

menyusun kembali mengatur, memodifikasi,

komponen-komponen mendisain, mengintegrasikan,

dalam rangka menciptakan mengorganisir,

arti/pemahaman/struktur mengkompilasi, mengarang,

baru. menciptakan, menyusun

kembali, menulis kembali,

Contoh: Menyusun merancang, merangkai,

kurikulum dengan merevisi, menghubungkan,

mengintegrasikan pendapat merekonstruksi,

dan materi dari beberapa menyimpulkan, mempolakan.

sumber.

21
6. Evaluasi Kemampuan mengevaluasi Mengkaji ulang,

dan menilai sesuatu membandingkan,

berdasarkan norma, acuan menyimpulkan, mengkritik,

atau kriteria. mengkontraskan,

mempertentangkan

Contoh: Membandingkan menjustifikasi,

hasil ujian siswa dengan mempertahankan,

kunci jawaban. mengevaluasi, membuktikan,

memperhitungkan,

menghasilkan, menyesuaikan,

mengkoreksi, melengkapi,

menemukan.

2. Afektif

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,

misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan

sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang

sederhana hingga yang paling kompleks.

No Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

.
1. Penerimaan Kemampuan untuk Menanyakan, mengikuti,

menunjukkan atensi dan memberi, menahan /

penghargaan terhadap mengendalikan diri,

orang lain. mengidentifikasi,

22
memperhatikan,

Contoh: mendengar menjawab.

pendapat orang lain,

mengingat nama

seseorang
2. Responsif Kemampuan Menjawab, membantu,

berpartisipasi aktif mentaati, memenuhi,

dalam pembelajaran dan menyetujui,

selalu termotivasi untuk mendiskusikan,

segera bereaksi dan melakukan, memilih,

mengambil tindakan menyajikan,

atas suatu kejadian. mempresentasikan,

melaporkan,

Contoh: berpartisipasi menceritakan, menulis,

dalam menginterpretasikan,

diskusi kelas. menyelesaikan,

mempraktekkan.
3. Nilai yang Kemampuan Menunjukkan,

dianut (Nilai menunjukkan nilai yang mendemonstrasikan,

diri) dianut untuk memilih,

membedakan mana membedakan, mengikuti,

yang baik dan kurang meminta, memenuhi,

baik terhadap suatu menjelaskan,

kejadian/obyek, dan membentuk,

23
nilai tersebut berinisiatif,

diekspresikan melaksanakan,

dalam perilaku. memprakarsai,

menjustifikasi,

Contoh: Mengusulkan mengusulkan,

kegiatan Corporate melaporkan,

Social Responsibility menginterpretasikan,

sesuai dengan nilai membenarkan, menolak,

yang berlaku dan menyatakan /

komitmen perusahaan. mempertahankan

pendapat.
4. Organisasi Kemampuan Mentaati, mematuhi,

membentuk sistem nilai merancang, mengatur,

dan budaya organisasi mengidentifikasikan,

dengan mengkombinasikan,

mengharmonisasikan mengorganisisr,

perbedaan nilai. merumuskan,

menyamakan,

Contoh: Menyepakati mempertahankan,

dan menghubungkan,

mentaati etika profesi, mengintegrasikan,

mengakui perlunya menjelaskan,

keseimbangan antara mengaitkan,

kebebasan dan menggabungkan,

24
tanggung jawab. memperbaiki,

menyepakati,

menyusun,

menyempurnakan,

menyatukan pendapat,

menyesuaikan,

melengkapi,

membandingkan,

memodifikasi.
5. Karakterisasi Kemampuan Melakukan,

mengendalikan melaksanakan,

perilaku berdasarkan memperlihatkan,

nilai yang dianut dan membedakan,

memperbaiki memisahkan,

hubungan intrapersonal, menunjukkan,

interpersonal dan sosial. mempengaruhi,

mendengarkan,

Contoh: Menunjukkan memodifikasi,

rasa mempraktekkan,

percaya diri ketika mengusulkan, merevisi,

bekerja memperbaiki,

sendiri, kooperatif membatasi,

dalam mempertanyakan,

aktivitas kelompok. mempersoalkan,

25
menyatakan, bertindak,

membuktikan,

mempertimbangkan.

3. Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,

keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah

jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut

kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori

dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga

tingkat yang rumit.

No Kategori Penjelasan Kata Kerja Kunci

.
1. Persepi Kemampuan Mendeteksi, mempersiapkan

menggunakan saraf diri, memilih,

sensori dalam menghubungkan,

menginterpretasikan menggambarkan,

nya dalam mengidentifikasi, mengisolasi,

memperkirakan membedakan, menyeleksi.

sesuatu.

Contoh:

Menurunkan suhu

26
AC saat merasa suhu

ruangan panas.
2. Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,

mempersiapkan diri, memprakarsai, membantu,

baik mental, fisik, memperlihatkan

dan emosi, dalam mempersiapkan

menghadapi sesuatu. diri, menunjukkan,

mendemonstrasikan.

Contoh: Melakukan

pekerjaan sesuai

urutan, menerima

kelebihan dan

kekurangan

seseorang.
3. Reaksi Kemampuan untuk Meniru, mentrasir, mengikuti,

yang memulai mencoba, mempraktekkan,

diarahkan ketrampilan yang mengerjakan, membuat,

kompleks memperlihatkan, memasang,

dengan bantuan / bereaksi, menanggapi.

bimbingan

dengan meniru dan

uji coba.

Contoh: Mengikuti

27
arahan

dari instruktur.
4. Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,

natural melakukan kegiatan memasang, membongkar,

(mekanism pada tingkat memperbaiki, melaksanakan

e) keterampilan tahap sesuai standar, mengerjakan,

yang lebih sulit. menggunakan, merakit,

Melalui tahap ini mengendalikan, mempercepat,

diharapkan siswa memperlancar, mempertajam,

akan terbiasa menangani.

melakukan tugas

rutinnya.

Contoh:

menggunakan

komputer.
5. Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,

yang melakukan memasang, membongkar,

kompleks kemahirannya dalam memperbaiki, melaksanakan

melakukan sesuatu, sesuai standar, mengerjakan,

dimana hal ini menggunakan, merakit,

terlihat mengendalikan, mempercepat,

dari kecepatan, memperlancar, mencampur,

ketepatan, mempertajam, menangani,

28
efsiensi dan mngorganisir, membuat

efektivitasnya. draft/sketsa, mengukur.

Semua tindakan

dilakukan secara

spontan, lancar,

cepat, tanpa ragu.

Contoh: Keahlian

bermain piano.
6. Adaptasi Kemampuan Mengubah, mengadaptasikan,

mengembangkan memvariasikan, merevisi,

keahlian, dan mengatur kembali, merancang

memodifikasi pola kembali, memodifikasi.

sesuai dengan yang

dbutuhkan,

Contoh: Melakukan

perubahan secara

cepat dan tepat

terhadap kejadian

tak terduga tanpa

merusak pola yang

ada.

29
7. Kreativitas Kemampuan untuk Merancang, membangun,

menciptakan pola menciptakan, mendisain,

baru yang sesuai memprakarsai,mengkombinasi

dengan kan, membuat, menjadi

kondisi/situasi pioneer.

tertentu dan juga

kemampuan

mengatasi masalah

dengan

mengeksplorasi

kreativitas diri.

Contoh: Membuat

formula baru,

inovasi, produk baru.

2.4 Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Taksonomi

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran. Seperti yang tertuang dalam 

Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa

tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran,

menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-

30
alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran

(standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. Karena segala kegiatan

pembelajaran muaranya pada tercapainya suatu tujuan yang keuntungannya dapat

diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran seperti: pengalokasian waktu

mengajar yang dapat dimanfaatkan secara tepat, pokok bahasan dapat dibuat

seimbang sehingga tidak adamateri pelajaran yang dibahas terlalu dalam atau

terlalu sedikit, guru dapat menetapkan berapa banyak materi materi pelajaran yang

sebaiknya disajikan, dapat menetapkan urutan dan rangkaian secara tepat, dengan

mudah dapat menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar yang

tepat, dapat mempersiapkan media pembelajaran, metode pembelajaran, dan dapat

mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam segi pemahaman. Karena

seorang guru profesional harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran dalam

bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat

dilakukan oleh siswa setelah mengikuti pelajaran atau hasil proses belajar

mengajar.

Taksonomi sendiri pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang

disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu. Taksonomi berasal

dari bahasa yunani “Tassein” Yang berarti untuk mengklasifikasi dan “Nomos”

yang berarti aturan. Taksonomi berarti pengelompokan/ klasifikasi yang disusun

dan diurutkan berdasarkan ciri-ciri tertentu seperti semua hal yang bergerak,

benda diam, tempat, dan kejadian-kejadian sampai pada kemampuan berpikir

yang semua itu dapat dikelompokan menurut beberapa skema taksonomi.

31
Dalam dunia pendidikan taksonomi tujuan belajar adalah pengelompokan

tujuan pembelajaran dalam tiga kawasan (Kognitif, Afektif dan psikomotorik).

Karena tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat perlu untuk

dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran.

Merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik

bagi guru maupun siswa. Perumusan tujuan mengajar memberikan 4 manfaat dari

tujuan pembelajaran, yaitu: 

1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar

kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih

mandiri.

2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.

3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media

pembelajaran.

4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.

Contohnya terdapat pada

Daftar Isi buku Bahasa

Indonesia kelas X Kurikulum

2013 Revisi 2016, berikut:2013

Revisi 2016, berikut:

BAB 3

PENUTUP

32
3.1 Kesimpulan

Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat bagi peserta didik ada

satu prinsip umum dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau

hubungan erat tiga komponen, antara lain : tujuan pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, evaluasi.

Dan adapun ciri ciri evaluasi dalam pendidikan yaitu penilaian dilakukan

secara tidak langsung, penggunaan ukuran kuantitatif dalam penilaian hasil

belajar, penilaian pendidik menggunakan unti unit satuan yang tetap, bersifat

relatif, dalam penilian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.

Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan

skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk

mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu.

Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga

domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan

taksonomi tujuan belajar adalah pengelompokan tujuan pembelajaran dalam tiga

kawasan (Kognitif, Afektif dan psikomotorik). Karena tujuan pembelajaran

merupakan salah satu aspek yang sangat perlu untuk dipertimbangkan dalam

melaksanakan pembelajaran.

3.2 Saran

33
Kami sangat mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya

membangun, dari ibu dosen dan para pembaca agar dalam pembuatan makalah

selanjutnya kami bisa menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

(Diakses pada 7 November 2020 melalui laman

34
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Wening%20Sahayu,

%20M.Pd./BAB%203%20PRINSIP%20DAN%20ALAT%20EVALUASI.pdf)

Asrul, dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Citapustaka Media.

(Diakses pada 7 November 2020 melalui laman

http://repository.uinsu.ac.id/928/1/Buku%20Evaluasi%20Pembelajaran.pdf )

Utari R. 2012. Taksonomi Bloom: Apa dan bagaimana menggunakannya?

Pusdiklat KNPK, 1–13.

(Diakses pada 7 November 2020 melalui laman

http://mahmudakkgaipanji.blogspot.com/2014/05/taksonomi-tujuan-belajar.html?

m=1)

(Diakses pada 7 November 2020 melalui laman

https://www.slideshare.net/mobile/zufaraayraf/bahasa-indonesia-kelas-x-

kurikulum-2013-revisi-2016)

35
1

Anda mungkin juga menyukai