Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REPORT

SEJARAH BUSANA
DOSEN PENGAMPU:

Prof.Dr.Dina Ampera,M.Si

Disusun Oleh:
Kartika Dwi Cahyati
Nim:5201143003
Kelas:Tatabusana A Stambuk 2020

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas critical journal report ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Sejarah
Busana yaitu Ibu Prof.Dr. Dina Ampera, M.Si yang telah memberikan tugas kepada penulis dan
tugas ini telah selesai dengan tepat waktu.

Penulis sangat berharap critical journal report ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya di dalam critical journal report ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi kebaikan di masa yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Semoga critical journal report ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah di susun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
mohon kritik dan sarannya.

Medan,Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 1


A.Rasionalisasi pentingnya CJR ................................................................................. 1
B.Tujuan CJR................................................................................................................ 1
C.Manfaat ......................................................................................................................1
D.Identitas Jurnal dan Artikel yang di Kritik ............................................................... 2

Bab II Ringkasan Isi Jurnal...................................................................................... 3


A.Jurnal Pertama.......................................................................................................... 3
B.Jurnal Pembanding .................................................................................................. 6

Bab III Pembahasan.................................................................................................. 9


A.Kelebihan Jurnal...................................................................................................... 9
B.Kekurangan Jural.......................................................................................................9

Bab IV Penutup ........................................................................................................ 10


A.Kesimpulan.............................................................................................................. 10
B.Saran………............................................................................................................. 10

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi Pentingnya Critical Jurnal Review


Mengkritik sebuah Jurnal atau lebih adalah salah satu kegiatan yang harus dikuasai oleh siswa
maupun mahasiswa. Terlebih lagi untuk kita calon pendidik bangsa. Critical jurnal review ini berisi
tentang kesimpulan dari perbandingan yang akan saya lakukan pada sebuah jurnal yang sudah
ditentukan sesuai dengan mata kuliah yang diambil yaitu tentang sejarah busana . Critical Jurnal
Report sangat penting untuk kalangan pendidik terutama mahasiswa karena dengan mengkritik
jurnal maka si pengkritik dapat mengetahui mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal
yang sudah baik digunakan untuk penelitian.

B.Tujuan Penulisan Critical Jurnal Report


Critical Jurnal Review ini dibuat bertujuan untuk belajar melalui pemenuhan tugas mata kuliah
sejarah busana di Universitas Negeri Medan untuk membuat Critical Jurnal Report sehingga dapat
menambah pengetahuan untuk melihat jurnal yang baik dan benar. Dimana tujuannya adalah tidak
lain untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam menilai sebuah jurnal. Dalam critical
jurnal report ini ,penulis akan memaparkan masalah tersebut lewat pembahasan berikut.

C.Manfaat Critical journal Review


Manfaat penulisan Critical journal Report,yaitu:
• Dapat melihat kelebihan dan kekurangan jurnal yang direview
• Dapat meningkatkan analisis terhadap suatu jurnal
• Supaya dapat mengetahui penulisan CJR yang benar
• Dan dapat menulis jurnal yang baik dan benar
• Menambah pengetahuan tentang isi-isi dari jurnal-jurnal penelitian

1
D.Identitas Jurnal
A.Jurnal Pertama
1.Judul artikel: PERKEMBANGAN DESAIN BUSANA MUSLIM DALAM TINJAUAN
SOSIOLOGIS
2.Nama Jurnal : Jurnal Seni Kriya
3.Edisi terbit :November 2020,Vol.9 no 2
4.Pengarang : Sri Ika Damayanti
5.Penerbit : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
6.Kota Terbit : Yogyakarta
7.Nomor ISSN : p-ISSN:2301-6027
e-ISSN:2685-4708
8.Alamat situs : http://journal.isi.ac.id/index.php/corak

B.Jurnal Kedua
1.Judul artikel: BUSANA MUSLIMAH DAN DINAMIKANYA DI INDONESIA
2.Nama Jurnal : JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality
3.Edisi terbit :Juni 2020, Volume 5, Nomor 1
4.Pengarang : Hanung Sito Rohmawati
5.Penerbit : Institut Agama Islam Negeri Manado
6.Kota Terbit :Manado
7.Nomor ISSN : P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341
8.Alamat situs : http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/AJIP/index

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

1.Jurnal Pertama
A.Abstrak
Busana adalah produk kriya tekstil yang didalamnya mengandung beragam makna sosial.
Perkembangan busana muslimah di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Kaidah berpakaian menurut Islam diadaptasi dengan luwes dan cair di Indonesia,
disesuaikan dengan kultur setempat. Dari hal tersebut menghasilkan desain busana muslim yang
kemudian justru menjadi kebudayaan populer. Tulisan ini membahas perkembangan desain busana
muslimah dengan pendekatan sosiologi dari Pierre Bourdieu untuk melihat habitus dan agen
pembawanya.
B.Pendahuluan
Pakaian merupakan salah satu hasil karya kriya yang berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial dan
hampir selalu memiliki kepentingan dibalik unsur visualnya. Setiap lapisan masyarakat
menggunakannya dan sudah tidak menjadi benda yang asing, namun selalu ada perbedaan nilai
bagi setiap pemakainya. Busana dapat dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan kulit budaya” yang
dapat menunjukkan identitas pemakainya dan juga menentukan citra (Nordholt, 2005:1).
Selanjutnya, busana muslimah menjadi suatu yang ingin untuk dikaji lebih lanjut oleh penulis
karena keberadaannya di Indonesia saat ini justru menuju fashion arus utama. Perkembangan
busana muslimah di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat signifikan. Kaidah
berpakaian menurut Islam diadaptasi dengan luwes dan cair di Indonesia, disesuaikan dengan
kultur setempat.
Konsep berbusana untuk perempuan muslim yang mulanya berdasarkan syariat keagamaan dapat
menjadi suatu trend fashion dan bahkanmembentuk budaya baru. Pergerakan trend berbusana
muslim pun berjalan beriringan dengan perubahan trend fashion pada umumnya. Busana muslim
dan segala atribut pelengkapnya hadir dengan berbagai macam kreasi, jenis, warna, dan bahan
yang justru sangat berbeda dari pusat Islam, di negara Arab. Hal tersebut membuat Indonesia
menarik bagi perkembangan trend fashion muslim, sehingga ada wacana pencanangan Indonesia
akan menjadi pusat kiblat trend mode dan fashion muslim dunia pada tahun 2020 pada saat
konferensi pers Indonesia Fashion Week 2013.

3
Busana muslimah merupakan bentuk pergeseran fenomena berpakaian yang sangat menonjol
dalam budaya populer di Indonesia saat ini. Menunjukan identitas muslim dengan atribut busana
muslimah tidak lagi dicirikan sebagai fanatisme Islam. Gaya pakaian muslim di berbagai wilayah
indonesia berbeda beda dan mempunyai karakter masing masing yang menjadikanya ciri khas
daerah tertentu sesuai dengan kebudayaan dan tradisi masyarakat. Sejalan dengan perkembangan
pakaian secara umum, berkembang pula gaya busana dalam kalangan muslim di Indonesia.
Penerapan fashion muslim kini mengalami perkembangan,dan terjadi dalam berbagai jenis fungsi,
antara lain dalam fungsi praktis pakaian muslim sehari hari, fungsi ritual budaya, fungsi ibadah.

C.Pembahasan
1.Habitus dan kepopuleran fashion muslim
Dalam melihat proses busana muslim dari busana terpinggirkan menjadi fashion arus utama,
menggunakan perspektif Bourdieu mengenai habitus. Habitus adalah pembiasaan sikap yang
dilakukan berulang-ulang atau membuat tindakan sosial menjadi biasa (natural) sehingga muncul
kebiasaan yang terlembagakan oleh anggota masyarakat dan akhirnya membentuk sebuah identitas
dan kelas sosial baru.
Ada beberapa habitus yang menjadikan fashion muslim dihargai dan mendapat posisi di atas dalam
fashion di Indonesia;
1. Dukungan pemerintah pada sekolah dan instansi
Mulanya busana muslim hanya diterapkan di lingkungan khusus seperti sekolah islami
(MI, MTS, MA dan Muhammadiyah) atau pesantren Islam. Busana muslim telah diterima secara
terbuka oleh pemerintah. Sebelumnya pada tahun 1982, Depdikbud pernah memutuskan untuk
melarang siswa perempuan mengenakan kerudung ke sekolah, kemudian pada tahun 1991
pemerintah kembali mengizinkan pemakaian jilbab di sekolah dan kantor pemerintahan. Tahun
1990an awal, pada masa ini pengguna busana muslimah masih belum begitu banyak. Mulai tahun
2000-an hampir semua SMA negeri di Yogyakarta justru menerapkan kewajiban mengenakan
busana muslimah pada saat jam pelajaran agama, kemudian hal tersebut diikuti oleh tingkat SMP
juga SD.

4
2. Penerbitan media gaya hidup muslim
Di Indonesia tren busana muslim mendapat respon dari berbagai majalah, koran dan tabloid untuk
diulas dan ditampilkan di rubrik mode. Menginjak tahun 2000, banyak majalah Islam yang
bermunculan, khususnya Paras dan Muslimah majalah yang diperuntukkan untuk perempuan. Lalu
pada tahun 2012 hadir Hijabella dan Laiqa yang lebih fokus pada gaya hidup dan fashion
muslimah.
3. Kemunculan komunitas dan pengajian kelas menengah
Keberadaan hijabi fashion blogger yang sudah mulai bermuculan sejak tahun 2009 memberi
kontribusi dalam inspirasi dalam memadupadankan pakaian menjadi lebih menarik. Beberapa
fashion blogger tersebut adalah Ghaida Tsurruya (putri ustad Aa’ Gym), Puput Utami, Siti
Juwariyah, dll.
4. Tanggapnya desainer dan industri fashion
Desainer dan industri fashion telah menganggap busana muslim dapat menjadi unsur penting dari
mode. Menurut Ibu Alphiana Chandrajani, desainer dan pengajar LPK Susan Budiharjo, busana
Muslim akan tetap populer di Indonesia, dan ada kemungkinan Indonesia akan menjadi pusat
untuk industri mode Islam. Indonesia mungkin menjadi negara yang penting untuk busana Muslim
karena busana Muslim di Indonesia sangat dinamis.
2.Agen Pembawa Fashion muslim
1. Inneke Koesherawati
Kehadiran public figure yang mengubah penampilannya dengan jilbab, sebagai contoh paling
fenomenal ialah Inneke Koesherawati.
2. Dian Pelangi
Ia merupakan perancang busana yang masih muda namun sangat diperhitungkan dalam kancah
fashion muslim Indonesia. Dian Pelangi merupakan salah satu tokoh yang paling berpengaruh
dalam trend fashion muslim di Indonesia. Banyak masyarakat yang tampaknya mengikuti hampir
setiap gaya yang diciptakan oleh Dian Pelangi.
3. Lyra Virna
Lyra Virna merupakan publik figur yang belum begitu lama mengenakan hijab, namun Ia dengan
cepat mempopulerkan hijab syra’i yang lebih fashionable. Gaya hijab syar’i fashionable.
Pandangan negatif dari kalangan fanatik menimbulkan adanya gaya ini oleh para muslimah
fashionable. Merupakan jawaban bahwa menggunakan busana muslimah syar’i pun masih dapat
menarik.

5
D.Penutup
Seiring dengan perubahan waktu, walaupun jilbab masih menjadi simbol dari Islam, namun
penafsiran terhadap makna jilbab dalam masyarakat Indonesia pun mengalami perubahan. Dahulu
jilbab sangat identik dengan fanatisme Islam, penggunanya terbatas pada perempuan dengan
kalangan yang tinggi tingkat religiusitasnya. Lambat laun, jilbab pun merambah ke semua lapisan
masyarakat, hal ini dapat dikatakan sebagai dampak positif tetapi dapat juga dianggap negatif oleh
orang-orang yang fanatik karena jilbab tidak bisa lagi diidentikkan dengan seorang perempuan
yang sangat religius.
Hal tersebut disebabkan karena peran mode dalam perkembangan busana muslimah yang telah
mengalami banyak modifikasi. Lingkungan politik dan budaya di Indonesia yang dinamis dan
toleran memperbolehkan mode Islam menjadi fashionable.

B.Jurnal Kedua
A.Abstrak
Tren berbusana muslimah merupakan salah satu fenomena dalam masyarakat Muslim. Sebagian
muslim menganggap berbusana muslimah harus sesuai syari’at Islam. Sebagian muslim yang lain
menganggap persoalan busana muslimah hanyalah tradisi Arab dan merupakan persoalan budaya
sehingga kelompok ini menggap wanita tidak wajib mengenakan busana muslimah. Atas dasar
inilah penulis tertarik untuk meneliti tentang konsep busana muslimah, sejarah busana muslimah,
pro-kontra busana muslimah dan Fenomena busana muslimah di Indonesia.
B.Pendahuluan
Sebagian masyarakat muslim beranggapan bahwa memakai jilbab merupakan salah satu ajaran
dalam agama Islam. Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59 mereka beranggapan bahwa
muslimah wajib memakai jilbab sebagai busana muslimahnya. Akan tetapi tidak sedikit dari
masyarakat muslim yang berpandangan bahwa pemakaian jilbab hanyalah persoalan budaya.
Masyarakat Islam Indonesia tidak terlepas dari fenomena busana muslimah. Kaum berjilbab di
Indonesia pada tahun 1980-an mendapat penekanan, pelaranganbahkan kekerasan.7 Sedangkan
Indonesia pasca Orde Baru di sejumlah wilayah sudah dikeluarkan peraturan daerah yang
mewajibkan para siswi sekolah negeri SD sampai SMA untuk mengenakan busana muslimah
seperti yang terjadi di Padang, Indramayu, Cianjur, Purwakarta dan Pandeglang sebagai penerapan
dari Peraturan Daerah Syari’ah (PERDA Syari’ah).8 Masyarakat yang berbusana muslimah dalam
hal ini berjilbab selain sebagai bentuk dari ketaatan religiusitas seseorang sekaligus karena
pengaruh politik.

6
1.Pengertian Busana Muslimah
Busana muslimah merupakan busana yang dipakai wanita muslimah yang sesuai dengan ketentuan
syar’i. Adapun syarat-syarat busana muslimah antara lain sebagai berikut:1). Busana muslimah
wajib menutupseluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, 2). Busana tersebut harus menutup
anggota badan yang ada disebaliknya dan tidak boleh menggunakan kain yang tipis, 3). Busana
tersebut tidak boleh terlalu sempit dan menampakan lekuk tubuhnya.
2.Sejarah Busana Muslimah
Dalam sejarahnya, busana muslimah berupa jilbab dalam arti penutup kepala (veil) perempuan
telah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code
Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab sudah dikenal
di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria. Menurut Epstein bahwa tradisi
penggunaan jilbab dalam arti penutup kepala lebih tua dari pada agama-agama samawi (Yahudi,
Nasrani, dan Islam). Penggunaan jilbab telah dikenal dalam hukum kekeluargaan Assyiria
(Assyirian Code). Hukum ini mengatur keharusan berjilbab atau menggunakan kerudung terhadap
istri, anak perempuan, dan janda yang bepergian di tempat umum. Sedangkan Dalam Islam
penggunaan jilbab berawal dari perintah Allah dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59.
3.Busana Muslimah dalam Islam Serta Pro dan Kontranya
Dalam Islam terdapatkontroversi mengenai kewajiban pemakaian busana muslimah(jilbab) bagi
wanita muslimah. Sebagian muslim menganggapnya sebagai perintah Allah yang diberikan lewat
Al-Qur’an, sedangkan sebagian lainnya baik muslim atau non muslim beranggapan pemakaian
jilbab merupakan praktek yang menggelikan. Banyak muslim mengatakan bahwa apapun
justifikasi jilbab di masa lalu, di era modern ini tidak mempunyai relevansi sama sekali. Akan
tetapi oleh muslim ortodok jilbab dianggap sebagai kewajiban bagi wanita dan secara kaku
memaksakan penggunaan jilbab bagi wanita muslimah.
4.Fenomena Busana Muslimah di Indonesia
Trend busana muslimah di Indonesia berkaitan dengan politik, agama dan budaya di Indonesia.
Fenomena busana muslimah di Indonesia relatif baru.Indonesia pada waktu penjajahan Belanda
busana muslimah belum fenomenal bahkan belum dikenal. Hanya saja, pada waktu itu Indonesia
selain dihadapkan dengan budaya dan gaya hidup Eropa, Islam juga berpengaruh disana. Orang-
orang Indonesia yang sudah berkelana ke pusat-pusat Islam seperti Saudia Arabia, Persia, Mesir,
India,mereka mengenalkan dan memperkuat ide-ide atau simbol-simbol Islam termasuk
menampakkan dalam hal berpakaian. Di Indonesia busana muslimah baru populer sekitar tahun
1980an. Pada tahun ini pengaruh gerakan Islam dari Timur Tengah mulai terlihat.

7
Revolusi Iran, yang dipimpin Khomeini dan berhasil menggulingkan rezim syah Iran ketika itu,
ikut memberikan kontribusi bagi tumbuhnya semangat berjilbab di kalangan siswi-siswi muslim
di Indonesia. Pengaruh yang lebih ideologis agaknya berasal dari pemikiran-pemikiran Al-Ikhwan
Al-Muslimin yang masuk ke Indonesia melalui buku-buku para tokohnya yang banyak
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Pengguna jilbab pada tahun 1980-an mendapat
tekanan, pelarangan dan kekerasan.Pada tahun 1982 Pemerintah melalui Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) 052/C/Kep/D/82, yang mengatur bentuk
dan penggunaan seragam sekolah di sekolah-sekolah negeri. Gelombang perlawanan terhadap
larangan jilbab terus berkembang terutama dimotori para mahasiswa.
Suasana berubah seiring dengan berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslimin Indonesia ( ICMI) di
awal 1990-an yang menandai fase hubungan Soeharto dengan Islam,atau lebih tepatnya dengan
kelompok Islam yang menghendaki penerapan Islam secara formal. Sejak saat itu jilbab menjadi
lebih populer di masyarakat Indonesia. Istilah jilbab juga mulai menjadi lebih dikenal, kadang
menggantikan istilah kerudung yang sudah dikenal sebelumnya. Jilbab pada masa tersebut
dimaknai sebagai simbol aksi politik identitas. Fenomena jilbab pasca Orde Baru kemudian
menjadi semakin kompleks. Jika pada masa Soeharto terjadi pelarangan Jilbab, maka yang terjadi
pada masa ini adalah fenomena pemaksaan atau pewajiban jilbab.
C.Penutup
Busana muslimah merupakan simbol religiusitas bagi penggunanya. Penggunaan busana
muslimah dimaknai sebagai salah satu ketaatan muslimah dalam menjalankan agamanya, menutup
aurat. Penggunaan busana muslimah di kalangan muslimah Indonesia mengalami rentetan
perjalanan yang cukup panjang. Muslimah Indonesia pernah mengalami pelarangan bahkan
pemaksaan penggunaan busana muslimah.

8
BAB III
PEMBAHASAN
A.Kelebihan dan Kekurangan Jurnal 1
-Kelebihan jurnal 1 yaitu penjelasan isi pada jurnal mudah dipahami dan tidak berbelit-
belit,singkat,padat dan jelas.Penjelasan isi juga sesuai dengan judul dari artikel ,dilengkapi daftar
Pustaka untuk memudahkan pembaca dalam mencari referensinya.
-Kekurangan dari Jurnal ini yaitu penjelasan tentang sejarah busana muslim diindonesa tidak
terlalu banyak,hanya sedikit dijelaskan serta didalam artikel ini tidak dilengkapi dengan metode
penelitiannya seperti apa,tujuan penelitiannya,dan hasil dari penelitian seperti pada isi jurnal pada
umumnya.

B.Kelebihan dan Kekurangan Jurnal 2


-Kelebihan jurnal 2 yaitu penjelasan pada jurnal ini cukup lengkap.Didalam jurnal ini juga
menjelaskan sejarah awal mulanya busana muslim ada didunia dan sejarah awal busana muslim
ada diindonesia sehingga menjadi populer sampai sekarang,banyak juga dicantumkan sumber-
sumber yang disediakan tentang sejarah pakaian muslim mulai ada dan dipakai oleh orang-orang
muslim sekarang hingga menjadi trend sampai sekarang.
-Kekurangan dari jurnal ini yaitu sama seperti jurnal 1 sebelumnya dimana tidak dilengakpi dengan
metode penelitain,tujuan penelitian dan hasil dari penelitian seperti isi jurnal pada umumnya.

9
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Perkembangan busana muslimah di Indonesia saat ini mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Kaidah berpakaian menurut Islam diadaptasi dengan luwes dan cair di Indonesia,
disesuaikan dengan kultur setempat.Di Indonesia sendiri trend berbusana Muslimah memiliki
sejarah yang Panjang dimana dulu terjadi pergolakan diantaranya pelarangan memakai busana
muslim dan tidak diperkenankan dipakai oleh kalangan tertentu. Kemunculan komunitas muslimah
dengan busana muslimah yang mengikuti mode fashion memberikan warna lain dan angin segar
bagi muslimah, Komunitas itu sering disebut dengan komuitas hijabers. Komunitas hijabers
diIndonesia yaitu seperti I Love Hijab.Dalam komunitas ini diajarkan cara memakai jilbab.
Diharapkan dari komunitas ini yaitu kaum muslimah untuk memakai hijab sebagai perwujudan
identitas muslimah yang tidak lagi ketinggalan dengan dunia masa kini ”tetap menjalankan syari’at
dengan gaya yang anggun”. Salah satu slogan anggota dalam komunitas ini. Munculnya komunitas
hijaber mendorong perkembangan Industri Fashion Muslim di Indonesia. Indonesia pada tahun
2020 dicanangkan sebagai kiblat mode, sebab gaya desain dari Indonesia cenderung dapat diterima
oleh muslim seluruh dunia.
B.Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam review
ini,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan
kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul review yang saya susun
tersebut. Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
tentunya membangun kepada saya,demi kebaikan kedepannya.Semoga review jurnal ini dapat
berguna bagi saya dan khususnya pada seuruh pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/AJIP/index
http://journal.isi.ac.id/index.php/corak
11

Anda mungkin juga menyukai