Anda di halaman 1dari 16

MENYUSUN SOAL INSTRUMEN TES DAN NON TES

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Evaluasi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Nurul Mawaddah, S.Pd., M.Pd

Oleh Kelompok II:

Andi Nurul Aprilia (20310048)

Ferdi (20310060)

Ilham (20310067)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM AS’ADIYAH SENGKANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan Islam dan tentunya dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Gurutta Nurul Mawaddah, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Evaluasi Pendidikan Islam, serta selaku pemberi tugas. Selain itu tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan motivasi dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi dan penyusunannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam dilingkungan Institut Agama Islam As’adiyah Sengkang.

Sengkang, 17 Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI .....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Instrumen Tes ........................................................................................................... 3
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Instrumen Tes .......................................................... 3
2. Teknik Penyusunan Tes ..................................................................................... 4
B. Instrumen Non Tes ................................................................................................ 8
1. Pengertian Instrumen Non Tes ........................................................................ 8
2. Alat Penilaian Non Tes .............................................................................,..... 8
3. Pengembangan Instrumen Non Tes ............................................................... 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 11
B. Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia kependidikan Penilaian
dan pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran tentang situasi sekolah.
Penilaian dan pengukuran ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah
dan sebagainya. Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan
untuk memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik, Gambaran yang diperoleh oleh
pendidik kemudian akan dipelajari oleh guru. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru
harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang
keadaan peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.

Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya instrumen


penilaian. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes, maupun instrumen non tes.
Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes non objektif sedangkan instrumen non tes
dapat berupa wawancara, kuesioner, observasi, dan sebagainya. Penyusunan instrumen
sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau kaidahkaidah yang berlaku secara umum.
Gunanya adalah instrumen yang diberikan kepada siswa mudah dipahami baik oleh
responden maupun pemberi responden sehingga data yang diperoleh dari responden
merupakan data yang akurat. Selain itu instrumen yang disusun harus sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai, sehingga harusnya sebelum mengedarkan istrumen terlenih dahulu
harus ada tujuan yang ditetapkan oleh guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen tes ?
2. Apa bentuk-bentuk instrumen tes?
3. Bagaimana teknik penyusunan tes?
4. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes?
5. Apa saja alat penilaian non tes?

1
4

6. Bagaimana pengembangan instrumen non tes?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen tes.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk instrumen tes.
3. Mengetahui teknik penyusunan tes.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan instrumen non tes.
5. Mengetahui alat penilaian non tes.
6. Mengetahui teknik pengembangan instrumen tes.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. INSTRUMEN TES
1. Pengetian dan Bentuk Instrumen Tes
Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Tes terdiri atas sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar
atau salah atau semua benar atau sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah
untuk mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta
didik untuk bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik
seseorang atau sekelompok orang. Karakteristik ini dapat berupa kemampuan
kognitif atau keterampilan seseorang.

Bentuk tes yang digunakan di satuan pendidikan dapat dikategorikan


menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Tes nonobjektif juga sering
disebut dengan tes bentuk esai atau uraian. Objektif di sini dilihat dari cara
penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban akan menghasilkan
skor yang sama. Tes yang non objektif adalah penilaian yang cara penskorannya
dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tes yang
objektif adalah yang sistem penskorannya objektif, sedangkan tes non objektif
sistem penskorannya dipengaruhi subjektivitas pemberi skor.1

Bentuk tes objekif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda,
benar salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes non objektif (uraian) dapat
dibedakan uraian objektif dan uraian non objekif. Tes uraian yang objektif sering
digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang sosial yang jawabannya
sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian non objektif sering
digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya
satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes.

Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes, yaitu:


1 Kusaeri dan Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012).

3
4

a. Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa


dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya

b. Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.

c. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui


sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar
mengajar.

d. Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan


kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau
semester.

2. Teknik Penyusunan Tes


Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil
prestasi belajar yang baku seperti berikut ini.2
a. Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan
spesifikasi tes atau blue print test, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang
jelas akan mempermuda dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal
akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Prosedur penyusunan
spesifikasi tes adalah sebagai berikut.

1) Menentukan tujuan tes,


2) Menyusun kisi-kisi tes,
3) Menentukan bentuk tes,
4) Menentukan panjang tes.
b. Menulis Tes
1) Tes bentuk benar atau salah Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes
yang soal- soalnya berupa pemyataan. Sebagian dari pemyataan itu
merupakan pernyataan yang benae

2 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Surakarta: Pustaka Pelajar, 2014).


5

dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya bentuk soal
benar-salah dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta,
defenisi, dan prinsip. 2) Bentuk Menjodohkan Bentuk tes menjodohkan terdiri dari
sejumlah premis dan sejumlah respons. Bentuk tes ini sering digunakan untuk
mengukur pengetahuan tentang fakta seperti arti suatu istilah, simbol kimia, dan
sejenisnya. Oleh karena itu, bentuk tes ini cenderung mengukur tentang hafalan
dan pemahaman saja. 3) bentuk pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang
benar atau paling tepat.

4) Bentuk uraian objektif


Bentuk soal uraian objektif sangat digunakan untuk bidang
matematika dan IPA, learena unci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal
ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah
ada skomnya. Objektif di sisni dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa
pendidik dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama.
Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah: hitunglah, tafsirkan,
buat kesimpulan, dan sebagainya.

5) Bentuk uraian non-objektif


Bentuk uraian non-objektif karena penilaian yang dilakukan
cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes inin menuntut
kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan
memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunkan
kata-katanya sendir. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat
berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan
sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan
pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang
dimulai dengankata: apa, siapa, dimana.
c. Menelaah tes
Kegiatan pada telaah instrumen tes adalah menelaah apakah: a) butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
6

komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir


pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca,
e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk
memperbaiki instrumen.

d. Melakukan uji coba tes


Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba perlu
dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini dapat
digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat kebaikan
soal yang telah disusun. Melalui uji coba diperoleh data tentang: realibilitas,
validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas pengecoh, daya beda,
dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang
diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut maka kemudian dilakukan
pembenahan atau perbaikan

e. Menganalisis butir tes


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa uji coba yang dilakukan dapat
diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah disusun.
Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya. Berdasarkan hasil
uji coba selanjutnya dilakukan analisis butir soal, yaitu menganalisis semua
butir soal berdasarkan data empirik, hasil uji coba, daya pembeda, dan juga
efektifitas pengecoh. Analisis butir dilakukan setelah tes digunakan.

f. Memperbaiki tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah
berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang
masih belum sesuai dengan yang diharakan. Langkah ini biasanya dilakukan
atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata
masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak
perlu direvisi, beberapa butir soal mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang
7

lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang
diharapkan.

g. Merakit tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya
adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruh
butir soal tersebut disusun seca berhati-hati menjadi kesatuan soal tes yang
terpadu. Dalam merakit tes, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal
seperti nomor urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya
harus diperhatikan. Hal ini sangat penting karena walaupun butir-butir yang
disusun telah baik tetapi jika penyusunannya sembarang dapat menyebabkan
soal yang dibuat tersebut menjadi tidak baik.

h. Melaksanakan tes
Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca uji coba,
langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun
diberikan kepada testee untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan
pemantauan atau pengawasan agar tes tersebut benar - benar dikerjakan oleh
testee dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.namun
begitu, pemamntauan dan pengawasan yang dilakukan harus tidak
mengganggu pelaksanaan tes itu sendiri. Peserta didik yang sedang
mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh kehadiran pengawas atau
pemantau. Hal ini akan berakibat tidak akurat hasil tes yang diperoleh. Oleh
karena itu, pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati agar tujuan tes
tersebut benar-benar dapat tercapai.

i. Menafsirkan hasil tes


Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini
kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau
tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada
dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang, psikologi dan
8

pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu
nilai dibandingkan dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang harus
dicapai.

Nilai merupakan alat yang berguna untukmemotivasi peserta didik


belajar dan dosen mengajar lebih baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian
belajar suatu mata pelajaran tertentu, peserta didik akan dapat menyusun
rencana untuk perbaikan. Nilai juga bisa berupa imbalan (reward) terhadapa
jerih payah atau usaha yang telah dilakukan peserta didik. Imbalan inilah yang
akan menjadi pemotivasi atau pendorong peserta didik untuk belajar lebih
baik.

B. INSTRUMEN NON TES


1. Pengertian Instrumen Non Tes
Instumen non tes adalah instrumen untuk melakukan penilaian dalam
memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian peserta
didik, minat, sikap, kemauan, tanggapan atau pandangan siswa terhadap
pembelajaran.

Tiga ranah yang harus ada dalam kurikulum adalah ranah kognitif,
ranah psikomotor, dan ranah afektif. Ranah kognitif berkaitan dengan
kemampuan berpikir yang secara urut menurut taksonomi bloom adalah
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan [easi. Ranah
psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak, seperti menari, melukis,
membersihkan karborator bermain sepak bola, dan sebagainya. Ranah afektif
merupakan tindakan, sikap, perilaku, etika, dan sebagainya.

2. Alat Penilaian Non Tes


Penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil
dan proses belajar. Para guru di sekolah apad umumnya lebih banyak
menggunakan tes dari pada non tes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif
9

berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan


pengalaman belajarnya.

Berikut ini dijelaskan secara umum alat penilaian non tes yang telah
dijelaskan di atas.3

a. Wawancara dan kuesioner


Wawancara dan kuesioner sebagai alat penilaian digunakan untuk
mngetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan, dan
lainlain sebagai hasil belajar siswa. Cara yang dilakukan ialah dengan
mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan beberapa cara. Apabila
pertanyaan yang ajukan dijawab oleh siswa secara lisan, maka cara ini disebut
wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh siswa secara tertulis,
disebut kuesioner. Bentuk pertanyaannya bisa objektif bisa pula esai.

b. Skala

Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan
sebagainya yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden dan hasilnya dalam bentuk rentang nilai sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. c. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan


untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai
hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah
laku guru pada saat mengajar. kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam
simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. d. Studi Kasus

Studi kasus pada dasamya mempelajari secara intensif seorang


individu yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari
secara khusus anak nakal, anak pandai, dan sebagainya. Kasus-kasus khusus
dipilih untuk diffelajari secara lebih mendalam dan dalam kurung waktu yang

3 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011)
10

cukup lama. Mendalam artinya mengungkap semua variabel yang


menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari erbagai aspek yang
mempengaruhi dirinya. Tekanan utama dari studi kasus adalah mengapa
individu melakukan apa yang dilakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam
kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

3. Pengembangan Instrumen Non Tes


Instrumen afektif yang dibahas pada buku ini adalah sikap, minat, nilai,
dan konsep diri. Ada sepuluh langkah yang harus diikui dalam
mengembangkan instrumen afektif, yaitu sebagai berikut.4

a. Spesifikasi InstrumenMenentukan spesifikasi instrumen


b. Menulis instrumen
c. Menentukan skala instrumen
d. Menentukan sistem penskoran
e. Menelaah instrumen
f. Merakit instrumen
g. Melakukan ujicoba
h. Menganalisis instrumen
i. Melaksanakan pengukuran
j. Menafsirkan hasil pengukuran

4 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014).


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan


pengukuran. Hasil belajar yang dinilai dengan menggunakan tes, biasanya dengan
menggunakan tes objektif san tes non objektif.

Bentuk tes yang digunakan di satuan pendidikan dapat dikategorikan


menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Bentuk tes objekif yang sering
digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian
objektif. Tes uraian dapat dibedakan uraian objektif dan uraian nonobjekif. Tes
uraian yang objektif sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang
sosial yang jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes
uraian nonobjektif sering digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu yang jawabannya
luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung argumentasi peserta tes.

Ada delapah langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil ata
prestasi belajar yang baku seperti berikut ini.

1) Menyusun spesifikasi tes


2) Menulis tes
3) Menelaah tes 4) Melakukan uji coba tes 5) Menganalisis butir tes.

6) Memperbaiki tes.
7) Merakit tes.
8) Melaksanakan tes.
9) Menafsirkan hasil tes.
Instumen non tes adalah instrumen untuk melakukan penilaian dalam
memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian peserta
didik, minat, sikap, kemauan, tanggapan atau pandangan siswa terhadap
pembelajaran.

11
12

Alat penilaian non tes dapat berupa wawancara, kuesioner, skala sikap,
skala minat, skala nilai dan skala konsep diri.

Sama halnya dengan instumen tes, pembuatan instrumen non tes juga
memiliki langkah-langkah dalam pengembangan. Langkah-langkah tersebut
adalah:

1) Menentukan spesifikasi instrumen


2) Menulis instrumen
3) Menentukan skala instrumen
4) Menentukan sistem penskoran
5) Instrumen Mentelaah
6) Melakukan ujicoba
7) Menganalisis instrumen
8) Merakit instrumen
9) Melaksanakan pengukuran
10) Menafsirkan hasil pengukuran

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, besar harapan kami kepada mahasiswa
maupun pembaca agar memahami dan lebih mendalami tentang hal-hal yang
berkaitan dengan instrumen tes dan non tes agar dapat bermanfaat untuk kalangan
banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu saran dan kritik yang membangun
sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa
yang akan datang. Kami juga mengucapkan terimah kasi kepada semua pihak
khususnya dosen pembimbing yang telah memberikan tugas demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.


Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta. Pustaka Pelajar.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai