Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ALAT PENILAIAN TES DAN NON TES


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
Dosen Pengampu: Ruly Andayani, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Izzul Haq (1262102120553)


2. Elina Maghfirah (126210211012)
3. Binti Ulfa Munawaroh (1262102110062)
4. Faneza Rohimatu S. Z (126210213115)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG


SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas selesainya makalah berjudul
“Alat Penilaian Tes dan Non Tes " ini tepat waktu. Selawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir
zaman.

Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih disampaikaan pada pihak-pihak berikut
ini.

1. Prof. Dr. H. Maftukhin M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung,
2. Dra. Siti Zumrotul Maulida, M.Pd.I. selaku Kordinator Program Studi Tadris
Bahasa Indonesia,
3. Ruli Andayani, M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada kami,
4. Teman-teman kelompok 1 dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari sejawat atau pembaca
mengenai isi makalah ini.

Tulungagung, 6 September 2023

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................iii


BAB I ............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II ...........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.............................................................................................................................1
A. Pengertian Alat Evaluasi .....................................................................................................1
B. Tes ......................................................................................................................................1
1. Jenis-Jenis Tes ................................................................................................................................. 2
C. Nontes.................................................................................................................................5
1. Bentuk-Bentuk Teknik NonTes....................................................................................................... 5
D. Manfaat Pengukuran dan Tes ............................................................................................10
BAB III .......................................................................................................................................13
PENUTUP ...................................................................................................................................13
A. SIMPULAN .........................................................................................................................13
B. SARAN ................................................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman, pendidikan ditunutut untuk dapat mencetak


insan yang bermartabat dan berkualitas, agar dapat meningaktkan taraf hidup bangsa.
Berbagai perubahan telah dilakukan dalam dunia pendidikan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai dengan tuntutan jaman. Untuk mengetahui apakah pendidikan yang telah dilaksana
sudah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka perlu diadakanya suatu evaluasi
dalam pendidikan. Untuk keperluan evaluasi diperlukan teknik evaluasi yang bermacam-
macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak
teknik evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni teknik tes dan
nontes yang akan di bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan alat evaluasi?


2. Apa yang dimaksud dengan tes?
3. Apa saja jenis-jenis tes?
4. Apa saja fungsi dari tes?
5. Apa yang dimaksud dengan non tes?
6. Bagaimana bentuk-bentuk teknik dari non tes?
7. Apa saja manfaat pengukuran dan tes?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian alat evaluasi


2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tes
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tes
4. Untuk mengetahui fungsi dari tes
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan non tes
1
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk teknik dari non tes
7. Untuk mengetahui manfaat pengukuran dan tes

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alat Evaluasi

Alat evaluasi merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Fathurrohman, 2007:15). Alat dibagi menjadi 2, yaitu alat verbal dan alat bantu
nonverbal. Alat evaluasi yang biasa juga dikenal dengan istilah instrumen adalah suatu alat
yang digunakan untuk memudahkan seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai suatu
tujuan secara lebih efektif dan efisien. Arikunto (2012:59) mengatakan bahwa suatu alat
evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan
yang dievaluasi. Alat evaluasi merupakan alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi sejauh
mana proses pembelajaran tersampaikan kepada peserta didik (Dewi, 2018). Maka dapat
dikatakan bahwa alat evaluasi adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai dan
mengevaluasi suatu proses pembelajaran dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi.

Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi, yaitu dalam
bentuk tes dan nontes. Alat evaluasi itu sendiri tidak terlepas dari tujuan evaluasi, yaitu untuk
mengetahui kemajuan belajar peserta didik, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar
peserta didik serta sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar
(Depdiknas, 2004). Adapun alat atau instrumen evaluasi secara umum terdiri 2 alat, yakni tes
dan non tes.

B. Tes

Tes merupakan himpunan pernyataan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang
harus dilaksanakan oleh orang yang dites (Jihad & Haris, 2012:67). Tes dilakukan untuk
mengukur pemahaman peserta didik dalam menguasai pelajaran yang telah disampaikan. Alat
evaluasi tes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (a) tes tertulis, merupakan tes dalam bentuk soal
yang harus diselesaikan peserta didik secara tertulis; (b) lisan, merupakan tes dalam bentuk soal
yang proses pengerjaannya dilakukan secara lisan oleh pendidik dan peserta didik; dan (c)
1
perbuatan, merupakan tugas dalam bentuk praktik atau kegiatan untuk mengukur keterampilan
peserta didik. Alat evaluasi dalam bentuk tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan bentuk
uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan, dan jawaban
singkat. Sedangkan bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas.

1. Jenis-Jenis Tes

Tes sebagai alat pengukur bisa dikategorikan atau ditingkatkan ke dalam tahapan-
tahapan. penilaian dapat dikomparatifkan pada kategori-kategori tertentu, tergantung dengan
alasan dari pengkategori tes yang dilakukan.

Pengkategori penilaian menurut fungsinya sebagai alat pengukur perkembanga atau


kemajuan belajar siswa.

1. Tes seleksi.

Penilaian ini diketahui sebagai dasar dalam menguji seseorang dalam memasuki
sebuah kegiatan. Ujian ini bersifat semi sederhana atau sedikit ringan. Tes ini dapat juga
digunakan dalam upaya menjaring mahasiswa baru. Selain itu hasil yang diperoleh
melalui tes ini dapat dijadikan acuan dalam menetapkan peserta dalam katagori tertentu,
seperti jika ingin ditetapkan atau menetapkan seseorang peserta sebagai peserta dengan
peroleh nilai tertinggi atau ingin menetapkan peserta tes yang memiliki kapasitas yang
baik.

2. Tes awal.

Tes awal ini banyak orang menggunakannya sebagai tes awal atau istilah lain disebut
juga dengan pre-test. Tes awal ini digunakan untuk mendeteksi materi atau bahan ajar
telah atau dapat dikuasai oleh para siswa. Oleh karena itu, tes ini dilakukan sebelum
proses aktivitas belajar dan pembelajaran dilaksanakan kepada siswa. Untuk itu, pembuat
tes ini harus memilih dan mempersipakan butiran tes yang memiliki tingkatan yang
rendah saja dan mudah dipahami.

3. Tes akhir.
Dalam kenyataan kehidupan pendidikan, tes ini lebih dikenal dengan istilah post-

2
test. Tes ini dibuat dan dilaksanakan atau diberikan pada akhir dari proses belajar dan
pembelajaran. Salah satu tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta terhadap materi dari sebuah kegiatan yang sudah diikuti.
4. Tes diagnostic.
Tes ini memiliki makna tes yang dilakukan untuk menetapkan secara akurat dan tepat
sasaran pada jenis kesulitan yang dihadapai oleh siswa atau peserta tes terhadap suatu
materi atau pelajaran tertentu. Dengan teridentifikasi tingkatan-tingkatan kesulitan yang
ditemukan pada diri siswa, akan memudahkan untuk mencari solusi penyelesaian
permasalahan.
5. Tes formatif.
Tes formatif merupakan tes hasil belajar yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi
seorang peserta didik terhadap pembentukan kapasistas kepribadian dan kapasitas
lainnya yang mencerminkan tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Hal ini sekaligus
untuk digunakan dalam mengukur keefektifan waktu yang telah dialokasikan.
6. Tes sumatif.
Tes sumatif merupakan tes yang lazim dipakai oleh sebuah institusi atau organisasi.
Tes ini juga berkaitan dengan tes hasil dari proses pembelajaran. Tes ini dilakukan pada
unit-unit tertentu setelah diberikan program pengajaran. Salah satu jenis tes ini adalah
"Ujian Akhir Semester" atau biasa juga disebut dengan Ujian Nasional.

Pengkategori tes berdasarkan aspek psikis. Dari aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes
dapat dibedakan menjadi lima kategori.

1. Tes intelegensi.
Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengidentifikasi jenjang
atau tingkat kecerdasan peserta didik.
2. Tes kemampuan.
Tes ini memiliki keunikan tersendiri dalam pengaplikasiannya. Tes kemampuan
dilakukan dengan harpan mampu menemukan kompetensi dasar atau bakat khusus
individual yang dimiliki oleh peserta didik yang telah mengikuti proses pembelajaran.
3. Tes sikap
Tes sikap ini merupakan salah satu jenis tes yang dimanfaatkan untuk
menidentifikasi kecenderungan individu melaksanakan suatu tanggapan tertentu yang
3
memungkinkan akan diketahui sikap yang ada di dalam diri siswa.
4. Tes kepribadian
Tes ini dilkukan dengan harapan dapat mengetahui karakteristik khas dari peserta
didik yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya berbicara, cara memakai
baju dan celana, dan lain-lain.
5. Tes hasil belajar
Tes ini merupakan tes terhadap hasil dari proses pembelajaran. Tes ini juga diketahui
sebagai tes pencapaian. Tes pencapaian ini biasa dimanfaatkan untuk melihat jenjang
pencapaian atau prestasi belajar peserta didik.

Berdasarkan jumlah peserta tes, tes dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis. Jenis-jenis
tersebut antara lain: tes individu dan tes kelompok. Berikut diuraikan sedikit yang berkaitan
dengan kedua jenis tes tersebut.

1. Tes individual,
Tes individu ini merupakan tes yang dilaksanakan hanya pada satu orang peserta tes.
Jumlah peserta tes ini sangat minim sesuai dengan jenis tes.
2. Tes kelompok,
Tes kelompok ini merupakan jenis tes yang diperuntukan pada peserta tes yang
memiliki jumlah banyak. Maksudnya, adalah peserta tes ini lebih dari satu orang yang
dapat dikategorikan sebagai kelompok peserta tes. Tes ini memiliki perbedaan dengan
tes individu, terutama perbedaaanya terletak pada jumlah peserta tes.

Memperhatikan teknik dalam bertanya dan cara menyampaikan jawaban sebagai


umpan balik, tes dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis tes. Namun secara garis besar
tes tersebut dapat dibedakan kepada dua jenis, yaitu:

1. Tes tertulis

Tes tertulis ini memiliki karakteristik tertulis, dari penamaannya dapat


diyakini bahawa tes mengandalalkan tulisan sebagai sarana mengikuti atau
mengerjakan tes. Soal-soal yang diajukan terhadap peserta tes semuanya dalam bentuk
tulisan. Selain soal yang diaju kan secara tertulis, tes ini juga mengharuskan jawaban
yang dijawab oleh peserta tes dalam bentuk tertulis juga.
4
2. Tes lisan

Berbeda dengan tes tertulis, tes lisan lebih mengandalkan bentuk bahasa
secara lisan dalam melaksanakan tes ini. Tes ini menggunakan sarana bahasa lisan,
tidak hanya dalam mengajukan soal, melainkan menjawab pertanyaan yang telah
diajukan kepada siswa sesuai dengan materi yang telah diperoleh pada saat proses atau
aktivitas belajar dan pembelajaran. Tes ini mengadalkan keterampilan berbicara yang
bagus dalam menjawab pertanyaan yang ada. Selain itu, kecakapan dan wawasan yang
luas juga merupakan faktor pendukung dalam mengerjakan tes ini. Sifat yang dimiliki
ini adalah sifat tes secara langsung.

C. Nontes

Alat evaluasi nontes dapat digunakan apabila ingin mengetahui kualitas proses dan
produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif, seperti
sikap, minat, bakat, dan motivasi (Arifin, 2009:152). Alat evaluasi nontes dapat dilakukan
melalui: (a) pengamatan (observasi), yaitu alat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik
berdasarkan pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik secara individu maupun
kelompok, di kelas maupun luar kelas; (b) skala sikap, yaitu alat evaluasi yang digunakan
untuk melihat sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih
mengukur nalar atau pendapat peserta didik; (c) angket, yaitu alat evaluasi yang
penyajiannya berupa tugas-tugas yang dikerjakan secara tertulis; (d) catatan harian, yaitu
catatan berupa perilaku peserta didik secara individu; (e) daftar cek, yaitu catatan yang
berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati dari peserta didik dalam tiap-tiap kejadian yang
dianggap penting.

1. Bentuk-Bentuk Teknik NonTes


Teknik nontes ini ialah alat penilaian yang sering dimanfaatkan dalam aktivitas
belajar-mengajar. Teknik nontes juga sering digunakan dalam dunia pendidikan dalam
mengukur kemampuan siswa atau peserta didik memahami materi pembelajaran.
Teknik nontes ialah strategi tes yang dilaksanakan bukan dengan cara menguji siswa
dengan menggunakan soal-soal. Teknik ini menguji melalui mengamati,
mewawancarai, memeriksa, atau meneliti dokumen-dokumen. Ada beberapa teknik

5
nontes yaitu skala, observasi, wawancara, dan juga angket. Berikut akan dijelaskan
dari masing-masing teknik tersebut.
1. Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur beberapa gejala atau hal tertentu pada
diri. Hal-hal yang nilai tersebut meliputi norma, afektif, kegemaran, dan perhatian.
Teknik ini dirancang dalam wujud butiran pernyataan untuk diberikan penilaian
oleh orang-orang yang dikehendaki dalam sebuah penelitian atau keperluan. Akhir
dari tes ini adalah diperolehnya data atau rentangan nilai yang sesuai dengan acuan
yang dijadikan pedoman dalam penilaian. Ada dua jenis skala yang dipakai dalam
teknik nontes ini. Dua jenis skala tersebut adalah skala penilaian dan skala sikap
yang perlu dipertimbangan.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian dapat diterjemahkan sebagai ukuran sebuah penilaian. Skala
penilaian tersebut mampu digunakan sebagai alat ukur untuk mendeteksi
perilaku seseoarang atau penampilan fisik orang lain oleh individu. Teknik
yang digunakan dalam skala penialaian adalah teknik mengajukan pertanyaan
atau wawancara. Hasil yang diperoleh dapat diketahui dari jawaban atau
pernyataan perilaku individu pada jenjang tertentu. Jarak setiap nilai dapat
diwujudkan dalam bentuk huruf, angka, atau pada tingkatan tertentu seperti
tinggi, sedang, baik, dan kurang.
Bentuk dalam skala penilaian ialah syarat skala nilai, yaitu penerangan secara
operasional untuk setiap alternatif jawaban. Kriteria yang dijadikan sebagai
acuan harus jelas dan terang. Pemberian nilai di dalam tes skala harus jauh dari
pengaruh subjektivitas atau penilai dari pribadi. Tugas dan fungsi seorang
penilai ditentukan pada saat yang bersangkutan membubuhkan tanda check list
dalam kolom rentangan nilai.
b. Skala Sikap
Skala ini merupakan jenis skala yang dipakai dalam rangka mengevaluasi
sikap individu yang layak dinilai. Hasil dari skala ini berbentuk tingkatan afektif,
yakni pro (positif), oposisi (negatif), dan seimbang tidak memihak ke sana ke sini.
Afektif merupakan hal yang lazim dalam berperilaku pada peserta didik tertentu
atau secara umum serta juga daatditerjemahkan sebagai respon diri sendiri pada
6
suatu ransangan yang muncul dan masuk ke dalam diri siswa atau peserta didik.
Skala sikap berwujud dalam bentuk pernyataan yang kemudian ditanggapi
oleh peserta tes. Pernyataan yang terdaat dalam butiran tes ini dapat dikategorikan
pro atau oposisi, melalui interval angka tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang
dimunculkan dalam skala ini hanya dua wujud, yaitu pernyataan yang berwujud
positif dan pernyataan yang berwujud negatif. Di samping kategori positif dan
negatif, penyataan sikap juga harus menampakkan dimensi sikap, yakni
pengetahuan, sikap, dan konasi. Ada beberapa bentuk skala sikap yang dapat
dipergunakan. Biasanya skala sikap diterapkan dalam pengukuran bidang
pendidikan. Tidak menutup kemungkinan skala ini juga digunakan pada bidang
atau disiplin ilmu lain sesuai dengan kepentingan. Berikut ini dijelaskan beberapa
skala yang terkait dengan pendidikan.
1) Skala Likert
Skala likert ini adalah skala yang sering dimanfaatkan dalam ilmu
pendidikan terutama dalam penelitiannya. Skala likert adalah skala yang
mampu dipakai untuk menilai sikap, saran, dan pendapat seseorang atau
banyak orang, terutama yang berkaitan dengan gejala atau fenomena
pendidikan. Skala likert tersebut memiliki butir yang diprediksikan seirama
pada afektif atau beban nilainya. Siswa akan memberikan tanggapan dengan
berbagai tingkat kebanyakan ada menurut jarak skala antara dua sudut yang
berbeda.
2) Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala yang menyajikan jenis jawaban
tegas dan langsung ke pokok permasalahan, seperti jawaban benar salah, ya-
tidak, pernah- tidak pernah, positif- negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan
seterusnya. Skala Guttman tersebut memiliki dua jenjang jawaban yang
konkret, seperti jawaban setuju dan tidak setuju. Skala Guttman bisa juga
dihadirkan dalam versi yang lain. Salah satu bentuk atau versi lain untuk skala
ini adalah bentuk daftar check list. Bentuk daftar ini mengaharuskan seorang
peserta tes melakukan atau mencontreng bagian yang diinginkan dan
dirasakan jawaban yang benar. Selanjutnya jenis versi lain yang juga pernah
dibuat di dalam skala ini adalah versi soal dengan bentuk pilihan ganda.
7
3) Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan jenis skala yang dibuat dan direncanakan
melalui pemilihan butir-butir atau unsur-unsur yang berbentuk interval atau
jarak-jarak angka yang diberi acuan dan patokan tertentu. Setiap bagian soal
mempunyai alteratif jawaban sendiri. Bila dibuat sebuah rangkaian atau
urutan, jawaban tersebut akan memiliki angka yang berjarak sama. Skala
Thurstone tersebut diciptakan dalam versi dengan katagori (40-50)
pertanyaan yang sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Selanjunya,
beberapa pakar (20-40) yang menilai keterkaitan antara unsur-unsur
pertanyaan itu dengan konten yang hendak dinilai atau diberi evaluasi.
2. Pengamatan (observation)
Pengamatan merupakan cara untuk menghimpun informasi yang dilaksanakan
melalui serangkaian observasi dan penulisan secara bertahap dan berkelanjutan pada
gejala-gejala yang sedang diproyeksikan menjadi bidikan pengamatan. Bila pengamatan
digunakan sebagai alat penilaian, perlu diketahui bahwa mencatat pada kegiatan
pengamatan tersebut lebih susah daripada menuliskan jawaban-jawaban yang
disodorkan oleh siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disuguhkan dalam teknik
tes. Hal ini dikarenakan respon yang diberikan dalam pengamatan adalah karakter. Oleh
sebab itu, pencatatan terhadap segala sesuatu sangat penting sebab hasilnya dapat
diwujudkan pijakan untuk mengevaluasi arti yang termuat dibalik karakter siswa.

1) Jenis-Jenis Pengamatan atau Observasi

Observasi dapat dilakukan dengan banyak jenis. Jenis-jenis observasi sangat bervariasi
bergantung pada konteks observasi tersebut. Beberapa jenis observasi disajikan berikut
ini:

a) Partisipatif
Kegiatan partisipatif merupakan kegiatan berbentuk pengamatan dengan cara
observer melibatkan diri di tengah-tengah kegiatan observer.
b) Nonpartisipatif.
Kegiatan ini berbentuk evaluator atau observer berada di luar tempat
yangingin diamati. Orang yang mengobservasi seakan-akan hanya sebagai penikmat
8
yang menyaksikan sebuah pertunjukan.
c) Eksperimental.
Kegiatan ini berbentuk pengamatan yang dilaksanakan pada kondisi ciptaan
semata. Observasi eksperimental ini mengharuskan siswa diketahui perlakuan
(treatment) atau suatu keadaan tertentu, maka dibutuhkan planing dan persiapan
dengan kondisi yang super siap.
d) Noneksperimental.
Kegiatan pengamatan dilaksanakan dalam kondisi dan keadaan yang tenang
sehingga dapat disituasikan dalam keadaan yang lebih rileks dan santai.
e) Sistematis.
Kegiatan penagamatan dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang sudah
disusun terlebih dahulu. Observasi ini dilakukan berdasarkan pedoman pada rencana
kegiatan yang terkandung aspek-aspek yang telah ditegaskan katagorisasinya.
f) Nonsistematis.
Aktivitas pengamatan yang dilakukan oleh pengamat atau evaluator tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu yang pasti. Pengamatan dikukung dengan sasaran
pengamatan dari pengamat itu sendiri. Inti dari kegiatan ini adalah pengamatan
dilakukan tidak terikat oleh urutan.
3. Wawancara

Kegiatan wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan materi-materi berbentuk


informasi, data, statistik melalui jalur bertanya dan menjawab pertanyaan tersebut secara
lisan. Kegiatan wawancara ini dilakukan secara sepihak, berpapasan wajah, dan dengan
arah serta arah yang telah ditetapkan. Terdapat 2 bentuk wawancara yang dapat
direalisasikan sebagai sarana penilaian. Pertama, wawancara terpimpin (guided
interview). Wawancara bentuk ini dikenal juga sebagai istilah wawancara berstruktur atau
wawancara sistematis. Kedua, wawancara tidak terpimpin yang sering diketahui dengan
wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis ataupun wawancara bebas.

4. Angket

Angket adalah alat evaluasi dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
dimanfaatkan sebagai alat bantu penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara yang
9
penilainya (evaluator) berhadapan secara langsung dengan peserta didik atau dengan
pihak lainnya, angket tidak harus berhadapan dengan orang yang akan diambil informasi.
Penggunaan angket akan sangat menghemat waktu, pikiran, dan tenaga.

Angket sangat berguna dalam kapasitasnya sebagai alat penilaian untuk menyingkap
latar belakang wali siswa maupun siswa itu sendiri. Informasi yang sudah disaring dari
angket tersebut akan sangat dibutuhkan pada kurun waktu tertentu, apalagi bila
munculnya peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena tertentu yang berkaitan dengan
individu siswa tersebut.

D. Manfaat Pengukuran dan Tes

Pengukuran dan tes yang dilaksanakan oleh guru akan bermanfaat bagi guru, siswa, dan
sekolah.

1. Manfaat Bagi guru

1) Mengetahui tingkat penguasaan siswa.


Dengan adanya tes yang dilaksanakan oleh guru dapat diketahui atau dideteksi siswa
yang telah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Bagi siswa yang
belum mencapai KKM diadakan pembelajaran remedial, sedangkan bagi siswa yang
telah melampaui KKM diberikan pembelajaran pengayaan.
2) Mengetahui ketepatan materi yang diberikan
Apabila hampir semua mendapat hasil yang tidak memuaskan setelah dilaksanakan
tes yang menanyakan suatu materi pokok tertentu, berarti materi pokok tersebut belum
dikuasai siswa. Dengan arti kata siswa mengalami kesulitan pada materi tersebut. Guru
dapat meneliti lebih jauh keaadaan materi yang belum dikuasai tersebut dan
mengupayakan perbaikannya. Sebaliknya, apabila hasil dari tes yang dilaksanakan guru
menunjukkan hampir semua siswa menguasai materi tersebut, maka materi tersebut
tidak perlu diulangi lagi. Lebih lanjut, dengan diadakan tes oleh guru dapat diketahui
cakupan dan jenis materi yang telah dikuasai siswa.
3) Mengetahui ketepatan metode yang digunakan
Hasil tes dapat menunjukkan tepat atau tidaknya metode pembelajaran yang
dipergunakan oleh guru dalam menyajikan suatu materi tertentu. Apabila hasil tes
10
mengecewakan, terdapat kemungkinan metode pembelajaran yang diterapkan untuk
penyajian materi tertentu belum atau tidak sesuai. Guruberkewajiban mencari metode
pembelajaran yang mengaktifkan siswa, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
bagi siswa.

2. Manfaat Bagi siswa

1) Mengetahui kemampuannya
Dengan diadakannya tes dan diperoleh hasilnya, siswa dapat mengukur dan
mengetahui tingkat pencapaiannya (kemampuannya). Apa hasil yang telah dicapainya
telah memuaskan atau tidak memuaskan. Tentunya siswa yang belum berhasil akan
lebih giat lagi menyiapkan diri menghadapi tes pada periodeberikutnya agar
memperoleh nilai yang baik.
2) Memotivasi belajar
Apabila hasil tes memuaskan siswa, maka siswa tersebut terdorong untuk
mengulangi atau bahkan memperbaiki hasilnya. Dengan demikian siswa merasa
termotivasi untuk belajar lebih giat lagi agar dapat mempertahankan tingkat
pencapaiannya dan meningkatkannya.
3) Umpan Balik
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif
maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat
dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
4) Meningkatkan kebiasaan belajar
Apabila hasil tes yang diperoleh siswa kurang atau belum memuaskannya, maka
siswa harus merubah kebiasan belajarnya. Selama ini menggunakan kebiasaan belajar 2
x 5, mungkin dirubah menjadi 5 x 2. Dengan belajar yang teratur, siswaakan lebih siap
menghadapi tes yang diberikan guru.

3. Manfaat Bagi sekolah

1) Hasil belajar cerminan kualitas sekolah


Apabila hasil tes dari sebagian besar siswa memuaskan, maka sekolah dan guru telah

11
berhasil. Sebaliknya sebagian besar dari siswa memperoleh hasil tes (ujian) yang belum
memuaskan dan di bawah standar kompetensi kelulusan, maka sekolah dan guru
dianggap kurang berhasil dalam membelajarkan siswa. Dengan demikian hasil belajar
merupakan cerminan kualitas sekolah. Hal ini dapat dicontohkan pada keberhasilan
siswa dalam mengikuti ujian nasional (UN). Apabila sebagian besar siswa dari suatu
sekolah dapat berhasil dalam menghadapi ujian nasional (UN) dengan presentase dan
nilai yang tinggi, maka pengamat (pemerintah, orang tua, dan masyarakat) mengatakan
sekolah tersebut berkualitas.
2) Membuat program sekolah
Untuk menuntaskan siswa dalam pembelajaran ujian dibuatlah suatu program oleh
sekolah. Ada program pembelajaran remedial dan pengayaan. Bahkan untuk
menghadapi ujian nasional diadakan program bimbingan belajar dengan menambah jam
belajar di sekolah. agar siswanya lebih berhasil dalam.
3) Pemenuhan standar
Ada dua macam standar yang harus dipenuhi oleh siswa dalam pembelajaran, yakni
standar isi yang disingkat dengan SI dan standar kompetensi lulusan yang disingkat
dengan SKL. Dengan adanya tes yang dilaksanakan di sekolah, baik tes buatan guru
maupun yang dibuat oleh pemerintah, maka hasil yang diperoleh siswa dari kedua ujian
tersebut dapat diketahui apakah siswa telah memenuhi SI dan SKL.

12
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dalam dunia pendidikan, pendidik memerlukan penilaian menggunakan teknik tes dan non
tes untuk memperoleh angka-angka hasil penilaian. Hasil penilaian itulah yang akan diberi
perlakuan berupa pengukuran dengan menggunakan perbandingan berupa rerata kelas maupun
standar ketuntasan minimal (SKM), Dari hasil pengukuran itulah pendidik dapat melakukan
evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jika hasilnya kurang baik maka
perlu adanya perbaikan pada komponen yang dirasa kurang, bila hasilnya sudah baik maka dapat
dipertahankan atau mungkin dimaksimalkan. Dalam pelaksanaannya baik teknik penilaian
menggunakan tes maupun tanpa tes tentu memiliki fungsinya masing-masing. Karena perbedaan
fungsi itulah masing-masing teknik penilaian memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing.

B. SARAN

Pembaca pada umumnya dapat menjadikan pembahasan materi diatas sebagai bahan atau
reverensi dalam mempelajari serta memahami materi pembelajaran mengenai alat penilaian tes dan
non tes atau juga bias digunakan untuk menambah informasi. Pada penulisan makalah ini tentunya
penulis tidak luput dari sebuah kesalahan, pembaca diharapkan jika menggunakan makalah ini
sebagai reverensi diharapkan agar dapat memberikan produk atau hasil yang lebih baik dari makalah
yang sudah dibuat oleh penulis sebelumnya.

13
DAFTAR RUJUKAN

Ambiyar. (2012). Pengukuran dan Tes dalam Pendidikan. Padang: UNP Press.
Subhayni dan Iqbal, Muhammad. (2021). Evaluasi Pengajaran Bahasan dan Sastra Indonesia.
Aceh: Syiah Kuala University Press.
Fathurrohman, Pupuh. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika
Aditama.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian. Jakarta: n Rineka Cipta.
Depdiknas. (2004). Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta.
Abdul Haris, Asep Jihan. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai