Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INSTRUMEN TES DAN NON TES

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk pemenuhan tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran

Disusun oleh:

RISIN (1901414239)
HELMALIA AGISTI (1901414124)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat di
selesaikan. Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran yang berjudul Instrumen Tes dan Instrumen Non tes.
Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih, kami
ucapkan kepada:

1. Allah swt yang tak henti-hentinya memberikan kemudahan kepada


kami.
2. Orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Ibu Fitri Adam S.Pd., M.pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran
4. Teman-teman semua yang telah memberikan semangat kepada kami.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami berharap bagi para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Luwu Utara, 26 Oktober

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1. Pengertian Tes .......................................................................................... 3
2.2. Jenis Instrumen Tes .................................................................................. 4
2.3. Jenis Instrumen Non Tes .......................................................................... 7
2.4. Pengembangan Jenis Instrumen Tes.......................................................... 10
2.5. Pengembangan Jenis Instrumen Non Tes ................................................. 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 15
3.2. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui
kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang
berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat dan motivasi.
Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen
yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran,
kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau
aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat
berupa pengetahuan teoretis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan
teoretis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat
diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan
pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik
non-tes misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.Dengan
kata lain, banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil belajar yang
hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Jika hasil evaluator hanya
menggunakan teknik tes saja, tentu data yang dikumpulkan menjadi
kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak
tertentu. Justru teknik non-tes digunakan sebagai suatu kritikan tehadap
kelemahan teknik tes.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang
mencakup banyak elemen yang saling berkaitan satu sama lain untuk
mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran sendiri secara sederhana terdiri dari 3
tahap utama yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sesuai dengan misi
mulia yang diemban pendidikan, yaitu transferring knowledge and value,
tahap evaluasi membutuhkan instrument yang buakn hanya mampu pengukur
keberhasilan mentransfer ilmu (kognitif) tetapi juga nilai (afektif) dan
ketrampilan (psikomotor).
Setiap aspek yang ada dalam proses pembelajaran membutuhkan
alat ukur yang tepat dan sesuai agar data yang diperoleh sesuai dengan
kedaan di lapangan. Aspek kognitif yang selama ini menjadi fokus proses
pembelajaran di Indonesia cenderung lebih tepat menggunakan tes sebagai
alat ukur keberhasilan atau alat evaluasi, namun untuk aspek lain seperti sikap
atau afektif dan ketrampilan atau psikomotor kurang tepat jika diukur dengan
tes.
Oleh karena itu, dibutuhkan instrumen jenis lain untuk mengukur
aspek dalam proses pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif dan
psikomotor. Dengan adanya instrument lain yakni berupa non-tes, data yang

1
diperoleh untuk menggambarkan keberhasilan proses pembelajaran akan
semakin lengkap dan bermakna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis instrument tes?
2. Apa saja jenis instrument non tes?
3. Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis tes?
4. Bagaimana cara pengembangan instrument jenis non tes

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penulis yaitu agar pembaca dapat
mengerti dan memahami

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Instrumen Tes

Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam


hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Tidak
ada dua individu yang persisi sama, baik dari segi fisik maupun segi
psikisnya.

Dengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat


untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur
itulah yang lazim disebut tes. Dengan alat pengukur itulah yang berupa tes
tersebut, maka orang akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar
individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat
membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian
timbul pula bermacam-macam tes.

2.1. Pengertian Tes

Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum
dengan arti : “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa
Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, “ujian”,atau “percobaan”. Testing berarti saat dilaksanakannya
atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang
yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai
tes (peserta tes).

Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya


berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan
secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah


cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas/baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah oleh
testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

3
2.2. Jenis Instrumen Tes
1. Berdasarkan fungsi
a. Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian
masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa
baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik
yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti
tes. Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang
dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan
dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai
siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima
sebagai siswa baru.
b. Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi
atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh
para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum
bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-
butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir,
maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
1) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes
sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang
telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
2) Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian
saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum
cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut.
c. Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi
pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-
baiknya oleh para peserta didik
d. Tes diagnostic
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat. Jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam
suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran
yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa
pengobatan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin

4
menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat
menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk
dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”. Materi yang ditanyakan
dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan
tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa.
Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau
kombinasi dari ketiganya.
e. Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes
formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan
program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan
pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di
sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan
harian”. Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil
tes formatif adalah :
1) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
2) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum
dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu
diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.
f. Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah
sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang
sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada
umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes
formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik
setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
2. Berdasrkan aspek-aspek psikis
a. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki
oleh testee.

5
c. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk
melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan
mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya
bersifat lahiriah.
e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes
pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap
tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
3. Penggolongan lain-lain
Dari segi yang mengikuti tes, maka tenik tes digolongkan sebgai
berikut.
a) Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan
dengan satu orang testee saja.
b) Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih
dari satu orang testee.
4. Dari segi waktu
a) Power tes, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
b) Speed tes, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee
untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
5. Dari segi responnya
a) Verbal tes , yakni suatu tes yang menghendaki respon yang
tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik
secara lisan maupun secara tertulis.
b) Non verbal tes, yakni tes yang menghendaki respon dari testee
bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan
berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang
dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
6. Dari cara mengajukan tanya jawab
a) Tes tertulis yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan
butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis
dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
b) Tes lisan yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee
memberikan jawabannya secara lisan pula.

6
2.3. Jenis instrument non tes
Sebelumnya, sudah disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengukur
kemampuan siswa adalah dengan tes dengan berbagai variasinya. Tapi perlu
diketahui bahwa tes bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan evaluasi
hasil belajar siswa, teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik non tes.
Dengan teknik ini evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa
menguji peserta didik tersebut, melainkan dilakukan dengan pengamatan
secara sistematis (observation), memberi penugasan, melakukan wawancara
(interview), penyebaran angket (questionnaire), memeriksa atau menganalisis
dokumen-documen (documentari analysis). Teknik non tes ini memegang
peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik
dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive
domain).

1. Pengertian Non Tes


Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama
ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses
pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes.
Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum baru
yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik
penilaian harus disesuaikan dengan hal-hal sebagai berikut.
1) kompetensi yang diukur;
2) aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);
3) kemampuan siswa yang akan diukur;
4) sarana dan prasarana yang ada.

2. Jenis-jenis teksnis non tes


1) Pengalaman Obsevasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-
bahan keterangan yang dilakukan dengan cara pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan secara
partisipasif dan non partisipatif.pada observasi partisipatif, observer

7
melibatkan diri ditengah-tengah observe. Sedangkan pada observasi
nonpartisipatif, observer bertindak sebagai penonton saja. Observasi
juga dapat bersifat eksperimental, yang dilakukan dalam situasi buatan
atau yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Sedangkan observasi
sistematis dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat matang.
Berikut ini adalah contoh lembaran observasi :
Mata pelajaran :
Topik :
Kelas :
No.
Nama siswa
Skor/Nilai untuk tiap-tiap Kegiatan/Aspek:
Jumlah Rata-rata (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7)

Aspek :
1. ...................................
2. ...................................
3. ...................................
4. ...................................
5. ...................................
6. ...................................
7. ...................................
8. dan seterusnya
Semester :
Dalam evaluasi hasil belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis,
yaitu observasi dimana observer atau evaluator dalam dalam melakukan
pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka
kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.

Contoh : seorang guru mengadakan observasi pada beberapa mushola, guna


mengetahui dan kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan
ibadah shalat taraweh dan witir.

3. Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak
digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas
yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban

8
secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara
telah menyusun Pertanyaan Pertanyaan Terlebih Dahulu Yang Bertujuan
Untuk Menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
 Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam
hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang
yang diwawancarai
 Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar
meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
 Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara

4. Angket (Questionare)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan
penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung
apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu
diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang
lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada
temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner
berdasarkan siapa yang menjawab, dan pembagian berdasarkan cara
menjawab.

5. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analisis)

9
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-
dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup
(auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang
selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka
subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian
kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai. Berbagai informasi, baik
mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin
pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi
pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

6. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian
dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri
merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku
sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan
individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan
demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan
social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.

7. Rating scale atau skala bertingkat


Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang
menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang
sesuatu yang diobservasi yang menyatakan posisi tertentu dalam
hubungannya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution. 2005:
112).
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam
bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah
hingga angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

2.4. Cara Pengembangan Instrumen Jenis Tes


Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh
keberhasilan evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang
dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam
kegiatan evaluasi. Yang dimaksud dengan evaluator tersebut adalah pendidik
dalam merencanakan, menyusun dan menghasilkan instrumen tes yang baik
tentunya berdasarkan pada hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengembangan tes hasil belajar.

10
Mardapi dalam Widoyoko (2012, hlm. 88) menyatakan bahwa
terdapat sembilan langkah yang dilakukan dalam pengembangan tes hasil
belajar, yaitu:
1. Menyusun spesifikasi tes. Hal-hal yang dilakukan ketika menyusun
spesifikasi tes adalah menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, memilih
bentuk tes, dan tes sumatif. Hal ini dilakukan agar mempermudah dalam
menulis soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat
kesulitan yang relatif sama. 
2. Menulis soal tes. Penulisan soal merupakan penjabaran dari indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan
perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. 
3. Menelaah soal tes. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan atau
kekurangan. 
4. Melakukan uji coba tes. Uji coba tes dilakukan sebagai sarana
memperoleh data empiris tentang tingkat kebaikan soal yang telah
disusun. 
5. Menganalisis butir-butir soal tes. Dengan adanya analisis butir-butir soal
tes dapat dikatahui tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda, dan
efektivitas pengecoh. 
6. Memperbaiki tes. Langkah ini biasanya dilakukan tes butir soal, yaitu
memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. 
7. Merakit tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat memengaruhi
validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal,
layout, dan sebagainya harus diperhatikan karena walaupun butir-butir
soal yang disusun sudah baik tetapi jika penyusunannya sembarang dapat
menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik. 
8. Melaksanakan tes. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang
tekah ditentukan dan diperlukan pengawasan agar tes benar-benar
dikerjakan dengan jujur. 
9. Menafsirkan hasil tes. Hasil tes menghasilkan data kuantitatis yang
berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu
rendah, menengah atau tinggi. Tinggi rendahnya nilai selalu dikaitkan
dengan acuan penilaian. Terdapat dua acuan penilaian yang sering
digunakan dalam dunia psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan
acuan kriteria.
  
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan tes menurut
Arifin (2012. Hlm. 121), yaitu : aspek yang hendak diukur, pihak penyusun,
tujuan penggunaan tes, sampel, kesahihan dan keandalan, pengadministrasian,
cara menskor, kunci jawaban, tabel skor mentah, dan penafsiran.

11
2.5. Cara Pengembangan Instrumen Non Tes
Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus
mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1).
Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang
lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5).
Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).
Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat
ukur khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi
alat ukur; 2). Penulisan pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan
pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-
coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan
instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.
Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah
penyusunan dan pengembangan instrumen yaitu:
1. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan
diukur dan buat konstruk variable
2. Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan
konstruk variable
3. Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat
dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi
dan indicator
4. Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu
rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan
5. Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun
pernyataan. Biasanya butir instrumen digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan
kelompok pernyataan atau pertanyaan negative
6. Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empiric
7. Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan
pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi
sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan
butir sebagai jabaran indicator
8. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
9. Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan
penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba
10. Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan
bagian dari proses validasi empirik. Instrumen diberikan kepada
sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik
sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah

12
data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris
atau validitas kriteria dari instrumen yang dikembangkan
11. Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal
12. Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid
dan butir yang tidak valid
13. Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang
tidak valid dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali
sehingga menghasilkan semua butir valid.
14. Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin
tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas
instrument
15. Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah


penyusunan performance assessmentyaitu :

1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai


2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)
3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan
4) Tentukan situasi performance
5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas,


dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan
instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan definisi konseptual dan operasional


Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan
instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai
dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan
operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen
yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari
variabel yang akan diukur.
2) Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator
dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian
dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat
tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan
dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan

13
indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam
spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
3) Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen
yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi
empirik.Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik,
yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya
menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk
konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari
dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat
dapat mengukur indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah
valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik
melaui uji coba
4) Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik.
Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden
sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen
dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel
uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji
validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.
5) Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk
mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.
6) Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-
butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir
yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan
reliabilitasnya.
7) Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal
yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang
berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu,
perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas
instrumen.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat


membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian
timbul pula bermacam-macam tes. Pengertian Tes Secara harfiah, kata “tes”
berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti : “piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test
yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”,atau
“percobaan”. Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya
berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan
secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah
cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas/baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah oleh
testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh
testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes. Sebagai tindak lanjut dari hasil tes
seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan
minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan
dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak
dapat diterima sebagai siswa baru. Setelah tes awal berakhir, maka sebagai
tindak lanjutnya adalah : 1) Jika dalam tes awal itu semua materi yang
ditanyakandalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka

15
materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi, 2) Jika
materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para
peserta didik tersebut.
Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
a) Tes diagnostic Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk
menentukan secara tepat.
b) Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh
testee.
c) Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes
pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap
tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
d) Non verbal tes, yakni tes yang menghendaki respon dari testee bukan
berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan
atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee
adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru,


dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang
tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang
dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan
dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa
baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai
siswa baru.

Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :


1) Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah
ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi, 2) Jika materi yang
dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan
adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta
didik tersebut.

B. Saran

16
Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Mengingat
keterbatasan penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan
bersama.

DAFTAR PUSTAKA

http://erfifitrisusari.blogspot.com/2018/05/instrumen-tes-dan-non-tes-revolusi-
40.html

https://www.khaerullahsyalwi.net/2016/11/langkah-langkah-dan-prosedur.html

https://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/pengembangan-instrumen-non-tes/

17

Anda mungkin juga menyukai