Disusun Oleh:
1. Dimas Ulinuha 2022392600518
2. Ahmad Fairuz Fuadi 2022392600545
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang,
saya ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat hidayah, serta
inayah-Nya kepada kami, sehingga makalah yang berjudul, “Pengembanagan Instrument
Evaluasi Jenis Non Tes“ dapat terselesaikan pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.
Selain itu tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan. Sehingga besar
harapan kami makalah yang kami sajikan dapat menjadi kontribusi positif bagi pembaca.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan laporan
selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini memberi manfaat bagi banyak
pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan
psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka
diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan instrument
nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil
ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang
dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian evaluasi non-tes?
b. Apa sajakah macam-macam instrument evaluasi non-tes?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui evaluasi non-tes.
b. Mengetahui macam-macam instrument evaluasi non-tes.
c.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Non Tes
Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen system pengajaran.
Pengembangan alat evaluasi merupakan bagian integral dalam pengembangan sitem
instruksional. Oleh sebab itu, fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan
yang dirumuskan dapat tercapai, evaluasi merupakan salah satu factor penting dalam
proses belajar mengajar. Sebagai alat penilai hasil pencapaian tujuan dalam
pengajaran, evaluasi harus dilakukan secara terus menerus. Evaluasi itu lebih dari
hanya sekedar untuk menentukan angka keberhasilan belajar, tetapi manfaat evaluasi
sangat besar.
Evaluasi merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan tindakan yang
mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar.penilain ini tidaklah harus
diartikan bahwa teknik tes adalah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil
belajar,sebab masih ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan yaitu teknik non tes.
Tehnik penilaian nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak
mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat
hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan,
baik secara individu maupun secara kelompok.Keberhasilan siswa dalam proses
belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek
kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas
misalnya aspek efektif psikomotor.
Kelebihan non tes dari tes adalah sifatnya yang lebih komprehensif artinya
dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya
menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotoris.
Penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat
terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai hasil dan proses
belajar. Para guru disekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada
bukan tes mengingat alatnya yang mudah dibuat,penggunaannya lebih praktis, dan
yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh
peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman beljarnya.
Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
3
wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis),[3] dan juga dapat dilakukan
dengan teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri.
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan. Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk
teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan
terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan
memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku
dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu
pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah
raga, upacara dan lain-lain.
2. Kuesioner (angket)
Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui
tentang keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan
lain-lain.
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan anngket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu
diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan
secara tidak langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai
keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau
diberikan kepada temannya.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket
berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat
4
tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan
jawaban tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket
yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya
anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
5
Skala ini lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi juga
digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan,
seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan,kemampuan,dan
lain-lain.
6. Teknik evaluasi partisipatif
Teknik-teknik evaluasi partisipatif disini maksudnya adalah bahwa evaluator
melibatkan langsung subjek yang di evaluasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian evaluasi.
7. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang
dipandang mengalami suatu kasus tertentu. Kelebihan studi kasus dan studi lainya
adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun,
kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya
subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat
digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain. Pada umunya
permasalahanya berkenaan dengan kegagalan belajar, tidak dapat menyesuaikan diri,
gangguan emosional, frustasi dan sering membolos serta kelainan-kelainan perilaku
siswa.
8. Sosiometri
Salah satu cara untuk megetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan
dirinya terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya, adalah teknik
sosiometri. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seorang siswa dalam
hubungan sosialnya dengan siswa lain.
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan
kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan
alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-
murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar
individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat
mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu
kelompok atau kelas.
B. Macam-macam penilaian evaluasi non tes dan instrumennya
1. Penilaian kinerja dan instrumennya
Penilaian kinerja (unjuk kerja ) merupakan proses penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu
hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar
6
(kompetisi) yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas atau gerak
(psikomotor). Misalnya: praktek shalat, presentasi, memainkan alat musik,
membaca Al-Qur’an dan lain-lain.
Dalam melakukan proses penilaian kinerja harus memperhatikan hal-
hal berikut:
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukan kinerja dari suatu kompetisi.
b. Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan
atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian
kemampuan tertentu dari suatu kompetisi dasar. Pengamatan atau observasi terhadap
kerja peserta didik dapat menggunakan instrumen berupa:
a. Skala penilaian (rating scale), penilaian ini memungkinkan seorang guru
nilai tengah terhadap penguasaan atau ketercapaian ketuntasan belajar dari
suatu kompetisi. Rating scale terentang dari sangat kompeten sampai
sangat tidak kompeten. Misal: rentang 1 =sangat tidak kompeten, 2= tidak
kompeten, 3= cukup kompeten, 4= kompeten, 5= sangat kompeten.
b. Daftar cek (chek list), penilaian unjuk kerja dapat juga menggunakan
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi pada
umumnya berbentuk chek list (v) karena hanya berupa daftar pertanyaan
yang jawabannya tinggal menggunakan chek list pada jawaban yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Penilaian proyek dan instrumennya
Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
mencakup beberapa kompetisi yang harus diselesaikan oleh peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi terhadap
suatu proses yang dimulai dari perancanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan data dan penyajian data.
Dalam melakukan penilaian proyek harus memperhatikan hal-hal
berikut:
7
a. Kemampuan pengolahan, kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan.
b. Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan dalam belajar.
c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil
karyannya, bukan merupakan plagiasi dari karya orang lain.
8
Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membangun dan merefleksi suatu pekerjaan, tugas atau karya melalui
pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan
keinginan yang dibangun oleh peserta didik, sehingga hasil pekerjaan
tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi,
penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja
peserta didik atau digunakan untuk menilai kinerja.
Di dalam file portofolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi
peserta didik, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain
prestasi akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan catatan prestasi
nonakademik, yakni rekaman profile peserta didik yang meliputi aspek kerajinan,
kerapian, ketertiban, kejujuran, kemampuan kerja sama, sikap, solidaritas, dan lain-
lain.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tehnik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan
tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh
meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu
maupun secara kelompok.
Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis), dan juga dapat dilakukan dengan
teknik skala nilai, teknik evaluasi partisipatif, studi kasus dan sosiometri.
B. Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan laporan selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini
memberi manfaat bagi banyak pihak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Muhammad.1996.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung :Sinar Baru
Algensindo.
Arikunto, Suharsimi., Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1990.
Arifin, Zainal, Evaluasi Istruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 1990.
Haryati, Mimin, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
https://edudetik.blogspot.com/2014/09/makalah-evaluasi-pendidikan-lengkap.html
http://putriwulansaripurnama.blogspot.com/2016/07/makalah-bentuk-instrumen- non-
tes.html
http://jasafadilahginting.blogspot.com/2013/12/non-tes-sebagai-alat-ukur-
evaluasi.html
Sudjana,Nana.2012.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suryatana, P. P. N dan Wayan Nurkanca, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, 1983.
Hasil Diskusi
11
2. Skenario Kontekstual: Rancang skenario atau situasi kontekstual
yang mencerminkan penggunaan nyata dari keterampilan praktis
yang diukur. Hal ini dapat memberikan siswa konteks yang
relevan untuk menunjukkan kemampuan mereka.
3. Tugas Autentik: Buat tugas yang autentik dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari atau dunia kerja. Ini dapat mencakup
proyek, simulasi, atau kasus nyata yang memerlukan penerapan
keterampilan praktis.
4. Kriteria Penilaian:Tentukan kriteria penilaian yang jelas dan
terukur. Pilih indikator atau rubrik yang memungkinkan evaluasi
objektif terhadap keterampilan praktis yang diinginkan.
5. Format Variatif: Gunakan berbagai format evaluasi non-tes,
seperti proyek, presentasi, atau portofolio. Hal ini memungkinkan
siswa menunjukkan keterampilan mereka melalui beragam
metode.
12