Anda di halaman 1dari 26

ALAT EVALUASI (NON TES)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu :
Pratiwi Kartika Sari, M.Pd

Oleh :
Agustin Mutia Miftakhul H (20200110180009)
Chusnul Rhodiyah Dika (20200110180010)
Catur Retno Sari (20200110180124)
Ogiarto Ate (20200110180067)
Sonia Elvira C.P (20200110180128)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………… 2
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………. 3
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...... 4
CAPAIAN PEMBELAJARAN…………………………………………………………………… 5
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan alat evaluasi non tes………………………………..….. 6
B. Macam-macam bentuk alat non tes……………………………………….. 8
C. Domain afektif……………………………………………………………………….. 18
D. Kata kerja operasional taksonomi untuk domain afektif………. 20

RANGKUMAN…………………………………………………………………………………..... 23
LATIHAN……………………………………………………………………………………………..
TES FORMATIF…………………………………………………………………………………….
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR

2
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pertama
marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat
karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat kami selesaikan. Alhamdulilah dengan
semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan tentang Alat evaluasi non tes domain afektif. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat yang banyak bagi tim penyusun maupun orang lain.
Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak
yang telah ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dan kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
masih ada kesalahan, karena sesungguhnya kami sadari, bahwa tidak ada satupun
yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta dan isinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para
pembaca. Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun guna untuk memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini.

Sidoarjo,23 Oktober 2020

Tim Penyusun

3
ALAT EVALUASI (NON TES)

PENDAHULUAN
Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk
menyampaikan bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran
sebagai suatu sistem terdiri dari berbagai komponen berupa tujuan, bahan,
metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan itu, tujuan menempati posisi
kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari siswa diharapkan
tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu untuk
memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah murid telah mengalami proses
pembelajaran yang ditujukan oleh perubahan perilakunya.
Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga
harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk
mengetahui sikap dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan
kegitan belajar. Sasaran test ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan,
pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9)
”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa
secara langsung dengan tugas-tugas yang riil”.
Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah
sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai
aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga
aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung

4
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Sub Capaian Pembelajaran Materi

1. Menjelaskan pengertian dan 1. Pengertian dan alat


alat evaluasi non tes evaluasi non tes
2. Mengemukakan macam- 2. Macam-macam bentuk non
macam bentuk non tes tes
3. Mengemukakan domain 3. Domain Afektif
afektif 4. Kata kerja Operasional
4. Mengemukakan Kata kerja taksonomi untuk domain
operasional taksonomi untuk afektif berikut contoh soal
domain afektif berikut contoh pada tahapan afektif
soal pada tahapan afektif

5
PENGERTIAN DAN ALAT EVALUASI NON TES

Penilaian evaluasi non tes jika dilihat dari kata yang menyusunya, maka
non tes dapat kita artikan sebagai teknik evaluasi yang dilakukan tanpa
menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan secara
teliti dan tanpa menguji peserta didik.

Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan
soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan
kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari
pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan
Panca indera (Widiyoko, 2009). Sedangkan alat atau instrument merupakan
sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan
tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah
evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang
hampir sama dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran.
Secara sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di
dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakanproses
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan pengukuran lebih
khusus mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif atas sesuatu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi jenis non-
tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pihak-pihak
tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik
non-tes.
Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang
berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik
dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya”. Dengan kata lain
penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati
dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat
diamati oleh indera.

6
Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur
kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses
pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan
menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik
dan sebagainya”.

7
MACAM-MACAM BENTUK ALAT NON TES

Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren


dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di
antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung,
tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas),
angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map,
portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai keperibadian anak secara


menyeluruh meliputi:
1. Pengamatan (observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keteran gan  (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
a. Tujuan utama observasi antara lain :
i. Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik
yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
ii. Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta
didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor
yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social
skill)
iii. Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi
sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk
menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama,
hubungan sosial sesama peserta  didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan
perilaku sosial lainnya
b. Karakteristik Observasi

8
i. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
ii. Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis,
objektif, dan rasional.
iii. Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
iv. Praktis penggunaannya.
c. Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
i. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer
telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang
berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi
observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
ii. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai
obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti.
Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu
sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh
melalui tiga cara, yaitu:
i. Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung
terhadap objek yang diselidiki.
ii. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui
perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
iii. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara
ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang
diteliti.
d. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
Kelebihan :
i. Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam
fenomena.
ii. Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun
guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.

9
iii. Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat
dengan observasi.
iv. Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Kekurangan
i. Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca,
bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer
ataupun observasi itu sendiri.
ii. Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
iii. Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering
menjadi jenuh.
e. Pedoman penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin
(2009) adalah sebagai berikut:
i. Merumuskan tujuan observasi.
ii. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
iii. Menyusun pedoman observasi.
iv. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan
proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun
penampilan guru dalam pembelajaran.
v. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-
kelemahan pedoman observasi.
vi. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba.
vii. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
viii. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

2. Wawancara (interview)
a. Pengertian
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan
yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara
adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang

10
diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog
(Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung
(menggunakan alat komunikasi).
b. Pembagian wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam
evaluasi, yaitu:
i. Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau
wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara
ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam
bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini
responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih
jawaban yang sudah disediakan.
ii. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga
dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview)
atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau
wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-
patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara
bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa
dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas
mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan
menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan
dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka
beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi
ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat
seketika.

11
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan evaluator  dalam pelaksanaan wawancara antara lain ;
evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan
mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan
oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat
ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan
melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator
yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul
pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
d. Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan
wawancara yakni :
i. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan
suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
ii. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
iii. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau
orang tertentu.
e. Kelebihan Dan Kekurangan
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara
lain ;
i. Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi
yang dihadapi pada saat itu
ii. Mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka
atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab
oleh sumber
iii. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber
dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat
menjawab pertanyaan dengan baik pula
iv. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber
yang telah ditetapkan

12
v. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan
mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain :
i. memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
ii. dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan
kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi
keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian
pewawancara.
3. Kuesioner
a. Pengertian
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan
penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses
belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu,
2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan
yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk
mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga
berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan
guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada
umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif.
Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
b. Tujuan kuesioner/ angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
i. Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang
pembelajaran matematika.
ii. Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat
penguasaan tertentu.
iii. Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

13
iv. Membantu anak yang lemah dalam belajar.
v. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran
matematika.
c. Jenis kuesioner
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
i. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
a) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan
tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah
jam belajar, dll.
b) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan
tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah
atau dalam proses belajar mengajar.
c) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu
guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau
menggunakan fakta.
d) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang
berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
ii. Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :

a) Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah


ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih
diantara alternative yang telah disediakan.
b) Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang
sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan
kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan.
Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun
kalimat dalam bahasa sendiri
c) Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan
gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan.
Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping

14
disediakan alternative,  diberi  juga  kesempatan 
keoada  siswa/mahasiswa  untuk mengemukakan
alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang
disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan.
iii. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2,
yaitu :
a) Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung
dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta
keterangannya.
b) Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh
orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
d. Kelebihan dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument
evaluasi,  diantaranya yaitu:
a) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak
yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
b) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
c) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
a) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas,
sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk
diterangkan kembali
b) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh
semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab
dan tidak diawasi secara mendetail.
c) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari
angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angketnya.

15
4. Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi
seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat
hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang
kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau
keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga
dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam
keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi
tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua
peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti
kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya
(Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan
lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat
diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta.

5. Studi kasus
a. Pengertian
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara
terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya
peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal,
atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti
dalam studi kasus, yaitu:
1)      Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2)      Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3)      Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?

16
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian.
Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif
tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan
mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi
kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu
alat yang digunakan adalah  depth-interview  , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan, dan sebagainya.

b. Kelebihan dan kekurangan


Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam
dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui  selengkap-lengkapnya.
Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan.
DOMAIN AFEKTIF

Dalam buku yang ditulis oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (1973) domain
efekstif didefinisikan sebagai perilaku yang berkaitan dengan emosi seperti
perasaan, nilai, aprisiasi, antusiasme, motivasi dan sikap. Domain afeksi
terdiri dari 5 kategori disusun dari yang sederhana ke yang rumit yang
meliputi receiving (penerimaan), responding (tanggapan), valuing (penilaian),
organization (pengaturan) dan Characterising (pembiasaan).Tinghkatan
kompetensi afektif digambarkan dalam piramida berikut.
Tingkatan perilaku tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Perilaku Penerimaan berbentuk kesadaran, kehendak mendengarkan, dan
memperhatikan. Sebuah contoh sederhana, ketika Ahmad pertama kali
memperoleh informasi tentang pentingnya olah raga bagi kesehatan maka
sikap yang pertama kali adalah menerima dengan perkataan “ooo begitu
yah” atau sikap lain yang ditunjukkan misalnya tekun duduk manis dan
tertarik mendengarkan informasi tersebut.

17
2. Perilaku merespon dalam bentuk partisipasi aktif menaggapi. Di tingkat ini
Ahmad mulai bertanya, mencari informasi yang lebih banyak, mempelajari
dan berlatih jenis olah raga tertentu.
3. Perilaku penilaian ditunjukkan dengan sikap mulai memberikan komentar
atau pernyataan-pernyataan dan mulai mengikuti kebiasaan tertentu. Di
tingkat ini Ahmad mulai berkomentar bahwa si Andi temannya memiliki
kebiasaan yabng baik karena sering oalh raga. Ahmad mulai mengikuti
ajakan teman atau orang tua untuk berolaharaga hari minggu karena dia
meyakini bahwa olah raga itu baik.
4. Perilaku Pengorganisasian dan konseptualisasi ditunjukkan dengan sikap
mengatur diri dan memutuskan sesutu berdasarkan prioritas. memadukan
nilai sikap berikutnya adalah mengorganisasi dan konseptualisasi. Di tingkat
ini Ahmad mulai memiliki konsep yang jelas mengenai olahraga yang
ditunjukkan dengan menggemari jenis olah raga ertentu dan mulai
mengorganisasikan waktu dan biaya uantuk kebutuhan olah raga yang ia
gemari. Di tingkat ini Ahmad mulai membeli alat olah raga dan menentukan
jadwal. Ahmad juga mulai bergubung dengan kelompok/klab olah raga
tertentu.
5. Tingkatan tertinggi dari domain sikap Karakterisasi atau Internalisasi nilai.
Dalam tingkatan ini seseorang telah menjadikan sebuah system nilai menjadi
bagian dari perilaku keseharian sehingga menjadi karakteri. Di tingkat ini
Ahmad mulai terbiasa dengan oleh raga yang digemarinya dan sudah
menjadi bagian dari kehidupan. Kalau orang lain melihat Ahmad maka akan
mengatakan bahwa Ahmad selalu kelihatan bugar karena berolahraga secara
rutin. Ahmad sendiri merasa kalau tidak berolah raga maka merasa ada
sesuatu yang kurang pada dirinya.

Berikut ini kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan
indikator hasil belajar pada domain sikap.

18
Daftar kata kerja tersebut tidak mutlak. Mungkin masih ada kata kerja lain pada
konteks tertentu yang lebih tepat. Apabila menemukannya, Anda bisa
menambahkannya dalam daftar ini dan dapat menggunakannya.

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) REVISI TAKSONOMI BLOOM

1.)    Ranah Kognitif


(ANDERSON, L.W. dan Krathwohl, D.R. : 2001)
Takson C1 C2 C3 C4 C5 C6
omi (Pengrtah (Pemaha (Aplikasi) (Analisis) (Sintesis) (Evalua
Bloom uan) man) si)
Lama
Takson C1 C2 C3 C4 C5 C6
omi (Menginga (Memaha (Mengaplikas (Mengana (Meneval (Menci
Bloom t) mi) ikan) lisis) uasi) pta)
Revisi
Mengingat Memahami Mengaplika Menganali Mengevalu Mencipta
(remembe (Understad sikan sis asi (Create)

19
r) ) Apply) (Analyze) (Evaluate)
Mengutip Memperkira Mengaskan Memecahk Membandin Mengumpulk
Menebitkan kan Menentukan an gkan an
Menjelaska Menceritaja Menerapkan Menegaska Menilai Mengatur
n n Memodifika n Mengarahk Erancang
Memasagka Merinci si Meganalisi an Membuat
n Megubah Membangun s Mengukur Merearasi
Membaca Memperluas Mencegah Menimpulk Meangkum Memperjelas
Menamai Menjabarka Melatih an Mendukung Mengarang
Meninjau n Menyelidiki Menjelaja Memilih Menyususn
Mentabulas Mnconthkan Memproses h Memproyek Mengode
i Mengemuka Memecahka Mengaitka sikan Mengkombin
Memberi kan n n Mengkritik asikan
kode Menggali Melakukan Mentransf Mengarahk Memfasilitasi
Menulis Mengubah Mensimulasi er an Mengkonstru
Menytakan Menghitung kan Mengedit Memutukan ksi
Menunjukk Menguraika Mengurutka Menemuka Memisahka Merumuskan
an n n n n Menghubung
Mendaftar Mempertah Membiasaka Menyeleksi menimbang kan
Menggamb ankan n Mengoreks Menciptakan
ar Mngartikan Mengklasifi i menampilka
Membilang Menerangka kasi Mendeteks n
Mengidenti n Menyesuaik i
fikasi Menafsirkan an Menelaah
Menghafal Memprediks Menjalanka Mengukur
Mencatat i n Membangu
Meniru Melaporkan Mengoperas nkan
membedaka ikan Merasional
n Meramalkan kan
Mendiagno
sis
Memfokus
kan

20
Memaduka
n

2.)    Ranah Afektif

A1 A2 A3 A4 A5
Menerima Merspon Menghargai Mngorganisaikan Karakterisasi
Menurut Nilai
Mengikuti Menyenangi Mengsumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyambut Meykinkan Menata Mengubah
Mematuhi Mendukung Memperjelas Membangun perilaku
Meminati Maporkan Menekankan Membentuk Berakhlak
Memilih Menyumbang pendapat mulia
Menampilkan Mengimani Memadukan Melayani
Menyetujui Mengelola Membuktikan
Mengatakan Merembuk Memecahkan
Menegoisasi

3.)    Ranah Psikomotorik

P1 P2 P3 P4 P5
Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisa
si

 Menyalin Kembali membuat Menunjukkan Membangun Mendesain


Mengikuti Membangun Melengapi Mengatasi Menentuk
Mereplikasi Melakukan Menyempurnak Menggabungk an
Mengulangi Melaksanakan an an Mengelola
Mematuhi Menerapkan   Mengkalibrasi Beradaptasi

21
Mengaktifkan Mengoreksi Mengendalikan Memodifikasi
Menyesuaika Mendemonstrasikan Mengalihkan Merumuskan
n Merancang Menggantikan Mengalihkan
Menggabungk Memilah Memutar Mempertaja
an Melatih Mengirim
Memperbaiki Memindahkan m
Melamar Membentuk
Mengatur Mengidentifikasikan Mendorong
Menarik Memadanka
Mengumpulka Mengisi
Menempatkan Memproduksi n
n Mencampur Menggunaka
Menimbang Membuat
Mengoperasik
Memperkecil Memanipulasi n
Membangun Mereparasi an Memulai
Mengubah Mencampur Mengemas Menyetir
Membersihka Membungkus Menjelaskan
Menempel
n Menskestsa
Memposisikan Mendengark
Mengkonstruk
an
si Menimbang
 

22
RANGKUMAN

TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1.

Cocokkanlah Jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang


terdapat di bagian Kunci Jawaban Tes Formatif. Hitunglah jawaban yang
benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan= ×100 %
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90-100% = baik sekali


80-89% = baik

23
70-79% = cukup
¿ 70 = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.

24
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

25
DAFTAR PUSTAKA

https://edunesiania.blogspot.com/2017/05/domain-afektif.html
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008)
Daien Indrakusuma, Amir, Evaluasi Pendidikan,: Penilaian Hasil-Hasil Belajar, (TT:
Terbitan Sendiri, TT)
Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011)

26

Anda mungkin juga menyukai