Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEUTAMAAN ILMU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh:

1. M. Khabib Saifullah (53030190028)


2. Hidayat Nur Wahid (53030190026)
3. Pratiwi (53030190005)
4. Fitri Aningrum (53030190012)
5. Awal Buana Alvin Farah (53030190018)

ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah ‫ ﷻ‬Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,

Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
mengkaji hadist.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi kami dan para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 6 Sepetember 2019

Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara bahasa ilmu adalah lawan dari al-Jahlu (kebodohan) yaitu mengetahui
sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti. Secara
istilah sebagian ulama menjelaskan bahwa ilmu ialah ma’rifah sebagai lawan dari al-
Jahlu. Menurut ulama yang lainnya ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.1
Islam telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap ilmu. Hal ini telah

ditegaskan oleh Allah ‫ ﷻ‬dalam firman-Nya:

}‫{فاعلم أنه ال إله إال هللا و استغفر لذنبك و للمؤمنين و المؤمنات‬


“Ketahuilah, bahwasannya tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
memintalah ampunan untuk dosamu, orang-orang mukmin laki-laki maupun
perempuan.”2

Allah ‫ ﷻ‬juga berfirman:

}‫{يرفع هللا الذين آمنوا منكم و الذين أوتوا العلم درجات‬


“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang diberikan ilmu beberapa derajat.”3
Siapapun yang memperhatikan ayat-ayat Al-Quran, tentu ia akan mengetahui
kedudukan ilmu dan Ulama’. Banyak ayat yang menyebutkan perihal mereka yang di
dalamnya disebutkan tentang ilmu dan macam-macamnya, pemahaman, pengetahuan,
anjuran untuk menganalisa, berfikir, dan memfungsikan akal untuk bekerja dan lain
sebagainya.4
Ilmu adalah amal sholeh yang paling utama. Menuntut ilmu termasuk ibadah yang

paling utama. Karenanya menuntut ilmu termasuk jihad di jalan Allah ‫ ﷻ‬.5 Menuntut

ilmu hukumnya adalah wajib, karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan
dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan tanpa mempunyai

1
Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, Kitab Al-Ilmi, (Daar Al-Bashiirah Al-Iskandariyah, 2003) Cet. 1, hal. 9
2
QS. Muhammad [47]: 19
3
QS. Al-Mujadilah [59]: 11
4
Dr. Aidh Al-Qorni dan Dr. Anas Ahmad Karzun, Tips Belajar Para Ulama, Terj. Salafuddin Abu Sayyid dan Jabir
Al-Bassam, (Wacana Ilmiah Press, 2008) hal. 15
5
Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, Kitab Al-Ilmi, (Daar Al-Bashiirah Al-Iskandariyah, 2003) Cet. 1, hal. 11
ilmu. Dan ilmulah yang menjadikan manusia mempunyai kelebihan diantara makhluk-

makhluk Allah ‫ ﷻ‬.

Di dalam makalah yang sederhana ini penulis berusaha membawakan beberapa


hadist tentang ilmu yang mencakup hukum menuntut ilmu, keutamaan ilmu, ancaman
bagi yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu. penulis juga berusaha memberikan Takhrij
hadist dengan berpedoman pada aplikasi Ad-Duraru As-Saniyyah yaitu sebuah aplikasi
untuk membantu pentakhrijan hadist yang dikelola oleh beberapa ulama Saudi Arabia
dan diketuai oleh Syekh Alwi bin Abdul Qodir Assegaf. Kami memohon kepada Allah

‫ ﷻ‬semoga selalu mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, serta menganugerahkan

kepada kita ilmu yang bermanfaat dan amal sholih. Aamiin.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hukum menuntut ilmu?


2. Apakah keutamaan ilmu?
3. Apakah ancaman bagi yang tidak mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu?

C. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai suatu pembelajaran bagi kami tentang

beberapa Hadist Rasulullah ‫ﷺ‬ yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan dan

hukum-hukum terkait menuntut ilmu, disamping sebagai tugas mata kuliah hadist yang
harus kami kerjakan.
BAB I
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Menuntut Ilmu

}‫{طلب العلم فريضة على كل مسلم و واضع العلم عند غير أهله كمقلد واضع العلم الخنازير الجوهر و اللؤلؤ و الذهب‬
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu
pada yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas ke
leher babi.”
Hadist ini dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari Shahabat Anas bin Malik radliyallahu
‘anhu. Dan dikeluarkan oleh Imam Baihaqi di dalam kitabnya Syu’ab al-Iman. Di dalam
hadist ini terdapat Katsir bin Syandhir yang diperselisihkan tentangnya.
Berhubungan dengan hadist ini Imam Suyuthi menceritakan bahwa Imam Nawawi
pernah ditanya tentang hadist ini dan beliau mengatakan bahwa hadist ini sanadnya dloif
akan tetapi maknanya shohih. Hadist ini diriwayatkan melalui banyak jalur sehingga
sampai pada derajat hadist hasan, hal ini diungkapkan oleh Jamaluddin Al-Mizzi murid
Imam nawawi.6
Kata ‫( فريضة‬kewajiban) adalah sesuatu yang diperintahkan oleh pembuat syari’at atas
dasar suatu keharusan.7 Dengan demikian jelaslah dalam hadist ini menjelaskan kepada
kita bahwa menuntut ilmu adalah suatu kewajiban yang benar-benar harus dilaksanakan
oleh setiap muslim. Ilmu adalah sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan dalam
keberlangsungan hidup di dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani

kehidupan tanpa ilmu. Oleh karenanya Rasulullah ‫ ﷺ‬pun diperintahkan supaya meminta

tambahan ilmu, Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

}‫و قل رب زدني علما‬......{


“....Dan Katakanlah (Muhammad) Ya Rabbku, tambahkanlah untukku ilmu
pengetahuan”8
Namun, perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim ini tidak untuk
sembarang ilmu, tapi terbatas pada Ilmu Hal yaitu ilmu ushuluddin dan fiqih, sehingga
ada perkataan “ilmu yang utama ialah ilmu hal, dan perbuatan yang paling mulia ialah

6
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut, Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah) Juz. 1, hal. 81
7
Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, Al-Ushul min ‘Ilmi Al-Ushul, (Kairo, Daar Ibnu Jauzi: 1430 H) hal. 11
8
QS. Thoha [20]: 114
menjaga perilaku”. Setiap muslim diwajibkan menuntut ilmu berkaitan dengan apa yang
diperlukannya saat itu, kapan saja. Misalnya sholat, karena memang seorang muslim
diwajibkan sholat, maka wajib ia mempelajari perkara yang berkaitan dengan syarat-
syarat dan rukun-rukunnya supaya ia dapat melaksanakan kewajiban sholat dengan
sempurna.9
Walaupun yang dimaksud dalam hadist tersebut bahwa ilmu yang wajib dipelajari
adalah ilmu agama, bukan berarti ilmu-ilmu yang lain tidak memiliki faedah sama sekali.
Hanya saja ilmu-ilmu selain ilmu agama, faedah dan keutamaannya terbatas pada dua

perkara, yaitu apabila ia dapat menolong dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah ‫ ﷻ‬,

dan membela agama-Nya, serta bermanfaat bagi manusia, maka ilmu tersebut baik dan
maslahat. Bahkan bisa menjadi wajib dalam kondisi tertentu.10

Sabda Rasulullah ‫} ﷺ‬..... ‫“ {و واضع العلم عند غير أهله‬Dan orang yang meletakkan ilmu

pada yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas
pada leher babi”. Maksudnya adalah orang yang menimba ilmu pada orang yang bukan
ahli dalam bidangnya adalah perbuatan sia-sia.11 Sebagai contoh misalkan kita hendak
mempelajari cara-cara merangkai listrik, tentu kita akan menanyakannya kepada guru
guru bidang studi fisika. Jika dalam ilmu dunia kita tanyakan kepada ahlinya, maka

sudah sepantasnya begitu pula. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

}‫{فاسألوا أهل الذكر إن كنتم ال تعلمون‬


“Maka bertanyalah kepada Ahli Ilmu, jika kamu tidak mengetahui.”12

B. Ilmu adalah Tanda Kebaikan.

}‫{من يرد هللا به خيرا يفقهه في الدين و إنما العلم بالتعلم‬


“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaiakan, maka akan dipahamkan dalam urusan
agama, dan sesungguhnya ilmu itu (didapat) hanyalah dengan belajar”.13

9
Syeikh Ibrahim bin Ismail, Syarh Ta’lim Al-Muta’allim, (Surabaya, Daar Al-Ilmi) hal. 4
10
Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, Kitab Al-Ilmi, (Daar Al-Bashiirah Al-Iskandariyah, 2003) Cet. 1, hal. 10
11
Anang Khoironi, “Hadist Rasulullah tentang Keutamaan Ilmu”,
https://intinebelajar.blogspot.com/2017/06/hadist-rasulullah-saw-tentang-keutamaan-ilmu.html, diakses
pada 17 Juni 2017
12
QS. An-Nahl: 43
13
HR. Tirmidzi
Hadist diatas diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Shohihnya pada bab Al-
Ilmu Qoblal Qouli wal ‘Amali. Hadist diatas adalah menurut kebanyakan riwayat,
sedangkan menurut riwayat Al-Mustamliy menggunakan lafadh ‫يفهمه‬.14
Hadist ini menunjukkan betapa pentingnya mencari ilmu agama, karena tolak ukur
kebaikan seseorang adalah dari Ilmunya. Dari ilmu itulah lahir dalam diri pemiliknya
Khosyyah, ketaqwaan, serta kesholihan amalnya. Namun tolok ukur ini tidak bersifat
kepastian atau paten, karena pada kenyataannya banyak orang yang berilmu tetapi buruk
perangainya. Ilmu yang dimilikinya tidak menjadikannya bertambah ketaqwaannya,
khosyyahnya, dan kesholihannya. Hal ini mungkin ada yang salah dalam ilmunya, atau
metode belajarnya, dan atau niat dan tujuan ia menuntut ilmu.
Adapun sabda Rasululah ‫ و إنما العلم بالتعلم‬maksudnya adalah bahwasannya ilmu tidak
dapat diperoleh melainkan dengan cara belajar. Hal ini dikarenakan tidak ada seorang
pun yang terlahir dalam keadaan berilmu. Dalam syairnya Imam Syafi’I berkata:
‫تعلّم فليس المرء يولد عالما | وليس أخو علم كمن هو جاهل‬
“Belajarlah! Karena tak seorang pun yang terlahir sebagai Ulama… Dan tidaklah
sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.”
‫وان كبير القوم ال علم عنده | صغير اذا التفّت عليه الجحافل‬
“Sesungguhnya pembesar suatu kaum yang tidak berilmu itu nampak kecil, Apabila
berada padanya suatu kumpulan.”
‫وانّ صغير القوم وان كان عالما | كبير اذا ردّت اليه المحافل‬
“Dan orang kecil dan berilmu dari suatu kaum akan terlihat besar, Apabila berada
padanya suatu kumpulan.”15

C. Niat Mencari Ilmu

ِ ‫ فَ ْليَتَ َب َّوأْ َم ْقعَ َدهُ ِمنَ ال‬، ِ‫غير هللا‬


‫نار‬ ِ ‫َم ْن تَعَلَّ َم ِع ْل ًما‬
َ ‫ ْأو أرا َد ب ِه‬، ِ‫لغير هللا‬
“Barangsiapa mempelajari ilmu karena selain Allah, atau bermaksud mempelajarinya
karena selain Allah, maka hendaklah ia menyediakan tempatnya di neraka”.16
Hadist diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunannya dari Sahabat
Abdullah bin Umar dan juga diriwayatkan oleh Imam Nasa’I di dalam kitab AS-Sunan

14
Ibnu Hajar Al-Asqolany, Fathul Baari, (Beirut, Darul Ma’rifah) Juz. 1, hal. 171
15
Abu Zuhriy, “Petuah Imam Syafi’i”, https://abuzuhriy.wordpress.com/2013/02/12/petuah-imam-
syafii/#comments, diakses pada 02 Desember 2013
16
HR. Tirmidzi no. 2655
Al-Kubro. Hadist ini dinilai Hasan Ghorib oleh Tirmidzi. Dan ada pula yang
menyatakanyya shohih.
Mencari ilmu adalah salah satu bentuk amal sholih yang paling utama, sehingga setiap

muslim dituntut untuk ikhlas dan meniatkannya karena mengharap Ridlo Allah ‫ ﷻ‬.

Seorang muslim tidak diperkenankan memaksudkan niatnya dalam segala bentuk amal

ibadah khususnya menuntut ilmu kepada selain Allah ‫ ﷻ‬. Karena yang demikian itu

adalah akhlak dan perbuatan yang tercela.


Hadist diatas memberikan ancaman kepada siapa pun yang menuntut ilmu karena

selain Allah ‫ ﷻ‬, bahwasannya mereka diancam dengan neraka. Dalam menuntut ilmu,

manusia tergolong menjadi 3 golongan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ghozali,


yaitu:
1. Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan bekal untuk akhirat dimana ia
hanya ingin mengharap rida Allah dan negeri akhirat. Ini termasuk kelompok yang
beruntung.
2. Seseorang yang menuntut ilmu karena dunia untuk memperoleh kemuliaan,
kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa keadaannya lemah dan niatnya
hina. Orang ini termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika ajalnya tiba
sebelum sempat bertobat, yang dikhawatirkan adalah su’ul khotimah dan
keadaannya menjadi berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum ajal tiba,
lalu berilmu dan beramal serta menutupi kekurangan yang ada, maka ia termasuk
orang yang beruntung pula. Sebab, orang yang bertobat dari dosanya seperti orang
yang tak berdosa.
3. Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia menggunakan ilmunya untuk
memperbanyak harta, berbangga atas kedudukannya dan menyombongkan diri
atas pengikutnya yang banyak. Ilmunya untuk memperoleh duniawi. Bersamaan
dengan itu, ia mengira bahwa dirinya memiliki kedudukan khusus di sisi Allah
karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal
ia tamak kepada dunia lahir dan batin. Orang sepeti ini termasuk golongan yang
celaka. Ia sulit diharapkan taubatnya, karena ia telah merasa dirinya baik. 17

17
Imam Ghozali, Bidayatul Hidayah, (Indonesia, Menara Kudus) hal. 5-7
D. Mencari Ilmu adalah Jalan ke Surga.

‫من سلك طريقا ً يلتمس فيه علما ً سهّل هللا له طريقا ً الى الجنّة‬
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
memberikan kepadanya kemudahan jalan menuju syurga”18
Hadist diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Sahabat Abu Hurairah. Imam
Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini Hasan, dan tidak ada yang mengatakannya Shohih
karena di dalamnya terdapat al-A’masy yang terduga mentadlis hadist ini. Namun, di
dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Usamah, dari Al-A’masy, Abu Sholih telah
menceritakan kepada kami, Tuduhan Tadlis tersebut tidak ada.19
Hadist diatas memberikan kabar gembira bahwasannya ketika seseorang mempunyai
niat yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan semata-mata karena mengharap
ridho Allah. Maka segala jalan untuk menggapai ilmu akan dimudahkan. Sekaligus
member motivasi kepada setiap orang yang giat mencari ilmu, maka ketika ia dengan
tulus dan ikhlas berpergian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Maka bersamaan
dengan itu pula Allah melapangkan baginya jalan menuju kebahagiaan dan kemudahan.
Suatu hal yang sangat penting untuk diyakini dengan sungguh-sungguh oleh setiap orang
yang mencari ilmu maka Allah akan benar-benar membantu dan memudahkan persoalan
setiap muslim yang dengan sungguh-sungguh mencari ilmu pengetahuan.

E. Ilmu yang terbaik adalah Al-Qur’an.

ُ‫علَّ َمه‬ َ ‫إنَّ أ ْف‬


َ ‫ضلَ ُك ْم َمن تَعَلَّ َم القُ ْرآنَ و‬
“Sesungguhnya yang paling utama diantara kalian adalah orang yang mempelajari
Al-Quran dan Mengajarkannya.”20

Hadist diatas diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Sahabat Ustman bin Affan. Dalam
riwayat yang lain menggunakan lafadh ‫خيركم‬, Kedua-duanya diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dalam Kitab Shohihnya.

Al-Quran adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬ melalui

malaikat jibril, serta membacanya dinilai sebagai bentuk ibadah dan berpahala. Al-Quran

18
HR. Tirmidzi dan Bukhori dalam bab Al-Ilmu Qoblal Qowli wal ‘Amali
19
Ibnu Hajar Al-Asqolany, Fathul Baari, (Beirut, Darul Ma’rifah) Juz. 1, hal. 170
20
HR. Bukhori
adalah sumber hukum islam pertama. Ia mengajak seluruh manusia supaya mengambil
petunjuk-petunjuk kehidupan darinya. Al-Quran tidak hanya berisi masalah-masalah
keimanan maupun hukum-hukum fiqih yang mencangkup masalah ibadah dan muamalah
saja, ia juga banyak menceritakan kisah-kisah umat terdahulu dan para Nabi sebelum

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Yang demikian itu supaya manusia bisa mengambil hikmah dan

pelajaran dari kisah-kisah tersebut.

Jika kamu mempelajari satu ayat dari Kitab Allah ‫ ﷻ‬itu lebih baik bagimu dari pada

sholat sunah 100 rakaat. Dan jika kamu pergi untuk mempelajari satu bab ilmu, itu lebih
baik dari pada sholat sunnah 1000 rakaat.21 Hadist diatas telah memberikan kejelasan
kepada kita tentang keutamaan mempelajari al-Quran dan mengajarkannya kepada orang

lain, yaitu keutamaan berupa derajat kebaikan tertinggi di sisi Allah ‫ ﷻ‬. Dengan

demikian Al-Quran adalah ilmu yang paling utama, dan pemiliknya ialah sebaik-baik
manusia, selama ia juga mengamalkan kandungannya dan ikhlas dalam pembelajarannya
dan pengajarannya kepada orang lain.
Al-Quran sebagai bacaan yang sempurna bagi umat Islam yang memiliki kaidah
tertentu dalam membacanya, mulai dari penyebutan huruf-hurufnya, panjang pendeknya,
tebal tipisnya, serta ketentuan makharijul hurufnya, perlu dipelajari dan diajarkan secara
tekun dan sungguh-sungguh. Belajar Al-Quran mencangkup upaya mempelajari cara
membacanya, terjemah atau tafsirnya, dan memahami huku-hukum pelajaran, serta
petunjuk yang terkandung di dalamnya. Begitu pula, mengajarkan al-Quran mencangkup
upaya menuntun dan membimbing orang dalam membaca, menerjemah, dan
memahamkan kandungan ayat-ayat al-Quran. Orang yang melakukan secara ikhlas dan
sungguh-sungguh akan mendapatkan keutamaan dari al-Quran berupa ketenangan,
ketenteraman hati dan pikiran, serta syafaat di akhirat kelak.22
Yang ingin kami tekankan disini ialah bukan keutamaan al-Quran itu sendiri,
melainkan lebih kepada orang yang mau belajar. Karena memang kami sedang tidak
ingin berbicara tentang Fadlilah Al-Quran, tetapi lebih kepada keutamaan menuntut ilmu.
Hadist ini dapat juga kita pahami sebagai suatu isyarat atau bisyaroh (kabar gembira)
kepada para penuntut ilmu supaya dalam pembelajarannya, hendaklah mereka
mengawalinya dari belajar Al-Quran serta kandungan-kandungannya, khususnya surat

21
HR. Ibnu Majah
22
Ahmad Zacky El Syafa, Indeks lengkap hadist, (Yogyakarta, Mutiara Media:2011) cet. 1, hal 185
Al-Fatihah, dimana seorang muslim yang baligh wajib bisa membacanya dengan baik
dan benar di setiap rakaat sholatnya. Karena sholat tidak akan sah melainkan dengan

surat Al-Fatihah. Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ال صالة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب‬


"Tiada Sholat (maksudnya tidak sah) bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab
(surat al-Fatihah)".23

F. Perumpamaan Manusia Berkait Dengan Ilmu Dan Harta


‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول ثالثة أقسم عليهن وأحدثكم حديثا فاحفظوه قال ما نقص مال عبد من‬
‫صدقة وال ظلم عبد مظلمة فصبر عليها إال زاده هللا عزا وال فتح عبد باب مسألة إال فتح هللا عليه باب فقر أو‬
‫كلمة نحوها وأحدثكم حديثا فاحفظوه قال إنما الدنيا ألربعة نفر عبد رزقه هللا ماال وعلما فهو يتقي فيه ربه‬
‫ويصل فيه رحمه ويعلم هلل فيه حقا فهذا بأفضل المنازل وعبد رزقه هللا علما ولم يرزقه ماال فهو صادق النية‬
‫يقول لو أن لي ماال لعملت بعمل فالن فهو بنيته فأجرهما سواء وعبد رزقه هللا ماال ولم يرزقه علما فهو يخبط‬
‫في ماله بغير علم ال يتقي فيه ربه وال يصل فيه رحمه وال يعلم هلل فيه حقا فهذا بأخبث المنازل وعبد لم يرزقه‬
‫هللا ماال وال علما فهو يقول لو أن لي ماال لعملت فيه بعمل فالن فهو بنيته فوزرهما سواء‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Tiga perkara saya bersumpah tentangnya , harta seorang
hamba tidak akan berkurang karena sedekah , tidaklah seorang hamba dianiaya
kemudian dia bersabar, kecuali Allah tambahkan baginya kemuliaan, dan tidaklah
seorang hamba membuka pintu (untuk) minta-minta kecuali Allah akan bukakan
baginya pintu kemiskinan (kekurangan). Atau kalimat semisal dengannya, dan aku
beri satu hadist maka hafalkanlah, “Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat
orang: (1) seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia
bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturahmi,
dan mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik
(di sisi Allah). (2) Seorang hamba yang Allah berikan ilmu namun tidak diberikan
harta, dengan niatnya yang jujur ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku
pasti mengerjakan seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia dengan niatnya itu,
maka pahala keduanya sama. (3) Seorang hamba yang Allah berikan harta namun
tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada
Allah dalam hartanya, tidak menyambung silaturahmi dengannya, dan tidak
mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan orang tersebut adalah yang paling
jelek (di sisi Allah). Dan (4) seorang hamba yang tidak Allah berikan harta tidak

23
HR. Bukhori dan Muslim
juga ilmu, ia berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan
seperti apa yang dikerjakan Si Fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama
dalam mendapatkan dosa.”24
Hadist diatas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari sahabat Abu Kabsyah Al-
Anmary, dan beliau mengatakannya hadist hasan shohih. Hadist ini juga dikeluarkan
oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah.25
Hadist diatas menjelaskan tentang 3 hal yang sangat ditegaskan oleh Rasulullah
‫ﷺ‬, yaitu pertama, sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan Allah ‫ ﷻ‬akan
mendatangkan keberkahan di dalamnya atau akan diganti pahala yang berlipat di
akhirat kelak. Kedua, bahwasannya orang yang dapat bersabar atas kedholiman
terhadap dirinya akan ditambahkan oleh Allah ‫ ﷻ‬kemuliaan di dunia maupun di
akhirat. Ketiga, orang yang suka meminta-minta atau mengemis tanpa suatu
keperluan dan tidak mendesak, maka Allah akan membukakan baginya pintu
kemiskinan dan kefakiran.
Setelah Rasulullah ‫ ﷻ‬menjelaskan 3 hal diatas, lantas Rasulullah ‫ﷻ‬
menyampaikan tentang 4 keadaan penduduk bumi, yaitu pertama, orang yang diberi
rezeki dari berbagai sisi dan ilmu agama , lantas ia menjadi orang yang bertaqwa
kepada Tuhannya dengan menginfakkan hartanya, mengajarkan ilmunya, serta
menyambung silaturrahmi dengan keduanya, maka ia adalah orang yang paling
tinggi derajatnya di sisi Allah ‫ﷻ‬. Kedua, orang yang diberi Ilmu agama, tetapi tidak
dikaruniai harta untuk berinfak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬, dan
ia jujur dalam niatnya berkata, “sendainya aku punya harta, aku akan melakukan
amalan si fulan (yang diberi harta dan menginfakkannya di jalan Allah)”. Orang
seperti ini mendapatkan pahala lantaran niatnya. Ketiga, orang yang dikaruniai harta,
tetapi tidak demikian dengan ilmu. Ia tidak bertaqwa kepada Allah ‫ﷻ‬. Ia tidak
menjalin silaturrahmi. Dan Ia tidak menginfakkan hartanya di jalan Allah, atau ia
berinfak tapi untuk kesombongan, riya’, dan sum’ah. Orang seperti ini adalah
seburuk-buruknya keadaan. Keempat, orang yang tidak memiliki harta dan ilmu, dan
ia berniat melakukan seperti yang dilakukan golongan ketiga, jika ia punya harta.
Orang ini hukumnya sama dengan orang yang ketiga.26

24
HR. Tirmidzi.
25
Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ Al-Tirmidzi, ‫باب ما جاء مثل الدنيا مثل أربعة نفر‬
https://www.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=4431&idfrom=0&idto=0&flag=1&bk
_no=56&ayano=0&surano=0&bookhad=0, Juz. 6, Hal. 506,
26
Ibid.
G. Sebaik-Baik Sedekah Adalah Ilmu
a. Hadist Pertama
‫إنّ أفضل الصدقة أن يتعلم المرء المسلم علما ث ّم يُعلّمه أخاه المسلم‬
“Sesungguhnya sedekah paling utama ialah seorang muslim mempelajari suatu ilmu,
kemudian mengajarkannya kepada saudaranya yang muslim”

Hadist diatas diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shahabat Abu Hurairah di dalam
kitab Sunannya. Hadist ini dinilai dlo’if sanadnya oleh sejumlah ulama. Di dalam
kitab Az-Zawaid dikatakan bahwa sanad hadist tersebut dlo’if, karena terdapat Ishaq
bin Ibrahim dan Ya’qub yang dlo’if, serta Al-Hasan yang dinyatakan tidak
mendengarnya dari Abu Hurairah27.
Sedekah adalah amalan yang sangat dianjurkan dan berpahala besar. Kebanyakan
orang beranggapan bahwa sedekah itu harus dengan harta, tentu ini adalah anggapan
yang tidak benar. Salah satu buktinya ialah hadist diatas yang menerangkan bahwa
sedekah paling utama ialah sedekah ilmu.
Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Hal ini terlihat
dari ayat Al-Quran yang memandang bahwa orang berilmu dalam posisi yang tinggi
dan mulia. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
‫يرفع هللا الذين آمنوا منكم و الذين أوتوا العلم درجات‬
“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang diberikan ilmu beberapa derajat.”28
Disamping Ilmu mempunyai keutamaan tersendiri, hadist ini memberikan kabar
gembira kepada kita bahwa sekalipun tidak punya harta untuk sedekah, namun kita
masih dapat bersedekah dengan ilmu.

b. Hadist kedua
‫ إال من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعوا له‬:‫إذا مات اإلنسان انقطع عنه عمله إال من ثالثة‬
“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali 3 perkara: yaitu sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, serta anak sholih yang mendoakannya”.29

27
Muhammad bin Yazid Al-Qozwaini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah), Juz. 1, Hal. 89
28
QS. Al-Mujadilah [59]: 11
29
Imam Nawawi, Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi, (Indonesia: Maktabah Dahlan) Juz. 3, hal. 1255
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohihnya dari Shahabat Abu
Hurairah.30 Begitu juga Imam Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Abu Dawud dalam kitab
Sunannya dengan sedikit perbedaan.
Kematian adalah masa dimana manusia harus mengakhiri hidupnya, ia tidak bisa
dipercepat dan tidak pula ditunda, walau hanya sesaat. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:
‫و لكل أ ّمة أجل فإذا جاء أجلهم ال يستأخرون ساعةً وال يستقدمون‬
“Tiap-tiap umat memiliki batas waktu (ajal), maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya.”31
Kematian merupakan pemutus segala hal, harta, perniagaan, anak, istri, maupun
kerabat tidak akan dibawa oleh si mati. Setiap orang akan menghadapi kematian seorang
diri. Dengannya ia akan dimintai pertanggung jawaban atas amal perbuatannya di dunia.
Jika amalnya baik, maka baik pula balasan yang akan didapat olehnya. Apabila amalnya
buruk, maka kecelakaanlah yang akan diterimanya. Na’udzubillahi min dzalik.
Dunia adalah tempat menabur benih dan akhirat adalah tempat mengetam. Penyesalan
yang mendalam tiada berguna bagi orang yang meninggal dunia tanpa dibekali amal
sholih selama hidupnya didunia. Ada 3 perkara yang apabila dilakukan oleh seorang
muslim pahalanya akan terus mengalir, yaitu:
1. Sedekah jariyah, yaitu sedekah yang terus berkelanjutan kemanfaatannya seperti
wakaf dan semacamnya.32
2. ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang bisa mengantarkan seseorang agar
mengerti tentang agama mereka, bisa mengenalkan Rabb dan sesembahan mereka,
ilmu yang bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus, ilmu yang dengannya
seorang hamba bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan
kebatilan, serta halal dan haram.33
3. Anak Sholih yang mendoakannya. Diakatakan anak sholeh karenapahala tidak
akan diperoleh dari selainnya. Adapun yang dimaksud anak sholih ialah anak
muslim dan mukmin yang menjalankan kewajiban agama dan menjauhi dosa

30
Ibid.
31
QS. Yunus [10] : 49.
32
Maftukhan, “Apa saja yang digolongkan amal jariyah”, https:/islam.nu.or.id/pos/read/56977/apa-saja-yang-
digolongkan-amal-jariyah. Diakses pada 14 Januari 2015
33
Syekh Abdul Razaq bin Abdul Muhsin, “Amalan yang tetap menghasilkan pahala”,
https:/almanhaj.or.id/3820-amalan-yang-tetap-menghasilkan-oahala.html, diakses pada 22 Januari 2014
besar.34 Dapat juga dipahami bahwa maksud anak sholih disini bukan semata-mata
anak kandung, tetapi berlaku pula orang lain selama ia mukmin dan sholih, karena
lafadz ‫ ولد‬diatas bershighot Nakirah yang berarti masih umum. Hal ini didukung
oleh firman Allah ‫ ﷻ‬:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor) mereka
berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian
dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh,
Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”35

34
Ustadz Amni Nur Baits, “Apa Maksud Doa Anak Sholih”, https:/konsultasisyariah.com/26254-apa-maksud-
doa-anak-sholih.hml, Diakses pada 9 Januari 2016
35
QS. Al-Hasyr [59] : 10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menuntut ilmu adalah salah satu bentuk amal sholih dan ibadah yang paling utama.
Islam telah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap ilmu, sehingga ia
menempatkannya sejajar dengan jihad di jalan Allah ‫ﷻ‬. Manusia tidak akan bisa
hidup tanpa ilmu, karenanya Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk
mencarinya sebagai suatu kewajiban baginya kepada-Nya.
Seorang muslim wajib menuntut ilmu, khususnya ilmu-ilmu yang berkenaan
dengan agama atau halal dan haram, tata cara beribadah kepada Allah ‫ ﷻ‬, dan lain-
lain. Karenanya setiap muslim dalam kaitanyya menuntut ilmu harus meniatkannya
ikhlas karena Allah. Ia tidak boleh meniatkannya karena selain-Nya.
Setelah seorang muslim mendapatkan ilmu, hendaklah ia memanfaatkannya
dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mengajarkannya kepada
orang lain. Karena ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amalan yang tidak akan
terputus pahalanya, meskipun sang pemilik ilmu telah meninggal dunia.

B. Saran
Mengingat betapa pentingnya menuntut ilmu dan betapa besarnya keutamaan ilmu,
maka kita sebagai seorang muslim hendaklah jangan pernah berhenti untuk terus
belajar, walau hanya sekali dalam sepekan.
Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian
diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Kariim
Abdul Muhsin, bin Abdul Razaq, 2014 “Amalan yang tetap menghasilkan pahala”,
https:/almanhaj.or.id/3820-amalan-yang-tetap-menghasilkan-oahala.html, diakses
pada 22 Januari 2014
Abdurrahman, Muhammad, Tuhfatul Ahwadzi Syarh Jami’ Al-Tirmidzi,
https://www.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=4431&idfro
m=0&idto=0&flag=1&bk_no=56&ayano=0&surano=0&bookhad=0,
Al-Asqolany, Ibnu Hajar, Fathul Baari, Beirut:Darul Ma’rifah
Al-Qorni, Aidh dan Anas Ahmad Karzun, 2008, Tips Belajar Para Ulama, Terj.
Salafuddin Abu Sayyid dan Jabir Al-Bassam, Wacana Ilmiah Press.
Al-Utsaimin, Sholih bin Muhammad, 2003, Kitab Al-Ilmi, Daar Al-Bashiirah Al-
Iskandariyah,).
Al-Utsaimin, Sholih bin Muhammad, Al-Ushul min ‘Ilmi Al-Ushul, 2003, Beirut, Daar
Ibnu Jauzi.
Baits, Nur Amri, 2016 “Apa Maksud Doa Anak Sholih”,
https:/konsultasisyariah.com/26254-apa-maksud-doa-anak-sholih.hml, Diakses pada 9
Januari 2016
El Syafa, Zacky Ahmad, 2011, Indeks lengkap Hadist, Yogyakarta:Mutiara Media
Imam Ghozali, Bidayatul Hidayah, Indonesia, Menara Kudus
Ismail, bin Ibrahim, Syarh Ta’lim Al-Muta’allim, Surabaya:Daar Al-Ilmi
Khoironi, Anang, 2017 “Hadist Rasulullah tentang Keutamaan Ilmu”,
https://intinebelajar.blogspot.com/2017/06/hadist-rasulullah-saw-tentang-keutamaan-
ilmu.html, diakses pada 17 Juni 2017
Maftukhan, 2015, “Apa saja yang digolongkan amal jariyah”,
https:/islam.nu.or.id/pos/read/56977/apa-saja-yang-digolongkan-amal-jariyah.
Diakses pada 14 Januari 2015
Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Daar Al-Kutub Al-Ilmiyah
Nawawi, Imam, Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi, (Indonesia: Maktabah Dahlan)
Zuhriy, Abu, 2013 “Petuah Imam Syafi’i”,
https://abuzuhriy.wordpress.com/2013/02/12/petuah-imam-syafii/#comments, diakses
pada 02 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai