Anda di halaman 1dari 35

TUGAS AKHIR MAKALAH TES DAN PENGUKURAN

“ TEKNIK TES DAN NON TES “

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester dari Dosen MK Tes dan Pengukuran

Disusun oleh kelompok 4 :

1. Leonardus Turang 21504064


2. Jevicho Alan Gahansa 21504067
3. Meisy Ngantung 21504052

Dosen Pengampu :

Dr.Aneke Pesik, M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KEBUMIAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala nikmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik
ide maupun materi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi
referensi bagi para pembaca. Selain itu, besar harapan kami agar makalah ini dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, tentu masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang benar-benar membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan
makalah ini.

Tomohon, 03 Juni 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5

2.1 Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Menggunakan Teknik Penilaian Tes dan Non
Tes ............................................................................................................................. 5

2.2 Jenis Tes dan Non Tes ........................................................................................ 6

2.3 Manfaat Tes dan Non Tes ................................................................................. 10

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes dan Non Tes
................................................................................................................................. 21

2.5 Analisis Kasus diertai Solusi mengenai Penggunaan Teknik Tes dan Non Tes
dalam Evaluasi Pendidikan ..................................................................................... 26

2.6 Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes ................... 30

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 32

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 34

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam
kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.

Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia


pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus
yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pendidikan telah
terlaksana. Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan
pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk
tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya
alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada
teknik lain yakni teknik "NON TES".

Teknik non tes biasanya dilakukan dengan pengisian observasi, wawancara,


angket (kuesioner), skala sikap dan lain-lain. Pada evaluasi penilaian hasil belajar,
teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik,
sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep dasar evaluasi pendidikan menggunakan teknik penilaian tes dan
non tes?
2. Apa saja jenis tes dan non tes?
3. Apa saja manfaat tes dan non tes?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan penilaian menggunakan teknik tes dan non
tes?

3
5. Bagaimana analisis kasus disertai solusi mengenai penggunaan teknik tes dan
non tes dalam evaluasi pendidikan?
6. Bagaimana contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi pendidikan menggunakan teknik
penilaian tes dan non tes.
2. Untuk mengetahui jenis tes dan non tes.
3. Untuk mengetahui manfaat tes dan non tes.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penilaian menggunakan teknik
tes dan non tes.
5. Untuk mengetahui analisis kasus disertai solusi mengenai penggunaan teknik
tes dan non tes dalam evaluasi pendidikan.
6. Untuk mengetahui contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan
non tes.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Menggunakan Teknik Penilaian Tes dan
Non Tes
Menurut A. Muri Yusuf, evaluasi merupakan suatu proses pemberian makna,
arti, menilai atau kualitas tentang suatu objek yang dievaluasi atau penyusunan suatu
keputusan tentang suatu objek berdasarkan asesmen (Yusuf, 2017: 21). Kegiatan
evalusi dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
perkembangan dan hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan anak usia
dini. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan dan pertumbuhan anak, dan perlu adanya sebuah asesmen yang
berkesinambungan.

Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk menegtahui keadaan


sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Thoha, 2003 :1).

Teknik tes dan non tes (penggunaan alat pengukuran) : tes adalah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain (Suryabrata, 1983: 22).
Sedangkan yaitu non tes adalah teknik evaluasi yang tidak menggunakan perangkat
soal yang harus dikerjakan olehpeserta didik. Teknik-teknik non tes juga menempati
kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi
yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya
terhadap mata pelajaran tertentu, persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya,
tingkah laku atau sikapnya dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin
dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.

5
2.2 Jenis Tes dan Non Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan
yaitu:

a. Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan/Kemajuan


Belajar Peserta Didik

• Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal degan istilah “ujian saringan” atau “ ujian masuk”.
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon mahasiswa baru, dimana
hasil tes digunakan untuk memilij calon peserta didik yang tergolong paling
baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi
ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan
diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan
penyaringan, maka materi tes seleksi terdiri atas butir-butir soal yang cukup
sulit, sehingga hanya calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi
sajalah yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal tes dengan betul.
Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan tes
perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis
tes tersebut secara serempak.
• Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Isi atau
materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang
seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran
diberikan kepada mereka. Tes awal dapat dilaksanakan, baik secara tertulis atau
secara lisan. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah
: (a) jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah

6
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan
dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi, (b) jika materi yang dapat dipahami
oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi
pelajaran yang belum cukup dipahami oleh peserta didik tersebut.
• Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya. Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan
pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik,
dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal. Dengan
cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir lebih baik
sama, ataukah lebih jelek daripada hasil tes awal.Jika hasil tes akhir itu lebih
baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah
berjalan dan berhasil dengan sebai-baiknya.
• Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa
pengobatan yang tepat. Tes diagnostic juga bertujuan ingin menemukan jawab
atas pertanyaan “ Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan
yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan
selanjutnya?” Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostic pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman
sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan,
tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu
sendiri (diagnose=pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu
menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang “ diperiksa”

7
itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
• Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah
sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah
“formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”. Tes formatif ini
biasa dilaksanakan ditengah-tengah perjalan program pengajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir
atau dapat diselesaikan.
Disekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan
harian”. Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal,
baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif
adalah:
i) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
ii) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan
dengan pokok bahasan baru terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta
• Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Disekolah, tes ini dikenal dengan
istilah “Ujian kelulusan” atau “Ujian Nasioanl” (evaluasi belajar tahap akhir),
dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah
(STTB). Tes sumatif ini pada umumnya disusun atas dasar materi pelajaran
yang telah diberikan selama satu catur wulan atau satu semester. Dengan
demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes

8
formatif. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa
memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes
sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir
soal tes formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga
dapat ditentukan:
i) Kedudukan dari masing-masing peserta didik ditengah-tengah
kelompoknya;
ii) Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran
berikutnya (yang lebih tinggi), dan;
iii) Kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan kepada pihak orang tua,
petugas bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya
atau pasaran kerja, yang tertuang dalam bentuk rapor atau surat tanda tamat
kerja.

b. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis Yang Ingin Diungkap

Di tilik dari segi aspek psikis yang ingin diungkap tes setidak-tidaknya dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

• Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
• Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh teste.
• Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
• Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-
ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya
bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.

9
• Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni
tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar.

Jenis-jenis non tes :

• Observasi (Pengamatan) merupakan cara menghimpun bahan-


bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematais terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
• Wawancara merupakan skala suatu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun
tidak langsung.
• Angket (Kuisioner) Tujuan diadakannya Angket yaitu untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar yang bermakna. Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket yaitu suatu daftar
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang harus dijawab oleh siswa yang menjadi
sasaran dari angket tersebut. Biasanya penilaian dengan bentuk ini
digunakan untuk menilai aspek sosial siswa.
• Portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang
dipakai oleh seseorang,maupun kelompok yang bertujuan untuk
mendokumentasikan dan menilai perkembangan suatu proses portofolio
dapat digunakan guru untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu
berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu
kegiatan pembelajaran Penilaian portofolio ini biasanya digunakan untuk
menilai pembelajaran projek atau hasil karya siswa.

2.3 Manfaat Tes dan Non Tes


1. Manfaat Teknik Tes

10
Pendekatan penilaian dalam pembelajaran matematika memiliki peran penting
dalam mengevaluasi pemahaman dan kemampuan siswa. Dalam hal ini, teknik tes
dan non tes sering digunakan sebagai metode penilaian yang umum. Teknik tes
mencakup ujian tertulis, tes objektif, dan tes uraian, sementara teknik non tes
meliputi observasi, proyek, dan penugasan. Kedua pendekatan ini memiliki manfaat
dan kekurangan masing-masing dalam menilai pemahaman siswa dalam
matematika.

Pentingnya penilaian dalam pembelajaran matematika tidak dapat diremehkan.


Penilaian memainkan peran yang krusial dalam membantu guru memahami
kemajuan siswa, mengevaluasi efektivitas pengajaran, dan memberikan umpan
balik yang konstruktif kepada siswa. Melalui penilaian, guru dapat mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan siswa dalam pemahaman konsep matematika, memberikan
bimbingan yang sesuai, dan merancang strategi pembelajaran yang efektif. Dalam
artikel ini, kita akan mengeksplorasi pentingnya penilaian dalam pembelajaran
matematika serta cara-cara penilaian yang beragam yang dapat digunakan.

Penilaian dalam pembelajaran matematika merupakan proses pengumpulan,


interpretasi, dan penggunaan informasi tentang kemajuan dan pencapaian siswa
dalam menguasai konsep, keterampilan, dan pemahaman matematika.

Tes merupakan salah satu teknik penilaian yang umum digunakan dalam
pembelajaran matematika. Tes adalah instrumen formal yang digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap konsep matematika, keterampilan komputasi,
kemampuan pemecahan masalah, dan aspek lain yang relevan. Berikut ini adalah
beberapa manfaat tes dalam penilaian matematika:

• Mengukur Pemahaman dan Penguasaan Konsep: Tes dapat memberikan


gambaran yang jelas tentang sejauh mana siswa memahami konsep matematika
yang diajarkan. Tes dapat menguji pemahaman siswa terhadap definisi, prinsip,
teorema, dan hubungan matematika yang mendasar.

11
• Mengidentifikasi Kelemahan dan Kekuatan: Melalui tes, guru dapat
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa dalam pemahaman
matematika. Informasi ini dapat digunakan untuk merancang strategi pengajaran
yang lebih efektif, mengarahkan bimbingan tambahan, dan memberikan umpan
balik yang tepat.
• Menilai Kemampuan Pemecahan Masalah: Tes dapat menguji kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep matematika untuk memecahkan masalah.
Dengan memberikan soal-soal yang memerlukan pemikiran kritis dan
pemecahan masalah, tes dapat mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep matematika dalam konteks yang berbeda.
• Mengukur Keterampilan Komputasi: Tes juga dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan komputasi siswa, seperti operasi hitung, perhitungan, dan
manipulasi angka. Tes yang terstruktur dapat memberikan gambaran yang
akurat tentang kecepatan dan ketepatan siswa dalam keterampilan komputasi
matematika.
• Standar Pembanding: Tes memberikan standar pembanding yang objektif untuk
mengukur kemajuan siswa secara komparatif. Dengan menggunakan tes yang
sama untuk semua siswa, guru dapat membandingkan prestasi siswa secara adil
dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
• Evaluasi Efektivitas Pengajaran: Tes juga memungkinkan guru untuk
mengevaluasi efektivitas metode pengajaran dan kurikulum yang digunakan.
Dengan menganalisis hasil tes, guru dapat mengevaluasi apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai dan membuat perubahan yang diperlukan dalam
pengajaran.
Meskipun tes memiliki manfaat yang signifikan dalam penilaian matematika,
penting untuk diingat bahwa penggunaan tes sebaiknya tidak hanya terbatas pada
tes tertulis. Kombinasi dengan teknik penilaian non-tes yang beragam dapat
memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman dan
kemampuan siswa dalam matematika.

12
Manfaat Objektif dan Standar dalam Pengukuran Pemahaman Siswa

Dalam konteks penilaian dalam pembelajaran matematika, penggunaan pengukuran


objektif dan standar memiliki beberapa manfaat yang penting. Berikut adalah
beberapa manfaat utama penggunaan pengukuran objektif dan standar dalam
mengukur pemahaman siswa:

• Konsistensi dan Keandalan: Pengukuran objektif dan standar memberikan


konsistensi dalam penilaian, sehingga menghasilkan hasil yang dapat
diandalkan. Dalam pengukuran objektif, kriteria penilaian dan rubrik penilaian
yang jelas ditetapkan sebelumnya, sehingga memastikan bahwa penilaian
dilakukan secara konsisten oleh berbagai evaluator.
• Ketidakberpihakan dan Adil: Pengukuran objektif dan standar membantu
mengurangi bias personal dalam penilaian. Kriteria penilaian yang jelas dan
rubrik penilaian yang terstandarisasi memastikan bahwa semua siswa
dievaluasi berdasarkan standar yang sama, tanpa memperhatikan preferensi
atau sudut pandang individu evaluator.
• Komparabilitas: Pengukuran objektif dan standar memungkinkan perbandingan
yang adil antara siswa, kelas, atau kelompok siswa yang berbeda. Dengan
menggunakan alat ukur yang sama, seperti tes yang terstandarisasi, dapat
dilakukan perbandingan objektif terhadap tingkat pemahaman siswa dan
pencapaian tujuan pembelajaran.
Mengarahkan Pengajaran dan Pembelajaran: Pengukuran objektif dan standar
memberikan informasi yang berguna bagi guru untuk mengarahkan pengajaran
dan pembelajaran lebih efektif. Hasil pengukuran dapat membantu guru
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa, mengidentifikasi area yang
perlu diperbaiki, dan merancang strategi pengajaran yang tepat.

• Akuntabilitas: Pengukuran objektif dan standar berperan penting dalam


akuntabilitas pendidikan. Dengan menggunakan alat ukur yang terstandarisasi,
seperti tes nasional atau internasional, dapat dilakukan evaluasi komparatif
terhadap sistem pendidikan, sekolah, dan siswa secara luas.

13
• Monitoring Kemajuan Siswa: Pengukuran objektif dan standar memungkinkan
pemantauan kemajuan siswa dari waktu ke waktu. Dengan mengukur secara
teratur, guru dapat melacak perkembangan siswa, mengidentifikasi
kemungkinan kesenjangan atau kesulitan, dan memberikan intervensi atau
bimbingan yang sesuai.

Efisiensi waktu dalam pengumpulan data

Efisiensi waktu dalam pengumpulan data merupakan faktor penting dalam penilaian
dalam pembelajaran matematika. Proses pengumpulan data yang efisien
memungkinkan guru untuk mendapatkan informasi yang relevan tentang kemajuan
siswa dengan cara yang efektif dan hemat waktu. Berikut ini beberapa cara efisiensi
waktu dalam pengumpulan data:

1. Penggunaan Teknologi: Pemanfaatan teknologi dapat membantu menghemat


waktu dalam pengumpulan data. Contohnya, penggunaan perangkat lunak penilaian
online atau alat penilaian digital dapat mempercepat proses pengumpulan dan
analisis data. Selain itu, aplikasi atau perangkat lunak khusus juga dapat digunakan
untuk membuat dan mengelola bank soal matematika, mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk merancang tes.

2. Tes Otomatis: Penggunaan tes otomatis dapat menghemat waktu dalam


mengevaluasi jawaban siswa. Dalam tes otomatis, jawaban siswa dimasukkan ke
dalam sistem komputer yang secara otomatis menilai jawaban tersebut. Ini
mengurangi waktu yang diperlukan guru untuk mengevaluasi setiap jawaban secara
manual.

3. Pengumpulan Data Berkelanjutan: Dalam beberapa kasus, pengumpulan data


yang dilakukan secara berkelanjutan dapat menghemat waktu. Daripada
mengadakan tes besar-besaran yang memakan waktu, pengumpulan data dapat
dilakukan melalui pengamatan siswa dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Misalnya,

14
guru dapat mengamati partisipasi siswa dalam diskusi, kerja kelompok, atau
penyelesaian tugas harian sebagai indikator kemajuan mereka.

4. Penilaian Formatif: Penilaian formatif adalah bentuk penilaian yang dilakukan


secara berkesinambungan selama proses pembelajaran. Ini memungkinkan guru
untuk mendapatkan informasi secara real-time tentang pemahaman siswa saat
pembelajaran sedang berlangsung. Penilaian formatif dapat dilakukan melalui
pertanyaan lisan, tanggapan tertulis singkat, atau instrumen penilaian lainnya yang
memungkinkan guru untuk mengumpulkan data secara cepat.

5. Kolaborasi Antara Guru: Kolaborasi antara guru dalam mengumpulkan dan


menganalisis data dapat meningkatkan efisiensi waktu. Guru dapat berbagi tugas
dan tanggung jawab dalam mengumpulkan data, membagikan sumber daya
penilaian, dan melakukan analisis bersama. Dengan bekerja sama, waktu yang
diperlukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dapat berkurang.

6. Prioritaskan Aspek Penting: Dalam pengumpulan data, penting untuk


memprioritaskan aspek penting yang ingin dievaluasi. Dengan fokus pada poin
kunci dalam kurikulum matematika atau tujuan pembelajaran, guru dapat
menghemat waktu dengan tidak terlalu membebani siswa dengan tes atau penilaian
yang tidak relevan.

Efisiensi waktu dalam pengumpulan data penting agar guru dapat memanfaatkan
waktu yang lebih banyak untuk memberikan umpan balik, merencanakan
pengajaran yang sesuai, dan berinteraksi dengan siswa secara lebih mendalam.
Dengan memanfaatkan teknologi, menggunakan metode penilaian yang tepat, dan
bekerja sama dengan rekan sejawat, proses pengumpulan data dapat menjadi lebih
efisien dan efektif.

Stimulasi Pemikiran Analitis Siswa Melalui Tes

Tes dapat menjadi alat yang efektif untuk merangsang pemikiran analitis siswa
dalam pembelajaran matematika. Dengan merancang tes yang memerlukan
pemikiran analitis, guru dapat membantu mengembangkan kemampuan siswa

15
dalam memecahkan masalah, menghubungkan konsep, dan menerapkan
pengetahuan matematika secara kritis. Berikut ini adalah beberapa cara di mana tes
dapat merangsang pemikiran analitis siswa:

1. Soal-Soal yang Mendorong Pemecahan Masalah: Tes dapat mencakup soal-soal


yang menantang siswa untuk menerapkan pengetahuan matematika mereka dalam
situasi pemecahan masalah yang nyata. Soal-soal semacam ini memerlukan
pemikiran analitis untuk mengidentifikasi masalah, merumuskan strategi
penyelesaian yang tepat, dan menerapkan konsep matematika yang relevan.

2. Soal-Soal Berstruktur Tinggi: Dalam tes, guru dapat menyajikan soal-soal


berstruktur tinggi yang memerlukan pemikiran analitis siswa. Soal-soal semacam
ini memerlukan pemikiran kritis, penerapan langkah-langkah penyelesaian yang
terorganisir, dan kemampuan untuk melihat hubungan antara konsep-konsep
matematika yang berbeda.

3. Soal-Soal Terbuka: Tes juga dapat mencakup soal-soal terbuka yang


memungkinkan siswa mengembangkan pemikiran analitis mereka dengan cara yang
lebih bebas. Soal terbuka meminta siswa untuk merumuskan solusi mereka sendiri,
mempertimbangkan berbagai pendekatan yang mungkin, dan memberikan alasan
dan justifikasi untuk jawaban mereka.

4. Penggunaan Diagram atau Representasi Visual: Dalam tes, penggunaan diagram


atau representasi visual dapat merangsang pemikiran analitis siswa. Soal-soal yang
melibatkan penggambaran grafik, diagram, atau model matematika memungkinkan
siswa untuk menganalisis dan menarik kesimpulan dari informasi yang disajikan
secara visual.

5. Penilaian Langsung Melalui Tes Lisan: Selain tes tertulis, tes lisan juga dapat
digunakan untuk merangsang pemikiran analitis siswa. Dalam tes lisan, siswa dapat
diminta untuk menjawab pertanyaan secara verbal, menjelaskan pemecahan
masalah secara lisan, atau memberikan argumentasi untuk pendekatan mereka. Ini

16
memungkinkan guru untuk melihat pemikiran siswa secara langsung dan
memberikan umpan balik yang sesuai.

Melalui penggunaan tes yang merangsang pemikiran analitis, siswa didorong untuk
melibatkan pemikiran kritis, berpikir kritis, dan mengembangkan pemecahan
masalah yang lebih baik. Tes dapat menjadi alat yang efektif untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika, memecahkan masalah
yang kompleks, dan mengembangkan pemikiran analitis yang kuat.

Kemampuan Tes dalam Mengukur Pemahaman Luas Siswa terhadap


Berbagai Topik Matematika

Tes memiliki kemampuan yang baik dalam mengukur pemahaman luas siswa
terhadap berbagai topik matematika. Dalam konteks penilaian matematika, tes dapat
memberikan gambaran yang komprehensif tentang sejauh mana siswa memahami
konsep, keterampilan, dan prinsip matematika yang beragam. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa tes efektif dalam mengukur pemahaman luas siswa
terhadap berbagai topik matematika:

1. Acuan Standar: Tes dapat dirancang berdasarkan standar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum matematika. Standar tersebut mencakup berbagai topik yang harus
dipahami oleh siswa dalam jenjang pendidikan tertentu. Dengan menggunakan tes
yang mencakup topik-topik ini, guru dapat mengukur pemahaman luas siswa
terhadap semua topik yang direncanakan untuk dipelajari.

2. Representasi Topik yang Beragam: Tes dapat mencakup berbagai representasi


matematika seperti soal cerita, diagram, grafik, atau tabel. Dengan menggunakan
berbagai jenis pertanyaan, tes dapat mengukur pemahaman siswa terhadap berbagai
aspek topik matematika yang berbeda. Misalnya, tes dapat mengukur pemahaman
siswa tentang konsep bilangan, geometri, statistik, atau aljabar.

3. Tingkat Kesulitan yang Bervariasi: Tes dapat mencakup berbagai tingkat


kesulitan, mulai dari soal yang sederhana hingga soal yang lebih kompleks. Dengan
memasukkan berbagai tingkat kesulitan, tes dapat membedakan antara pemahaman

17
yang lebih dasar dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap topik
matematika. Hal ini membantu guru memperoleh pemahaman yang lebih lengkap
tentang pemahaman siswa dalam berbagai tingkat kemampuan.

4. Pengukuran yang Komprehensif: Tes dapat melibatkan berbagai jenis pertanyaan,


termasuk pertanyaan objektif seperti pilihan ganda, isian singkat, atau pencocokan,
serta pertanyaan subjektif yang membutuhkan penjelasan atau solusi yang lebih
rinci. Dengan menggunakan variasi jenis pertanyaan ini, tes dapat memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman siswa terhadap topik
matematika, termasuk pemahaman konseptual, pemecahan masalah, dan pemikiran
analitis.

5. Pengukuran Komparatif: Tes memungkinkan perbandingan langsung antara


siswa, baik dalam kelas maupun dalam kelompok yang lebih luas. Dengan
menggunakan tes yang sama, guru dapat membandingkan pemahaman siswa secara
objektif, mengidentifikasi siswa yang membutuhkan bantuan tambahan, serta
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pengajaran dan pembelajaran.

6. Pengukuran Kemajuan: Tes dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur


kemajuan siswa dari waktu ke waktu. Dengan melaksanakan tes secara teratur, guru
dapat melacak perkembangan siswa dalam pemahaman mereka terhadap berbagai
topik matematika. Hal ini membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu
diperkuat dan memberikan umpan balik yang tepat kepada siswa.

Dalam mengukur pemahaman luas siswa terhadap berbagai topik matematika, tes
memiliki keunggulan dalam memberikan gambaran yang komprehensif dan
objektif. Namun, perlu diingat bahwa tes tidak dapat mencakup semua aspek
pemahaman siswa, dan penting untuk mempertimbangkan metode penilaian
lainnya, seperti penilaian non-tes, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
holistik tentang kemampuan siswa dalam matematika.

2. Manfaat Teknik Non Tes

18
Dalam penilaian matematika, selain teknik tes yang melibatkan pemberian soal dan
jawaban tertulis, terdapat pula teknik non-tes yang dapat digunakan. Teknik non-tes
melibatkan metode penilaian yang tidak terbatas pada bentuk tradisional seperti
kertas dan pensil, tetapi melibatkan pengamatan, proyek, presentasi, diskusi, dan
aktivitas lainnya. Berikut ini adalah beberapa manfaat penggunaan teknik non-tes
dalam penilaian matematika:

1. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis: Teknik non-tes memungkinkan guru


untuk melihat kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan analitis secara langsung.
Misalnya, melalui proyek matematika, siswa dapat menerapkan konsep dan
keterampilan matematika dalam konteks nyata. Hal ini memungkinkan guru untuk
melihat sejauh mana siswa dapat menerapkan pemahaman mereka dalam situasi
yang lebih kompleks.

2. Memperhatikan Aspek Kreativitas: Teknik non-tes memungkinkan siswa untuk


menunjukkan kreativitas dalam pemecahan masalah matematika. Misalnya, dalam
proyek kolaboratif, siswa dapat menghasilkan solusi yang unik dan menunjukkan
pemikiran kreatif mereka dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini
memungkinkan penilaian yang lebih holistik terhadap kemampuan siswa.

3. Mengukur Kemampuan Komunikasi: Teknik non-tes dapat membantu guru


dalam menilai kemampuan komunikasi matematika siswa. Melalui diskusi
kelompok atau presentasi, siswa dapat menjelaskan pemecahan masalah atau
mengkomunikasikan proses berpikir mereka dengan jelas dan terstruktur. Hal ini
memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa dalam mengungkapkan
pemahaman mereka secara verbal.

4. Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan: Teknik non-tes dapat meningkatkan


motivasi dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika. Aktivitas yang
melibatkan pemodelan matematika, manipulatif, atau simulasi memungkinkan
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan minat

19
siswa terhadap matematika dan memberikan pengalaman belajar yang lebih
menarik.

5. Menyediakan Umpan Balik Formatif: Teknik non-tes memungkinkan guru untuk


memberikan umpan balik secara langsung kepada siswa selama proses
pembelajaran. Melalui pengamatan dan interaksi langsung, guru dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, memberikan umpan balik yang
relevan, dan membantu siswa dalam memperbaiki pemahaman mereka.

Meskipun teknik non-tes memiliki manfaat yang signifikan, penting untuk diingat
bahwa penggunaan teknik non-tes juga memiliki tantangan tersendiri. Misalnya,
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data,
serta memerlukan keterampilan penilaian yang baik untuk mengamati,
mendokumentasikan, dan menafsirkan hasil secara objektif.

Pemahaman Aspek Non-Kognitif Siswa melalui Penilaian Non-Tes

Berikut adalah penjelasan tentang manfaat dari penilaian non-tes dalam memahami
aspek non-kognitif siswa dalam pembelajaran matematika:

1. Memahami Sikap dan Motivasi: Penilaian non-tes memungkinkan pendidik untuk


memahami sikap dan motivasi siswa terhadap matematika. Melalui pengamatan,
wawancara, atau penugasan tertulis, guru dapat mengidentifikasi sikap siswa
terhadap matematika, seperti rasa minat, ketertarikan, atau kecemasan. Penilaian ini
membantu guru untuk mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa
dan meresponsnya dengan strategi pembelajaran yang sesuai.

2. Mengevaluasi Kemampuan Berkomunikasi: Penilaian non-tes memungkinkan


pengamatan langsung terhadap kemampuan berkomunikasi siswa dalam konteks
matematika. Guru dapat melihat bagaimana siswa menyampaikan pemikiran
matematika mereka, mengajukan pertanyaan, dan memberikan justifikasi atas solusi
mereka. Hal ini membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan
mengembangkan kemampuan berkomunikasi matematika siswa.

20
3. Mengukur Kepercayaan Diri: Penilaian non-tes dapat membantu dalam mengukur
tingkat kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematika mereka. Melalui
self-assessment, refleksi, atau penilaian diri, siswa dapat mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan mereka dalam matematika serta mengembangkan persepsi yang
realistis tentang kemampuan mereka. Hal ini penting untuk mengidentifikasi siswa
yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan dan membangun kepercayaan
diri mereka dalam menghadapi tantangan matematika.

4. Memahami Gaya Belajar: Penilaian non-tes juga dapat membantu dalam


memahami gaya belajar siswa dalam konteks matematika. Guru dapat mengamati
preferensi siswa dalam menggunakan alat bantu visual, manipulatif, atau metode
pemecahan masalah tertentu. Informasi ini membantu guru untuk menyusun strategi
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa, sehingga meningkatkan
efektivitas pembelajaran.

5. Menilai Kemampuan Berpikir Kritis: Penilaian non-tes dapat memberikan


gambaran tentang kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Guru dapat melihat bagaimana siswa menganalisis masalah, membuat
argumen, dan mempertimbangkan berbagai pendekatan. Penilaian ini membantu
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam kemampuan berpikir kritis siswa,
serta mendukung pengembangan keterampilan tersebut.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes dan Non Tes
1. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes

Kelebihan :

• Objektivitas: Teknik tes memiliki tingkat objektivitas yang lebih tinggi


dibandingkan dengan teknik non-tes. Hasil penilaian dapat diukur secara
lebih terstandarisasi dan tidak tergantung pada penilaian subjektif individu.
Instrumen tes yang baik dan jelas dapat membantu meminimalkan adanya
bias penilaian.

21
• Terstandarisasi: Tes dapat dirancang untuk mengukur kemampuan siswa
berdasarkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
memungkinkan perbandingan antara siswa yang satu dengan yang lain,
serta memberikan indikasi tentang sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan.
• Pengukuran Mendalam: Teknik tes dapat mengukur pemahaman mendalam
siswa terhadap konsep-konsep matematika. Dengan menggunakan soal-
soal yang memerlukan pemikiran analitis dan penerapan konsep, tes dapat
mengevaluasi kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika
dalam konteks yang berbeda.
• Efisiensi: Tes dapat mengumpulkan data dari sejumlah besar siswa dalam
waktu yang relatif singkat. Dalam situasi di mana terdapat banyak siswa
yang perlu dinilai, teknik tes dapat menjadi pilihan yang efisien dan
praktis.
• Akuntabilitas: Penilaian menggunakan teknik tes memungkinkan adanya
akuntabilitas dalam sistem pendidikan. Hasil tes dapat digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas program pembelajaran matematika,
membandingkan kemajuan siswa dari waktu ke waktu, dan
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
• Memotivasi Siswa: Tes dapat memberikan dorongan motivasi bagi siswa
untuk belajar dan menguasai konsep-konsep matematika. Melalui
pengalaman mengikuti tes, siswa dapat melihat perkembangan kemampuan
mereka dan mengenali area yang masih perlu ditingkatkan. Tes juga dapat
memberikan umpan balik yang jelas tentang prestasi siswa, sehingga
mereka dapat mengarahkan upaya belajar mereka secara lebih fokus.

Kekurangan :

• Fokus pada Hasil Akhir: Teknik tes cenderung lebih fokus pada hasil akhir
atau produk akhir yang dihasilkan oleh siswa, seperti jawaban yang benar
atau skor yang diperoleh. Hal ini dapat mengabaikan proses belajar siswa

22
dan aspek-aspek lain yang penting, seperti pemahaman konsep secara
mendalam atau kemampuan berpikir kritis.
• Keterbatasan Format Soal: Teknik tes sering kali terbatas pada format soal
tertentu, seperti pilihan ganda atau isian singkat. Hal ini dapat membatasi
kemampuan siswa untuk menunjukkan pemahaman yang sebenarnya atau
untuk mengekspresikan pemikiran matematika mereka secara lebih luas
dan kreatif.
• Ketegangan dan Kecemasan: Beberapa siswa mungkin mengalami tekanan
atau kecemasan saat menghadapi tes, yang dapat mempengaruhi kinerja
mereka. Kecemasan yang berlebihan dapat menghambat kemampuan siswa
untuk menunjukkan potensi sebenarnya dan memengaruhi validitas hasil
penilaian.
• Terlalu Tertulis: Teknik tes cenderung lebih berfokus pada kemampuan
siswa dalam menyampaikan jawaban secara tertulis. Hal ini mungkin tidak
mencerminkan sepenuhnya berbagai cara siswa dapat mengungkapkan
pemahaman matematika, terutama bagi siswa dengan gaya belajar yang
berbeda.
• Kurangnya Konteks Autentik: Dalam beberapa kasus, tes mungkin kurang
mampu menyajikan konteks yang autentik atau situasi nyata di mana siswa
dapat menerapkan konsep matematika. Ini dapat mengurangi validitas tes
dalam mengukur kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan
matematika ke dalam situasi dunia nyata.
• Kurangnya Umpan Balik Formatif: Teknik tes sering kali memberikan
umpan balik yang terlambat bagi siswa. Siswa mungkin tidak mendapatkan
umpan balik segera setelah mengerjakan tes, yang dapat membatasi
kesempatan mereka untuk memperbaiki pemahaman mereka secara
langsung.

Penting untuk diingat bahwa menggunakan variasi teknik penilaian, termasuk


teknik non-tes, dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan penilaian

23
menggunakan teknik tes. Dengan menggunakan kombinasi teknik penilaian yang
beragam, guru dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan holistik
tentang kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.

1. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Non Tes

Kelebihan :

• Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa: Teknik non-tes memungkinkan


pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa menjadi aktif dalam
membangun pemahaman konseptual mereka sendiri. Melalui pengalaman
langsung, eksplorasi, dan refleksi, siswa dapat melihat dan memahami
hubungan antara konsep-konsep matematika secara lebih mendalam. Hal
ini memungkinkan mereka untuk membangun pemahaman yang lebih
abstrak dan mendalam.
• Penggunaan Manipulatif dan Visualisasi: Teknik non-tes sering
melibatkan penggunaan manipulatif dan visualisasi dalam pembelajaran
matematika. Manipulatif seperti blok-blok, tangram, atau kubus dapat
membantu siswa dalam mengkonkretkan konsep-konsep abstrak dan
memvisualisasikan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Dengan
menggunakan manipulatif dan visualisasi, siswa dapat mengalami dan
mengobservasi konsep-konsep matematika secara konkret, sehingga
memperkuat pemahaman konseptual mereka.
• Diskusi dan Kolaborasi: Teknik non-tes sering melibatkan diskusi dan
kolaborasi antara siswa. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat berbagi
pemikiran, menyampaikan argumen, dan saling membangun pemahaman
konseptual mereka. Diskusi juga memungkinkan siswa untuk melihat
perspektif yang berbeda dan melatih kemampuan komunikasi matematika
mereka. Melalui kolaborasi, siswa dapat memecahkan masalah secara
bersama-sama dan membangun pemahaman konseptual yang lebih kokoh.
• Pemecahan Masalah Kontekstual: Teknik non-tes memungkinkan siswa
untuk terlibat dalam pemecahan masalah matematika yang relevan dengan

24
konteks kehidupan sehari-hari atau konteks disiplin lainnya. Pemecahan
masalah kontekstual memungkinkan siswa untuk melihat dan menerapkan
konsep-konsep matematika dalam situasi yang nyata, sehingga
memperkuat pemahaman konseptual mereka. Hal ini juga membantu siswa
untuk melihat relevansi dan signifikansi matematika dalam kehidupan
mereka.
• Pemikiran Kritis dan Penalaran Matematika: Teknik non-tes mendorong
siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis dan penalaran matematika.
Melalui pemecahan masalah, pemodelan, dan pemikiran logis, siswa dapat
melatih kemampuan penalaran matematika yang mendalam. Mereka diajak
untuk mencari pola, mengidentifikasi hubungan, dan membuat generalisasi
berdasarkan pemahaman konseptual mereka. Hal ini membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang
esensial dalam matematika.

Kekurangan :

• Subyektivitas: Penilaian non-tes sering kali melibatkan pengamatan dan


penilaian subjektif oleh guru atau penilai. Hal ini dapat menyebabkan
adanya bias individu dalam penilaian dan mempengaruhi keadilan dan
keobjektivitas penilaian. Tidak adanya instrumen penilaian yang jelas dan
terstandarisasi dapat mengurangi validitas dan reliabilitas penilaian.
• Keterbatasan dalam Ruang Lingkup: Teknik non-tes mungkin tidak mampu
mencakup semua aspek pembelajaran matematika yang diinginkan.
Beberapa konsep matematika yang lebih kompleks atau abstrak mungkin
sulit untuk dievaluasi melalui teknik non-tes. Dalam beberapa kasus, teknik
tes mungkin lebih cocok untuk mengukur pemahaman mendalam siswa
terhadap konsep-konsep matematika yang kompleks.
• Kesulitan dalam Pengukuran: Penilaian non-tes dapat menjadi lebih rumit
dalam hal pengukuran dan pengumpulan data. Pengamatan dan penilaian
kualitatif membutuhkan waktu dan upaya yang lebih besar daripada teknik

25
tes yang lebih terstruktur. Analisis dan interpretasi data juga dapat menjadi
lebih subjektif dan membutuhkan keahlian yang lebih tinggi.
• Keterbatasan Skalabilitas: Teknik non-tes mungkin sulit untuk
diimplementasikan dalam skala besar, terutama jika melibatkan
pengamatan individu dan penilaian yang memakan waktu. Jika jumlah
siswa yang dinilai sangat banyak, maka akan diperlukan sumber daya yang
lebih besar dalam hal waktu, tenaga, dan dana.
• Kurangnya Standar dan Konsistensi: Teknik non-tes sering kali kurang
memiliki standar yang jelas dan terstandarisasi untuk penilaian. Hal ini
dapat menyebabkan perbedaan dalam interpretasi dan penilaian yang
dilakukan oleh berbagai penilai. Kurangnya konsistensi dalam penilaian
dapat mengurangi keandalan dan keobjektivitas hasil penilaian.

Meskipun teknik non-tes memiliki kekurangan tersebut, mereka tetap memiliki


nilai penting dalam penilaian pembelajaran matematika. Dalam mengembangkan
sistem penilaian yang seimbang, kombinasi antara teknik tes dan non-tes dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dan komprehensif tentang pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep matematika.

2.5 Analisis Kasus diertai Solusi mengenai Penggunaan Teknik Tes dan Non Tes
dalam Evaluasi Pendidikan
Evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan. Wahyudin dan Agustin berpendapat evaluasi dalam konteks
pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah prosedur sistematis
yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
Menurut Zainal Arifin memperjelas bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria

26
tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Evaluasi pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak atau peserta didik. Evaluasi
atau penilaian dilakukan pada seluruh aspek perkembangan anak berdasarkan
kurikulum yang berlaku, meliputi perkembangan nilai agama dan moral,
penggunaan media, pencapaian tujuan, dan lain-lain. Dalam kegiatan evaluasi,
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dijadikan sebagai salah satu cara
pendidik memantau proses, kemajuan perkembangan proses, dan hasil belajar anak
secara berkesinambungan.Ada dua teknik evaluasi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Teknik tes adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara menguji peserta
didik dengan menggunakan tes atau soal. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, atau
tes praktik. Tes tertulis biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam memahami konsep, mengingat informasi, dan menerapkan konsep
dalam situasi tertentu. Tes lisan biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam berbicara dan berkomunikasi. Tes praktik biasanya digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitas.
Teknik non tes adalah teknik evaluasi yang dilakukan tanpa menguji peserta
didik dengan menggunakan tes atau soal. Teknik non tes dapat berupa observasi,
wawancara, angket atau kuisioner, dokumentasi, dan sebagainya.
• Teknik observasi adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
mengamati sikap, perilaku, produk, performa peserta didik dalam situasi
tertentu. Data tersebut dalam bentuk catatan anekdot, anecdotal record,
performance, sikap dan perilaku.
Kelebihan dari observasi yaitu:
1). Langsung.
2). Nyata.
3). Bebas .

27
4). Dapat mencakup banyak aspek.
Kelemahan observasi yaitu:
1). Membutuhkan skil khusus.
2). Dipengaruhi persepsi.
3). Kompetensi dan kepribadian observer.
4). Membutuhkan data pendukung lain.
5). Membutuhkan catatan langsung.
• Teknik wawancara adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab dengan peserta didik. Teknik wawancara dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak
tersetruktur, wawancara bebas mendalam dan wawancara bebas. Teknik
wawancara ini dapat berbentuk konseling tertutup, konseling terbuka, FGD,
foramal, informal. Zainal (2009) ada tiga tujuan dalam melakukan wawancara
yaitu:
1). Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal
atau situasi dan kondisi tertentu.
2). Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3). Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang
tertentu.
Sama halnya dengan teknik observasi, teknik wawancara memiliki kelebihan
dan kekurangan. Adapun kelebihan yang dimilik teknik wawancara yaitu:
1). Informasi yang didaptkan dari sumber langsung.
2). Sumber perbaikan pembelajaran.
3). Dapat menggali respon dan pemahaman.
Kelemahan dari teknik wawancara yaitu:
1). Membutuhkan waktu luas.
2). Membutuhkan keterampilan teknis.
3). Membutuhkan keterampilan sosial.
• Teknik angket atau kuisioner adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan tertulis kepada peserta didik. Bentuk angket dapat

28
berupa lembar isian dan angket. Angket terdiri dari beberapa jenis yaitu angket
tertutup, angket terbuka, dan angket semi terbuka
Kelebihan angket yaitu:
1). Berasal dari sumber langsung.
2). Sumber perbaikan pembelajaran.
3). Dapat menggali respon dan pemahaman, dan
4). Terukur.
Sedangkan kelemahan dari angket antara lain:
1). Pertanyaan yang diberikan terbatas.
2). Beberapa pertanyaan yang diberikan tidak terjawab.
3). Beberapa angket yang telah diberikan tidak dikumpulan.
• Teknik dokumentasi adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan dokumen atau karya peserta didik. Dokumentasi terderi 3 jenis
yaitu tertulis, foto dan hasil karya. Biasanya teknik dokumentasi dapat
berbentuk data diri, catatan kesehatan, rekam perilaku, portofolio dan laporan.
Kelebihan dari teknik dokumentasi diantaranya:
1). Portofolio.
2). Sumber perbaikan pembelajran.
3). Sumber data/informasi tentang anak.
Adapun kelemahan dari teknik dokumentasi
1). Formalitas.
2). Butuh norma.
3). Butuh ketelatenan.
• Sosiometri
Teknik sosiometri adalah suatu proses pengumpulan data yang digunakan untuk
menelaah struktur hubungan sosial antara siswa di dalam kelas atau sekolah.
Teknik sosiometri baiasanya digunakan untuk mengembangkan struktur sosial
kelompok siswa, mengembangkan penyesuaian sosial siswa secara individu,
dan mempelajari kualitas kepemimpinan dalam berbagai informasi.

29
Kedua teknik evaluasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Teknik tes dapat memberikan hasil yang objektif dan dapat diukur secara
kuantitatif, namun tidak dapat mengukur aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes
seperti sikap, kreativitas, dan sebagainya.
Teknik non tes dapat mengukur aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes seperti
sikap, kreativitas, dan sebagainya, namun hasilnya cenderung subjektif dan sulit
diukur secara kuantitatif.Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi pendidikan,
sebaiknya digunakan kedua teknik evaluasi tersebut secara seimbang dan
terintegrasi. Dengan demikian, hasil evaluasi yang diperoleh akan lebih lengkap dan
akurat.

2.6 Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes
Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes dalam
evaluasi pendidikan antara lain:
Teknik Tes
• Tes tertulis: Guru memberikan soal tertulis kepada peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami konsep, mengingat
informasi, dan menerapkan konsep dalam situasi tertentu.
• Tes lisan: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam berbicara dan berkomunikasi.
• Tes praktik: Guru memberikan tugas praktik kepada peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitas.

Teknik Non Tes


• Observasi: Guru mengamati sikap, perilaku, produk, performa peserta didik
dalam situasi tertentu. Data tersebut dalam bentuk catatan anekdot,
anecdotal record, performance, sikap dan perilaku.

30
• Wawancara: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk
menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku,
sifat, sikap sosial, dan lain-lain.
• Angket atau kuisioner: Guru memberikan pertanyaan tertulis kepada
peserta didik untuk mengumpulkan data dan informasi tentang persepsi
peserta didik terhadap suatu topik atau masalah.
• Dokumentasi: Guru mengumpulkan dokumen atau karya peserta didik
untuk menilai kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam suatu periode
tertentu.

Contoh penerapan teknik tes dan non tes dalam evaluasi pendidikan anak usia dini
antara lain:
• Teknik observasi: Guru mengamati sikap, perilaku, produk, performa
peserta didik dalam situasi tertentu, seperti saat bermain, berinteraksi
dengan teman, atau melakukan aktivitas tertentu.
• Teknik wawancara: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik
untuk mengetahui persepsi dan pemahaman peserta didik tentang suatu
topik atau masalah.
• Teknik angket atau kuisioner: Guru memberikan pertanyaan tertulis kepada
peserta didik untuk mengetahui persepsi dan pemahaman peserta didik
tentang suatu topik atau masalah.
• Teknik dokumentasi: Guru mengumpulkan dokumen atau karya peserta
didik, seperti gambar, tulisan, atau karya seni untuk menilai kemajuan dan
hasil belajar peserta didik dalam suatu periode tertentu.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, pendidik memerlukan penilaian menggunakan teknik
tes dan non tes untuk memperoleh angka-angka hasil penilaian. Hasil penilaian
itulah yang akan diberi perlakuan berupa pengukuran dengan menggunakan
perbandingan berupa rerata kelas maupun standar ketuntasan minimal (SKM). Dari
hasil pengukuran itulah pendidik dapat melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jika hasilnya kurang baik maka perlu adanya
perbaikan pada komponen yang dirasa kurang, bila hasilnya sudah baik maka dapat
dipertahankan atau mungkin dimaksimalkan.

Evaluasi merupakan suatu proses pemberian makna, arti, menilai atau kualitas
tentang suatu objek yang dievaluasi atau penyusunan suatu keputusan tentang suatu
objek berdasarkan asesmen (Yusuf, 2017: 21). Kegiatan evalusi dilakukan bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan dan hasil belajar
yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, pentingnya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan
anak, dan perlu adanya sebuah asesmen yang berkesinambungan.

Teknik tes dan non tes (penggunaan alat pengukuran) : tes adalah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain

Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan yaitu: Tes Seleksi, Tes Awal, Tes Akhir, Tes Diagnostik dan Tes Formatif.
Sedangkan non tes dapat dibedakan menjadi: Observasi, Wawancara, Angket dan
Portofolio.

32
Tes dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sejauh mana siswa
memahami konsep matematika yang diajarkan. Tes dapat menguji pemahaman
siswa terhadap definisi, prinsip, teorema, dan hubungan matematika yang mendasar.
tes memiliki manfaat yang signifikan dalam penilaian matematika, penting untuk
diingat bahwa penggunaan tes sebaiknya tidak hanya terbatas pada tes tertulis.
Kombinasi dengan teknik penilaian non-tes yang beragam dapat memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman dan kemampuan siswa
dalam matematika teknik non-tes memiliki manfaat yang signifikan, penting untuk
diingat bahwa penggunaan teknik non-tes juga memiliki tantangan tersendiri.
Misalnya, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi data, serta memerlukan keterampilan penilaian yang baik untuk
mengamati, mendokumentasikan, dan menafsirkan hasil secara objektif.

Kedua teknik evaluasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-


masing. Teknik tes dapat memberikan hasil yang objektif dan dapat diukur secara
kuantitatif, namun tidak dapat mengukur aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes
seperti sikap, kreativitas, dan sebagainya.

33
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/tulisandita/617cbd5206310e063b03b922/teknik-tes-
dan-non-tes-sebagai-evaluasi-pembelajaran-anak-usia-dini

https://educhannel.id/blog/artikel/jenis-jenis-tes.html

https://naikpangkat.com/bentuk-penilaian-dengan-teknik-non-tes-dalam-
pembelajaran/2/

Pellegrino, J. W., Chudowsky, N., & Glaser, R. (Eds.). (2001). Knowing What
Students Know: The Science and Design of Educational Assessment. National
Academies Press.
Popham, W. J. (2018). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know (8th
ed.). Pearson.
Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational
Research, 77(1), 81-112.
Van de Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay-Williams, J. M. (2018). Elementary and
Middle School Mathematics: Teaching Developmentally. Pearson.
Stein, M. K., Smith, M. S., Henningsen, M. A., & Silver, E. A. (2009). Implementing
Standards-Based Mathematics Instruction: A Casebook for Professional Development.
Teachers College Press.
Mania, S. (2008). Teknik non tes: telaah atas fungsi wawancara dan kuesioner dalam
evaluasi pendidikan. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 11(1),
45-54.
Safithry, E. A. (2018). Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. IRDH.

Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes. Yogyakarta:


Universitas Sanata Dharma.

34

Anda mungkin juga menyukai