Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester dari Dosen MK Tes dan Pengukuran
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala nikmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, baik
ide maupun materi.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi
referensi bagi para pembaca. Selain itu, besar harapan kami agar makalah ini dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
2.1 Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Menggunakan Teknik Penilaian Tes dan Non
Tes ............................................................................................................................. 5
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes dan Non Tes
................................................................................................................................. 21
2.5 Analisis Kasus diertai Solusi mengenai Penggunaan Teknik Tes dan Non Tes
dalam Evaluasi Pendidikan ..................................................................................... 26
2.6 Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes ................... 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam
kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.
3
5. Bagaimana analisis kasus disertai solusi mengenai penggunaan teknik tes dan
non tes dalam evaluasi pendidikan?
6. Bagaimana contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar evaluasi pendidikan menggunakan teknik
penilaian tes dan non tes.
2. Untuk mengetahui jenis tes dan non tes.
3. Untuk mengetahui manfaat tes dan non tes.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penilaian menggunakan teknik
tes dan non tes.
5. Untuk mengetahui analisis kasus disertai solusi mengenai penggunaan teknik
tes dan non tes dalam evaluasi pendidikan.
6. Untuk mengetahui contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan
non tes.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Evaluasi Pendidikan Menggunakan Teknik Penilaian Tes dan
Non Tes
Menurut A. Muri Yusuf, evaluasi merupakan suatu proses pemberian makna,
arti, menilai atau kualitas tentang suatu objek yang dievaluasi atau penyusunan suatu
keputusan tentang suatu objek berdasarkan asesmen (Yusuf, 2017: 21). Kegiatan
evalusi dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
perkembangan dan hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan anak usia
dini. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan dan pertumbuhan anak, dan perlu adanya sebuah asesmen yang
berkesinambungan.
Teknik tes dan non tes (penggunaan alat pengukuran) : tes adalah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain (Suryabrata, 1983: 22).
Sedangkan yaitu non tes adalah teknik evaluasi yang tidak menggunakan perangkat
soal yang harus dikerjakan olehpeserta didik. Teknik-teknik non tes juga menempati
kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi
yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya
terhadap mata pelajaran tertentu, persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya,
tingkah laku atau sikapnya dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak mungkin
dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengukurnya.
5
2.2 Jenis Tes dan Non Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan
yaitu:
• Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal degan istilah “ujian saringan” atau “ ujian masuk”.
Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon mahasiswa baru, dimana
hasil tes digunakan untuk memilij calon peserta didik yang tergolong paling
baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi
ini merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan
diikuti oleh calon. Sesuai dengan sifatnya, yaitu menyeleksi atau melakukan
penyaringan, maka materi tes seleksi terdiri atas butir-butir soal yang cukup
sulit, sehingga hanya calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan tinggi
sajalah yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir soal tes dengan betul.
Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan tes
perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis
tes tersebut secara serempak.
• Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Isi atau
materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang
seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran
diberikan kepada mereka. Tes awal dapat dilaksanakan, baik secara tertulis atau
secara lisan. Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah
: (a) jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah
6
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan
dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi, (b) jika materi yang dapat dipahami
oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi
pelajaran yang belum cukup dipahami oleh peserta didik tersebut.
• Tes Akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya. Isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan
pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik,
dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal. Dengan
cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil tes akhir lebih baik
sama, ataukah lebih jelek daripada hasil tes awal.Jika hasil tes akhir itu lebih
baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah
berjalan dan berhasil dengan sebai-baiknya.
• Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,
jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa
pengobatan yang tepat. Tes diagnostic juga bertujuan ingin menemukan jawab
atas pertanyaan “ Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan
yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan
selanjutnya?” Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostic pada umumnya
ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman
sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan,
tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu
sendiri (diagnose=pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu
menunjukkan bahwa tingkat penguasaan peserta didik yang sedang “ diperiksa”
7
itu termasuk rendah, harus diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat
memperbaiki tingkat penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
• Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah
sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah
“formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”. Tes formatif ini
biasa dilaksanakan ditengah-tengah perjalan program pengajaran, yaitu
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir
atau dapat diselesaikan.
Disekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan
harian”. Materi dari tes formatif ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang diajarkan. Butir-butir soalnya terdiri atas butir-butir soal,
baik yang termasuk kategori mudah maupun yang termasuk kategori sukar.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif
adalah:
i) Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka
pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
ii) Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan
dengan pokok bahasan baru terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi
bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta
• Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Disekolah, tes ini dikenal dengan
istilah “Ujian kelulusan” atau “Ujian Nasioanl” (evaluasi belajar tahap akhir),
dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai rapor atau mengisi ijazah
(STTB). Tes sumatif ini pada umumnya disusun atas dasar materi pelajaran
yang telah diberikan selama satu catur wulan atau satu semester. Dengan
demikian materi tes sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes
8
formatif. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa
memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes
sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir
soal tes formatif. Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga
dapat ditentukan:
i) Kedudukan dari masing-masing peserta didik ditengah-tengah
kelompoknya;
ii) Dapat atau tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran
berikutnya (yang lebih tinggi), dan;
iii) Kemajuan peserta didik, untuk diinformasikan kepada pihak orang tua,
petugas bimbingan dan konseling, lembaga-lembaga pendidikan lainnya
atau pasaran kerja, yang tertuang dalam bentuk rapor atau surat tanda tamat
kerja.
Di tilik dari segi aspek psikis yang ingin diungkap tes setidak-tidaknya dapat
dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
• Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
• Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh teste.
• Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
• Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-
ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya
bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
9
• Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni
tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar.
10
Pendekatan penilaian dalam pembelajaran matematika memiliki peran penting
dalam mengevaluasi pemahaman dan kemampuan siswa. Dalam hal ini, teknik tes
dan non tes sering digunakan sebagai metode penilaian yang umum. Teknik tes
mencakup ujian tertulis, tes objektif, dan tes uraian, sementara teknik non tes
meliputi observasi, proyek, dan penugasan. Kedua pendekatan ini memiliki manfaat
dan kekurangan masing-masing dalam menilai pemahaman siswa dalam
matematika.
Tes merupakan salah satu teknik penilaian yang umum digunakan dalam
pembelajaran matematika. Tes adalah instrumen formal yang digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap konsep matematika, keterampilan komputasi,
kemampuan pemecahan masalah, dan aspek lain yang relevan. Berikut ini adalah
beberapa manfaat tes dalam penilaian matematika:
11
• Mengidentifikasi Kelemahan dan Kekuatan: Melalui tes, guru dapat
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa dalam pemahaman
matematika. Informasi ini dapat digunakan untuk merancang strategi pengajaran
yang lebih efektif, mengarahkan bimbingan tambahan, dan memberikan umpan
balik yang tepat.
• Menilai Kemampuan Pemecahan Masalah: Tes dapat menguji kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep matematika untuk memecahkan masalah.
Dengan memberikan soal-soal yang memerlukan pemikiran kritis dan
pemecahan masalah, tes dapat mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep matematika dalam konteks yang berbeda.
• Mengukur Keterampilan Komputasi: Tes juga dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan komputasi siswa, seperti operasi hitung, perhitungan, dan
manipulasi angka. Tes yang terstruktur dapat memberikan gambaran yang
akurat tentang kecepatan dan ketepatan siswa dalam keterampilan komputasi
matematika.
• Standar Pembanding: Tes memberikan standar pembanding yang objektif untuk
mengukur kemajuan siswa secara komparatif. Dengan menggunakan tes yang
sama untuk semua siswa, guru dapat membandingkan prestasi siswa secara adil
dan mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
• Evaluasi Efektivitas Pengajaran: Tes juga memungkinkan guru untuk
mengevaluasi efektivitas metode pengajaran dan kurikulum yang digunakan.
Dengan menganalisis hasil tes, guru dapat mengevaluasi apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai dan membuat perubahan yang diperlukan dalam
pengajaran.
Meskipun tes memiliki manfaat yang signifikan dalam penilaian matematika,
penting untuk diingat bahwa penggunaan tes sebaiknya tidak hanya terbatas pada
tes tertulis. Kombinasi dengan teknik penilaian non-tes yang beragam dapat
memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman dan
kemampuan siswa dalam matematika.
12
Manfaat Objektif dan Standar dalam Pengukuran Pemahaman Siswa
13
• Monitoring Kemajuan Siswa: Pengukuran objektif dan standar memungkinkan
pemantauan kemajuan siswa dari waktu ke waktu. Dengan mengukur secara
teratur, guru dapat melacak perkembangan siswa, mengidentifikasi
kemungkinan kesenjangan atau kesulitan, dan memberikan intervensi atau
bimbingan yang sesuai.
Efisiensi waktu dalam pengumpulan data merupakan faktor penting dalam penilaian
dalam pembelajaran matematika. Proses pengumpulan data yang efisien
memungkinkan guru untuk mendapatkan informasi yang relevan tentang kemajuan
siswa dengan cara yang efektif dan hemat waktu. Berikut ini beberapa cara efisiensi
waktu dalam pengumpulan data:
14
guru dapat mengamati partisipasi siswa dalam diskusi, kerja kelompok, atau
penyelesaian tugas harian sebagai indikator kemajuan mereka.
Efisiensi waktu dalam pengumpulan data penting agar guru dapat memanfaatkan
waktu yang lebih banyak untuk memberikan umpan balik, merencanakan
pengajaran yang sesuai, dan berinteraksi dengan siswa secara lebih mendalam.
Dengan memanfaatkan teknologi, menggunakan metode penilaian yang tepat, dan
bekerja sama dengan rekan sejawat, proses pengumpulan data dapat menjadi lebih
efisien dan efektif.
Tes dapat menjadi alat yang efektif untuk merangsang pemikiran analitis siswa
dalam pembelajaran matematika. Dengan merancang tes yang memerlukan
pemikiran analitis, guru dapat membantu mengembangkan kemampuan siswa
15
dalam memecahkan masalah, menghubungkan konsep, dan menerapkan
pengetahuan matematika secara kritis. Berikut ini adalah beberapa cara di mana tes
dapat merangsang pemikiran analitis siswa:
5. Penilaian Langsung Melalui Tes Lisan: Selain tes tertulis, tes lisan juga dapat
digunakan untuk merangsang pemikiran analitis siswa. Dalam tes lisan, siswa dapat
diminta untuk menjawab pertanyaan secara verbal, menjelaskan pemecahan
masalah secara lisan, atau memberikan argumentasi untuk pendekatan mereka. Ini
16
memungkinkan guru untuk melihat pemikiran siswa secara langsung dan
memberikan umpan balik yang sesuai.
Melalui penggunaan tes yang merangsang pemikiran analitis, siswa didorong untuk
melibatkan pemikiran kritis, berpikir kritis, dan mengembangkan pemecahan
masalah yang lebih baik. Tes dapat menjadi alat yang efektif untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika, memecahkan masalah
yang kompleks, dan mengembangkan pemikiran analitis yang kuat.
Tes memiliki kemampuan yang baik dalam mengukur pemahaman luas siswa
terhadap berbagai topik matematika. Dalam konteks penilaian matematika, tes dapat
memberikan gambaran yang komprehensif tentang sejauh mana siswa memahami
konsep, keterampilan, dan prinsip matematika yang beragam. Berikut adalah
beberapa alasan mengapa tes efektif dalam mengukur pemahaman luas siswa
terhadap berbagai topik matematika:
1. Acuan Standar: Tes dapat dirancang berdasarkan standar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum matematika. Standar tersebut mencakup berbagai topik yang harus
dipahami oleh siswa dalam jenjang pendidikan tertentu. Dengan menggunakan tes
yang mencakup topik-topik ini, guru dapat mengukur pemahaman luas siswa
terhadap semua topik yang direncanakan untuk dipelajari.
17
yang lebih dasar dengan pemahaman yang lebih mendalam terhadap topik
matematika. Hal ini membantu guru memperoleh pemahaman yang lebih lengkap
tentang pemahaman siswa dalam berbagai tingkat kemampuan.
Dalam mengukur pemahaman luas siswa terhadap berbagai topik matematika, tes
memiliki keunggulan dalam memberikan gambaran yang komprehensif dan
objektif. Namun, perlu diingat bahwa tes tidak dapat mencakup semua aspek
pemahaman siswa, dan penting untuk mempertimbangkan metode penilaian
lainnya, seperti penilaian non-tes, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
holistik tentang kemampuan siswa dalam matematika.
18
Dalam penilaian matematika, selain teknik tes yang melibatkan pemberian soal dan
jawaban tertulis, terdapat pula teknik non-tes yang dapat digunakan. Teknik non-tes
melibatkan metode penilaian yang tidak terbatas pada bentuk tradisional seperti
kertas dan pensil, tetapi melibatkan pengamatan, proyek, presentasi, diskusi, dan
aktivitas lainnya. Berikut ini adalah beberapa manfaat penggunaan teknik non-tes
dalam penilaian matematika:
19
siswa terhadap matematika dan memberikan pengalaman belajar yang lebih
menarik.
Meskipun teknik non-tes memiliki manfaat yang signifikan, penting untuk diingat
bahwa penggunaan teknik non-tes juga memiliki tantangan tersendiri. Misalnya,
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data,
serta memerlukan keterampilan penilaian yang baik untuk mengamati,
mendokumentasikan, dan menafsirkan hasil secara objektif.
Berikut adalah penjelasan tentang manfaat dari penilaian non-tes dalam memahami
aspek non-kognitif siswa dalam pembelajaran matematika:
20
3. Mengukur Kepercayaan Diri: Penilaian non-tes dapat membantu dalam mengukur
tingkat kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan matematika mereka. Melalui
self-assessment, refleksi, atau penilaian diri, siswa dapat mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan mereka dalam matematika serta mengembangkan persepsi yang
realistis tentang kemampuan mereka. Hal ini penting untuk mengidentifikasi siswa
yang mungkin membutuhkan dukungan tambahan dan membangun kepercayaan
diri mereka dalam menghadapi tantangan matematika.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes dan Non Tes
1. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Menggunakan Teknik Tes
Kelebihan :
21
• Terstandarisasi: Tes dapat dirancang untuk mengukur kemampuan siswa
berdasarkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
memungkinkan perbandingan antara siswa yang satu dengan yang lain,
serta memberikan indikasi tentang sejauh mana siswa telah mencapai
tujuan pembelajaran matematika yang telah ditetapkan.
• Pengukuran Mendalam: Teknik tes dapat mengukur pemahaman mendalam
siswa terhadap konsep-konsep matematika. Dengan menggunakan soal-
soal yang memerlukan pemikiran analitis dan penerapan konsep, tes dapat
mengevaluasi kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika
dalam konteks yang berbeda.
• Efisiensi: Tes dapat mengumpulkan data dari sejumlah besar siswa dalam
waktu yang relatif singkat. Dalam situasi di mana terdapat banyak siswa
yang perlu dinilai, teknik tes dapat menjadi pilihan yang efisien dan
praktis.
• Akuntabilitas: Penilaian menggunakan teknik tes memungkinkan adanya
akuntabilitas dalam sistem pendidikan. Hasil tes dapat digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas program pembelajaran matematika,
membandingkan kemajuan siswa dari waktu ke waktu, dan
mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
• Memotivasi Siswa: Tes dapat memberikan dorongan motivasi bagi siswa
untuk belajar dan menguasai konsep-konsep matematika. Melalui
pengalaman mengikuti tes, siswa dapat melihat perkembangan kemampuan
mereka dan mengenali area yang masih perlu ditingkatkan. Tes juga dapat
memberikan umpan balik yang jelas tentang prestasi siswa, sehingga
mereka dapat mengarahkan upaya belajar mereka secara lebih fokus.
Kekurangan :
• Fokus pada Hasil Akhir: Teknik tes cenderung lebih fokus pada hasil akhir
atau produk akhir yang dihasilkan oleh siswa, seperti jawaban yang benar
atau skor yang diperoleh. Hal ini dapat mengabaikan proses belajar siswa
22
dan aspek-aspek lain yang penting, seperti pemahaman konsep secara
mendalam atau kemampuan berpikir kritis.
• Keterbatasan Format Soal: Teknik tes sering kali terbatas pada format soal
tertentu, seperti pilihan ganda atau isian singkat. Hal ini dapat membatasi
kemampuan siswa untuk menunjukkan pemahaman yang sebenarnya atau
untuk mengekspresikan pemikiran matematika mereka secara lebih luas
dan kreatif.
• Ketegangan dan Kecemasan: Beberapa siswa mungkin mengalami tekanan
atau kecemasan saat menghadapi tes, yang dapat mempengaruhi kinerja
mereka. Kecemasan yang berlebihan dapat menghambat kemampuan siswa
untuk menunjukkan potensi sebenarnya dan memengaruhi validitas hasil
penilaian.
• Terlalu Tertulis: Teknik tes cenderung lebih berfokus pada kemampuan
siswa dalam menyampaikan jawaban secara tertulis. Hal ini mungkin tidak
mencerminkan sepenuhnya berbagai cara siswa dapat mengungkapkan
pemahaman matematika, terutama bagi siswa dengan gaya belajar yang
berbeda.
• Kurangnya Konteks Autentik: Dalam beberapa kasus, tes mungkin kurang
mampu menyajikan konteks yang autentik atau situasi nyata di mana siswa
dapat menerapkan konsep matematika. Ini dapat mengurangi validitas tes
dalam mengukur kemampuan siswa untuk mentransfer pengetahuan
matematika ke dalam situasi dunia nyata.
• Kurangnya Umpan Balik Formatif: Teknik tes sering kali memberikan
umpan balik yang terlambat bagi siswa. Siswa mungkin tidak mendapatkan
umpan balik segera setelah mengerjakan tes, yang dapat membatasi
kesempatan mereka untuk memperbaiki pemahaman mereka secara
langsung.
23
menggunakan teknik tes. Dengan menggunakan kombinasi teknik penilaian yang
beragam, guru dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan holistik
tentang kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.
Kelebihan :
24
konteks kehidupan sehari-hari atau konteks disiplin lainnya. Pemecahan
masalah kontekstual memungkinkan siswa untuk melihat dan menerapkan
konsep-konsep matematika dalam situasi yang nyata, sehingga
memperkuat pemahaman konseptual mereka. Hal ini juga membantu siswa
untuk melihat relevansi dan signifikansi matematika dalam kehidupan
mereka.
• Pemikiran Kritis dan Penalaran Matematika: Teknik non-tes mendorong
siswa untuk mengembangkan pemikiran kritis dan penalaran matematika.
Melalui pemecahan masalah, pemodelan, dan pemikiran logis, siswa dapat
melatih kemampuan penalaran matematika yang mendalam. Mereka diajak
untuk mencari pola, mengidentifikasi hubungan, dan membuat generalisasi
berdasarkan pemahaman konseptual mereka. Hal ini membantu siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang
esensial dalam matematika.
Kekurangan :
25
tes yang lebih terstruktur. Analisis dan interpretasi data juga dapat menjadi
lebih subjektif dan membutuhkan keahlian yang lebih tinggi.
• Keterbatasan Skalabilitas: Teknik non-tes mungkin sulit untuk
diimplementasikan dalam skala besar, terutama jika melibatkan
pengamatan individu dan penilaian yang memakan waktu. Jika jumlah
siswa yang dinilai sangat banyak, maka akan diperlukan sumber daya yang
lebih besar dalam hal waktu, tenaga, dan dana.
• Kurangnya Standar dan Konsistensi: Teknik non-tes sering kali kurang
memiliki standar yang jelas dan terstandarisasi untuk penilaian. Hal ini
dapat menyebabkan perbedaan dalam interpretasi dan penilaian yang
dilakukan oleh berbagai penilai. Kurangnya konsistensi dalam penilaian
dapat mengurangi keandalan dan keobjektivitas hasil penilaian.
2.5 Analisis Kasus diertai Solusi mengenai Penggunaan Teknik Tes dan Non Tes
dalam Evaluasi Pendidikan
Evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan. Wahyudin dan Agustin berpendapat evaluasi dalam konteks
pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah prosedur sistematis
yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
Menurut Zainal Arifin memperjelas bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu
proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka
pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria
26
tertentu sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
Evaluasi pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak atau peserta didik. Evaluasi
atau penilaian dilakukan pada seluruh aspek perkembangan anak berdasarkan
kurikulum yang berlaku, meliputi perkembangan nilai agama dan moral,
penggunaan media, pencapaian tujuan, dan lain-lain. Dalam kegiatan evaluasi,
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dijadikan sebagai salah satu cara
pendidik memantau proses, kemajuan perkembangan proses, dan hasil belajar anak
secara berkesinambungan.Ada dua teknik evaluasi yang dapat dilakukan dalam
pembelajaran, yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Teknik tes adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara menguji peserta
didik dengan menggunakan tes atau soal. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, atau
tes praktik. Tes tertulis biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam memahami konsep, mengingat informasi, dan menerapkan konsep
dalam situasi tertentu. Tes lisan biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam berbicara dan berkomunikasi. Tes praktik biasanya digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitas.
Teknik non tes adalah teknik evaluasi yang dilakukan tanpa menguji peserta
didik dengan menggunakan tes atau soal. Teknik non tes dapat berupa observasi,
wawancara, angket atau kuisioner, dokumentasi, dan sebagainya.
• Teknik observasi adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
mengamati sikap, perilaku, produk, performa peserta didik dalam situasi
tertentu. Data tersebut dalam bentuk catatan anekdot, anecdotal record,
performance, sikap dan perilaku.
Kelebihan dari observasi yaitu:
1). Langsung.
2). Nyata.
3). Bebas .
27
4). Dapat mencakup banyak aspek.
Kelemahan observasi yaitu:
1). Membutuhkan skil khusus.
2). Dipengaruhi persepsi.
3). Kompetensi dan kepribadian observer.
4). Membutuhkan data pendukung lain.
5). Membutuhkan catatan langsung.
• Teknik wawancara adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
melakukan tanya jawab dengan peserta didik. Teknik wawancara dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak
tersetruktur, wawancara bebas mendalam dan wawancara bebas. Teknik
wawancara ini dapat berbentuk konseling tertutup, konseling terbuka, FGD,
foramal, informal. Zainal (2009) ada tiga tujuan dalam melakukan wawancara
yaitu:
1). Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal
atau situasi dan kondisi tertentu.
2). Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3). Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang
tertentu.
Sama halnya dengan teknik observasi, teknik wawancara memiliki kelebihan
dan kekurangan. Adapun kelebihan yang dimilik teknik wawancara yaitu:
1). Informasi yang didaptkan dari sumber langsung.
2). Sumber perbaikan pembelajaran.
3). Dapat menggali respon dan pemahaman.
Kelemahan dari teknik wawancara yaitu:
1). Membutuhkan waktu luas.
2). Membutuhkan keterampilan teknis.
3). Membutuhkan keterampilan sosial.
• Teknik angket atau kuisioner adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan tertulis kepada peserta didik. Bentuk angket dapat
28
berupa lembar isian dan angket. Angket terdiri dari beberapa jenis yaitu angket
tertutup, angket terbuka, dan angket semi terbuka
Kelebihan angket yaitu:
1). Berasal dari sumber langsung.
2). Sumber perbaikan pembelajaran.
3). Dapat menggali respon dan pemahaman, dan
4). Terukur.
Sedangkan kelemahan dari angket antara lain:
1). Pertanyaan yang diberikan terbatas.
2). Beberapa pertanyaan yang diberikan tidak terjawab.
3). Beberapa angket yang telah diberikan tidak dikumpulan.
• Teknik dokumentasi adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan dokumen atau karya peserta didik. Dokumentasi terderi 3 jenis
yaitu tertulis, foto dan hasil karya. Biasanya teknik dokumentasi dapat
berbentuk data diri, catatan kesehatan, rekam perilaku, portofolio dan laporan.
Kelebihan dari teknik dokumentasi diantaranya:
1). Portofolio.
2). Sumber perbaikan pembelajran.
3). Sumber data/informasi tentang anak.
Adapun kelemahan dari teknik dokumentasi
1). Formalitas.
2). Butuh norma.
3). Butuh ketelatenan.
• Sosiometri
Teknik sosiometri adalah suatu proses pengumpulan data yang digunakan untuk
menelaah struktur hubungan sosial antara siswa di dalam kelas atau sekolah.
Teknik sosiometri baiasanya digunakan untuk mengembangkan struktur sosial
kelompok siswa, mengembangkan penyesuaian sosial siswa secara individu,
dan mempelajari kualitas kepemimpinan dalam berbagai informasi.
29
Kedua teknik evaluasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Teknik tes dapat memberikan hasil yang objektif dan dapat diukur secara
kuantitatif, namun tidak dapat mengukur aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes
seperti sikap, kreativitas, dan sebagainya.
Teknik non tes dapat mengukur aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes seperti
sikap, kreativitas, dan sebagainya, namun hasilnya cenderung subjektif dan sulit
diukur secara kuantitatif.Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi pendidikan,
sebaiknya digunakan kedua teknik evaluasi tersebut secara seimbang dan
terintegrasi. Dengan demikian, hasil evaluasi yang diperoleh akan lebih lengkap dan
akurat.
2.6 Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes
Contoh penerapan penilaian menggunakan teknik tes dan non tes dalam
evaluasi pendidikan antara lain:
Teknik Tes
• Tes tertulis: Guru memberikan soal tertulis kepada peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami konsep, mengingat
informasi, dan menerapkan konsep dalam situasi tertentu.
• Tes lisan: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam berbicara dan berkomunikasi.
• Tes praktik: Guru memberikan tugas praktik kepada peserta didik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitas.
30
• Wawancara: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk
menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku,
sifat, sikap sosial, dan lain-lain.
• Angket atau kuisioner: Guru memberikan pertanyaan tertulis kepada
peserta didik untuk mengumpulkan data dan informasi tentang persepsi
peserta didik terhadap suatu topik atau masalah.
• Dokumentasi: Guru mengumpulkan dokumen atau karya peserta didik
untuk menilai kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam suatu periode
tertentu.
Contoh penerapan teknik tes dan non tes dalam evaluasi pendidikan anak usia dini
antara lain:
• Teknik observasi: Guru mengamati sikap, perilaku, produk, performa
peserta didik dalam situasi tertentu, seperti saat bermain, berinteraksi
dengan teman, atau melakukan aktivitas tertentu.
• Teknik wawancara: Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik
untuk mengetahui persepsi dan pemahaman peserta didik tentang suatu
topik atau masalah.
• Teknik angket atau kuisioner: Guru memberikan pertanyaan tertulis kepada
peserta didik untuk mengetahui persepsi dan pemahaman peserta didik
tentang suatu topik atau masalah.
• Teknik dokumentasi: Guru mengumpulkan dokumen atau karya peserta
didik, seperti gambar, tulisan, atau karya seni untuk menilai kemajuan dan
hasil belajar peserta didik dalam suatu periode tertentu.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan, pendidik memerlukan penilaian menggunakan teknik
tes dan non tes untuk memperoleh angka-angka hasil penilaian. Hasil penilaian
itulah yang akan diberi perlakuan berupa pengukuran dengan menggunakan
perbandingan berupa rerata kelas maupun standar ketuntasan minimal (SKM). Dari
hasil pengukuran itulah pendidik dapat melakukan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jika hasilnya kurang baik maka perlu adanya
perbaikan pada komponen yang dirasa kurang, bila hasilnya sudah baik maka dapat
dipertahankan atau mungkin dimaksimalkan.
Evaluasi merupakan suatu proses pemberian makna, arti, menilai atau kualitas
tentang suatu objek yang dievaluasi atau penyusunan suatu keputusan tentang suatu
objek berdasarkan asesmen (Yusuf, 2017: 21). Kegiatan evalusi dilakukan bertujuan
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan dan hasil belajar
yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, pentingnya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan
anak, dan perlu adanya sebuah asesmen yang berkesinambungan.
Teknik tes dan non tes (penggunaan alat pengukuran) : tes adalah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan,
yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standar atau testee yang lain
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau
golongan yaitu: Tes Seleksi, Tes Awal, Tes Akhir, Tes Diagnostik dan Tes Formatif.
Sedangkan non tes dapat dibedakan menjadi: Observasi, Wawancara, Angket dan
Portofolio.
32
Tes dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sejauh mana siswa
memahami konsep matematika yang diajarkan. Tes dapat menguji pemahaman
siswa terhadap definisi, prinsip, teorema, dan hubungan matematika yang mendasar.
tes memiliki manfaat yang signifikan dalam penilaian matematika, penting untuk
diingat bahwa penggunaan tes sebaiknya tidak hanya terbatas pada tes tertulis.
Kombinasi dengan teknik penilaian non-tes yang beragam dapat memberikan
gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman dan kemampuan siswa
dalam matematika teknik non-tes memiliki manfaat yang signifikan, penting untuk
diingat bahwa penggunaan teknik non-tes juga memiliki tantangan tersendiri.
Misalnya, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi data, serta memerlukan keterampilan penilaian yang baik untuk
mengamati, mendokumentasikan, dan menafsirkan hasil secara objektif.
33
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/tulisandita/617cbd5206310e063b03b922/teknik-tes-
dan-non-tes-sebagai-evaluasi-pembelajaran-anak-usia-dini
https://educhannel.id/blog/artikel/jenis-jenis-tes.html
https://naikpangkat.com/bentuk-penilaian-dengan-teknik-non-tes-dalam-
pembelajaran/2/
Pellegrino, J. W., Chudowsky, N., & Glaser, R. (Eds.). (2001). Knowing What
Students Know: The Science and Design of Educational Assessment. National
Academies Press.
Popham, W. J. (2018). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know (8th
ed.). Pearson.
Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational
Research, 77(1), 81-112.
Van de Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay-Williams, J. M. (2018). Elementary and
Middle School Mathematics: Teaching Developmentally. Pearson.
Stein, M. K., Smith, M. S., Henningsen, M. A., & Silver, E. A. (2009). Implementing
Standards-Based Mathematics Instruction: A Casebook for Professional Development.
Teachers College Press.
Mania, S. (2008). Teknik non tes: telaah atas fungsi wawancara dan kuesioner dalam
evaluasi pendidikan. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 11(1),
45-54.
Safithry, E. A. (2018). Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. IRDH.
34