Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

“DESAIN PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI

NON TES”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Intan Susetyo Kusumo Wardhani, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Annisa Aina Anjani (2186206035)
2. Anika Febriani (2186206048)
3. Puput Ariani (2186206076)
4. Nabila Listia Devi (2186206083)

KELAS IV B
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI TRENGGALEK
2022/2023

Jl. Supriyadi 22 Trenggalek 66319, Telp/Fax. (0355) 791551

e – mail : stkiptrenggalek@yahoo.co.id website : www.stkiptrenggalek.ac.id

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan
hidayah dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan . Laporan ini disusun
sebagai tugas kelompok untuk memenuhi mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran”.

Dalam penulisan laporan ini tentunya penulis tidak terlepas dari kesulitan dan masalah
dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan dan
masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Intan Susetyo Kusumo Wardani, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah “Evaluasi Pembelajaran” yang telah membimbing serta mengarahkan dalam
penyusunan makalah ini. Dan penulis ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang
memberikan dukungan dan peran dalam penyusunan makalah.

Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan
makalah ini karena penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih banyak
kekurangan. Semoga laporan makalah ini memberi manfaat bagi pembacanya.

Trenggalek, 6 April 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Konsep Pengembangan evaluasi non tes....................................................4


B. Jenis –jenis pengembangan non tes ............................................................5
C. Kelebihan dan Kekurangan Pengembangan non tes ..................................8
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengajaran merupakan upaya guru secara konkret dilakukan untuk menyampaikan
bahan kurikulum agar dapat diserap oleh murid. Pengajaran sebagai suatu sistem terdiri dari
berbagai komponen berupa tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Dalam hubungan
itu, tujuan menempati posisi kunci. Bahan adalah isi pengajaran yang apabila dipelajari
siswa diharapkan tujuan akan tercapai. Metode dan alat berperan sebagai alat pembantu
untuk memudahkan guru dalam mengajar dan murid dalam belajar. Sedangkan penilain
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana murid telah mengalami proses pembelajaran
yang ditujukan oleh perubahan perilakunya. Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya
dinilai oleh tes, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non tes.
Berkaitan dengan penggunaan dua jenis teknik alat ukur hasil belajar tersebut,
umumnya guru-guru di sekolah lebih banyak menggunakan jenis teknik tes dibanding teknik
non-tes. Sebagaimana (Nana Sudjana: 2013) , bahwa guru dalam menggunakan bentuk non-
tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan
bentuk tes dalam menilai hasil dan proses belajar peserta didik. Guru-guru di sekolah pada
umumnya lebih banyak menggunakan tes daripada non-tes. Hal ini dapat terjadi oleh karena
alat tes mudah dibuat, kemudian dapat digunakan lebih praktis, serta yang dinilai hanya
terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah
menyelesaikan pengala- man belajarnya di kelas. Penyusunan teknik tes lebih mudah
daripada teknik non-tes.
Selaras dengan ungkapan (Sudaryono, 2012: 133) bahwa penilaian non- tes masih
jarang digunakan dalam menilai hasil belajar mengajar, padahal data hasil penilaian melalui
alat-alat tersebut, tidak kalah maknanya dibandingkan dengan data penilaian melalui tes hasil
belajar. Permasalahan ini dipertegas (Zainal , 2016: 152) Ia menegaskan apabila evaluator
hanya menggunakan teknik tes saja, maka data yang dikumpulkan menjadi kurang lengkap
dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Penggunaan teknik non-
tes merupakan salah satu bentuk kritikan terhadap kelemahan teknik tes. (Sukardi, 2019 :
193) menegaskan bahwa bentuk atau alat ukur non-tes sangat berguna pada evaluasi hasil
belajar yang berkaitan erat dengan kualitas pribadi dan keterampilan. Kualitas pribadi dan
keterampilan ini secara tepat hanya dapat dievaluasi melalui penampilan sebagai efek
penguasaan domain keterampilan dalam bentuk non-tes.

4
Adapun permasalahan lainnya diungkapkan oleh (Hamzah B. Uno dan Satria Koni,
2018: 182) bahwa pengalaman mereka dalam memberikan pelatihan dan lokakarya bagi
guru-guru, diperoleh informasi adanya keluhan dari guru karena mengalami kesulitan dalam
melakukan penilaian pada peserta didik, khususnya aspek perilaku. Para guru mengalami
kesulitan untuk memberikan kategori penilaian dan tidak mengerti tolak ukur dari aspek-
aspek penilaian.Persoalan guru mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian hasil belajar
ranah afektif dan psikomotorik, menjadi persoalan yang mempertajam pembahasan dalam
penelitian ini.
Gagasan para ahli dan persoalan pendidikan di atas menjadi gambaran bahwa
permasalahan urgensi alat pengukuran hasil belajar jenis tes maupun non-tes dan kesulitan
guru dalam menggunakannya, masih menjadi permasalahan yang sering terjadi dan menarik
untuk dibahas. Terutama permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan instrumen non-
tes. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman lebih terkait Desain Pengembangan Instrumen
Penilaian Non-tes
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
2. Bagaimana Jenis Jenis Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
3. Bagaimana Kelebihan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
4. Bagaimana Kekurangan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
5. Bagaimana Tujuan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
6. Bagaimana Langkah Langkah Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan Bagaimana Konsep Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
2. Menjelaskan Bagaimana Jenis Jenis Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
3. Menjelaskan Bagaimana Kelebihan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
4. Menjelaskan Bagaimana Kekurangan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non
Tes
5. Menjelaskan Bagaimana Tujuan Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
6. Menjelaskan Bagaimana Langkah Langkah Pengembangan Instrumen Evaluasi
Non Tes

5
1.4. Manfaat
1. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Konsep Pengembangan Instrumen
Evaluasi Non Tes
2. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Jenis Jenis Pengembangan
Instrumen Evaluasi Non Tes
3. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Kelebihan Pengembangan
Instrumen Evaluasi Non Tes
4. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Kekurangan Pengembangan
Instrumen Evaluasi Non Tes
5. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Tujuan Pengembangan Instrumen
Evaluasi Non Tes
6. Mendapatkan Gambaran Mengenai Bagaimana Langkah Langkah Pengembangan
Instrumen Evaluasi Non Tes
7.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes


Arikunto (2000:134) mengemukakan bahwa instrumen merupakan alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dapat dipermudah olehnya. Dari penjelasan
tersebut dapat di simpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digunakan dan dipilih peneliti untuk mengukur atau mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut dapat menjadi sistematis dan dipermudah dengan menggunakan
instrumen. Instrumen penelitian dibagi dua jenis yaitu instrument tes dan instrumen
non tes. Instrumen tes jawaban responden atas soal-soal yang ada diperiksa
berdasarkan benar salah jawaban yang diberi akar positif dan negatif, sedangkan
jawaban instrumen non-tes diperiksa bukan atas benar salahnya. Bukan juga tinggi
rendahnya namun mengetahui kondisi sebenarnya.
Menurut (Sudijono, 2009) teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara
wawancara, pengamatan, secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun
menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada. Sependapat dengan (Widoyoko,
2009) teknik evaluasi non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat
dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut dapat diperoleh dari hasil
pemahaman yang mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang diamati, dari
pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca
indra.
Teknik pengumpulan data non-tes ini merupakan kebalikan dari teknik
bentuk tes. Biasanya penilaian bentuk non-tes ini dilakukan dalam suasana yang
tidak mengancam (non-threatening) seperti yang terjadi pada penilaian bentuk tes.
Bila pada tes terjadi one-time response untuk melihat hasil belajar, maka pada non-
tes, evaluasi dapat memantau proses dan hasil belajar sekaligus. Oleh karenanya,
non-tes dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran dan akan mampu

7
mengevaluasi secara komprehensif hasil belajar beserta prosesnya pada diri anak
didik. Orientasi pendidikan kontemporer yang menekankan pembentukan
kompetensi memberi peluang sangat luas bagi penilaian bentuk non-tes yang bersifat
otentik seperti portofolio, observasi, dan bentuk penilaian non-tes lainnya.
Jadi, penilaian non tes adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku
yang berhubungan dengan apa yang diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik
dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain
penilaian non tes berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh Indra.

8
2.2 Jenis Jenis Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes
Menurut (Rusilowati, 2013 : 11) bahwa teknik penilaian nontes mengacu pada
penilaian kelas yang meliputi unjuk kerja, sikap, proyek., produk, portofolio, dan
penilaian diri
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktek 5sholat,
praktek OR, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap lebih
otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan
kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan
melakukan kinerja ilmiah peserta didik, dilakukan pengamatan atau observasi
yang beragam, seperti: mempersiapkan alat, merangkai percobaan, dan
mengamati hasil percobaan. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat
menggunakan alat atau instrumen berupa daftar cek (check-list), skala bertingkat
(rating scale), catatan pengamatan.
1) Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-
tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika
tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini
adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah,
dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak
terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar.

Contoh check list untuk menilai kegiatan praktikum Fisika:

9
Nama peserta didik :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Baik Tidak

1. Pengetahuan tentang prosedur kerja

2 Ketepatan memilih alat dan bahan

3 Ketepatan cara mengoperasikan alat

4 Hasil pengamatan

5 Ketepatan menyusun laporan

Skor yang dicapai

Skor Maksimun

Keterangan
Baik mendapat skor 1
Tidak baik mendapat skor 0

Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut


Skor maksimum : 5
Skor yang dicapai: jumlah skor setiap aspek
Nilai = (skor yang dicapai/skor maksimum) x 10

Penentuan Kriteria:
Skor 4-5, dapat ditetapkan kompeten
Skor 3-4, dapat ditetapkan cukup kompeten
Skor 1-2, dapat ditetapkan tidak kompeten

10
2) Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu,
karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih
dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian
oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Agar para penilai
memiliki frame yang sama maka perlu dibuat rubrik penilaiannya. Rubrik
penilaian dapat berupa generik dan spesifik. Contoh rating scale dan
rubriknya dapat dicermati pada uraian berikut.
Contoh Rating Scale
Format Penilaian Praktikum Fisika
Nama peserta didik :
Kelas :
No Aspek yang dinilai Baik Tidak

1. Pengetahuan tentang prosedur kerja

2 Ketepatan memilih alat dan bahan

3 Ketepatan cara mengoperasikan alat

4 Hasil pengamatan

5 Ketepatan menyusun laporan

Skor yang dicapai

Skor Maksimun

Rubrik penilaian:
a. Pengetahuan tentang prosedur kerja
Skor 4 = memahami prosedur kerja, dan menerapkannya secara benar dan tepat

11
Skor 3 = dapat menerapkan prosedur kerja secara tepat dengan membaca
petunjuk Skor 2 = dapat menerapkan prosedur kerja dengan bimbingan orang
lain
Skor 1 = tidak mampu menerapkan prosedur kerja
b. Ketepatan memilih alat dan bahan
Skor 4 = memilih alat dan bahan, dan dilakukan dengan benar dan tepat
Skor 3 = memilih alat dan bahan secara tepat dengan bertanya kepada teman
sekelompok
Skor 2 = memilih alat dan bahan sendiri, tetapi tidak seluruhnya benar
Skor 1 = memilih alat dan bahan dengan bimbingan orang lain (guru/laboran)

Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut


Skor maksimum : 5 x 4 = 20
Skor yang dicapai: jumlah skor setiap aspek
Nilai = (skor yang dicapai/skor maksimum) x 10

Penentuan Kriteria:
Skor 16-20, dapat ditetapkan sangat kompeten
Skor 12-15, dapat ditetapkan kompeten
Skor 8-11, dapat ditetapkan cukup kompeten
Skor 4-7, dapat ditetapkan tidak kompeten

Contoh Penilaian Unjuk Kerja

Format Penilaian Kinerja Ilmiah


Aspek Yang Dinilai

Mempersiapkan Merangkai Mengamati Hasil Jumlah


No Nama Siswa
Alat dan Bahan Percobaan Percobaan skor

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

12
2

Rubrik Penilaian:
Mempersiapkan alat
Skor 4 : Jika alat dan bahan disiapkan dengan sempurna, sesuai dengan langkah
langkah kegiatan
Skor 3 : Jika alat dan bahan disiapkan, tetapi kurang lengkap
Skor 2 : Jika alat dan bahan disiapkan oleh laboran, tetapi ikut memandu
menentukan alat dan bahan
Skor 1 : Jika tidak ikut menyiapkan alat dan bahan, hanya pasif menunggu orang
lain yang menyiapkan

Merangkai percobaan
Skor 4 : Jika alat dirangkai dengan benar
Skor 3 : Jika alat dirangkai, tetapi kurang benar
Skor 2 : Jika alat dirangkai oleh orang lain, tetapi ikut aktif memperhatikan
Skor 1 : Jika tidak ikut merangkai alat, dan tidak memperhatikan

Mengamati hasil percobaan


Skor 4 : Jika melakukan percobaan, mengamati semua variabel dan mencatat
hasilnya dengan cermat
Skor 3 : Jika melakukan percobaan, mengamati percobaan, tetapi ada sebagian
variabel yang tidak diamati dan dicatat hasil dengan cermat
Skor 2 : Jika hanya ikut mengamati dan mencatat hasil dengan cermat
Skor 1: Jika hanya memindahkan catatan hasil pengamatan orang lain.

13
Skor maksimal = 3 x 4 = 12
Jumlah skor yang dicapai
Nilai = ----------------------------------- x 10
Skor maksimal
2. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan bagian dari pengukuran psikologi. Karena menyangkut
sikap manusia, maka hasil pengukuran tidak pernah mencapai hasil yang sempurna.
Pengukuran sikap sangat sukar bahkan mungkin tidak pernah dapat dilakukan dengan
validitas, reliabilitas, dan objektifitas yang tinggi. Hal ini, antara lain dikarenakan:
1) atribut psikologi bersifat tidak tampak,
2) indikator-indikator perilaku jumlahnya terbatas
3) respons dipengaruhi oleh variabel-variabel tidak relevan seperti: suasana hati,
kondisi dan situasi sekitar, dan
4) banyak sumber kesalahan, baik dari penilai, yang dinilai, alat yang digunakan, cara
analisis.
Sebagai contoh akan menilai skala sikap ilmiah. Lembar observasi yang dapat
digunakan untuk menilai sikap ilmiah siswa secara individu dapat dilihat pada tabel
berikut.
Indikator Sikap

Jumlah
Keterbukaan

Kedisiplinan

Jawab
No Nama Siswa Tanggung Skor

Skor untuk masing-masing sikap di atas di rata-rata dan dikonversikan ke dalam bentuk
kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 5. Penafsiran

14
angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup.
4= baik, dan 5 = amat baik.
Skor maksimum = skor maks setiap indikator X jumlah indikator
= 5 x 7 = 35
Nilai sikap ilmiah dapat diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena itu total skor yang
telah diperoleh harus dikonversi.
Skor total jawaban siswa
Konversi Nilai = -------------------------------- X 100
Skor maksimum
Jadi siswa yang memperoleh skor 28 setelah dikonversi nilainya menjadi:
28
---- X 100 = 80
35
Banyak cara untuk mengkonversi skor menjadi nilai, salah satunya yang sederhana
yaitu menggunakan kriteria sbb.
Nilai Konversi
Skor Total Kategori
Angka Huruf

29 – 35 81 - 100 A Amat Baik

21 - 28 61 - 80 B Baik

14 - 20 41 - 60 C Cukup

7 – 13 20 - 40 D Kurang

3. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam
penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

15
1) Kemampuan pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari
informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian
proyek:
1) Penelitian sederhana tentang penggunaan listrik di rumah
2) Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako, dll.

4. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produkproduk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung,
lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan
penilaian yaitu:
1) Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2) Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan
peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Penilaian produk biasanya
menggunakan cara holistik atau analitik.

16
a. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan
(tahap: persiapan, pembuatan produk, penilaian produk).
b. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan hanya pada tahap penilaian produk (appraisal).
5. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, lembar jawaban tes yang
menunjukkan soal yang mampu dan tidak mampu dijawab (bukan nilai) atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio
dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya,
antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi
buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dsb. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
1) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. Guru melakukan
penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio
agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu
sendiri.
2) Saling percaya antara guru dan peserta didik. Dalam proses penilaian guru dan
peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
3) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik. Kerahasiaan hasil
pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan
tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga
memberi dampak negatif proses pendidikan

17
4) Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru. Guru dan peserta
didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan
merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya.
5) Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.
6) Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
7) Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan
hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik.
8) Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya
merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk
penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat
portofolionya peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu
bagi peserta didik untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan
dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa
berbeda. Misalnya, untuk kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan
karangan-karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar, peserta didik
mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
3) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau
folder di rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta
didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

18
5) Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para
peserta didik sebelum mereka membuat karyanya . Diskusikan cara penilaian
kualitas karya para peserta didik. Contoh, kriteria penilaian kemampuan menulis
karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosakata, kelengkapan gagasan,
dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik mengetahui harapan
(standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
6) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
7) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik
diberi kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu
dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2
minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
8) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang
orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan
portofolio, sehingga orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya

Contoh Penilaian Portofolio


Mata Pelajaran : Fisika
Alokasi Waktu : 1 Semester
Sampel yang dikumpulkan : Laporan kerja proyek
Nama Siswa : _________________
Kelas :

Kriteria
Standar
Kompetensi
Periode

Laporan
Sistematika

Data
Kelengkapan
Pembahasan
Ketajaman

Kesimpulan

No Keterangan
/Kompetensi
Dasar

19
Catatan:
Setiap karya siswa sesuai Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar yang masuk
dalam daftar portofolio dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap
peserta didik sebagai bukti pekerjaannya. Skor untuk setiap kriteria
menggunakan skala penilaian 0 - 10 atau 0 - 100. Semakin baik hasil yang
terlihat dari tulisan peserta didik, semakin tinggi skor yang diberikan.
Kolom keterangan diisi dengan catatan guru tentang kelemahan dan kekuatan
tulisan yang dinilai.

6. Penilaian Diri (Self Assesment)


Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari penilaian diri adalah untuk
mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar. Meskipun demikian, hasil
penilaian diri dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan
nilai. Peran penilaian diri menjadi penting bersamaan dengan bergesernya pusat
pembelajaran dari guru ke siswa yang didasarkan pada konsep belajar mandiri
(autonomous learning). Ada beberapa jenis penilaian diri, diantaranya:
1) Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung, pada saat atau
setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek kompetensi tertentu
dari suatu mata pelajaran.
2) Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam
kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara keseluruhan.
3) Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional. Misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang
memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Penggunaan teknik ini

20
dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
a. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi
kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
b. Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka
melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya;
c. Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur,
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Penentuan kualitas instrumen nontes yang dikembangkan


Instrumen nontes yang dikembangkan hendaknya memenuhi kriteria kualitas instrumen
seperti reliabilitas, validitas, daya pembeda. Karena instrumen nontes tidak menilai benar
tidaknya jawaban responden, maka tidak perlu mengukur tingkat kesukaran soal seperti
pada instrumen tes.
1) Reliabilitas
Teknik penentuan reliabilitas dapat menggunakan test-retest, tes paralel, tes belah dua.
Rumus yang dapat digunakan antara lain: korelasi product moment, Sperman Brown,
Alpha, dll. Reliabilitas instrumen ditentukan dari besarnya koefisien korelasi. Koefisien
reliabilitas mencerminkan hubungan skor skala yang diperoleh (X) dengan skor
sesungguhnya (skor murni). Koefisien reliabilitas sebesar 0,9 memiliki arti perbedaan
yang tampak pada skala mampu mencerminkan 90% dari variansi skor murni
2) Validitas
Kevalidan instrumen nontes yang dikembangkan dapat dilihat dari validitas isi dan
konstruk teori yang mendasarinya. Ketepatan dalam menentukan definisi konseptual,
definisi operasional, dan penetapan aspek serta indikator yang direncanakan. Faktor
yang melemahkan validitas:
a. Identifikasi kawasan ukur tidak cukup jelas
b. Operasionalisasi konsep (perumusan indikator) tidak tepat
c. Penulisan butir tidak mengikuti kaidah
d. Administrasi skala yang tidak hati-hati (kondisi subjek, kondisi testing)
e. Pemberian skor tidak cermat

21
f. Interpretasi yang keliru
3) Daya Beda
Pertanyaan/pernyataan pada instrumen nontes harus dapat membedakan sikap positif
dan negatif. Indeks daya beda juga merupakan indikator keselarasan atau konsistensi
antara fungsi butir dengan fungsi skala secara keseluruhan. Rumus yang dapat
digunakan antara lain skor interval, korelasi product moment Pearson.

2.3 Tujuan Pengembangan Instrumen Non Tes


1. Instrument non tes dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari responden
sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
spikomotoris.
2. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik
dari segi ranah sikap hidup.
3. Untuk mengetahui kemampuan peserta didik apakah sudah memahami
pembelajaran yang diharapkan.

2.4 Hambatan Pengembangan Instrumen Non Tes


Hambatan pelaksanaan evaluasi non-tes adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
melemahkan pelaksanaan evaluasi sehingga tidak mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Menurut Aziz Wahab 2002: 174 dalam penilaian yang menyangkut aspek
non-kognitif tersebut memang kurang mendapat perhatian dikarenakan beberapa hal,
antara lain:
1. Sulitnya mengidentifikasi hasil-hasil pendidikan moral dan menerjemahkannya
ke dalam perilaku peserta didik yang diamati
2. Sulitnya mengembangkan kriteria untuk menilai hasil pendidikan moral
3. Adanya kekurangan dalam prosedur penilaian, teknik dan demikian pula alat dan
instrumen penelitian
4. Kurang terampilnya guru dalam melakukan evaluasi afektif sebagai hasil
pendidikan moral
5. Kurangnya tenaga- tenaga terlatih yang dapat menyiapkan bahan-bahan dan
instrumen penilaian dalam bidang pendidikan moral
6. Kurangnya keterkaitan antara sekolah dengan lembaga-lembaga sosial lainnya
yang mempengaruhi anak dalam pendidikan moral

22
7. Kurangnya minat dan inisiatif guru pendidikan moral
8. Beratnya beban bahasa language load pada peralatan dan instrumen
9. Sulitnya memperoleh alat-alat penilaian yang bebas budaya cultural-free
10. Sulitnya untuk menggunakan secara efektif hasil-hasil penilaian terhadap
penilaian peserta didik
11. Kurangnya bahan-bahan kepustakaan tentang evaluasi dalam pendidikan moral
12. Amat terbatasnya penelitian dalam bidang evaluasi pendidikan moral
13. Tingginya rasio antara guru dan peserta didik
14. Terlalu banyaknya ujian yang dilakukan dalam mata pelajaran.

2.5 Langkah – Langkah Pengembangan Instrumen Non tes


Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrument
Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan tujuan.
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi instrumen.
Membuat kisi-kisi diawali dengan menentukan definisi konseptual, yaitu definisi
aspek yang akan diukur menurut hasil kajian teoritik berbagai ahli/referensi.
Selanjutnya merumuskan definisi operasional, yaitu definisi yang Anda buat
tentang aspek yang akan diukur setelah mencermati definisi konseptual. Definisi
operasional ini kemudian dijabarkan menjadi indikator dan ditulisan dalam kisi-
kisi. Selanjutnya Anda perlu menentukan bentuk instrumen dan panjang
instrumen.
2. Menentukan skala penilaian
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah: Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
3. Menulis butir instrument
Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi.
Pernyataan dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif
merupakan pernyataan yang mengadung makna selaras dengan indikator,
sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang berisi kontra kondisi
dengan indikator.
4. Menentukan penyekoran

23
Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran yang
digunakan. Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor terendah 1.
Pada skala Likert, awal skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1, karena sering
kecenderungan responden memilih jawaban katergori tengah, maka dimodifikasi
hanya menggunakan empat pilihan. Skor siswa dapat ditafsirkan dengan kriteria
berikut:
Tabel. Kriteria Penafsiran

Interval Nilai Interpretasi


X ≥ Mi + Sbi Baik
Mi - Sbi ≤ X < Mi + Sbi Sedang
X ≤ Mi – Sbi Kurang

Keterangan : X : Skor responden

Mi : Mean ideal

Sbi : Simpangan baku ideal

Mi=1/2(skor tinggi+skor rendah)

Sbi=1/6(skor tinggi-skor rendah)

5. Menelaah instrument
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir
pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e)
pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau
panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan
untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki
instrumen.

24
6. Menyusun instrument
Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah dilakukan
penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk diujicobakan. Format
instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden
tertarik untuk membaca dan mengisinya.
7. Melakukan uji coba instrument
Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan uji coba
instrumen. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi. Uji
coba dilakukan untuk memperoleh informasi empirik tentang kualitas instrumen
yang dikembangkan.
8. Menanalisis hasil uji coba
Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen
berdasarkan data ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang sudah
baik, mana yang kurang baik dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak bisa
digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini juga dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen.
9. Memperbaiki instrument
Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah
instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan termasuk
mengakomodasi saran-saran dari responden uji coba.

2.6 Mengembangkan Instrumen Non Tes Sesuai dengan Tujuan


Pembelajaran
Permasalahan :

Bu Indah adalah seorang guru matematika yang ingin mengetahui lebih detail
tentang sikap memahami pelajaran Limit Fungsi berdasarkan tujuan pembelajaran
dan indikator yang dikembangkan. Ia ingin mengetahui memiliki rasa ingin tahu
siswa terhadap materi Limit Fungsi, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Limit Fungsi, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Limit Fungsi, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Namun ia agak kebingungan
memilih instrumen penilaian yang tepat untuk digunakan. Bu Ruminah menyadari
Berikut ini merupakan tujuan pembelajaran materi Limit Fungsi.
bahwa tes bukanlah instrumen yang tepat untuk itu. Apakah ia harus menggali
informasi tersebut dengan menggunakan angket? Wawancara ? sosiometri ?
assesmen kerja ? portofolio ? Bagaimana pendapat kalian ?
25
Melalui proses tanya jawab, diskusi, dan asosiasi siswa dapat :

1. Memiliki kemampuan bekerja sama dengan baik dalam mendiskusikan masalah


– masalah yang terkait dengan konsep limit fungsi dalam kelompok.
2. Memiliki sikap toleransi dalam menanggapi perbedaan pendapat ketika
mendiskusikan dan memaparkan hasil diskusi mengenai masalah yang terkait
dengan konsep limit fungsi.
3. Memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas – tugas yang berkaitan dengan
materi konsep limit fungsi.
4. Menjelaskan pengertian limit fungsi aljabar melalui penerapan dalam konteks
nyata dengan tepat apabila diberikan beberapa konteks nyata..
5. Terampil
Berikut menerapkan
memberikan contohteorema/sifat-sifat limit dan memilih
langsung pengembangan strategi non
instrumen pemecahan
tes seperti yang
masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai limit fungsi aljabar apabila
diperlukan Bu Ruminah di atas.
diberikan berbagai masalah.

1. Angket
Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa dalam
memahami pelajaran Limit Fungsi. Sebelum menyusun kisi-kisi, Anda perlu mengkaji
berbagai literatur sehingga Anda mengerti dengan benar apakah yang dimaksud
dengan sikap memahami pelajaran Limit Fungsi dalam pemecahan masalah. Sebagai
ilustrasi, berikut contoh kajian literatur tentang sikap menghargai kegunaan
matematika dalam pemecahan masalah:

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975, dalam Depdiknas, 2004)


adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara
positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.
Sikap merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik
menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Sikap peserta didik
setelah mengikuti pelajaran harus lebih positif dibanding sebelum
mengikuti pelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Pada
Permendiknas No 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu tujuan
diajarkan mata pelajaran matematika disekolah adalah agar siswa
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

26
Berdasarkan definisi teoritik di atas, Anda dapat merumuskan definisi operasional
sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah. Misalnya, siswa
dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah
jika: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
dan sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan
definisi operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan
sebagai berikut:

Tabel. Kisi-Kisi Instrumen

Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah

Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit Fungsi


seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk instrumen yang
digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat menggunakan jenis
instrument non tes yaitu angket.

Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda


menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menentukan skala
pengukuran dan dilanjutkan menyusun butir-butir instrumennya. Misalnya angket
dibawah ini memberikan contoh skala Likert. Pada skala likert, alternaif jawaban
adalah dapat menggunakan alternatif:

SS: Sangat Setuju; S: Setuju; TS : Tidak Setuju; STS: Sangat Tidak Setuju.

Setelah skala pengukuran sudah ditetapkan, berikutnya Anda dapat menyusun


butir-butir instrumennya.

Tabel. Butir-Butir Pernyataan Angket

27
Indikator Pernyataan Jenis Pernyataan
Positif Negatif
Memiliki rasa ingin Saya merasa mudah memahami Limit √
tahu
Fungsi
Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit √
Fungsi ini dengan tekun
Saya tertantang untuk mengetahui Limit √
Fungsi ini lebih dalam lagi
Memiliki perhatian Selama pembelajaran Limit Fungsi √
dalam belajar
berlangsung, saya memperhatikan setiap
penjelasan yang diberikan guru.
Saya memperhatikan dengan seksama √
tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa.
Selama pembelajaran matematika √
berlangsung, saya melakukan aktivitas lain
yang tidak berhubungan dengan pelajaran
matematika
Memiliki minat Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini √
mempelajari
Proses pembelajaran Limit Fungsi ini √
menyenangkan
Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini √
akan banyak gunanya.
Memiliki rasa percaya Saya berusaha menjawab ketika guru √
diri, aktif dalam matematika mengajukan pertanyaan selama
pemecahan masalah pembelajaran
Saya tidak aktif menyampaikan pendapat √
ketika materi disampaikan guru

Untuk penyekoran menggunakan ketentuan berikut:


Untuk pernyataan positif: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1
Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
Karena terdapat 11 butir, maka skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 11.

Untuk menentukan kriteria penafsiran Anda perlu menghitung terlebih dahulu mean
ideal (Mi) dan simpangan baku sebagai berikut:

28
1
Mi= ( skor tinggi+ skor rendah )
2

1
¿ ( 44 +11 )
2

¿ 27,5

1
Sbi= ( skor tinggi−skor rendah )
6
1
¿ ( 44−11 )
6
¿ 5,5
Berdasarkan kriteria penafsiran pada 2.3.1. , kriteria penafsiran yang sesuai adalah
sebagai berikut.
Interval Nilai Interpretasi
X ≥ 33 Baik
22 ≤ X <33 Sedang
X ≤ 22 Kurang
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi angket yang utuh,
lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan yang
dimasukkan dalam angket nanti sudah tepat.
Contoh-Contoh Angket :

Contoh Format Penilaian Minat Siswa


(Berdasarkan skala Likert)
Petunjuk : Berilah tanda cek (V) di bawah kata SS, S, TS, SS S TS STS
STS pada setiap pernyataan berikut ini sesuai dengan keadaan
atau pendapat Anda. SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak
setuju, STS = sangat tidak setuju.

1 Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini

2 Proses pembelajaran Limit Fungsi ini

3 Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini akan


banyak gunanya.

4 Saya merasa mudah memahami Limit Fungsi

5 Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit Fungsi

29
ini dengan tekun

6 Saya tertantang untuk mengetahui Limit Fungsi


ini lebih dalam lagi

7 Selama pembelajaran matematika berlangsung,


saya melakukan aktivitas lain yang tidak
berhubungan dengan pelajaran matematika

8 Saya berusaha menjawab ketika guru matematika


mengajukan pertanyaan selama pembelajaran

9 Saya tidak aktif menyampaikan pendapat ketika


materi disampaikan guru

10 Selama pembelajaran Limit Fungsi berlangsung,


saya memperhatikan setiap penjelasan yang
diberikan guru.

11 Saya memperhatikan dengan seksama tanggapan


guru terhadap pertanyaan siswa.

Contoh Format Penilaian Minat Siswa


(Berdasar skala Thurstone)
Petunjuk : Berilah tanda cek (V) sesuai dengan 1 2 3 4 5 6 7
angka yang paling sesuai menurut pendapat anda.
Semakin besar yang anda pilih berarti keadaan. Anda
semakin sesuai dengan pernyataan di sebelah kiri.

1 Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini

2 Proses pembelajaran Limit Fungsi ini


menyenangkan

3 Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini


akan banyak gunanya.

4 Saya merasa mudah memahami


Limit Fungsi

5 Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit


Fungsi ini dengan tekun

6 Saya tertantang untuk mengetahui Limit


Fungsi ini lebih dalam lagi

Contoh Format Penilaian Minat Siswa

30
(Berdasarkan skala beda semantik)
Petunjuk : Angka 1 s.d. 5 menunjukkan tingkat keadaan berurutan yang dicerminkan
oleh kata (kata) di sebelah kiri menuju kata (kata) di sebelah kanan. Lingkarilah angka
pada pernyataan berikut ini sesuai dengan pendapat atau keadaan Anda masing-
masing.

Pelajaran tentang : Limit suatu fungsi

Menyenangkan 1 2 3 4 5 Membosankan

Menarik proses 1 2 3 4 5 Menjemukan proses


belajarnya pembelajarannya

banyak gunanya 1 2 3 4 5 Sia-sia

Mudah 1 2 3 4 5 Sulit

Perlu dipelajari 1 2 3 4 5 Tidak perlu


dipelajari

Menantang 1 2 3 4 5 Tidak menantang

Contoh Format Sikap terhadap Matematika


(Berdasarkan skala Guttman)

Petunjuk: Bubuhkan tanda cek (√) pada tempat yang telah disediakan sesuai dengan sikap
Anda terhadap pernyataan-pernyataan yang disajikan.
SIKAP ANDA TERHADAP PMBELAJARAN MATEMATIKA
No PERNYATAAN YA TIDAK

1 Pelajaran matematika sangat menyenangkan

2 Saya selalu berusaha meningkatkan kemampuan


saya dalam matematika
3 Saya selalu berusaha untuk mengerjakan soal
matematika dengan baik
4 Saya selalu berusaha untuk melengkapi buku-
buku matematika
5 Saya merasa sedih jika tidak bisa mengerjakan
soal matematika dengan baik
6 Saya tidak merasa pasrah terhadap
ketidakberhasilan saya dalam matematika
7 Saya seringkali menambah pengetahuan
matematika di luar jam pelajaran sekolah

31
8 Saya merasa senang jika ada teman yang
membicarakan matematika
9 Matematika dirasakan ada manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari
10 Saya belajar matematika karena merupakan salah
satu mata pelajaran yang wajib diikuti

2. Wawancara
Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa dalam
memahami pelajaran Limit Fungsi. Anda dapat merumuskan definisi operasional sikap
memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah. Misalnya, siswa
dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah
jika: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
dan sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan
definisi operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan
sebagai berikut:

Tabel. Kisi-Kisi Instrumen

Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah

Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit Fungsi


seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk instrumen yang
digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat menggunakan jenis
instrument non tes yaitu wawancara.

32
Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda
menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menyusun butir-butir
instrumennya.

Tabel. Butir-Butir Pertanyaan Wawancara

Indikator Pertanyaan

Memiliki rasa Apakah kamu merasa mudah memahami Limit Fungsi


ingin tahu
Apakah kamu selalu mengerjakan soal-soal Limit Fungsi ini
dengan tekun
Apakah kamu tertantang untuk mengetahui Limit Fungsi ini
lebih dalam lagi
Memiliki Apakah kamu selama pembelajaran Limit Fungsi berlangsung,
perhatian dalam
saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan guru.
belajar
Apakah kamu memperhatikan dengan seksama tanggapan guru
terhadap pertanyaan siswa.
Apakah kamu selama pembelajaran matematika berlangsung,
saya melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan
pelajaran matematika
Memiliki minat Apakah kamu menyukai pelajaran Limit Fungsi ini
mempelajari
Apakah proses pembelajaran Limit Fungsi ini menyenangkan
Apakah kamu setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini akan banyak
gunanya.
Memiliki rasa Apakah kamu berusaha menjawab ketika guru matematika
percaya diri, aktif mengajukan pertanyaan selama pembelajaran
dalam pemecahan Apakah kamu tidak aktif menyampaikan pendapat ketika materi
disampaikan guru
masalah

Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi daftar wawancara


yang utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan yang
dimasukkan dalam daftar wawancara nanti sudah tepat. Setelah menyusun butir-butir
wawancara, yang dilakukan yaitu memberikan kesimpulan secara umum bagaimana
responden(siswa) menjawab.

Namun, hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

33
 Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang
apa yang akan ditanyakan.
 Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut.
 Harus menjaga hubungan yang baik.
 Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
 Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas.
 Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
 Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data.
 Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
 Guru harus mengobrol dalam wawancara.
 Batasi waktu wawancara.
 Hindari penonjolan aku dari guru
Contoh Wawancara :
Pertanyaan Jawaban Siswa

Apakah kamu merasa mudah memahami


Limit Fungsi
Apakah kamu selalu mengerjakan soal-
soal Limit Fungsi ini dengan tekun
Apakah kamu tertantang untuk
mengetahui Limit Fungsi ini lebih dalam
lagi
Apakah kamu selama pembelajaran Limit
Fungsi berlangsung, saya memperhatikan
setiap penjelasan yang diberikan guru.
Apakah kamu memperhatikan dengan
seksama tanggapan guru terhadap
pertanyaan siswa.
Apakah kamu selama pembelajaran
matematika berlangsung, saya melakukan
aktivitas lain yang tidak berhubungan
dengan pelajaran matematika

34
Apakah kamu menyukai pelajaran Limit
Fungsi ini
Apakah proses pembelajaran Limit
Fungsi ini menyenangkan
Apakah kamu setuju bahwa belajar Limit
Fungsi ini akan banyak gunanya.
Apakah kamu berusaha menjawab ketika
guru matematika mengajukan pertanyaan
selama pembelajaran
Apakah kamu tidak aktif menyampaikan
pendapat ketika materi disampaikan guru

Kesimpulan Umum :

3. Sosiometri
Tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah:
 Tahap persiapan
a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan
sosiometri.
c. Mempersiapkan angket sosiometri
 Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan
benar
 Tahap Pengolahan
Memeriksa hasil angket
Berdasarkan diatas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan instrumen
jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran :
Memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas – tugas yang
berkaitan dengan materi konsep limit fungsi.
35
Lembar Penilaian Antarpeserta didik
Sikap Disiplin
Petunjuk :
Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang
tidak melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….
Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Pertanyaan Skor
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas Limit
Fungsi tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata
tertib
4 Mengerjakan tugas Limit Fungsi
yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti
pembelajaran Limit Fungsi
6 Membawa buku teks saat materi
Limit Fungsi
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :

36
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperoleh
× 4=Skor akhir
Skor maksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir :
14
× 4=2,3
24
Peserta didik memperoleh nilai :

Interval Nilai Interpretasi


X ≥ 15 Baik
3 ≤ X <15 Sedang
X ≤3 Kurang

Setelah menyusun sosiometri diatas, data diatas dapat digunakan untuk mengukur
bagaimana sikap disiplin siswa terhadap materi Limit Fungsi yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
A. Assesmen Kerja (Unjuk Kerja)
Penilaian unjuk kerja ini merupakan salah satu jenis penilaian yang termasuk pada
penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasar hasil kerja atas
suatu tugas. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Oleh karena itu dalam
penilaian unjuk kerja diperlukan instrumen misalnya berupa lembar pengamatan atau
lembar observasi. Penilaian unjuk kerja berguna untuk mengukur keterampilan atau
sikap siswa melakukan kerja tertentu. Contoh unjuk kerja yang dapat diamati antara
lain: kemampuan siswa dalam menggunakan atau mendemontrasikan alat peraga
matematika, memecahkan masalah kontekstual, dan melakukan penelitian matematika
sederhana.

37
Instrumen penilaian unjuk kerja dapat terdiri dari lembar pengamatan saja,
misalnya dalam kegiatan menggambar bangun datar dan memberi nama sudut,
membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar. Pada lembar
pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku yang diharapkan
muncul dari siswa selama proses unjuk kerja, aspek-aspek yang dinilai ini dipilih
dengan mempertimbangkan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Selain itu
juga dicantumkan pedoman penskoran dan cara menilainya termasuk bagaimana
mengubah dari data kualitatif menjadi kuantitatif. Instrumen penilaian unjuk kerja
dapat berupa lembar pengamatan/observasi dengan skala rentang (rating scale) dan
daftar cek (check list).

Contoh Format Penilaian Unjuk Kerja


Mata Pelajaran/Kelas : Matematika/X (semester 1)
Tujuan Pembelajaran :
Melalui kegiatan diskusi pada pembelajaran trigonometri ini diharapkan siswa
terlibat aktif pada kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam
menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta
dapat

1. Menjelaskan kembali pengertian fungsi trigonometri pada segitiga siku-siku


dengan menggunakan istilah absis, ordinat, dan jari-jari pada sumbu koordinat
kartesius secara tepat, sistematis, dan menggunakan simbol yang benar.
2. Menyatakan kembali hubungan nilai fungsi trigonometri di kuadran II, III, dan IV
dengan perbandingan trigonometri di kuadran I secara tepat dan kreatif.
Contoh-1: Format penilaian melalui unjuk kerja dengan skala rentang (rating scale).
No Nama Aspek-Aspek yang Dinilai
Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Skor
1
2

38
Keterangan:
Aspek 1: Langkah-langkah dalam menggambar suatu sudut di berbagai kuadran
Aspek 2: Langkah-langkah dalam mengukur besar suatu sudut di berbagai kuadran
Aspek 3: Ketepatan dalam mengukur besar suatu sudut di berbagai kuadran
Aspek 4: Ketepatan dalam menggambar suatu sudut di berbagai kuadran
 Skor 4 = tanpa kesalahan
 Skor 3 = ada sedikit kesalahan
 Skor 2 = ada banyak kesalahan
 Skor 1 = tidak melakukan kerja
a. Skor maksimal = 16
b. Skor minimal = 4
Jumlah skor dapat ditransfer ke nilai dengan skala 0 s.d. 100 atau 0 s.d. 10. Contoh:
Jumlah skor = 14, Nilai =14/16 × 100 = 87,5.

Contoh-2: Format penilaian unjuk kerja dengan daftar cek (check list)
No Nama Aspek-Aspek yang Dinilai
Siswa Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Juml. Nilai
Skor
1
2

Keterangan:
Aspek yang dinilai disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa.
Tanda “√” berarti ya, diberi skor 1.
Tanda “-“ berarti tidak, diberi skor 0.
Jumlah skor maksimal = 4, minimal = 0 Jumlah skor dapat ditransfer ke nilai dengan
skala 0 s.d. 10 atau 0 s.d. 100.
Contoh: Jumlah skor = 2. Nilai = 2/4 × 10 = 5
B. Portofolio

39
Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri
kemudian hasilnya dibahas. Jadi portofolio adalah suatu metode pengukuran dengan
melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam studi tertentu. Bentuk ini cocok
untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa dengan menilai kumpulan karya-
karya dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian
dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio adalah
sebagai berikut.
 Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
 Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
 Mengumpulkan dan menyimpan contoh karya.
 Menentukan kriteria untuk penilaian portofolio.
 Meminta siswa untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
 Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
 Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa misalnya
hasil pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya ilmiah siswa, dan
sebagainya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini obyektif, maka guru perlu
mengembangkan rubrik.

40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desain dan pengembangan instrumen evaluasi non tes sangat penting. Untuk
mengevaluasi kemajuan dan prestasi siswa, instrumen evaluasi nontes dapat digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang aspek-aspek yang sulit diukur dengan tes,
seperti keterampilan sosial dan perilaku. Dalam evaluasi pembelajaran, instrumen
evaluasi non tes dapat meliputi observasi, wawancara, dan angket. Observasi dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang keterampilan sosial dan perilaku
siswa yang sulit diukur secara tes. desain pengembangan instrumen evaluasi non tes
dapat membantu evaluasi pembelajaran dengan memberikan informasi yang lebih
holistik tentang kemajuan siswa dan aspek-aspek yang sulit diukur secara tes. Namun,
instrumen evaluasi non-tes harus dirancang dengan hati-hati dan memenuhi standar
reliabilitas dan validitas yang memadai untuk memastikan hasil evaluasi yang akurat
dan andal.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, namun sebagai manusia yang jauh dari kata
sempurna kami menyadari bahwa ada banyak kesalahan serta kekurangan yang
terdapat didalam makalah ini baik dalam dari segi isi, pengetikan, dan kesalahan lain
yang terjadi. Dan semoga isi dari makalah kami dapat memberi manfaat bagi
pembacanya untuk lebih memahami materi mengenai pengembangan instrumen non tes

41
DAFTAR PUSTAKA

Rusilowati, A. 2013. Pengembangan Instrumen Non Tes. Seminar Evaluasi


Pendidikan Tahun 2013
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ekawati, Etina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran


Matematika SD/SMP. Yogyakarta : Kemendiknas Badan Pengembangan SDM Pendidikan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan PPPPTK Matematika.
Kemendiknas. 2013. Penilaian dan Model Rapor

Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Priatna, Bambang Avip. 2008. Instrumen Penelitian. Disadur dari :


(http://file.upi.edu/direktori/FPMIPA). Diakses tanggal 19 November 2015.

42

Anda mungkin juga menyukai