Anda di halaman 1dari 37

“MATERI DAN PEMBELAJARAN INDIVIDU SEBAGAI

INSAN TUHAN YANG MAHA ESA, MAKHLUK SOSIAL DAN


WARGA NEGARA INDONESIA”

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran PPKN SD


yang diampu oleh Bapak Angga Setiawan, M.Pd.

NAMA ANGGOTA:

1. Saskia Tasya Ayu. G (2186206013)


2. Afida Anindya (2186206022)
3. Annisa Aina Anjani (2186206035)
4. Anika Febriani (2186206048)
5. Puput Ariani (2186206076)
6. Nabila Listia Devi (2186206083)

IV B
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI TRENGGALEK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan hidayah
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan . Laporan ini disusun sebagai
tugas kelompok untuk memenuhi mata kuliah “Pembelajaran PPKN SD”.

Dalam penulisan laporan ini tentunya penulis tidak terlepas dari kesulitan dan masalah
dalam pengerjaannya, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan dan
masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Angga Setiawan, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah
“Pembelajaran IPS SD” yang telah membimbing serta mengarahkan dalam penyusunan
makalah ini. Dan penulis ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang memberikan
dukungan dan peran dalam penyusunan makalah.
Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan
makalah ini karena penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih banyak kekurangan.
Semoga laporan makalah ini memberi manfaat bagi pembacanya.

Trenggalek, 27 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................................3
A. Konsep Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa................................................................3
1. Pengertian Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa.......................................................3
2. Kehidupan bersama yang rukun dan saling menghormati antar umat beragama...........................7
B. Konsep Individu Sebagai Makhluk Sosial......................................................................................7
1. Pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial............................................................................7
2. Nilai dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia lain..............13
C. Konsep Indivdu sebagai Warga Negara........................................................................................16
1. Pengertian Negara...................................................................................................................16
2. Pengertian Warga....................................................................................................................17
3. Pengertian Warga Negara........................................................................................................17
4. Hak dan Kewajiban Warga......................................................................................................17
5. Sikap dan Perilaku Warga Negara...........................................................................................21
6. Kasus Penyimpangan Warga Negara.......................................................................................22
D. Pembelajaran Individu Sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial, Dan Warga Negara Indonesia....23
1. Konsep Pembelajaran Individu Sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial, Dan Warga Negara
Indonesia.................................................................................................................................23
2. Strategi Pembelajaran..............................................................................................................27
3. Evaluasi Pembelajaran PKn.....................................................................................................28
4. Metode Pembelajaran PKn.....................................................................................................29
5. Pendekatan Pembelajaran PKn................................................................................................30
6. Media pembelajaran PKn........................................................................................................31
BAB III.....................................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................................32
A. Kesimpulan..................................................................................................................................32
B. Saran............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia
diciptakan oleh Tuhan YME sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu
sama lain. Di dalam kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi
dengan sesamanya. Hal ini merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin
berhubungan dengan manusia lain. Setiap manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam
arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas
maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan
tetapi ada juga berjalan dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan
oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada
suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat
tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi,
susunan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
sebagainya. Terjadinya perubahan-perubahan tersebut disebabkan karena adanya
interaksi sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia membutuhkan orang lain
dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini
berarti membutuhkan lingkungan sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya
tiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan
berinteraksi. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan
dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya. Manusia bertindak
sosial dengan cara memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan
serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa ?
2. Bagaimana Konsep Individu Sebagai Makhluk Sosial ?
3. Bagaimana Konsep Individu sebagai Warga Negara Indonesia ?
4. Bagaimana Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yanga Maha Esa,

1
Makhluk Sosial, dan Warga Negara Indonesia ?

C. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran mengenai konsep individu sebagai insan Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai konsep individu sebagai makhluk
sosial.
3. Untuk mendapatkan gambaran mengenai konsep individu sebagai Warga
Negara Indonesia.
4. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran individu sebagai Insan
Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial, dan Warga Negara Indonesia.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa


1. Pengertian Individu Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa

Terdapat 3 konsep yang dapat ditangkap dari kalimat “Individu Sebagai


Insan Tuhan Yang Maha Esa” yakni Individu, Insan dan Tuhan. Individu berasal
dari kata “individuum” yang artinya tidak terbagi (Puspitasari, 2017:1) atau sebagai
sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri, manusia perorangan ( Lysen Dalam
(Puspitasari, 2017:2). Individu yang dimaksud adalah insan (manusia). Individu yang
dimaksud adalah insan (manusia). Manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi-bagi merupakan arti pertama dari ucapan “manusia adalah makhluk
individual”. Aristoteles berpendapat bahwa manusia merupakan penjumlahan dari
beberapa kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri, yaitu
kemampuan-kemampuan vegetatif, seperti makan, berkembang biak, kemampuan
sensitif, seperti bergerak, mengamati, bernafsu dan berperasaan; dan kemampuan
intelektual, seperti berkemauan dan berkecerdasan. Dengan Demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk indivdual yang tidak hanya dalam
arti keseluruhan jiwa raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak
kecakapan dan kepribadian seperti pada bentuk, ukuran, sifat , kelebihan, kekurangan
dll.

Menurut Descartes, esensi diri manusia terdiri atas dua substansi, yaitu badan
dan jiwa. Oleh karena manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan
jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi S.E. Frost
Jr Dalam (Sumantri, 2021 : 1.7). Pada dasarnya seorang manusia terdiri dari dua
bagian yaitu bagian belahan fisik (konkret) atau disebut juga raga atau jasmani, dan
satu bagian lagi belahan non fisik (abstrak) atau disebut jiwa atau rohani. Jasmani dan
rohani dengan kata lain badan dan jiwa merupakan dua dimensi dari satu diri
manusia. Badan yang menyatu dengan rohani dan rohani yang menyatu dengan
badannya ini membentuk suatu konsep tentang aku. Jadi dapat disimpulkan kalau
manusia berbicara tentang aku, maka hal ini menujuk pada aspek badan dan
rohaninya. Jasmani membutuhkan sandang, pangan dan papan sedangkan rohani
membutuhkan sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh jasmani seperti, keamanan dari rasa

3
takut, perlindungan dari rasa ketidakadilan dan kepercayaan atau keyakinan terhadap
sang pencipta utamanya berada dalam kesulitan. Contohnya ketika seseorang sudah
sakit parah dan keluarganya sudah berusaha membawanya keumah sakit, namun
seorang dokter mengatakan sudah berusaha semaksimal mungkin namun tuhan
berkendak lain.
Setiap manusia membutuhkan keyakinan dalam menjalankan kehidupan
sehari – harinya. Secara naluri, agama merupakan kebutuhan yang tidak dapat di
pisahkan dari kehidupan manusia, dalam perekembangan terakhir sering disebutkan
adanya orang yang tidak percaya pada Tuhan, yang disebut dengan Ateis. Hal ini
sebetulnya pengakuan dalam lisan saja, tapi Nurani mereka tetap mengakui adanya
Tuhan. Orang yang mengakui ateis itu pada saat mereka sedang dalam kedaan
ketakutan mereka tetap memanggil dan mengingat Tuhan kembali Mubarok Dalam
(Sunardin, 2021:11). Hal itu sejalan pada Hakekat agama yang merupakan
kemampuan dalam diri manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan demikian agama sebagai kebutuhan mutlak yang harus ada dalam
kehidupan manusia sebagai kebutuhan primer yakni kebutuhan yang harus ada dan
yang tidak bisa ditinggalkan sehingga kebutuhan itu harus dipenuhi, maka selalu
melekat dalam kehidupan manusia Matin Dalam (Sunardin, 2021:12). Dapat
disimpulkan bahwa dalam diri manusia pasti terdapat kepercayaan adanya tuhan
walaupun secara lisan ia tidak mengakuinya.

Manusia dapat menentukan dirinya dalam tindakannya untuk berbuat baik


atau berbuat buruk, apakah perbuatan baik yang dilakukan itu sesuai dengan
kehendak Tuhan ataukah bertentangan dengan Tuhan. Maka agama agama seseorang
berperasaan di dalam menentukan baik buruknya tindakan yang dilakukan, maka
perlulah di dalam kehidupan manusia mempunyai segi pandangan agama agama,
sehingga keseluruhan dari jumlah penduduk yang ada dalam suatu wilayah atau
Negara benar-benar menyadari akan perlunya mempunyai pengalaman akan norma
agama yang berlaku di dalam masyarakat, sedangkan dalam pelaksanaannya dapat
sesuai dengan hati nurani manusia. Dengan demikian kesadaran manusia keseluruhan
dari jumlah penduduk benar-benar tumbuh dengan subur agar dapat menentukan
perbuatan yang sesuai dengan kehendak agama, apakah perbuatan yang baik atau
perbuatan yang buruk Koentjaraningrat Dalam (Sunardin, 2021:12). Misalnya
seorang anak yang menanyakan siapa itu tuhn dan orang tuanya menjelaskan

4
bagaimana besarnya kekuasan Tuhan Yang Maha Esa serta apa saja yang diperintah
dan dilarangnya melalui ajaran agama masing – masing yang dianut. Berdasarkan
hal itu dapat kita mendapat gambaran bahwa agama merupakan teman hidup yang
tidak dapat dipisahkan, bilamana manusia dapat memisahkan dari kehidupan, manusia
itu dalam dirinyan sendiri sudah tidak dapat mempertahankan nilai-nilai
kemanusiaanya. Pada Hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek
sosial yang meliputi ramah dan baik terhadap orang lain, menolong sesama dan
menjaga lingkungan Ancok dan Suroso (Dalam Komariyah, 2018 : 12).
Individu sebagai masyarakat yang merupakan warga Negara memiliki
komitmen bersama yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah masyarakat
yang religius. Kata “religius” berasal dari kata “religi” yang berarti khidmat dalam
pemujaan, sikap dan hubungan dengan hal yang suci dan supra natural yang dengan
sendirinya menuntut hormat dan khidmad (Shadaly Dalam (Azmi, 2022:80).
Sedangkan menurut (Dojosantoso Dalam (Azmi, 2022:80) bahwa religius adalah
keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masyarakat religus adalah seseorang yang yang
menunjukkan kepercayaan terhadap Tuhan melalui hubungan yang suci sebagai
sumber ketentraman dan kebahagiaan. hal ini tercantum pada Pembukaan UUD 1945
alinea kedua “Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia dengan ini menyatakan dengan ini kemerdekaanya”. Pernyataan ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
walaupun dengan sekuat tenaga dan kemampuan dalam berjuang melawan penjajah,
mempunyai keyakinan bahwa perjuangan ini tidak semata mata hasil upaya kekuatan
fisik, akan tetapi dibalik itu ada sebuah pengakuan bahwa keberhasilan ini berkat
pertolongan Yang Maha Kuasa.
Hal ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mengakui insan tuhan dan
menjamin kebebasan warga Negara untuk melaksanakan kewajiban sesuai agama dan
kepercayaanya karena masyarakat bangsa kita terdiri dari unsur – unsur masyarakat
yang memeluk agama. Penjelasan pengakuan ini dijelaskan pada UUD 1945 Pasal
29 yaitu :
1. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan yang maha Esa pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit akan
eksistensi tuhan sebagai snag pencipta. Nilai Ketuhanan dalam pancasila

5
menunjukkan bahwa eksistensi Negara, bangsa dan manusia Indonesia berealsi
dengan tuhan yang diyakini sebagai sumber segala kebaikan. (Amril, 2018: 763)
menyebutkan Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang
tidak bisa dalam konteks Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan
kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala keseluruhan
nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan dijadikan landasan moril dan
diejawantahkan dalam seluruh Kehidupan berbangsa dan bernegara. Dapat
disimpulkan penanaman nilai nilai kehidupan pada manusia sangat penting salah
satunya nilai ketuhanan yang sebagai pentunjuk kesesuaian perilaku manusia
dalam segala hal kebaikan.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing – masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu
Hal ini memiliki makna bahwa Negara menjamin kemerdekaan penduduknya
untuk beragama dan beribadah yang berarti Negara akan melindungi, menjamin,
membina dan mengarahkan kehidupan beragama sesuai dengan kepercayaan yang
dianutnya. (Budiyono, 2013:109) menyebutkan bahwa peran negara diperlukan
untuk menciptakan dan memelihara suasana kebebasan beragama dan kerukunan
umat beragama guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, damai,
sejahtera dan bersatu. (Nazmudin, 2017:26) menyebutkan bahwa kerukunan umat
beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sesama umat beragama harus saling pengertian, saling
menghormati, saling tolong menolong, saing berbuat kebaikan dan saling
menghargai dalam kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan juga bernegara.
Pengaturan kehidupan beragama di Indonesia secara hokum diperkuat oleh Kitab
Undang – undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercabtun pada pasal
156a, yaitu : dengan pidana penjara selama – lamnya lima tahun barang siapa
dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan
perbuatan:
a) Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.
b) Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga tidak
bersendikan Ketuhahan yang Maha Esa.

6
2. Kehidupan bersama yang rukun dan saling menghormati antar umat beragama
Keberagaman penganut agama di negara merupakan kebanggaan dan kekayaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang belum tentu dimiliki oleh setiap bangsa
yang ada di dunia ini. Agama yang tersebar di Indonesia antara lain Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha. Di setiap ajaran agama masing – masing memiliki
kewajiban ibadat yang bersifat untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai sang pencipta.
Salah satu contohnya yaitu umat islam yang melaksanakan ibadat ritualnya di masjid,
umat katolik dan protestan beribadat di gereja, umat hindu di pura dan budha di
wihara. Jika salah satu diantara umat melakukan ibadah maka tentu saja umat agama
lain harus bersikap toleran dan menghormatinya sehingga kehidupan rukun antar umat
beragama akan terjalin. Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang
sesuai dengan aturan, dimana seseorang dapat menghargai dan menghormati perilaku
orang lain (Fitriani, 2020:181). Prinsip Toleransi antar umat beragama dibagi menjadi
4 yaitu Nisviliyah ( Dalam Fitriani, 2020:187) yaitu :
a. Tidak ada paksaan dalam hal beragama, baik berupa paksaan halus maupun
kasar

b. Manusia memiliki hak untuk memilih dan memeluk agama yang diyakini
beribadah sesuai keyakinan tertentu.
c. Tidak memiliki manfaat jika memaksa seseorang untuk mengikuti
keyakinan tertentu
d. Tuhan Yang Maha Esa tidak melarang hidup bermasyarakat yang
berbeda keyakinan
Dapat disimpulkan bahwa toleransi akan tetap terjaga jika sesama umat saling
mengerti perbedaan diantara mereka dan menghargai kegiatan keagamaan umat
seperti ibadah, peringatan hari keagamaan dan kegiatan kegiatan lainnya.

B. Konsep Individu Sebagai Makhluk Sosial


1. Pengertian Individu Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur
fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor
genotype dan fenotipe. Faktor genotype adalah faktor yang dibawa individu sejak
lahir, ia merupakan faktor keturunan dibawa individu sejak lahir. Manusia dapat
dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu (Purwantiasning,
7
2018:85-93) :
1) Manusia tunduk pada norma sosial, aturan
2) Perilaku manusia mengharapkan penilaian dari orang lain
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4) Potensi manusia akan berkembang apabila hidup di tengah-tengah manusia
Dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya.
Tuhan menciptakan manusia tidak secara langsung, akan tetapi melalui proses
jalinan cinta kasih dua orang manusia yaitu Ibu dan Ayah, maka lahirlah seorang anak
manusia. Hanya dengan pertolongan dan jasa pemeliharaannya orang tua, kita menjadi
besar sehingga menjadi dewasa sekarang ini. Dari proses itu kita dapat mengatakan
bahwa manusia dengan ketidakberdayaan ketika lahir, hingga sekarang menjadi
dewasa secara naluriah manusia tidak dapat hidup menyendiri, sehingga memerlukan
bantuan orang lain, (Syaiful Mikdar, 2015).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Tuhan menciptakan manusia tidak secara
langsung, akan tetapi melalui proses jalinan cinta kasih dua orang manusia yaitu Ibu
dan Ayah, maka lahirlah seorang anak manusia. Hanya dengan pertolongan dan jasa
pemeliharaannya orang tua, kita menjadi besar sehingga menjadi dewasa sekarang ini,
oleh karena itu, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi
kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan bantuan manusia lain, setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi,
interaksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Bahkan sejak akhir pun, manusia
sudah disebut sebagai makhluk sosial (Mansur,dkk)
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang
menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu, yakni
memiliki unsur-unsur keharusan biologis yang terdiri dari :
1) Dorongan untuk makan

8
2) Dorongan untuk mempertahankan diri
3) Golongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial meniscayakan adanya dorongan
untuk saling berketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena
itu komunikasi antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial
dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka
terhadap lingkungannya.
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial meniscayakan adanya dorongan
untuk saling berketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena
itu komunikasi antar masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial
dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka terhadap
lingkungannya.
Dalam perkembangannya manusia mempunyai kecenderungan sosial untuk
selalu meniru guna membentuk diri dalam kehidupan masyarakat diantara kebutuhan
untuk meniru dalam hal, yaitu :
1) Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan yaitu menerima bentuk-bentuk pembaruan
yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2) Penghormatan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan
banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa
berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat meniru itu kita dapat dilihat paling jelas di dalam ikatan
kelompoknya, yang secara lebih luas juga terjadi di dalam kehidupan masyarakat.
Proses meniru dapat dicontohkan misalnya anak terhadap orang tuanya, pribumi
terhadap pendatang atau sebaliknya, masyarakat tradisional terhadap masyarakat
modern. Dari gambaran ini jelas bagaimana manusia itu membutuhkan sebuah
interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sebagai pribadi (individu) dan
sekaligus sebagai makhluk sosial.
Faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
1) Tekanan emosional. Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi
bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia, senang,
atau sebaliknya sedih, berduka, dan seterusnya.

9
2) Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seorang berada dalam kondisi yang
direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain. Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia
membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau dukungan moral untuk membentuk
kondisi psikologis kembali seperti semula .
3) Isolasi social. Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolasi oleh
komunikasinya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan
interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah
interaksi yang harmonis.
Dengan demikian, sebagai manusia sebagai individu perlu tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota masyarakat ia perlu
menjalankan kewajiban dan haknya dalam tatanan suatu kehidupan bersama. Berarti
tidak semua kepentingan pribadi dapat dilaksanakan jika musyawarah masyarakat
tidak menghendakinya, atau karena dipandang bisa mengganggu keamanan
masyarakat.
Sebagai makhluk individu manusia juga tidak mampu hidup sendiri, artinya
manusia juga harus siap harus hidup dalam bermasyarakat. Adapun yang
menyebabkan manusia selalu bermasyarakat antara lain karena adanya dorongan
kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, misalnya: (1) Hasrat untuk
memenuhi keperluan makanan dan minuman, (2) Hasrat untuk membela diri, dan (3)
Hasrat untuk memperoleh keturunan. Sejak lahir, manusia dinyatakan memiliki dua
keinginan pokok, yaitu (1) Keinginan untuk menjadi satu dengan satu manusia di
sekelilingnya dan (2) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk social, juga dikarenakan pada diri
manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada
kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia
memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Dapat disimpulkan, bahwa
manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu :
1) Manusia tunduk pada aturan atau norma sosial
2) Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia
5) Manusia sebagai makhluk hidup yang berhubungan dengan lingkungan hidup

10
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan
manusia lain atau masyarakat ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya dengan
dirinya sendiri manusia membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut termasuk dalam
mencukupi kebutuhannya ketika berada di lingkungan yang lebih besar individu tidak
dapat melepaskan diri dari pengaruh orang lain sehingga dikatakan individu sebagai
makhluk sosial dimana individu tersebut tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh
individu lainnya.
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Dimana manusia akan
senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mau hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan
“ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Kebutuhan akan
orang lain dan interaksi sosial membentuk kehidupan yang berkelompok pada
manusia. Berbagai tipe kelompok tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk
saling berinteraksi.
Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma
untuk mengatur kehidupannya. Selain itu terdapat norma-norma sosial sebagai patokan
untuk bertingkah laku bagi manusia kelompoknya. Norma-norma tersebut menurut
Herimanto dan Winarto (2008:49) ialah:
a) Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan diperuntukkan
bagi hamba-Nya. Norma agama berisi perintah agar dapat dipatuhi dan larangan
agar dijauhi umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran agama ajaran-ajaran
masing-masing agama.
b) Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani
manusia untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma
kesusilaan atau moral bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral. Orang
yang berkelakuan baik adalah orang yang bermoral, sedangkan yang berkelakuan
buruk adalah tidak bermoral atau amoral.
c) Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan
berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini
dimasukkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antara sesama manusia
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
d) Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum berisi perintah dan larangan.
Norma hukum dimuat dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang

11
bersifat tertulis.
Manusia dalam berkelompok socialnya, misalnya hidup bernegara, terkait pada
norma-norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. Keterkaitan pada norma
termasuk pula keterkaitan untuk menghargai adanya orang lain. Oleh karena itu,
apabila dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia maka akan dimensi
social ini, muncul kewajiban dasar manusia. Kewajiban dasar manusia menghargai
hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku di masyarakatnya.
Berdasarkan hal diatas, maka manusia sebagai makhluk sosial memiliki
implikasi-implikasi bagi berikut :
a) Kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia bila seorang diri
b) Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain
c) Penghargaan akan hak-hak orang lain
d) Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku
Keberadaan sebagai makhluk social, manusia melakukan peran-peran sebagai berikut :
a) Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok
b) Membentuk kelompok-kelompok sosial
c) Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok
Dalam kehidupan sehari-hari, Herimanto dan Winarto (2008:51) mengatakan
kita menemukan kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan
untuk melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat social ini
selalu timbul karena pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling membutuhkan.
Dari kenyataan ini kemudian lahirlah suatu struktur antarhubungan yang beraneka
ragam. Keragaman itu dalam bentuk kolektivitas- kolektivitas serta kelompok-
kelompok dan pada tiap-tiap kelompok tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang
lebih kecilDalam kehidupan sehari-hari, Herimanto dan Winarto (2008:51)
mengatakan kita menemukan kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk sosial ada
kecenderungan untuk melakukan kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang
bersifat social ini selalu timbul karena pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling
membutuhkan. Dari kenyataan ini kemudian lahirlah suatu struktur antarhubungan
yang beraneka ragam. Keragaman itu dalam bentuk kolektivitas- kolektivitas serta
kelompok-kelompok dan pada tiap-tiap kelompok tersebut terdiri dari kelompok-
kelompok yang lebih kecil.
Apabila kolektivitas - kolektivitas itu dan kelompok-kelompok mengadakan
persekutuan dalam bentuk yang lebih besar. Maka terbentuklah apa yang kita kenal

12
dengan “masyarakat”. Oleh karena itu, peran yang paling utama pada manusia sebagai
makhluk sosial adalah untuk membentuk masyarakat melaksanakan aturan yang
berlaku dalam masyarakat itu sendiri.

2. Nilai dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia lain
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai dalam kehidupan
berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Harold Lasswell
memerinci ada 8 nilai yang terdapat dalam masyarakat, antara lain : Kekuasaan,
Pendidikan / penerangan (enlightenment), Kekayaan (wealth), Lesehatan (well-being),
Keterampilan (skill), Kasih saying (affection), Kejujuran (rectitude) dan keadilan
(rechtschapenheid), Keseganan, respek (respect). Tanggapan berikutnya saya
kembangkan dari pendapat Harold Lasswell yang mengemukakan delapan nilai yang
diinginkan manusia seperti yang telah tertulis di atas.
1) Kekuasaan
Nilai kekuasaan muncul karena adanya seorang pemimpin dalam sebuah interaksi
manusia. Munculnya seorang pemimpin sejatinya terjadi secara alami dimana
sekelompok manusia yang hidup bersama menginginkan adanya seseorang
diantara mereka yang mempunyai kemampuan lebih dalam berbagai bidang untuk
mengarahkan pola interaksi mereka. Kemampuan lebih tersebut tentu saja
dititikberatkan pada kemampuan sosial sehingga segala tindakan dan keputusan
tetap terfokus untuk kepentingan bersama. Jadi intinya, jika ada seseorang yang
menginginkan nilai kekuasaan dan mencalonkan diri menjadi pemimpin atas
kemauan sendiri, berarti orang tersebut secara tidak langsung telah mengurangi
nilai dirinya sebagai makhluk sosial.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kekuasaan muncul karena adanya seorang
pemimpin dalam sebuah interaksi manusia. Jadi intinya, jika ada seseorang yang
menginginkan nilai kekuasaan dan mencalonkan diri menjadi pemimpin atas
kemauan sendiri, berarti orang tersebut secara tidak langsung telah mengurangi
nilai dirinya sebagai makhluk sosial.
2) Pendidikan
Nilai pendidikan mutlak dibutuhkan manusia sejak lahir di dunia tepatnya ketika
telah sempurnanya fungsi alat-alat indra yang dimiliki. Manusia membutuhkan
pendidikan agar dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama serta lingkungan
alam di sekitarnya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia membutuhkan

13
pendidikan agar dapat berinteraksi dengan baik dengan sesama serta lingkungan
alam di sekitarnya.
3) Kekayaan
Setiap manusia pasti menginginkan untuk mendapatkan kenyamanan dalam
hidupnya. Namun perlu disadari bahwa ketersediaan ataupun keberlimpahan
materi bukanlah segalanya bahkan bukan jaminan kebahagiaan hidup di dunia.
Seperti halnya pada nilai kekuasaan, kecenderungan manusia untuk mencapai nilai
kekayaan yang berlebihan bisa mengurangi nilai mereka sebagai makhluk sosial.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada nilai kekuasaan, kecenderungan manusia
untuk mencapai nilai kekayaan yang berlebihan bisa mengurangi nilai mereka
sebagai makhluk sosial.
4) Kesehatan
Kesehatan juga mutlak sebagai kebutuhan utama manusia untuk hidup. Nilai
kekayaan pun tidak ada artinya jika kita tidak mendapatkan nilai kesehatan.
kesehatan juga erat kaitannya dengan nilai pendidikan. Hidup sehat bisa dinikmati
jika manusia mendapatkan pendidikan tentang kesehatan yang baik sejak kecil.
Namun jika bercermin pada kehidupan saat ini, sudah banyak manusia yang mulai
mengesampingkan nilai kesehatan demi kenikmatan sesaat yang mereka dapatkan.
Buktinya banyak manusia yang mengkonsumsi narkoba, minum minuman keras,
merokok dan beberapa tindakan lainnya yang sudah jelas mengganggu kesehatan
bahakan bisa berakibat kematian. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan juga
mutlak sebagai kebutuhan utama manusia untuk hidup. Hidup sehat bisa dinikmati
jika manusia mendapatkan pendidikan tentang kesehatan yang baik sejak kecil.
5) Keterampilan
Pada dasarnya keterampilan dibutuhkan manusia untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Nilai keterampilan muncul berdasarkan keinginannya sendiri
untuk berkreasi dan berinovasi dalam bentuk penciptaan benda maupun adaptasi
tingkah laku. Jadi, nilai keterampilan sebagian besar memang berasal dari setiap
individu untuk mempermudah kehidupannya atau bisa menjadi suatu nilai yang
bisa dipelajari orang lain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan yang
dimiliki manusia dibituhkan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Nilai
kerampilan ini muncul karena rasa keinginannya sendiri untuk berkreasi dan
berinovasi, tujuannya untuk mempermudah kehidupannya atau bisa menjadi suatu
nilai yang bisa dipelajari orang lain.

14
6) Kasih sayang
Seperti yang sudah diuraikan pada penjelasan di atas, kasih sayang juga mutlak
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Dengan hidup berkasih sayang manusia
dapat memperoleh keamanan, ketentraman dan ketenangan hati dalam
kehidupannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia pasti membutuhkan kasih
sayang dalam kehidupannya, karena dengan adanya hidup berkasih sayang
membuat kehidupan manusia menjadi aman, nyaman dan tentram tanpa adanya
perselihan.
7) Kejujuran dan keadilan
Nilai kejujuran dan keadilan juga dibutuhkan manusia agar dalam kehidupan
mereka tercipta keamanan, ketentraman dan kemakmuran. Jika nilai-nilai ini
dikesampingkan, maka akan terjadi banyak perselisihan yang terjadi di
masyarakat. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kejujuran dan keadilan itu sangat
penting dalam kehidupan manusia, dengan adanya kejujuran dan keadilan akan
tercipta kehidupan yang harmonis. Aman, tentram. Apabila keejujuran dan
keadilan tidak duterapkan dalam kehidupan manusia, maka akan terjadi persilihan
yang membuat kehidupan manusia menjadi ricuh, acuh, dan membuat kehidupan
tidak harmonis.
8) Keseganan, respek
Nilai keseganan muncul akibat adanya naluri manusia yang menghormati
seseorang akan kedudukan atau kemampuannya. Sementara respek timbul karena
rasa kepedulian sesama manusia dalam berinteraksi di masyarakat. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai keseganan muncul akibat adanya naluri manusia yang
menghormati seseorang akan kedudukan atau kemampuannya.
Dari penjelasan di atas telah menunjukkan sebuah bukti konkrit bahwasanya
setiap individu memang berperan sebagai makhluk sosial. Bahkan, Tuhan
menciptakan Hawa sebagai teman hidup Nabi Adam yang kita ketahui merupakan
manusia pertama ciptaan Tuhan. Hal tersebut semakin mempertegas bahwa manusia
tidak bisa hidup sendiri dan harus berinteraksi dan berkomunikasi antara yang satu
dengan lainnya. Dari contoh kisah Nabi Adam dan Hawa minimal kita mengetahui
sebuah nilai yang diinginkan manusia dalam hidup bermasyarakat sesusai dengan yang
disampaikan Harold Lasswell pada penjelasan di atas. Nilai tersebuat adalah nilai
kasih sayang.

15
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari penjelasan di atas telah menunjukkan
sebuah bukti konkrit bahwasanya setiap individu memang berperan sebagai makhluk
sosial. Hal tersebut semakin mempertegas bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan
harus berinteraksi dan berkomunikasi antara yang satu dengan lainnya. Nilai tersebuat
adalah nilai kasih sayang.

C. Konsep Indivdu sebagai Warga Negara


1. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan
masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota dari suatu
negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara
dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan tujuan
tujuan tertentu sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan kesejahteraan
masyrakat. Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masayakat tidak bertindak seenaknya, maka ada system aturan tersebut
menggambarakan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paliing tinggi
tingkatanya sampai pada aturan yng paling rendah (WA Raihan. 2021:5).
Negara adalah insititusi yang dibentuk oleh kumpulan orang-orang yang
hidup dalam wilayah tertentu dengan tujuan sama yang terikat dan taat terhadap
perundang-undangan serta memiliki pemerintahan sendiri”. Negara dibentuk atas
dasar kesepakatan bersama yang bertujuan untuk mengatur kehidupan anggotanya
dalam memperoleh hidup dan memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mengatur
bagaimana anggota masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya sebagai warga
negara, negara memberikan batasan-batasan dalam wujud aturan dan hukum. Dan
setiap negara memiliki bentuk-bentuk tersendiri.(Gambriel Ega.2018:1)
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik
politik, militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang
berada di wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki
suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent.(Resvina Fitri, .2019:2)
Sehingga Dapat disimpulkan bahwasanya negara dalah sebagai kelompok
sosial yang mendiami sebuah wilayah maupun daerah tertentu yang berada di
bawah lembaga politik maupun pemerintah yang efektif, memiliki kesatuan politik,
berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang ingin dicapai oleh suatu wilayah

16
tersebut.
2. Pengertian Warga
Kata warga berasal dari kata civis atau civitas yang memiliki arti anggota warga
yang berasal dari city-state. Kata civitas dalam bahasa Perancis dapat diistilahkan
sebagai citoyen yang memiliki makna warga dalam cite yang memiliki makna kota
yang memiliki hak terbatas
3. Pengertian Warga Negara
Warga negara merupakan penduduk sebuah negara berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran dan sebagainya yang memiliki kewajibanserta hak penuh sebagai
seorang warga dari negara tersebut. Maka dari itu warga negara harus taat dan
petuh terhadap segala peraturan dan norma yang ada di negara Indonesia. Warga
negara Indonesia harus wajib dan patuh kepada peraturan yang berlaku
karena peraturan yang dibuat untuk dapat mengatur kehidupan warga negara agar
terciptanya keamanan serta ketertiban dalam masyarakat, terciptanya masyarakat
yang damai, aman, tentram, terhindar dari perselisihan serta tidak
menimbulkan perpecahan. Tak hanya itu peraturan pula dibuat untuk
melindungi hak-hak yang dimiliki warga negara. Selain itu, peraturan pula
dibuat untuk mengatur hubungan antar manusia yang heterogendalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Wijayanti, 2017:6).
4. Hak dan Kewajiban Warga
a. Pengertian Hak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), hak memiliki pengertian
tentang suatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan, untuk
berbuat sesuatu (karena telahditentukan oleh undang-undang dan aturan),
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat sedangkan hak menurut para ahli pengertian hak menurut Notonegoro
“hak merupakan kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak
lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.
Berdasarkan kutipan pendapat para ahlibeserta dalam kamu KBBI, dapat
disimpulkan bahwa hak adalah suatu hal yang dimiliki oleh manusia untuk
menjaga kesejahteraannya dan menerima atau melakukan suatu hal yang
semestinya untuk dirinya sendiri. Sehingga dapat dikaitkan dengan haksetiap

17
manusia dalam menyatakan pendapat serta pikirannya di muka umum sebagai
warga negara. Penjabaran tersebut digunakan untuk meninjau makna dan batasan
warga negara Indonesia dalam hak kebebasan berpendapat di muka umum.
Hak Warga Negara Indonesia Menurut UUD 1945 :
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (Pasal 27 ayat
2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan : “setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(Pasal 28A).
3. “Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah” (Pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang”.
5. “Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya
dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup
manusia.” (Pasal 28C ayat 1)
6. “Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.” (Pasal 28C ayat 2).
7. “Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di depan hukum.” (Pasal 28D ayat 1).
8. “Hak untuk mempunyai hak milik pribadi. Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.” (Pasal 28I ayat
1).
Berdasarkan macam-macam uraian hak yang tercantum dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, dapat diartikan
bahwasanya hak setiap warga negara Indonesia telah diatur dalam ketentuan
peraturan pemerintah dan setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk
mensejahterakan hidupnya.
b. Pengertian Kewajiban
Terdapat penjabaran atau penjelasan menurut pendapat ahli terkait makna

18
atau artian dari kewajiban. Menurut Notonegoro “kewajiban adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu
dan tidak dapat digantikan oleh pihak lain, yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa oleh yang berkepentingan.”7 Berdasarkan kutipan pendapat ahli
tersebut, kewajiban merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh setiap individu
sebagai warga negara agar mendapatkan hak yang memang sepantasnya diperoleh
sebagai warga negara.
Kewajiban yang harus dipenuhi warga negara Indonesia diatur oleh
Undang-Undang 1945 yang diantaranya diatur dalam pasal 27 ayat (1) dan (2) yang
berisikan bahwa setiap warga negara wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
dengan asas persamaan kedudukandengan tidak ada kecualinya dan setiap warga
negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara, selanjutnya pasal 28J ayat 1
yang berisikan bahwa setiap warga negara wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta
pasal 28J ayat 2 yang berisikan bahwa setiap warga negra wajib untuk tunduk pada
pembatasan yang ditetapkan undang-undang dengan maksud menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan milik orang lain. Selanjutnya pasal 30
ayat 1 yang berisikan bahwa setiap warga negara wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara dan pasal 31 ayat 2 yang berisikan bahwa setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya(Yunita Septi.2021:6).
a) Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan
musuh.
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda).
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-
baiknya.
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia.
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah
yang lebih baik
b) Kewajiban warga negara berdasarkan UUD 1945
1. Wajib mentaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi : “segala warga

19
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.”
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan : “setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain.”
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undangundang.
Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,
setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal
30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara
c) Implementasi Kewajiban Warga Negara Dalam Kehidupan Sehari – hari
Contoh kewajiban warga negara adalah wajib wajib menjaga fasilitas
umum dengan membayar pajak tepat pada waktumya, misalnya pajak bumi dan
bangunan (PBB), wajib menjaga fasilitas umum dan tidak merusaknya, wajib
menjaga ketertiban dan keamanan lingkungan sekitar, wajib menaati peraturan
serta perundang-undangan yang berlaku, wajib menaati norma yang berlaku,
misalmya norma kesopanan dan norma hukum. Wajib menaati peraturan lalu
lintas, misalnya menggunakan helm saat mengendarai sepeda motor. Wajib
membayar sejumlah biaya setelah menggunakan fasilitas umum, misalnya
membayar biaya jalan tol dan transportasi umum. Wajib menghormati serta
menjaga toleransi antar umat beragama supaya persatuan dan kesatuan
Indonesia tetap utuh dan terjaga, wajib menghormati hak hidup serta HAM
setiap manusia dengan cara tidak mencelakai dan membahayakan hidup orang
lain. Serta wajib melakukan upaya bela negara, misalnya dengan menggunakan

20
produk lokal serta mengamalkan nilai-nilai dalam Pancasila (Masruroh, &
Zulaikha, 2013:12
5. Sikap dan Perilaku Warga Negara
Menurut Artikel State University of Yogyakarta is a state university established in
the Special Region of Yogyakarta,Indonesia 2018 Cogan dan Derricott (1998)
berhasil mengidentifikasi adanya lima atribut kewarganegaraan. Atribut
kewarganegaraan ini akan bervariasi tergantung atau merujuk pada sifat sistem
politik dimana ia menjadi bagiannya. Konsep kewarganegaraan secara umum dapat
diklasifikasikan dalam lima kategori yaitu:
1) Sense of identifi (perasaan identitas)
perasaan akan identitas nasional dan patriotisme biasanya dipandang sebagai
unsur esensial dari kewarganegaraan. Dengan atribut ini menunjukkan bahwa
kewarganegaraan sama halnya dengan nasionalitas. Atribut ini oleh sebagian
ahli ditentang, sebab national citizenship dianggap sebagai hal yang absolut dan
membahayakan. Mereka berargumen dalam dunia global seperti sekarang ini
akan muncul cosmopolitan citizenship yang akan memotong batas-batas dari
loyalitas nasional. Namun demikian muncul argumen lain bahwa tuntutan
tentang national citizenship tidak seharusnya dihilangkan, tetapi harus
dikombinasikan dengan kenyataan bahwa tidak ada sebuah nation yang mampu
bertindak dalam suatu isolasi di dunia dewasa ini. Dengan demikian
kewarganegaraan harus berisi baik dimensi nasional dan multinasional (Cogan
& Derricott, 1998).
2) The enjoyment of certain rights (pemilikan hak-hak tertentu)
Elemen kedua kewarganegaraan adalah soal pemilikan hak-hak tertentu atau
pemberian title. Menjadi warganegara adalah menjadi anggota dari kelompok
dan selanjutnya akan memiliki keuntungan darinya. Menjadi warganegara
berarti memiliki hak untuk mendapat perlindungan dari pemerintahnya. Mereka
mendapat perlindungan hukum dan pemberian hak konstitusional dan sistem
politik menjamin warganegara tersebut. TH Marshall menyatakan bahwa di
dunia Barat, kewarganegaraan berarti hak yang dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori. Pertama adalah hak legal atau sipil (civil rights) seperti bebas dari
penangkapan yang sewenang-wenang dan penjara seumur hidup. Kedua, hak
politik (political rights) seperti memberikan suara, dan berpartisipasi dalam
masalah publik. Ketiga hak sosial (social rights), seperti hak mengelola
21
perdagangan, dan hak bersekolah.
3) The fulfilment of corresponding obligations (pemenuhan kewajiban-kewajiban
yang sesuai)
Elemen ketiga kewarganegaraan terdiri atas ragam tanggungjawab, kewajiban
dan tugas (responsibilities, obligations, and duties). Beberapa ahli Barat
menyatakan bahwa hak-hak individual telah mengalahkan tugas-tugas
kewarganegaraan. Demokrasi liberal di Eropa dan Amerika Utara cenderung
memaksimalkan hak-hak individual dan meminimalkan kepentingan publik.
Secara universal kewarganegaaan mewajibkan tugastugas seperti taat hukum,
membayar pajak, respek terhadap hak orang lain, membela negara, dan
tanggung jawab sosial
4) A degre of interest and involvement in public affair (tingkat ketertarikan dan
keterlibatan dalam masalah public
Elemen keempat, tanggung jawab untuk ikut andil dalam masalah publik (active
in public affairs). Atribut ini memiliki tradisi yang panjang sejak zaman Yunani
Kuno yang membedakan antara orang baik (good person) dan warga yang baik
(good citizen). Seseorang yang good person adalah mereka yang hidup dengan
kebajikan dan rasa hormat dalam kehidupannya. Sedangkan good citizen tidak
hanya hidup dengan hal tersebut termasuk kehidupan privat tetapi juga
komitmen untuk berpartisipasi dalam masalah publik.
5) An acceptance of basic social values (penerimaan terhadap nilai-nilai sosial
dasar).
Elemen kelima dari kewarganegaaan adalah penerimaan terhadap nilai-nilai
sosial dasar. Nilai-nilai seperti kepercayaan, kerjasama, respek terhadap hak
asasi manusia, anti kekerasan dan sebagainya. Nilai-nilai sosial di atas
dipandang dapat membantu membentuk identitas yang berbeda antar negara dan
dapat memungkinkan hidup bersama. Nilai-nilai ini juga dipandang sebagai
unsur penting dari kewarganegaraan yang baik dan dengan elemen
kewarganegaraan yang lain dapat untuk memecahkan masalah untuk dirinya
sendiri sementara itu pada saat yang bersamaan menghargai pandangan,
kepentingan dan hak-hak orang lain.
6. Kasus Penyimpangan Warga Negara
Menurut penelitian (Jannah, A.Y.N., 2022:12) Adanya fenomena
pernikahan dini yang dilakukan individu dibawah usia 19 tahun mengakibatkan
22
banyak kejadian kasus perceraian yang disebabkan belum adanya kesiapan secara
mental dan finansial saat mereka melakukan pernikahan. Seperti artikel berita yang
dimuat oleh Faktualnews.com yang berjudul “Tahun Ini Bakal Ada Ribuan Janda
Baru Di Trenggalek” .Dalam artikel berita tersebut menjelaskan bahwa terdapat
1.429 sepasang suami istri yang ada di Kabupaten Trenggalek sudah di Pengadilan
Agama untuk memenuhi keinginannya untuk bercerai dengan pasangannya.
Jumlahnya data dihitung dari Januari hingga Juni 2020. Hingga Juni, pengadilan
agama sudah menerima 1.429 kasus. Data tersebut terdapat 281 yang mengajukan
untuk cerai talak, dan 622 untuk cerai gugat. Menurut bapak Zahri selaku ketua
Pengadilan Agama yang bertempat di Trenggalek mengatakan bahwa dari data
yang masuk di pengadilan, faktor ekonomi merupakan alasan yang menjadi angka
perceraian di Trenggalek menjadi tinggi. Terdapat 394 kasus yang kehilangan
pekerjaannya, terdapat 211 kasus karena adanya perdebatan dan perselisihan di
rumah tangga, terdapat 70 kasus karena begitu saja ditinggal pergi oleh
pasangannya, selain itu kasus yang lainnya yang bisa dikatakan kasus kecil seperti
berzina ada 3 kasus, narkoba ada 2 kasus, poligami ada 1 kasus, melakukan judi 1
kasus, adanya KDRT di dalam rumah tangga ada 2 kasus, kemudian ada 2 kasus
kaena dipaksa untuk menikah lagi. Dari kasus tersebut kita dapat disimpulkan
bahwasanya perilaku menyimpang tersebut sudah melanggar Pasal 28B ayat (20)
UUD 1945 yang tidak boleh kita contoh

D. Pembelajaran Individu Sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial, Dan Warga


Negara Indonesia
1. Konsep Pembelajaran Individu Sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial, Dan Warga
Negara Indonesia
Peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah dapat mencerminkan kualitas
pendidikan siswa, bahkan meningkatkan mutu sekolah. Tidak hanya tentang nilai
akademik saja, karakter juga masuk dalam penilaian sekolah. Oleh karena itu
perlunya diterapkan dan diajarkan tentang Pendidikan moral berkarakter. Dengan
adanya pelajaran PKn mengenai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
perilaku yang baik dan benar, maka diharapkan bisa memperbaiki mental dan moral
anak – anak sehingga dapat menciptakan karakter yang baik. Sekolah sebagai
tempat untuk mendidik siswa bukan hanya pendidikan kognitif nya saja yang perlu
di ajarkan tetapi pelajaran moral juga perlu diterapkan di dalam sekolah. Sehingga

23
siswa bisa mendapatkan pelajaran kognitif dan juga moral dalam satu lingkup
pembelajaran. Penerapan pendidikan nilai dan karakter tidak terlepas dari peran
guru sekolah dasar. Guru harus memasukkan target-target karakter dalam mata
pelajaran PKn , sehingga dalam proses pembelajaran guru tidak hanya fokus pada
materi-materi yang bersifat kognitif, akan tetapi bagaimana nilai-nilai karakter yang
harus ditanamkan pada siswa sekolah dasar. Peran seorang guru yang mempunyai
kompetensi akademik, dimana dapat menyusun program-program yang berkaitan
dengan penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan karakter bagi anak sekolah
dasar.
(Tirtoni, 2016 : 20) menyatakan bahwa Sebagai calon guru SD kita harus
mengetahui banyak dalam melakukan KBM harus memahami dan mengetahui
bagaimana karakteristik siswa SD dan strategi apa saja yang harus dimiliki seorang
calon guru dalam melakukan KBM khususnya dalam matapelajaran PKn. Seorang
guru harus mampu merancang strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan
minat dan bakat dan juga di sesuaikan dengan perkembangan siswa yang termasuk
di dalamnya memanfaatkan media pembelajaran sehingga dapat menjamin
efektivitas belajar.Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan
khusus agar dapat menciptakan pengajaran yang efektif dan menyenangkan
(Kurniawan, 2013 : 43-44) Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter
ke dalam pembelajaran PKn SD dapat dilakukan dengan cara mencantumkan nilai-
nilai karakter kedalam silabus dan RPP. Dalam mencantumkan nilai-nilai karakter
kedalam Silabus dan RPP langkah yang dilakukan, yaitu :
1) Memahami substansi SK dan KD, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotor (jika ada).
2) Menyusun indikator yang didasarkan pada hasil pemahaman SK dan KD.
3) Menentukan nilai karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD
dengan nilai karakter dan indikator.
4) Menyusun alat evaluasi.
5) Menyusun materi ajar.
6) Memilih metode pembelajaran.
Dalam mencantumkan nilai-nilai karakter kedalam Silabus dan RPP hal
yang perlu dilakukan yaitu, memahami substansi SK dan KD. Secara Kognitif,
konsep apa yang ada di dalam SK dan KD. Kemudian memahami konsep dan
perilaku yang diharapkan di dalam SK dan KD menjadi kunci dalam penyusunan

24
indikator. Dari indikator tersebut akan menjadi acuan dalam menyusun alat evaluasi
dan materi ajar. Dari materi ajar akan memandu dalam memilih metode
pembelajaran. Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru selain
mengajar juga membina. Dikatakan membina karena dalam proses suatu
pembentukan karakter tidak dapat secara instan sehingga perlu adanya pembinaan
yang menjadi kebiasaan sehingga dapat menumbuhkan suatu karakter baru yang
baik. Di samping itu dalam ilmu mengajarnya, seorang guru harus mengetahui
kondisi peserta didik sehingga guru mampu menyusun seperti alat evaluasi, metode
pembelajaran, strategi sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Masih terdapat guru yang mengajarkan PKn dengan cara yang monoton,
dalam kegiatan pembelajaran mengajarnya masih menggunakan metode ceramah
yang menyebabkan peserta didik akan merasa bosan akan mata pelajaran tersebut.
Mengingat PKN kebanyakan mengenai tentang teori-teori saja. Padahal di samping
itu guru dapat menyiapkan strategi lainnya untuk menumbuhkan karakter peserta
didik yang baik. Sebagai contoh, pada pelajaran kewarganegaraan di sekolah dasar
peserta didik diajarkan untuk bersikap jujur, toleransi, gotong royong dan peduli
sosial. Cara mengajarkan pada peserta didik bisa dengan berbagai cara misalkan
seperti pada karakter bersikap jujur bisa diajarkan dengan menggunakan media ajar
visual, guru menjelaskan materi dengan menggunakan contoh contoh yang
berkaitan dengan sebuah lingkungan atau menunjukan media ajar seperti menonton
animasi video tentang kejujuran manfaatnya dan sebagainya. Prakteknya bisa
dilakukan dengan memberikan test atau kuis tetapi harus mengerjakan sendiri tanpa
menyontek dan harus bersikap jujur dalam melaporkan nilai yang diraih. Anastasya
E dan Dewi D (2021 : 301)
Mengingat pentingnya Pendidikan Karakter yang berpengaruh pada suatu
kualitas individu. Pendidikan karakter harus di berikan sedini mungkin. Mulailah
dari keluarga dan kemudian dapat di bantu di kembangkan oleh pendidik di
lembaga pendidikan formal yang di mulai dari jenjang pendidikan dasar (SD)
melalui pembelajaran PKn. Melalui pemberian keteladan, pembangunan kemauan,
dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka
dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan sekolah perlu dikembangan sebagai
pusat pengembangan wawasan sikap, keterampilan hidup dan berkehidupan yang
demokratis untuk membangun kehidupan. Keberhasilan Dalam pendidikan karakter
di SD dapat berpengaruh sampai dia tumbuh dewasa karena pada saat itu anak

25
mulai bisa mengenal hal – hal yang baik dan juga buruk, dengan bimbing yang baik
maka siswa akan bisa berperilaku dengan baik dan kualitas pendidikan nya
meningkat dan berkembang.
Darmadi (dalam Putri, 2021 :7365) menjelaskan bahwa membina moral
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku
yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat
kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa
dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan, perilaku yang mendukung
kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapatan, ataupun
kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang
mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sedangkan menurut Djahiri (dalam Magdalena, 2020 : 422-423) Tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan yang adalah sebagai berikut:
1) Secara umum.
Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
2) Secara khusus.
Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat,
serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial
seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajran PKn adalah mempersiapkan

26
generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan lokal,
regional, maupun global. Berakhlak baik berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha
Esa untuk meningkatkan sikap religius agar seimbang dengan kepribadian yang
baik. Dapat mengembangan ilmunya berdasarkan sikap yang ilmiah. Juga dapat
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara baik dan sesuai dengan
kebutuhan sekarang. Serta dapat mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang
telah diperbuatanya kepada diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Strategi Pembelajaran
Dalam pembelajaran PPKn pastinya membutuhkan strategi dalam pembelajaran
agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan baik. Strategi
adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan
sasaran yang ada untuk mreningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam kontek ini
adalah pembelajaran. Slameto (Dalam Asrori, 2013: 168). Strategi mengajar adalah
” taktik” yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
(pembelajaran) agar dapat mempengaruhi siswa (peserta didik) untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien, Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi
(Dalam Asrori, 2013 : 168). Strategi pembelajaran adalah cara cara yang dipilih
oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan
fasilitas bagi siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran, Saputro (Dalam
Asrori, 2013:168). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran
adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran, yang berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam membantu usaha belajar peserta
didik. Pemilihan strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang
digunakan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama
terkait dengan pengalaman awal dan pengetahuan peserta didik, minat peserta
didik, gaya belajar peserta didik, daan perkembangan peserta didik. Jenis jenis dari
strategi pembelajaran PKn ini sendiri memang sangat diperlukan. Berikut jenis /
macam-macam strategi pembelajaran, yaitu:
1. Strategi pembelajaran langsung
Strategi ini cukup efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan
membentuk keterampilan secara langkah demi langkah. Strategi ini pada
umumnya efektif digunakan untuk memperkenalkan strategi lain atau metode
27
pembelajaran lainnya pada awal pembelajaran.
2. Strategi pembelajaran tidak langsung
Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada mahasiswa, dimana mahasiswa
aktif membangun pengetahuan dan dosen bertindak sebagai fasilitator.
3. Strategi pembelajaran interaktif
Strategi pembelajaran interaktif mengutamakan aktivitas diskusi sesama
mahasiswa. Diskusi dan saling berbagi iformasi memungkinkan mahasiswa
memberikan reaksi terhadap ide, pengalaman, opini, dan pengetahuan teman
sejawat atau narasumber.
3. Evaluasi Pembelajaran PKn
Dalam suatu proses pembelajaran pastinya pada akhir pembelajaran akan diadakan
evaluasi untuk mengetahui sudah sampai manakah kemampuan peserta didik ini
dalam belajar. Evaluasi pembelajaran ini sendiri memiliki artian yaitu, menurut
Wand and Brown (Dalam Chotimah & Mariyani, 2021 : 11) mengemukakan
bahwa evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses menentukan nilai dari
sesuatu. Sedangkan menurut Sudjana (Dalam Chotimah & Mariyani, 2021: 12),
evaluasi pembelajaran adalah proses dalam pemberian nilai kepada objek tertentu
yang didasarkan pada kriteria tertentu yang tersistematis. Yang dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses yang disusun tersistematis
untuk menentukan nilai dari suatu proses kerja, kegiatan, tujusn, orsng ysng
dilakukan dengan kriteria tertentu melalui proses penilaian. Dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran maka seorang guru harus memperhatikan adanya 8
karakteristik dari evaluasi tersebut maka proses evaluasi akan berjalan dengan baik
dan lancar. Apabila seorang guru tidak melaksanakan atau meninggalkan salah satu
dari karakteristik tersebut proses evaluasi di kelas akan terhambat dan tidak
berjalan dengan lancar. Evaluasi pembelajaran yaitu proses yang disusun
tersistematis untuk menentukan nilai dari suatu proses kerja, kegiatan, tujusn, orsng
ysng dilakukan dengan kriteria tertentu melalui proses penilaian. Evaluasi
pembelajaran juga memiliki beberapa macam atau jenis jenis. Seperti menurut
Arifin (Dalam Chotimah & Mariyani, 2021:13), jenis-jenis evaluasi pembelajran
ada 5 yaitu:
1. Evaluasi perencanaan dan pengembangan, hasil dari evaluasi ini digunakan
untuk mendesain program pembelajaran. Evaluasi perencanaan dan
pengembangan digunakan dalam tahap awal untuk membantu menyusun proses
28
pembelajaran yang mengenai kelayakan dan kebutuhan dari pembelajaran.
2. Evaluasi monitoring merupakan evaluasi yang digunakan untuk memeriksa
seberapa keefektifan dari program pembelajaran yang sudah terlaksana.
3. Evaluasi dampak, evaluasi ini digunakan untuk mengetahui dampak apa yang
sering timbul oleh suatu program pembelajaran.
4. Evaluasi efisien-ekonomis, evaluasi ini digunakan guru untuk menilai tingkat
efisiensi dari program pembelajaran. Dan juga diperlukannya perbandingan
antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang dilakukan dalam proses program
pembelajaran.
5. Evaluasi program konfrehensif, evaluasi pembelajaran kmprehensif ini menilai
pembelajaran secara menyeluruh. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan
program, monitoring, dampak, dan juga tingkat keefektifan dan efisiensi
program pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran PKn
Metode dalam sebuah pembelajaran merupakan salah satu hal penting dalam
keberhasilan suatu pembelajaran. Metode pembelajaran menurut Djamarah (Dalam
Afandi, 2013 : 16) ”suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran
berakhir. Menurut H. Bisri Mustofa M. Abdul Hamid, 2012: 23 (Mufidah &
Zainudin, 2018) Metode pembelajaran adalah rangkaian tindakan sistematis yang
dilakukan oleh guru dalam mengajar suatu materi pelajaran. Jadi dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah cara atau tahapan yang digunakan dalam
interaksi antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sesuai dengan materi dan mekanisme metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran sebaiknya disesuaikan dengan sumber daya yang
dimiliki dan direncanakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
bagi tercapainya capaian pembelajaran. Pemilihan metode berkenaan pada
pemilihan cara menyampaikan materi (bahan ajar), sedangkan teknik lebih pada
cara penerapan pembelajaran di kelas. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
a. Ceramah
Ceramah merupakan metode yang banyak digunakan pada pembelajaran yang
memandang guru sebagai pusat pembelajaran (Teaher Centered Learning atau
TCL). Metode ceramah adalah metode penyampaikan materi pembelajaran
29
secara lisan kepada peserta didik.
b. Metode demonstrasi
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan
mempertunjukkan sesuatu (atau cara melakukan sesuatu secara runtut dan
benar) dengan tujuan peserta belajar memahami lebih mudah.
c. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan cara penyajian informasi yang dilakukan melalui
proses bertukar pendapat / ide/ pengalaman dengan tujuan agar mahasiswa
memahami topik atau materi tertentu.
d. Bermain peran
Metode bermain peran (role play) banyak diterapkan di dalam pembelajaran
bidang psikologi kesehatan, perawat, manajemen, dan lain-lain. Melalui metode
ini peserta didik dapat menghayati suatu peran dan melakukan praktik langsung
seolah-olah berada dalam situasi nyata.
e. Pemecahan masalah
Metode ini tepat dipakai jika tujuan pembelajaran adalah untuk memberikan
kemampuan dasar bagi peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.
5. Pendekatan Pembelajaran PKn
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan kumpulan metode dan cara yang
digunakan oleh tenaga pendidik dalam melakukan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu
(Festiawan, 2020:14). Dilihat dari jenis pendekatannya, pembelajaran dibedakan
menjadi dua jenis pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach).
2) Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Selain pendekatan diatas, masih banyak jenis-jenis pendekatan yang digunakan
untuk melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku yang ditimbulkan.

30
6. Media pembelajaran PKn
Menurut Arsyad, setiap media mempunyai karateristik tertentu, baik dilihat dari
segi kemampuannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya.
Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar
yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media
pengajaran. Disamping itu memberi kemungkinan pada guru untuk menggunakan
berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Musfiqon (Dalam Hasan,
2021:27) mengungkapkan bahwa media pembelajaran dapat digunakan sebagai
perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar efektif
dan efisien. Berdasarkan pendapat yang dipaparkan menunjukkan bahwa media
merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran.

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian materi di atas kita dapat menyimpulkan Individu Sebagai Insan
Tuhan Yang Maha Esa,Individu Sebagai Makhluk Sosial,Individu Sebagai Warga
Negara Indonesia,dan Individu Sebagai Insan Tuhan, Makhluk Sosial Dan Warga
Negara Indonesia.Terdapat 3 konsep yang dapat ditangkap dari kalimat “Individu
Sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa” yakni Individu, Insan dan Tuhan. Individu
berasal dari kata “in-dividere” yang artinya tidak dapat dibagi – bagikan
Gerungan.Adapun Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan
rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seorang individu adalah
perpaduan antara faktor genotype dan fenotipe. Kewarganega

Komitmen kewarganegaran adapun warga negara perlu memiliki,Pengaturan


kewarganegaraan,Kecakapan kewarganegaraan,Watak kewarganegaraan. Dalam
pembelajaran materi individu sebagai Insan Tuhan, Makhluk sosial, dan warga negara
tentunya tidak bisa lepas dari strategi, metode, media, dan evaluasi.Strategi yang harus
diperhatikan guru menurut Kosasih Djahiri (1999) dalam sebuah seminar CICED,
yaituMembina dan menciptakan keteladanan,Membiasakan/membakukan atau
mempratekkan,Memotivasi minat/ganah untuk terlibat dalam proses belajar
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
1) Setipa warga negara harus paham akan hak dan kewajibanya masing masing
2) Setiap Individu adalah mahluk sosial, Sehingga kita tidak bisa hidup tanpa bantuan
orang lain
3) Setiap warga negara harus hidup saling rukun dan menghormati antar umat
beragama
4) Guru harus mempunyai strategi,metode,media dan evaluasi dalam pengembangan
pembelajran di sekolah

32
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi Dalam Mohammad.2013. Pengertian, Tujuan Dan Ruang
Lingkup Strategi Pembelajaran. Madrasah
Amri, Sri Rahayu.2018.Pancasila sebagai sistem etika.Jurnal Voice of Midwifery.
Anatasya, E., & Dewi, D. A. (2021). Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai
Pendidikan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikanaan
Undiksha, 9(2), 301.
Arifin dalam Chotimah, & Mariyani. (2021). Buku Ajar: Evaluasi Pembelajaran PPKn.
Palembang: Bening Media Publishing.
Budiyono.2013. Politik Hukum Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan di Indonesia.
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Lampung
Chotimah, & Mariyani. (2021). Buku Ajar: Evaluasi Pembelajaran PPKn. Palembang:
Bening Media Publishing.
Djamarah dalam Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model dan Metode
Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS.
Dojosantoso Dalam Azmi.2018. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu
pengejawantahan dimensi manusia sebagai salah satu makhluk individu, social,
susila dan makhluk religi. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Festiawan, R. (2020). Belajar dan Pendekatan. Jurnal Pendidikan.
Fitriani, S. (2020). Keberagaman dan Toleransi Antar Umat Beragama. Analisis : Jurnal
Studi Keislaman
Frost Jr, S.E Dalam Sumantri, Muhammad. 2021. Hakikat Manusia dan Pendidikan.
Jakarta : Universitas Terbuka
Koentjaraningrat Dalam Sunardin. 2021. Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat.
Jurnal Kajian Islam dan masyarakat,
Kurniawan, M. I. (2013). Integrasi Pendidikan Karakter Ke Dalam Pembelajaran
Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan
Sekolah Dasar (JP2SD), 1(1), 43-44.
Lysen, Dr A. Puspitasari, Ratna. 2017. Manusia Sebagai Makhluk Individu. Cirebon :
Modul Kuliah ISBD
Magdalena, I., Haq, A. S., & Ramdhan, F. (2020). Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Sekolah Dasar Negri Bojong 3 Pinang. Bintang, 2(3), 422-
423.

33
Matin Dalam Sunardin. 2021. Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat. Jurnal
Kajian Islam dan masyarakat,
Mubarok Dalam Sunardin. 2021. Manusia Membutuhkan Agama di Masyarakat. Jurnal
Kajian Islam dan masyarakat,
Nazmudin.2017.Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Membangun
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Puspitasari, Ratna. 2017. Manusia Sebagai Makhluk Individu. Cirebon : Modul Kuliah
ISBD
Putri, F. A., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Implementasi Pembelajaran PKn
sebagai Pembentukan Karakter Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(3), 7365.
Saputro Dalam Mohammad.2013. Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi
Pembelajaran. Madrasah
Shadaly Dalam Azmi.2018. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu
pengejawantahan dimensi manusia sebagai salah satu makhluk individu, social,
susila dan makhluk religi. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Slameto Dalam Asrori, Mohammad.2013. Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup
Strategi Pembelajaran. Madrasah
Sudjana dalam Chotimah, & Mariyani. (2021). Buku Ajar: Evaluasi Pembelajaran PPKn.
Palembang: Bening Media Publishing.
Tirtoni, Feri . 2016. Pembelajaran PKn Di Sekolah Dasar : Inovasi Melalui strategi
Habituasi Dan Program Kegiatan Sekolah Berkarakter. Yogyakarta : CV. Buku
Baik
Marcos, C.L. ed., 2018. Graphic Imprints: The Influence of Representation and Ideation
Tools in Architecture. Springer.
Yunita, D. and Wijayanti, A., 2017. Pengaruh media video pembelajaran terhadap hasil
belajar IPA ditinjau dari keaktifan siswa. Sosiohumaniora: Jurnal Ilmiah Ilmu
Sosial Dan Humaniora, 3(2).
Yunita, S. and Dewi, D.A., 2021. Urgensi Pemenuhan Hak Dan Kewajiban Warga Negara
Dalam Pelaksanaannya Berdasarkan Undang-Undang. De Cive: Jurnal Penelitian
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(12).
Masruroh, S. and Zulaikha, Z., 2013. Pengaruh Kemanfaaatan Npwp, Pemahaman Wajib
Pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Empiris pada WP OP di Kabupaten Tegal). Diponegoro Journal Of
Accounting, pp.435-449.
Jannah, A.Y.N., 2022. PERNIKAHAN USIA DINI SEBAGAI PILIHAN RASIONAL (Studi
Kasus di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).

34

Anda mungkin juga menyukai