Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INSTRUMEN TES
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Ibu Mutiara Arlisyah Putri Utami, M.Pd

Oleh:
Nurmalia Khoirunisa Zain 19190011
Fanny Rodliyah Prasetya 19190014
Qurrota A’yuni 19190016
Zahrotul Lia K.A 19190021

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan


pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Instrumen Tes” tepat waktu.
Makalah “Instrumen Tes” disusun guna memenuhi tugas Ibu Mutiara
Arlisyah Putri Utami, M.Pd pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang bagaimana cara membuat dan menentukan instrumen yang tepat.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang dipelajari penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Pasuruan, 12 Februari 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1. Latar Belakang 4
2.1. Rumusan Masalah 5
3.1. Tujuan Masalah 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1. Pengertian Instrumen Tes 6
2.2. Fungsi Instrumen Tes 7
2.3. Persyaratan Instrumen Tes 7
2.4. Ciri-ciri Tes yang Baik 8
2.5. Bentuk-Bentuk Instrumen Tes 10
2.6. Teknik Penyusunan Tes 15
BAB III PENUTUP 19
3.1. Kesimpulan 19
3.2. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi di indonesia sangatlah pesat. Dengan hal
ini bergandengan dengan perkembangan TI, penyimpanan data dan
pengiriman data semakin mudah dengan berbagai upaya memberikan
fasilitas yang mudah dan bagus. Dalam hal ini baik dari seorang, institusi
dalam pemerintah atau tidak turut serta adil dalam penggunaan TI pada
saat ini. Kita bisa melihat dari sudut pandang sosial pendidikan, terdapat
banyak sekali TI yang mampu dan berguna untuk kegiatan program
pembelajaran. Maka dapat kita nyatakan bahwa dengan adanya
perkembangan TI, seluruh komponen, seluruh warga di indonesia turut
andil dalam memanfaatkan TI untuk hal yang lebih positif. Dengan
demikian, dengan adanya perkembangan TI memberikan nilai positif
dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kebutuhannya
Informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk melakukan berbagi
informasi dengan sekolah lain, institusi dengan pihak pemerintah, bahwa
dengan pihak masyarakat bisa lebih efektif.
Perkembangan teknologi seringkali digunakan sebagai sarana
belajar multimedia yang dilakukan secara virtual dengan secara langsung
dapat ditanggapi oleh peserta didik. Biasanya sarana belajar multimedia
yang dimaksud bisa dengan teks, suara, gambar atau bahkan tampilan lain
yang dimodifikasi oleh setiap pihak yang bertanggung jawab. Pada zaman
saat ini komputer berulang kali dianggap menjadi media TI yang paling
efektif, dimana bisa digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan
secara cepat.
Peningkatan kualitas pendidikan diperlukan adanya evaluasi yang
artinya sebuah penilaian dimana sudah adanya produk yang telah diukur
dengan sampel sesuai dengan kaidah dalam ranah pendidikan. Dalam hal
tersebut evaluasi berguna mendorong seorang siswa siswi untuk menilai
proses kegiatan belajar agar bisa lebih optimal. Dalam hal itu, penting
dilakukannya pengembangan suatu instrumen yang bisa dianggap mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah melalui soal-soal tes yang
mengukur berpikir tingkat tinggi yang bermuara pada pencapaian hasil
belajar yang maksimal.

2.1. Rumusan Masalah


a. Apa arti instrumen tes?
b. Apakah fungsi instrumen tes?
c. Apa persyaratan instrumen tes?
d. Apa ciri-ciri instrumen tes yang baik dan benar?
e. Bagaimana bentuk instrumen tes?
f. Bagaimana teknik penyusunan instrumen tes?

3.1. Tujuan Masalah


a. Mengetahui pengertian instrumen tes
b. Mengetahui fungsi instrumen
c. Mengetahui persyaratan tes yang baik dan benar
d. Mengetahui ciri-ciri instrumen tes
e. Mengetahui bentuk instrumen tes
f. Mengetahui teknik penyusunan instrumen tes

\
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Instrumen Tes

Istilah tes diambil dari kata testum dari bahasa perancis kuno yang
berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Test merupakan
sebuah media atau proses yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dan penilaian. Testing merupakan peristiwa dalam pelaksanaan
berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester merupakan seseorang
yang sedang melakukan tes, membuat teks tes, dan eksperimental. Dengan
kata lain tester merupakan orang – orang yang berkaitan mengenai tes. Tes
merupakan proses penilaian komprehensif kepada seseorang atau usaha
keseluruhan evaluasi program. Menurut Arikunto (2005:33) tes adalah
suatu pengumpul informasi yang bersifat lebih resmi karena penuh dengan
batasan-batasan.
Tes dapat dibedakan dari beberapa jenis dan pembagiannya:
a. Tes ditinjau dari berbagai sudut pandang. Tes berdasarkan fungsinya
sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik, dengan cara tes
seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif.
b. Tes ditinjau dari bidang psikologi seperti tes intelegensi, tes prestasi
belajar, tes bakat, tes kepribadian.
c. Tes berdasarkan jumlah peserta. Tes kelompok, dimana tes tersebut
dilakukan secara berkelompok untuk menyelesaikan bersama dan Tes
perorangan, dimana tes tersebut dilakukan secara perorang atau
individu.
d. Tes berdasarkan penyusunannya. tes baku dan tes yang dibuat oleh
guru.
e. Tes ditinjau dari waktu yaitu. tes kemampuan (power test) dan tes
kecepatan (speed test).
f. Tes ditinjau dari segi responnya, yaitu. verbal test dan nonverbal test.
g. Tes ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya seperti, tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan.
2.2. Fungsi Instrumen Tes

Menurut Sudijono (2001: 67), secara umum ada dua macam fungsi
yang dimiliki tes yaitu:
a. Sebagai media pengukuran terhadap siswa.
Tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan dan kemajuan nilai
yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajar mengajar dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
Tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah digunakan, mampu dikembangkan dan dianggap
berhasil sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2.3. Persyaratan Instrumen Tes


Instrumen tes pengukuran yang baik merupakan instrumen yang
melalui dua tahapan.Tahap pertama, yakni tahapan yang terdapat empat
kriteria seperti, tujuan didefinisikan secara jelas, materi yang memenuhi
standar dan spesifik, prosedur pengadministrasian yang memenuhi
standarisasi serta aturan penskoran. Tahap kedua, tahapan evaluasi yang
digunakan untuk pengumpulan dan menganalisis data yang berguna untuk
mengidentifikasi psychometric property, yang ditunjukkan dengan analisis
respon terhadap item – item tes.
Syarat – syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan penilaian:
a. Memberitahukan tugas yang akan dilakukan oleh siswa
b. Menyampaikan indikator atau garis besar materi
c. Rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang lebih baik, dengan maksud
memberikan nilai yang sesuai dengan rentang waktu yang sudah
diberikan
2.4. Ciri-ciri Tes yang Baik
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak akan lepas dari
sebuah evaluasi belajar. Evaluasi belajar ini digunakan untuk mengukur
sejauh mana capaian belajar siswa. Salah satu yang hal yang dilakukan
dalam mengevaluasi capaian belajar siswa yaitu menggunakan sebuah tes.
Pada suatu kelas pembelajaran siswa yang berada pada kelas tersebut
bersifat heterogen, yang nantinya jika dilakukan sebuah tes maka hasil dari
tes tersebut akan berbentuk sebuah kurva normal1.
Tes yang dilakukan untuk mengevaluasi capaian belajar siswa,
haruslah memiliki karakter atau ciri-ciri atau kualitas tes yang baik,
sehingga nantinya hasil yang didapatkan akan menjadi seperti yang
diinginkan, dan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sejauh mana
pemahaman siswa pada saat proses pembelajaran. Arikunto (2009)
mengemukakan bahwa ciri atau karakteristik tes yang baik yaitu mencakup
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis2.
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sudah
sejauh mana keakuratan dan ketelitian yang dimiliki oleh suatu alat
ukur ketika digunakan dalam melakukan pengukuran3. Seperti
contohnya ketika akan menguji kemampuan mendengar, maka
yang harus dilakukan yaitu memberikan tes yang berbentuk
pendengaran, bukan tes tulis maupun lisan. Terdapat beberapa
macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Validitas logis adalah validitas yang menggunakan pemahaman
logis dalam proses analisanya. Sedangkan validitas empiris yaitu
validitas yang menggunakan data-data empiris dalam proses
analisanya.
b. Reliabilitas

1 Khaerudin. 2015. Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal Madaniyah, 2(9), 212-235, hlm.
213
2 Suryawati dan Yulfikar. 2012. Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Peluang, 1(1), 71-80, hlm. 73
3 Widodo, Prasetyo Budi. 2006. Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri Untuk
Mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(1), 1-9, hlm. 3
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang merupakan
gabungan dari kata rely dan ability, yang jika dua kata tersebut
digabungkan maka akan memiliki pemahaman bagaimana sebuah
alat ukur dapat dipercaya dan dapat dijadikan sandaran ketika
melakukan sebuah pengukuran4. Realibilitas ini juga merujuk pada
kekonsistenan sebuah tes yang jika dilakukan berulang kali
terhadap siswa yang sama hasilnya akan konsisten.
c. Objektivitas
Objektif merupakan lawan atau kebalikan dari subjektif
memiliki pengertian penilaian dengan mengikutsertakan unsur
pribadi, sedangkan untuk objektif memiliki pengertian penilaian
yang tidak mengikutsertakan unsur pribadi. Jadi pada objektivitas,
pelaksanaan tes yang dilakukan adalah murni tanpa adanya
keikutsertaan unsur subjektif sehingga hasil tes yang didapatkan
merupakan murni dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
d. Praktikabilitas
Praktikabilitas pada pelaksanaan tes merujuk pada
kemudahan dan kepraktisan tes dalam proses administrasi. Pada
praktikabilitas ini sebuah menunjukkan bahwa sebuah tes yang
dilakukan mudah untuk diperiksa, mudah untuk dilaksanakan, dan
tes tersebut telah dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan jelas,
sehingga tes tersebut bersifat simple dan jelas.
e. Ekonomis
Ciri tes yang baik selanjutnya yaitu ekonomis. Ciri
ekonomis pada tes ini bermaksud bahwa tes yang dilaksanakan
tidak memiliki biaya yang mahal, dan biaya yang dikeluarkan
masih bisa dijangkau sehingga tidak memberatkan dalam
pelaksanaannya nanti.

Kelima ciri di atas merupakan ciri-ciri tes yang baik yang


dilakukan ketika mengevaluasi capaian belajar siswa. Namun, dari kelima
ciri tersebut, terdapat dua ciri yang sangat perlu diperhatikan dalam

4 Widodo, loc. cit, hlm. 2


pelaksanaan sebuah tes. Kedua ciri tersebut yaitu validitas dan reliabilitas.
Kedua ciri tes ini seringkali dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
keakuratan sebuah tes sebagai sebuah alat ukur, baik dalam
menggunakannya sebagai instrumen keberhasilan belajar maupun dalam
melakukan penelitian. Jadi sebuah tes yang dilakukan harus memiliki
kebenaran atau kesahihan (valid) dan juga keterpercayaan (reliable)
sehingga nantinya hasil dari tes tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2.5. Bentuk-Bentuk Instrumen Tes


Penggolongan tes dapat ditinjau dari berbagai macam sudut
pandang5. Penggolongan tes dilihat dari fungsinya yaitu tes seleksi, tes
awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif. Kemudian, penggolongan tes
berdasarkan jumlah peserta didik yaitu tes kelompok dan tes perorangan.
Penggolongan tes berdasarkan tujuan, yaitu tes bakat, tes minat, tes
intelegensi (tingkat kecerdasan), tes prestasi belajar, tes diagnostik, tes
sikap. Dan, penggolongan tes berdasarkan bentuk soal dan cara
memberikan jawabannya, yaitu tes objektif dan tes non objektif, yakni
sebagai berikut :
1. Tes Bentuk Objektif
Tes objektif adalah suatu tes yang menuntut siswa untuk
memilih jawaban yang telah disediakan atau berupa jawaban
singkat yang pengkoreksiannya dilakukan dengan cara yang sama
kepada semua siswa 6. Tes berbentuk objektif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Untuk kelebihannya, pengoreksian melalui tes
objektif menjadi lebih muda dan dapat dibantu orang atau dengan
jasa komputer, serta butir-butir soal lebih mudah dianalisis.
Sedangkan untuk kekurangannya, penyusunan tes objektif lebih
sulit dan lama, kurang dapat mengukur proses berpikir yang tinggi,

5 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Penulis, ed. by Wajaj Bahaunar Shidiq, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Revisi (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012).
6 Adea H. Z. Wulan and Risa Aristia, ‘Jenis - Jenis Instrumen Dalam Evaluasi Pembelajaran’,
2018, 1–13 <http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/Evaluasi pembelajaran Adea_Risa-1.pdf>.
serta siswa lebih terbuka dalam menjawab soal dan membuka
kesempatan siswa untuk bekerjasama 7.
Tes dalam bentuk objektif ini memiliki beberapa macam,
antara lain :
a. Pilihan ganda (multiple choice)
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif yang ditandai
dengan disediakannya lebih dari kemungkinan jawaban yang
benar dan hanya ada satu dari pilihan jawaban tersebut yang
paling benar8. Tes pilihan ganda penilaiannya sangat mudah
dan cepat, sehingga cocok digunakan untuk ujian yang berskala
besar dan hasil penilaiannya harus segera diumumkan, seperti:
ujian nasional dan ujian akhir sekolah. Namun, untuk
penyusunan teks yang berbentuk pilihan ganda membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Contoh: hasil penjumlahan dari 7- (-10) = .....

a. 3 b. 17

c. -3 d. -17

Ada beberapa hal dalam menyusun teks pilihan ganda


yang perlu diperhatikan, yaitu : 1) soal dan jawaban harus
sesuai; 2) penyusunan kalimat harus jelas; 3) bahasa yang
digunakan mudah dipahami; 4) setiap soal harus mengandung
satu masalah.
b. Pilihan benar salah (true or false)
Tes bentuk pilihan benar salah adalah suatu soal yang
mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah.
Fungsinya adalah untuk mengukur kemampuan siswa dalam
9
membedakan antara fakta dengan pendapat . Untuk
mengerjakan soal berbentuk tes benar salah ini dengan
menggunakan cara melingkari atau menandai pada jawaban
7 Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media (Medan:
Perdana Mulya Sarana, 2014).
8 Wulan and Aristia.
9 Wulan and Aristia.
yang dianggap benar. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum menyusun soal benar salah, yaitu : 1)
membuat petunjuk dengan jelas agar siswa tidak bingung saat
mengerjakan soal tersebut, 2) setiap soal mengandung satu
pengertian, dan 3) menghindari kata yang dapat memberi
petunjuk tentang jawaban yang benar.
Contoh :

Tentukan apakah pernyataan berikut benar apa salah, dan berilah tanda
cheklist (✔) pada jawaban yang tepat !
Benar Salah
Pernyataan
(B) (S)
1. Bilangan ganjil yang dijumlahkan dengan bilangan
genap hasilnya tetap ganjil
2. 209 – 100 = 99

c. Menjodohkan (matching)
Tes dalam bentuk ini sering disebut dengan istilah tes
menjodohkan atau tes mencocokkan. Tes menjodohkan
merupakan suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang
berbeda, yaitu yang satu berisi kumpulan soal dan yang satu
berisi kumpulan jawaban, kemudian siswa diarahkan untuk
mencari dan menempatkan jawaban yang sesuai dengan
pertanyaan10. Bentuk tes menjodohkan ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi informasi
dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Sehingga
semakin banyak hubungan antara pertanyaan dengan jawaban
maka semakin baik pula soal yang dibuat.
Contoh: Pasangkanlah pertanyaan berikut dengan
jawaban yang tepat dan benar!
Pertanyaan Jawaban
1. 3 × 8 = .... a. 0
10 Wulan and Aristia.
2. .... + 4 = 13 b. 24
3. Cos 90 = .... c. 9
4. Sin 90 = .... d. 1

Penyusunan soal tes menjodohkan harus memperhatikan


beberapa teknik, yaitu: 1) menyesuaikan kompetensi dasar dan
indikator; 2) kumpulan soal dikatakan di kolom sebelah kiri dan
jawaban diletakkan di kolom sebelah kanan; dan 3)
menggunakan kalimat/soal yang singkat dan langsung terarah
pada pokok permasalahannya.
d. Isian singkat (melengkapi)
Tes isian singkat atau bisa disebut tes melengkapi atau
menyempurnakan adalah suatu tes yang biasanya ditandai
dengan menjawab pada tempat kosong yang telah disediakan
guru untuk menjawab dengan jawaban singkat 11. Contoh: titik-
titik dibawah ini dengan benar!
i. Bilangan yang dijumlahkan dengan 3 = 5 dan jika
dikurangi dengan 4 = -2 adalah ...
ii. Faktor persekutuan besar (FPB) dari 15 adalah ...
Penyusunan untuk tes isian singkat yaitu: 1) tidak
menggunakan soal yang terbuka saat penyusunan soal; 2) soal
yang ditulis hanya mengandung satu penyelesaian jawaban; 3)
titik-titik kosong adalah tempat jawaban diletakkan, baik pada
akhir atau tengah kalimat; dan 4) untuk membuat soal yang
singkat dan jelas, dapat menggunakan gambar yang
mendukung12.
2. Tes Bentuk Non-Objektif
Tes non objektif bisa disebut juga dengan tes uraian. Tes non-
objektif yaitu tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban siswa
secara uraian, baik bebas maupun terbatas. Tes uraian ini bertujuan
agar siswa mampu menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan
jawaban dengan kata-katanya sendiri, baik dalam bentuk, teknik, dan
11 Asrul, Ananda, and Rosinta.
12 Wulan and Aristia.
gaya yang berbeda satu sama yang lain. Tes non objektif biasanya
13
digunakan untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial , karena itu
merupakan suatu pembelajaran yang tidak bisa hanya dikendalikan
dengan satu pemikiran.
Tes untuk non objektif tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan tes non objektif diantaranya mudah untuk
dibuat, mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan
pendapat serta menyusun jawaban, waktu yang digunakan untuk
membuat soal tes lebih cepat serta penulisan tes non objektif jauh lebih
muda daripada menulis tes objektif. Sedangkan kekurangan dalam tes
bentuk objektif yakni sering dipandang bahwa tes ini tidak adil,
bahkan terdapat pandangan bahwa cara pemberian skornya cukup
dilihat dari panjang pendeknya tes uraian. Tes non objektif ini juga
sulit untuk memeriksa jawaban siswa, hasil pemeriksaannya juga
cenderung tidak tetap bahkan hasil kemampuan siswa dapat terganggu
oleh kemampuan menulisnya.
Bentuk dan uraian terbagi menjadi dua yaitu uraian terbatas
dan uraian bebas, berikut penjelasannya :
a. Uraian Terbatas
Tes uraian terbatas yaitu tes yang menuntut siswa untuk
menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawabannya
sudah dibatasi (terarah). Meskipun banyak kalimat yang
berbeda namun tetap ada pokok-pokok penting yang terdapat
dalam jawaban yang telah ditentukan pada soal. Tes uraian
terbatas digunakan untuk mengetahui atau mengungkapkan
kemampuan siswa dalam berfikir tentang pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan pada kognitifnya, sehingga
jawaban yang digunakan bersifat jelas, pasti atau objektif 14.
Contoh :
i. Sebutkan ciri-ciri bangun persegi !

13 Wulan and Aristia.


14 Pendidikan Profesi Guru, ‘Modul Evaluasi Pembelajaran’, Journal of Chemical Information
and Modeling, 53.9 (2019), 1689–99.
ii. Apa yang dimaksud dengan bangun datar ?
b. Uraian Bebas
Tes uraian bebas merupakan tes yang siswa dibebaskan
dalam mengungkapkan jawaban atau pendapat secara luas dan
menyeluruh sesuai kemampuan diri sendiri. Dalam tes ini,
seluruh jawaban ditentukan oleh siswa, baik dalam
merumuskan, mengorganisasikan, dan menyajikan jawaban,
sehingga jawaban yang diajukan mempunyai ciri dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun demikian, guru harus
tetap mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi
jawaban 15.Contoh :
i. Apa yang kamu ketahui tentang evaluasi pembelajaran?
ii. Mengapa kita harus belajar matematika?
2.6. Teknik Penyusunan Tes
1. Tes tertulis bentuk uraian (essay), untuk menyusun tes yang berbentuk
non objektif atau uraian diperlukan beberapa teknik yang perlu
diperhatikan sebagai berikut16:
a. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal
tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan.
b. Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh tester
misalnya, menyontek dan bertanya kepada tester yang lainnya.
hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan dengan buku
pelajaran.
c. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian lebih baik untuk
membuat pertanyaan-pertanyaan yang tidak seragam atau
bervariasi. Misalnya: Jelaskan perbedaan antara … dengan ...
beserta alasannya!
d. Kalimat yang disusun bersifat ringkas dan padat.
e. Sebelum seseorang mencoba menjawab soal, sebaiknya terlebih
dahulu mengemukakan cara mengerjakannya. Contoh: “Jawaban

15 Arifin.
16 Pendidikan Profesi Guru, Modul Evaluasi Pembelajaran 2019
soal harus ditulis diatas lembaran jawaban dan sesuai dengan urut
nomor”.
2. Tes tertulis bentuk objektif, tes yang berbentuk objektif memiliki
beberapa jenis yang berbeda dan tentunya memiliki teknik penyusunan
yang berbeda juga. Sebelum mengetahui bagaimana teknik
penyusunan tes objektif, terdapat petunjuk operasional yang harus
diketahui oleh pendidik, yaitu:
a. Pendidik harus sering berlatih dalam menyusun tes objektif
b. Dilakukan analisis item (butir) pada butir soal sebelum soal
tersebut diujikan
c. Menggunakan tabel spesifikasi soal atau kisi-kisi dengan
menyusun kalimatnya lebih sederhana, ringkas, dan jelas. Hal ini
dilakukan agar tidak menimbulkan penafsiran ganda dan sebaiknya
soal disusun dengan menggunakan tanda baca serta ditulis dengan
benar. Selain itu, diwajibkan untuk mencantumkan pedoman dan
kunci jawaban.
Berikut ini adalah teknik penyusunan tes objektif berdasarkan jenisnya 17,
yaitu:

a. Melengkapi (completion test), tes ini merupakan tes jenis objektif


yang sangat mirip dengan tes objektif fill in, namun perbedaannya
adalah completion test tidak harus dalam satu kesatuan.
b. Multiple choice tes (pilihan berganda), tes objektif dalam bentuk
ini disajikan beberapa kemungkinan jawaban dan satu jawaban
yang paling benar. Teknik penyusunan pilihan berganda, yaitu:
i. Sebaiknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif
jawaban terdapat kesesuaian.
ii. Kalimat pada tiap-tiap butir soal sebaiknya dapat disusun
dengan jelas.
iii. Sebaiknya soal disusun dengan bahasa yang mudah
dipahami.

17 Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media (Medan:
Perdana Mulya Sarana, 2014)
iv. Setiap butir pertanyaan sebaiknya hanya mengandung satu
masalah meskipun berupa masalah yang kompleks. Contoh:
Hasil pemfaktoran dari x 2−5 x+ 6=0 adalah
a. ( x−2)( x +3)=0
b. ( x +3)(x+3)=0
c. ( x +2)( x−3)=0
d. ( x−2)(x−3)=0
c. Menjodohkan (matching), tes jenis ini juga sering disebut dengan
istilah tes menjodohkan, tes mencari pandangan, tes
menyesuaikan, tes mencocokkan, dan lain-lain. Teknik menyusun
tes menjodohkan, yaitu:
i. Butir-butir soal yang dituangkan dalam bentuk matching test
banyaknya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 15 soal.
ii. Daftar yang berada di sebelah kiri sebaiknya disusun lebih
panjang daripada daftar yang ada di sebelah kanan, agar
jawaban dapat ditemukan dengan mudah oleh seseorang
yang menjawab.
iii. Meskipun terkadang sulit dilakukan, diusahakan soal disertai
dengan petunjuk cara mengerjakan soal yang dibuat
seringkas dan sejelas mungkin.
d. Tes objektif berbentuk fill in (isian), biasanya dalam bentuk cerita
atau karangan. Teknik penyusunan tes objektif dalam bentuk fill
in, yaitu:
i. Jawaban ditulis pada lembar jawaban atau tempat terpisah
dengan pertanyaan agar memudahkan untuk dikoreksi.
ii. ungkapan cerita yang akan dijadikan tes disusun dengan
seringkas mungkin untuk menghemat tempat atau kertas
yang seimbang dengan waktu penyesuaiannya.
iii. Jika jenis mata pelajaran yang akan disajikan memang
memungkinkan pengajaran atau pengujian soal juga dapat
disajikan dalam bentuk gambar.
e. Benar-Salah (True-False), tes ini juga sering disebut sebagai tes
objektif berbentuk “Ya-Tidak” karena terdapat jawaban yang
benar dan ada yang salah. Teknik penyusunan tes yang berbentuk
Benar-salah adalah:
i. Terdapat petunjuk yang jelas bagaimana cara
mengerjakannya untuk memudahkan seseorang yang
menjawab soal.
ii. Hindari pertanyaan yang ambigu, yaitu pertanyaan yang
masih dipertanyakan benar dan salahnya.
iii. Disarankan untuk setiap soal memiliki satu pengertian saja.
iv. Hindari pertanyaan yang mencantumkan kalimat yang
meragukan, misalnya dengan kata “terkadang”,
“barangkali”, “mungkin”, dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Test merupakan sebuah media atau proses yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dan penilaian. Tes merupakan proses penilaian
komprehensif kepada seseorang atau usaha keseluruhan evaluasi program.
Menurut Arikunto (2005:33) tes adalah suatu pengumpul informasi yang
bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes dapat
dibedakan dari beberapa jenis dan pembagiannya yaitu : 1) Tes ditinjau
dari berbagai sudut pandang, 2) Tes ditinjau dari bidang psikologi, 3) Tes
berdasarkan jumlah peserta, 4) Tes berdasarkan penyusunannya, 5) Tes
ditinjau dari waktu, 6) Tes ditinjau dari segi responnya. 7) Tes ditinjau dari
segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya. Tes
dalam suatu evaluasi pembelajaran memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai
media pengukuran terhadap siswa dan juga sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran. Sebelum pelaksanaan tes dalam evaluasi
belajar, perlu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam suatu
instrumen tes. Syarat-syarat tersebut yaitu :

1. Memberitahukan tugas yang akan dilakukan oleh siswa


2. Menyampaikan indikator atau garis besar materi 
3. Rubrik penilaian untuk tampilan tugas yang lebih baik, dengan
maksud memberikan nilai yang sesuai dengan rentang waktu yang sudah
diberikan.
Selain syarat-syarat tes yang perlu diperhatikan, hal lain yang perlu
menjadi perhatian sebelum pelaksanaan tes yaitu ciri atau karakteristik tes
yang baik. Ciri atau karakteristik tes yang baik tersebut yaitu validitas,
reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Namun, dari kelima
ciri tes yang baik tersebut terdapat dua ciri yang sangat perlu untuk
terpenuhi, yaitu validitas dan reliabilitas. Jadi sebuah tes harus memiliki
kesahihan dan keterpercayaan agar hasil tes yang didapat bisa
dipertanggung jawabkan. 
Kemudian dalam sebuah tes terdapat bentuk-bentuk instrumen tes
yang digolongkan menurut fungsinya, jumlah peserta yang mengikuti tes,
tujuan dari tes tersebut, serta bentuk soal dan cara menjawab.
Penggolongan tes dilihat dari fungsinya yaitu tes seleksi, tes awal, tes
akhir, tes diagnostik, tes formatif.  Kemudian, penggolongan tes
berdasarkan jumlah peserta didik yaitu tes kelompok dan tes perorangan.
Penggolongan tes berdasarkan tujuan, yaitu tes bakat, tes minat, tes
intelegensi (tingkat kecerdasan), tes prestasi belajar, tes diagnostik, tes
sikap. Dan, penggolongan tes berdasarkan bentuk soal dan cara
memberikan jawabannya, yaitu tes objektif dan tes non objektif.
Dan yang terakhir yang juga menjadi fokus dalam pelaksanaan
sebuah tes yaitu teknik penyusunan tes. Terdapat berbagai teknik dalam
menyusun tes yang dilakukan untuk mengevaluasi capaian belajar peserta
didik. Metode-metode tersebut dikelompokkan menjadi tes yang berbentuk
non objektif dan tes yang berbentuk objektif. Penyusunan tes yang
berbentuk non objektif dapat menggunakan tes tertulis bentuk uraian.
Kemudian untuk tes tertulis berbentuk objektif, terbagi dalam beberapa
jenis yang untuk setiap jenisnya memiliki teknik penyusunan yang
berbeda-beda. Jenis-jenis tes yang berbentuk objektif yaitu melengkapi,
multiple choice, menjodohkan, tes yang berbentuk fill in, dan yang terakhir
adalah benar atau salah.

3.2. Saran

Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat bermanfaat bagi


penulis dan juga pembaca. Bagi penulis semoga dengan disusunnya
makalah ini dapat meningkatkan keterampilan dalam menyajikan
informasi dan fakta secara jelas dan sistematis. Dan bagi pembaca, semoga
dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi sumber informasi yang
dapat dimanfaatkan dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. 

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran Penulis, ed. by Wajaj Bahaunar Shidiq,
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Revisi (Jakarta
Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2012)
Asrul, Rusydi Ananda, and Rosinta, Evaluasi Pembelajaran, Ciptapustaka Media
(Medan: Perdana Mulya Sarana, 2014)
Guru, Pendidikan Profesi, ‘Modul Evaluasi Pembelajaran’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53.9 (2019), 1689–99
Khaerudin. 2015. Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Jurnal Madaniyah, 2(9), 212-
235, hlm. 213
Raka Joni,Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Surabaya: KaryaAnda, 1984
Ratnawulan, Elis. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cv.Pustaka Setia
Rusdiana A. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cv.Pustaka Setia
Suharsimi Arikunto,Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Sumarna Surapranata,Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum
2004, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005T. 
Suryawati dan Yulfikar. 2012. Kualitas Tes dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Negeri Banda Aceh Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Peluang, 1(1),
71-80, hlm. 73
Widiyanto, Joko. 2018. Evaluasi Pembelajaran. Madiun:Unipma Press
Widodo, Prasetyo Budi. 2006. Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri
Untuk Mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(1), 1-9,
hlm. 3
Wulan, Adea H. Z., and Risa Aristia, ‘Jenis - Jenis Instrumen Dalam Evaluasi
Pembelajaran’, 2018, 1–13 <http://eprints.umsida.ac.id/4050/1/Evaluasi
pembelajaran Adea_Risa-1.pdf>

Anda mungkin juga menyukai