Anda di halaman 1dari 19

1.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari
pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan,
kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama
dalam pembelajaran, dan kemudian menjadi pendekatan yang lebih
modern, yaitu berpusat kepada siswa. Berkembangnya metode dalam
pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di
dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang
masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam
menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya
dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau
pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas
terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas,
menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana
kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang
memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran
mereka sendiri bahkan jarang memasukan soal-soal yang menilai respon
emotional terhadap pengajaran (Santrock, 2007).
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya
mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk
memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa
yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari
pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang
dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kema mpuan
siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
dapat di ranah yang lebih luas.
Salah satu informasi dalam pengendalian mutu tersebut dapat
diperoleh melalui evaluasi (evaluation), penilaian (assessment), pengujian
(testing), dan pengukuran (measurement) penddikan yang valid, kredibel,
komparabel, dan dilakukan secara professional serta independent.

Penilaian seperti ini diharapkan sebagai instrument penjamin mutu,


pengendalian mutu, dan perbaikan sistem mutu pendidikan, baik tingkat
kelas, sekolah regional, maupun di tingkat nasional, bahkan di tingkat
internasional.
Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan oleh guru untuk
memberikan informasi secara autentik, kontinu, dan menyeluruh proses
dan hasil belajar yang telah dicapai oleh murid meliputi ranah
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Dari penilaian tersebut
guru menentukan apakah seorang murid perlu mengulang materi, naik
kelas, lulus ataukah tidak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Penilaian Autentik?
2. Apa saja jenis-jenis penilaian autentik?
3. Langkah-langkah penilaian autentik?
4. Bagaimana program tindak lanjut proses dan hasil belajar?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan definisi penilaian autentik.
2. Mendedkripsikan jenis-jenis penilaian autentik.
3. Mendeskripsikan langkah-langkah penilaian autentik.
4. Mendeskripsikan program tindak lanjut proses dan hasil belajar.
2. Pembahasan
2.1 Definisi dan makna penilaian autentik
Penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan
prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik,
akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas public (pusat kurikulum 2009).
Penilaian autentik memberi kesempatan luas kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang telah di pelajari dan apa yang telah dikuasai selama
proses pembelajaran. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan
pembelajaran secara langsung, membangun kerjas sama, dan menanamkan
tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Penilaian autentik dikembangkan karena penilaian tradisional yang
selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang
menggambarkan kemampuan siswa secara holistic (santrock, 2007).

Penilaian autentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi pengetahuan atau


keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan
nyata. Dengan demikian penilaian ini merupakan sarana bagi sekolah
untuk merealisasikan segala kemauan, kemampuan dan kreatifitas siswa.
Penilaian autentik sering di sejajarkan pengertiannya dengan
performace assessment, alternatife assessment, direct assessment dan
realistic assessment. Penilaian autentik dinamakan penilaian kinerja atau
penilaian berbasis kinerja. Penilaian autentik dikatakan penilaian
alternatife untuk menggantikan penilaian tradisiaonal. Penilaian autentik
dikatakan penilaian karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari
aplikasi bermakna pengetahuan dan keterampilan.
2.2 Perbandingan Penilaian Autentik dengan Penilaian Biasa
Perbandingan berikut ini sangat disederhanakan, tetapi berharap
dapat menggambarkan perbedaan pandangan dan asumsi dari kedua
pendekatan penilaian tersebut. Penilaian tradisional merujuk pada ukuranukuran yang dipaksakan seperti tes pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan, dan bentuk-bentuk serupa lainnya yang biasa digunakan
dalam pendidikan. Di balik penilaian tradisional dan penilaian autentik ada
suatu keyakinan bahwa misi utama sekolah adalah membantu warga
Negara produktif. Esensi dari kedua pandangan tersebut berbeda, berikut
perbedaanya yang esensial.
Menurut pandangan penilaian tradisional (biasa) untuk menjadi
warga yang produktif seseorang harus memiliki sejumlah pengetahuan dan
keterampilan tertentu. Sekolah harus membekali siswa sejumlah
keterampilan dan pengetahuan tersebut. Sekolah seyogianya harus
mengetes para siswa apakah mereka menguasai pengetahuan dan
keterampilan tersebut. Jadi, dalam penilaian tradisional sejumlah
pengetahuan ditetapkan terlebih dahulu.
Sebaliknya penilaian autentik adalah penilaian yang menggiring
kurikulum,

yang

berarty

bahwa

guru

semestinya

pertama-tama

menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh para siswa


tentang hal-hal yang telah dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan sebuah
kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan

baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan


keteramplan-keterampilan yang esensial.
Perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik.
Penilaian Tradisional
Respon memilih
mengusahakan
pengenalan
Guru-tersusun
Tidak langsung bukti

Penilaian Autentik
Melakukan tugas
Kehidupan nyata
aplikasi
Murid-tersusun
Langsung bukti

2.3 Penilaian Autentik Dan Tuntutan Kurikulum 2013


Tuntutan kurikulum 2013 untuk penilaiannya antara lain yaitu :
1) Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah
dalam pembelajaran;
2) Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain.
3) Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik;
4) Penilaiana autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu
dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata
pelajaran yang sesuai;
5) Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah,
menjodohkan, atau membuat jawaban singkat;
6) Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau
guru bekerja sama dengan peserta didik;
7) Pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat
melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu akan dinilai;
8) Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja
mereka sendiri untuk meningkatkan pemahaman yang lebih dalam
tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang
lebih tinggi;
9) Penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang
diperoleh dari luar sekolah;

10) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar,


kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta
keterampilan belajar, karena penilaian itu merupakan bagian dari
proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja;
11) Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan
mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek;
12) Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa
mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya.
2.4 Jenis-jenis Penilaian Autentik
Dalam melaksanakan penilaian autentik yang baik guru harus
memahami secara jelas tujuan yang ingin dicpai. Untuk itu guru harus
bertanya pada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan : (1) sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, (2) focus penilaian
yang akan dilakukan, misalnya berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan, dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai,seperti
penalaran, memori, atau proses. Menurut Hargreaves dkk.,(2001),
penilaian autentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil
belajar yang sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk
antara lain, melalui penilaian proyek, atau kegiatan siswa, penggunaan
portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis, dan petunjuk
observasi. Garis besar bentuk penilaian autentik tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Penilaian Proyek
Proyek merupakan salah satu penilaian autentikyang berupa
pemberian tugas kepada siswa secara berkelompok. Kegiatan ini
merupakan

cara

untuk

mencapai

tujian

akademik

sambil

mengakomodasi berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat


dari masing-masing siswa.

Penilaian

proyek

(project

assesment)

merupakan

kegiatan

penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik


menurut periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan pendidik
pada akhir BAB atau tema pelajaran
2. Penilaian Kinerja
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja :
a. Daftar cek (checklist)
Untuk mengetahui muncul tidaknya unsur-unsur tertentu dari
indicator atau sub indicator yang harus muncul dalam sebuah
peristiwa atau tindakan.
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narrative records)
Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang
apa yang telah dilakukan oleh masing masingpeserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut guru dapat
menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standart
yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale)
Biasanya digunakan dengan

skala

numeric.

Berikut

predikatnya, misalnya 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 =


kurang, 1 = sangat kurang.
d. Memori atau ingatan (memory approach)
Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik
ketika melakukan sesuatu, degan tanpa membuat catatan. Guru
menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan
apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penlaian dimana
peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan
dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. teknik penilaian diri
dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta


mengunkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek

tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah

disiapkan.
Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang
telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau

acuan yang telah disiapkan.


Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik
diminta untuk mrnilai penguasaan pengetahuan dan
keterampilan berfikir sebagai hasil belajar dari suatu mata
pelajaran terntentu berdasarkan atas kriteria atau acuan

yang telah disiapkan.


3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari
dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja
peserta didik perseorangan atau diproduksi secara berkelompok,
memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah seperti berikut ini.
Guru menjelaskan

secara

ringkas

esensi

penilaian

portofolio.
Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio

yang akan dibuat.


Peserta didik, baik sendiri maupun secara berkelompok,
mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun

portofolio pembelajaran.
Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria
tertentu.

4. Jurnal
Jurnal merupakan tulisan yang dibuat siswa untuk menunjukkan
segala sesuatu yang telah di pelajari atau diperoleh dalam proses
pembelajaran.

Jurnal

dapat

digunakan

untuk

mencatat

atau

merangkum topik-topik pokok yang telah dipelajari,perasaan siswa

dalam belajar mata pelajaran tertentu, kesulitan-kesulitan atau


keberhasilan-keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah atau
topic pelajaran, dan catatan atau komentar siswa tentang harapanharapanya alam proses aturan-aturan yang digunakan untuk menilai
kinerja siswa.
5. Penilaian Tertulis
Tes tulis berbentuk urain atau essai menuntuk peserta didik mampu
mengingat,

memahami,

mengorganisasikan,

menerapkan,

menganalisis, menyintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi


yang sudah dipelajari.
Dengan demikian jelas penilaian autentik lebih dapat mengungkapkan
hasil belajar siswa secara holistic, sehingga benar-benar dapat
mencerminkan potensi, kemampuan, dan kreatifitas siswa sebagai
hasil proses belajar. Selain itu penerapan penilaian autentik akan dapat
mendorong siswa untuk lebih aktif belajar dan menerapkan hasil
belajarnya dalam kehidupan nyata. Pentingnya penilaian autentik, baik
dalam proses penilaian maupun peningkatan kualitas pembelajaran,
maka metode pembelajaran seperti ini perlu diterapkan sebagai sarana
untuk

memperbaiki

proses

pembelajaran

sekaligus

untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Penerapan penilaian autentik ini


tentunya tidak langsung mengganti posisi penilaian standart yang
selama ini dilakukan baik oleh guru, sekolah, maupun pemerintah,
akan tetapi dilakukan secara komplementer dengan penilaian standar
sesuai dengan komoetensi yang akan dinilai.
2.5 Langkah-langkah Penilaian Autentik.
Dalam langkah-langkah penilaian autentik yang pertama-tama dan
langkah-langkah penting dalam prosedurnya. Dalam suatu tugas kita perlu
menyatakan kriteria terlebih dahulu untuk menilai kinerja siswa berkenan
dengan tugas tersebut. Dengan kata lain kita mengembangkan sebuah
rubric untuk tugas tersebut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyiapkan
rancangan penilaian autentik adalah sebagai berikut.
1. Langkah 1 mengidentifikasi standar

Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat


dilakukan siswa, tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih
mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan
satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan
siswa pada poin tertentu.
2. Langkah 2 memilih suatu tugas autentik
Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji
standar yang kita buat dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya.
Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan memecahkan soal
pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah
pembagian martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap
anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.
3. Langkah 3 Mengidentifikasi kriteria untuk tugas (taks)
Kriteria tidak lain adalah indicator-indikator dari kinerja yang baik
pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indicator, sebaiknya
diperhatikan

apakah

indicator-indikator

tersebut

sekuensial

(memerlukan urutan) atau tidak.


4. Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubric analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Descriptor
merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level
tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan,
kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubric yang holistik
Dalam rubric holistic. Dilakukan pertimbangan seberapa baik
seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan
kriteria secara keseluruhan.
2.6 Program Tindak Lanjut dan Hasil Belajar
A. Pembelajaran Tuntas
1. Konsep Belajar Tuntas
Pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam
pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik
mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi
tertentu. Prinsip pembelajaran tuntas yaitu ketuntasan secara
individual. Untuk mengukur penguasaan kompetensi perlu
dikembangkan suatu penilaian yang mencakup seluruh kompetensi

dasar dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan oleh


pendidik.
Dalam model yang paling sederhana, carol mengemukakan
bahwa setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan
untuk

mencapai suatu

tingkat

penguasaan, dan

jika

dia

menghabiskan waktu yang diperlukan maka besar kemungkinan


siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika
siswa tidak diberikan cukup waktu atau dia tidak dapat
menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tidak
akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi yang dituju.
2. Prinsip Belajar Tuntas
Pengembangan konsep belajar tuntas mendasarkan
pengembangan pengajarannya pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang
normal dapat menguasai sebagian besar bahan yang diajarkan.
Menurut konsep di luar belajar tuntas, penyebaran dalam kelas
tidak mengikuti distribusi normal, yaitu sebagian kecil siswa
(sekitar 17%) menguasai sebagian kecil bahan ajar, sebagian
besar siswa (sekitar 66%) menguasai sebagian besar bahan, dan
sebagian kecil siswa (17%) menguasai hamper seluruh bahan.
Menjadi

tugas

guru

untuk

merancang

pengajarannya

sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat


menguasai hamper seluruh bahan ajaran.
b. Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan
merumuskan tujuan-tujuan khusus yang hendaknya dikuasai
oleh siswa.
c. Sejalan dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci
bahan ajaran menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil
yang mendukung pencapaian sekelompok tujuan khusus
tersebut.
d. Selain disediakan bahan ajar untuk kegiatan belajar utama, juga
disusun juga bahan ajaran untuk kegiatan perbaikan dan
pengayaan. Perbaikan diberikan kepada siswa yang belum
menguasai bahan ajar secara tuntas, sedangkan pengayaan di

berikan kepada mereka yang perkembangan belajarnya sangat


cepat.
e. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi
mengguakan acuan patokan. Acuan norma menggunnakan
pegangan penguasaan rata-rata kelas, jadi bersifat relative,
sedangkan acuan patokan berpegang pada sesuatu yang telah
ditetapkan.
f. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaanperbedaan individual. Contohnya siswa yang pandai atau cepat
menangkap bahan ajar akan lebih dulu menerima materi baru.
3. Prosedur Belajar Tuntas
Model belajar tuntas dikembangkan oleh Benymin S.
Bloom, menjadi pola atau prosedur pengajara yang dapat
diterapkan dalam memberikan pengajaran kepada satuan kelas.
Secara operasional guru mengambil langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai,
baik yang umum maupun yang khusus.
b. Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran
yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan
dalam waktu kurang lebih dua minggu.
c. Memberikan pengajaran secara klasikal, sesuai dengan unit
pelajaran yang sedang dipelajari.
d. Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit
pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa
dalam mengolah materi pelajaran.
e. Kepada siswa yang bertanya belum mencapai tingkat
penguasaan yang dituntut, diberikan pertolongan khusus,
misalnya bantuan dari seorang teman yang bertindak sebagai
tutor, mendapat pengajaran dalam kelompok kecil, disuruh
mempelajari buku pengajaran yang lain, mengambil unit
pelajaran yang telah diprogramkan dsb.
4. Perbedaan Antara Pembelajaran Tuntas

dan

Pembelajaran

Konvensional
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap
perbedaan individu, maka pembelajaran harus menggunakan

strategi embelajaran yang berasaskan maju berkelanjutan. Untuk


itu pendekatan sistem, yang merupakan salah satu prinsip dsar
dalam teknologi pembelajaran, harus benar benar dapat
diimplementasikan. Salah satu caranya adalah, kompetensi inti dan
kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran
di pecah kedalam satuan satuan, dimana siswa belajar selangkah
demi selangkah dan baru boleh beranjak mempelajari kompetensi
dasar berikutnya setelah menguasai suatu/sejumlah kompetensi
dasar yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.
Sedangkan pembelajaran konvensional dalam kaitan ini di
artikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga
pelaksanaannya kurang memperhatikan keseluruhan situasi belajar.
Dengan memperhatikan uraian diatas dapat dikemukakan
bahwa perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran
konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui
asaz-asaz ketentuan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional
pada umumnya tidak/kurang memperhatikan ketuntasan belajar
khususnya ketuntasan siswa secara individual.
B. Program Remedial
1. Pengertian
Dilihat dari arti katanya istilah remedial berasal dari kata
remedy yang berarti obat, memperbaiki, menolong, karena itu
remedial

berarti

hal-hal/tindakan-tindakan/usaha-usaha

yang

berhubungan dengan perbaikan. Pembelajaran remedial merupakan


layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pembelajaran
remedial
sebaiknya

diberikan

dengan

memperhatikan kesulitan belajar setiap siswa. Akan tetapi, karena


kesulitan yang dialami tiap individu disebabkan oleh faktor yang
berbeda dan beragam, dan sangat berat bagi guru jika
mengatasinya per individu, maka siswa yang mengikuti kegiatan

remedial ini berdasarkan tingkat kesulitan belajarnya, dapat


dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
Tingkat kesulitan ringan
Untuk tingkat kesulitan ringan ini pemecahannya tidak terlalu
sulit. Cara pemecahannya dapat menyuruh siswa untuk
kembali membaca atau mempelajari pokok bahasan dengan

suasana yang lebih serus.


Tingkat kesulitan sedang
Untuk tingkat kesulitan sedang ini guru harus menanganinya
secara khusus. Karena siswa sulit mencerna pokok bahasan
yang di berikan oleh pendidik. Mungkin si siswa mempunyai
masalah pribadi sehingga tidak bisa mencerna pokok bahasan
secara focus. Dalam hal ini guru hendaknya bekerja sama

dengan guru bimbingan koseling.


3. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran Remedial
Pendekatan yang bersifat kuratif
Pendekatan ini diberikan kepada sejumlah siswa yang tidak
mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai

dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar.


Pendekatan yang bersifat prefentif
Pendekatan ini ditentukan pada siswa tertentu yang
berdasaekan data/informasi diprediksikan atau patut diduga
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program

studi tertentu yang akan ditempuhnya.


Pendekatan yang bersifat pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama
proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan
peranan pembimbing dan penyuluhan agar tujuan pengajaran

yang telah dirumuskan berhasil.


4. Pelaksanakan program remedial
Metode pembelajaran remedial
Ada dua cara yang dapat ditempuh :
1. Pemberian bimbingan secara khusus dan perseorangan bagi
siswa yang belum tau mengalami kesulitan dalam
penguasaan KD tertentu. cara ini merupakan cara yang

mudah dan sederhana untuk dilakukan karena merupakan


implikasi dari peran guru sebagai tutor.
2. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan secara khusus, yang
sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran

regular.
Materi dan waktu pelaksanaan program remedial
1. Model pembelajaran remedial diluar jam sekolah (out-side
school hours)
Model ini dilaksanakan untuk membantu kesulitan belajar
siswa terhadap satu atau beberapa materi subjek, sebelum
atau sesudah jam pelajaran regular dilaksanakan.
2. Model pembelajaran remedial pemisahan (withdrawal)
Model ini dilakukan dengan cara memisahkan siswa dari
kelas biasa ke dalam kelas remedial. Pemisahan ini
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar tentang

materi subjek yang dibahas.


C. Program Pengayaan
Program pengayaan merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan akademik tinggi yang berarti
mereka

adalah

peserta

didik

yang

teergolong

cepat

dalam

menyelesaikan tugas belajarnya.


1. Tujuan program pengayaan
Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik
disuruh membuat ringkasan tentang materi pelajaran yang

telah disampaikan oleh guru.


Memupuk rasa sosial karena peserta didik membantu

temannya dalam menyelesaikan tugas.


Menambah wawasan peserta didik.

2. Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan


Faktor anak atau peserta didik : bagi guru atau peserta didik
harus menyadari dan memahami bahwa peserta didik
disamping mempunyai beberapa kesamaan, juga mempunyai

perbedaan-perbedaan yang sifatnya individual.


Faktor kegiatan pengayaan : kegiatan pengayaan yang
diberikan oleh guru harus menunjang pengembangan peserta
didik secara optimal.

Faktor waktu : kegiatan pengayaan dilakukan untuk mengisi


waktu yang dimiliki peserta didik yang cepat menyelesaikan
tugas belajarnya sangat bervariasi , ada yang 25 menit, ada

yang 15 menit dan sebagainya.


3. Teknik / cara pelaksanaan pengayaan
Cara-cara yang dapat ditempuh diantaranya:
a. Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan
memperluas wawasan bagi KD tertentu.
b. Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model,
grafik, bacaan/paragraf, dan lain-lain.
c. Memberikan soal-soal latihan tambahan

yang

bersifat

pengayaan.
d. Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum
mencapai ketuntasan.
D. Program Akselerasi/Percepatan
Kata akselerasi di ambil dari bahasa inggris acceleration yang
berarti percepatan. Pengertian akselerasi diberikan oleh pressey
sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran
pada waktu yang lebih cepat atau usia lebih mudadaripada yang
konvensional. Percepatan/akselerasi adalah proses layanan pendidikan
khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/lebih awal
dari waktu yang telah ditentukan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan.
Akselerasi sebagai suatu program khusus yang dirancang untuk
mengakomodasi keberbakatan siswa, program akselerasi bertujuan
untuk :
1. Memberi kesempatan dan pengalaman yang sifatnya khusus.
2. Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan
inteligensia, bakat, perkembangan afektif dan intuitif.
3. Memberi peluang untuk berpartisipasi aktif dan kooperatife
antar siswa maupun orang tua.
4. Menyiapkan tempat, waktu

dan

stimulasi

bagi

siswa

berbakat.intelektual untuk menentukan sendiri kemampuannya.


5. Memberi peluang kepada siswa yang sama-sama ber intelektual
tinggi agar dapat terpacu mengembangkan dirinya.

Adapun kelebihan dan kekurangan program akselerasi yaitu :


KELEBIHAN
Acceleration :

KEKURANGAN
1. Yang diperhatikan hanya keaktifan

1.Kecakapan siswa terpupuk.

2. kurang memperhatikan hubugan

2.Hubungan dengan masyarakat tidak

sosial,

terputus sama sekali.

ekonomi,

emosi,

kematangan jasmani dan lainlain.

Segregation:

1. merasa grup istimewa lalu merasa

1.Siswa bisa bersaing sepuas-puasnya

tinggi hati.

karena mereka mempunya kecerdasan 2.


yang seimbang.

karena

terisolasi

menjadikan

sosialisasi berkurang.

2.Para pembimbing tugasnya lebih ringan 3. teman sekelas merasa kehilangan


karena siswa sudah terkumpul sesuai

panutan

dengan kemampuannya.

masalah.

Enrichment :
1. Dapat membantu potensi siswa dengan
lancar.
2.Siswa sangat menguasai pelajaran yang
diajarkan .
3.Siswa mempunyai pengetahuan yang

1.

sulit

dalam

memecahkan

untuk

memperkaya

kurikulum yang tepat sekali jika


diterapkan pada siswa berbakat
intelektual yang secara individual
mempunyai perbedaan minat atau
kesenangan.

luas dan mendalam.

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Penilaian autentik adalah penilaian yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan,
dan pengetahuan. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan
siswa dalam konteks dunia nyata.
Jenis-jenis penilaian autentik terdiri atas : penilaian kinerja, evaluasi diri,
esai, proyek dan portofolio

3.2 Saran
Sebaiknya pendidik lebih mengoptimalkan penilaian autentik, agar
proses belajar siswa juga dihargai atau dinilai. Nilai yang didapat siswa
valid dengan hasil yang dikerjakan pada saat ujian.

DAFTAR RUJUKAN
http://pendidikan.probolinggokab.go.id/penerapan-penilaian-autentikdalam-kurikulum-2013/
https://jurnalalishlah.wordpress.com/2014/09/06/penilaian-autentik-dalamkurikulum-2013/
kusaeri.2014. Acuan dan Teknik Penilaian Proses dan hasil belajar dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik proses dan hasil belajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

PENILAIAN AUTENTIK : EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Pendidikan
Yang dibina oleh Dr. Eddy Sutadji, M.Pd

Oleh
Wahyu Kurnianto
140511600118

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIM
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai