Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MENGANALISIS KURIKULUM IPA SD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pendidikaan IPA
Dosen Pengampu : Dr. Barokah Isdaryanti, S.Pd., M.Pd.
Aldina Eka Andriani, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:


1. Dita Maulida Cahyani (1401419290)
2. Latifah Nur Baeti (1401419294)
3. Dyah Purwaningsih (1401419301)
4. Faiza Alvi Millati (1401419323)
5. Nur Faridatus Solehah (1401419324)
Rombel G 2019

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Menganalisis Kurikulum IPA SD”
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Barokah Isdaryanti, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Aldina Eka
Andriani, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik. Kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Semarang, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan Permasalahan ........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum IPA SD 2013 ..................................................................................... 5
2.2 Pendekatan Saintifik ............................................................................................ 8
2.3 Penilaian Otentik ................................................................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 31

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari masa ke masa kurikulum yang terdapat di setiap negera berubah yang ini
menurut sebagian pakar disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang berkembang
dan disamping itu kondisi dan tuntutan zamanpun berubah. Untuk menyesuaikan dengan
zaman, kurikulum pun mengalami perkembangan. Perkembangan itupun terjadi pada
kurikulum di NegaraIndonesia. Sebagai sebuah Negara yang memiliki tujuan berdiri,
kurikulum ini dirasa sangat penting untuk kemudian mengiringi kemajuan Negara.
Karenanya, perkembangan kurikulum ini dianggap menjadi penentu masa depan anak
bangsa. Pada tahun 2013/2014 kurikulum di Indonesia mengalami pergantian dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi untuk mengarahkan peserta didik
menjadi : (1) Manusia berkualitas yang mampu danproaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah. (2) Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan (3) Warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum 2013 memiliki arah yang
jelas untuk meningkatkan kompetensi yang seimbang antara sikap (attitude), keterampilan
(skill), dan pengetahuan (knowledge) sehingga peserta didik memiliki kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills)dan manusia yang memilik kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills). (Kemendikbud,2012)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kurikulum IPA SD 2013?
2. Bagaimana Analisis Pendekatan Saintifik?
3. Bagaimana Analisis Pendekatan Otentik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Kurikulum IPA SD 2013
2. Untuk Mengetahui Analisis Pendekatan Saintifik
3. Untuk Mengetahui Analisis Pendekatan Otentik

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum IPA SD 2013


Kurikulum 2013 adalah salah satu kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan para
peserta didik untuk menghadapi tantangan dimasa depan mereka. Pemerintah melalui menteri
pendidikan dan kebudayaan merasa perlu menyiapkan kurikulum yang lebih mumpuni
dibanding kurikulum sebelumnya. Beberapa alasan dikemukan oleh pemerintah dalam hal ini
Mendikbud mengapa kurikulum 2013 perlu, salah satu diantaranya adalan bonus demografi.
Bonus demografi merupakan sebuah keuntungan yang akan dimiliki oleh Indonesia dimasa
yang akan datang, diperkirakan rentang tahun 2010 - 2035, dimana populasi manusia
Indonesia memiliki jumlah usia produktif tinggi, sementara jumlah usia yang non produktif
mencapai rendah. Bisa dibayangkan apabila pada masa ini jumlah yang produktif ini tidak
produktif.
Yang membedakan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya desain utamanya
kurikulum 2013 adalah menyelaraskan standart kelulusan seperti apa yang diinginkan. Dari
situ baru ditentukan standart isinya, beda dengan kurikulum sebelumnya yang lebih dahulu
menentukan standar isinya.
IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu:
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan;
3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Empat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan metode discovery, metode pembelajaran yang
menekankan pola dasar: melakukan pengamatan, menginferensi, dan
mengomunikasikan/menyajikan. Pola dasar ini dapat dirinci dengan melakukan pengamatan
lanjutan (mengumpulkan data), menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Di dalam
pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam
5
pikirannya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Pandangan dasar
tentang pembelajaran adalah bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari
guru ke peserta didik. Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di
dalam pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta
didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk
dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk
proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi peserta didik anak
tangga yang membawa mereka ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik
sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Bagi peserta didik, pembelajaran harus
bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”. Peserta didik harus didorong
sebagai “penemu dan pemilik” ilmu, bukan sekedar pengguna atau penghafal pengetahuan.
Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik membangun pengetahuan bagi dirinya.
Bagi peserta didik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari
sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang
lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang
sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap
perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan
operasional formal. Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam
percakapan atau kerja sama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu
terserap ke dalam individu tersebut. Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan
pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep
dan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Proses-proses mental itu misalnya mengamati,
menanya dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta
menyajikan hasil kerjanya. Guru IPA harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik mampu bekerjasama untuk
menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa takut salah. Media dan sumber
belajar lainnya digunakan guru untuk memberi bantuan peserta didik melakukan eksplorasi
dalam bentuk mengamati (observing), menghubung-hubungkan fenomena (associating),
menanya atau merumuskan masalah (questioning), dan melakukan percobaan
(experimenting) atau pengamatan lanjutan. Guru IPA seharusnya mampu membantu peserta
didik untuk menyiapkan penyajian pengetahuan dengan bantuan TIK. Pembelajaran IPA
6
untuk tiap materi pokok tertentu seharusnya diakhiri dengan tugas proyek. Guru IPA
seharusnya mendorong, membesarkan hati, memberi bantuan secukupnya, dan memfasilitasi
peserta didik untuk mampu melakukan tugas proyeknya, serta membuat laporan secara
tertulis. Selanjutnya, guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok dalam bentuk presentasi lisan atau tertulis, pameran, turnamen, festival,
atau ragam penyajian lainnya yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik.
Perlu diketahui, bahwa KD IPA diorganisasikan ke dalam empat Kompetensi Inti
(KI). Kompetensi Inti (KI) 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kompetensi Inti (KI) 2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. Kompetensi Inti (KI)
3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan Kompetensi Inti (KI) 4
berisi KD tentang penyajian pengetahuan. Kompetensi Inti (KI) 1, Kompetensi Inti (KI) 2,
dan Kompetensi Inti (KI) 4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam Kompetensi Inti (KI) 3. Kompetensi
Inti (KI) 1 dan Kompetensi Inti (KI) 2 tidak diajarkan langsung (direct teaching), tetapi
indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.
Kurikulum IPA SD 2013 memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
a. Kelebihan
Berdasarkan ulasan di atas, kami berpendapat bahwa ada beberapa kelebihan dari
rancangan kurikulum 2013 dibandingkan kurikulum sebelumnya, diantaranya adalah:
1) Melatih anak lebih peka terhadap lingkungan (alam dan sosial), karena belajar
tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
2) Membiasakan anak berfikir lebih kreatif dan kritis dengan menggunakan daya
nalarnya, mengingat dalam proses pembelajarannya yang semula ditekankan
pada kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, namun dalam rancangan
kurikulum 2013 dilengkapi lagi dengan proses mengamati, menanya, mengolah,
menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
3) Adanya keterbukaan dan transparansi dalam penilaian oleh guru kepada anak
melalui penilaian otentik.
b. Kelemahan
Dengan demikian, kami mencermati ada beberapa kelemahan yang akan menjadi
kendala dalam implementasinya, diantaranya:

7
1) Kurikulum 2013 menuntut kompetensi dan skill guru yang baik, terutama dalam
memadukan berbagai keterampilan (soft skill dan hard skill) dalam setiap
pembelajaran, keterampilan dalam memgembangkan matapelajaran berdasarkan
kompetensi yang ingin dicapai, melakukan penilaian otentik, dan yang paling
utama adalah keterbukaan dari guru.
2) Mengintegrasikan Matapelajaran IPA ke dalam matapelajaran Bahasa Indonesia
dan Kewarganegaraan di SD sudah dapat dipastikan akan terjadi pendangkalan
pemahaman materi IPA pada anak lulusan SD. Dalam hal ini pasti ada beberapa
materi IPA di SD yang akan direduksi atau dihilangkan sama sekali.
3) Pengintegrasian tersebut dikhawatirkan menimbulkan beberapa miskonsepsi dari
guru dan siswa, mengingat banyak istilah-istilah yang berbeda antara mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan Matapelajaran IPA. Juga dikhawatirkan akan
terjadi pengabaian materi-materi tertentu oleh guru jika guru tersebut merasa tidak
menguasai konsep IPA tentang bahasan yang sedang di bahas dalam
matapelajaran Bahasa Indonesia, dan guru lebih menekankan Bahasa Indonesia
dibandingkan IPA, yang seharusnya lebih proporsional.

2.2 Pendekatan Saintifik


2.2.1 Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model pembelajaran yang
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data
melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian
mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014).

Pendekatan saintifik telah dipergunakan dalam pendidikan di Amerika akhir abad ke-
19 di mana pada saat itu pembelajaran sains menekankan pada metode laboratorium
formalistik yang kemudian diarahkan pada fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik
sebenarnya sudah digunakan dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah learning by doing
yang dikenal dengan cara belajar siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
yang secara formal diadopsi dalam Kurikulum 1975.

Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan


kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah
secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa

8
belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide,
meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diarahkan agar


peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya
menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan
untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan)
bukan berpikir mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan menghafal semata (Majid,
2014).
Berikut definisi dan pengertian pendekatan saintifik dari beberapa sumber buku:

 Menurut Rusman (2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran


yang memberikan kesempatan pada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi dan
elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru.
 Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau
prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
 Menurut Karar dan Yenice (2012), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif mengonstruk konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

2.2.2 Tujuan dan Prinsip Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah untuk


mengembangkan karakter siswa. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir
siswa sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang
dihadapinya dan memiliki hasil belajar yang tinggi.

9
Menurut Hosnan (2014), tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik adalah
sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat


tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan
suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

Beberapa prinsip pendekatan Saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai


berikut (Hosnan, 2014):

1. Pembelajaran berpusat pada siswa.


2. Pembelajaran membentuk students self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam struktur kognitifnya.

2.2.3 Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi


mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah data
atau informasi dilanjutkan dengan menganalisis, menalar (associating), dan menyimpulkan,
menyajikan data atau informasi (mengomunikasikan), dan menciptakan serta membentuk

10
jaringan (networking). Menurut Daryanto (2014), langkah-langkah pendekatan saintifik
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
seperti berikut ini:
1. Menentukan objek apa yang akan diamati.
2. Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan
diamati.
3. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diamati, baik primer
maupun skunder.
4. Menentukan dimana tempat objek yang akan diamati.
5. Menentukan secara jelas bagaimana proses pengamatan akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-
alat tulis lainnya.
Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta
didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta
didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta
didik dalamproses pengamatan tersebut.

Berikut ini bentuk pengamatannya:

1. Pengamatan biasa (common observation). Pada pengamatan biasa untuk kepentingan


pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
pengamatan (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan
diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
2. Pengematan terkendali (controlled observation). Seperti halnya pengamatan biasa,
pada pengamatan terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama

11
sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka
juga tidak memiliki hubungan apapun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Namun demikian berbeda dengan pengamatan biasa, pada pengamatan terkendali
pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau situasi yang
dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan pengamatan terkendali termuat
nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diamati.
3. Pengamatan partispatif (participant observation). Pada pengamatan partisipatif,
peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Sejatinya, pengamatan semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian
antropologi khususnya etnografi. Pengamatan semacam ini mengharuskan peserta
didik melibakan diri pada pelaku, komuntias, atau objek yang diamati. Di bidang
pengajran bahasa, misalnya dengan menggunakan pendekatanini berarti peserta didik
hadir dan “bermukim” lansung di tempat subjek atau komunitas tertentu pada waktu
tertentu pula untuk mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibatkan
diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka (Kemendikbud, hal 5)

Praktik pengamatan dalam pembalajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru
melengkapi diri dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti:

 Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.


 Kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual.
 Film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio visual.
 Alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan pengamatan,
dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal
record), catatan berkala dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa
suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek tau faktor faktor yang akan diamati.
Skala rentang, berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya.

Catatan anekdotal berupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru menganai
kelakuan kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diamati. Alat
mekanikal berupa alat mekanik yang dapat diapakai untuk memotret atau merekam peristiwa-
peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diamati.

12
b. Menanya

Pada kurikulum 2013 kegiatan menanya diharapkan muncul dari siswa. Kegiatan belajar
menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati. Menanya menurut Kemendikbud mempunyai fungsi sebagai
berikut:

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik.


2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
ancangan untuk mencari solusinya.
4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan.
5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
6. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat
atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial
dalam hidup berkelompok.
8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.

c. Mengumpulkan informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui
berbagai cara. Peserta didik dapat membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau
objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
13
d. Mengasosiasikan/mengolah informasi

Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar dalam


kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013
untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran
adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
e. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola.
2.3 Penilian Otentik
2.3.1 Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara
signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan
dibandingkan dengantes pilihan ganda terstandar sekali pun.Ketika menerapkan penilaian
autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai
prestasi luar sekolah.Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliabel.
Jadi penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Sunarti, 2014). Penilaian autentik
adalah satu metode evaluasi yang mengharuskan siswa mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki sesuai tugas-tugas dalam kehidupan nyata sehari-hari.Penilaian
autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap,
menngunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam
melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya (Bundu, 2017).Dalam American Library
Association, penilaian autentik di definisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur
kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran. Dalam Newton PublicSchool,penilaian autentik diartikan sebagai penilaian

14
atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupannyata peserta
didik(Rusman, 2015).
Dengan penilaian autentik, peserta didik dilibatkan dalam tugas-tugas autentik yang
bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994). Tugas yang diberikan dapat berupa replika
atauanalogi dari permasalahan yang dihadapi oleh orang dewasa atau profesional dalam
bidangnya. Seperangkat tugas yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran: melakukan penelitian,menulis, merevisi dan
membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa politik terbaru; berkolaborasi
dengan siswa lain melalui debat, dan seterusnya. Singkatnya, penilaian autentik meminta
siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam konteks.

2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penilaian Otentik


Fungsi Penilaian Autentik Fungsi-fungsi penilaian autentik dalam pendidikan menurut
Masnur(2011: 8-11) paling tidak dapat diklasifikasikan kedalam tiga golongan yaitu:
(1)Fungsi Pembelajaran Penilaian autentik sangat penting perannya dalam peningkatan mutu
proses pembelajaran. Dari proses penilaian dapat diperoleh informasi tentang seberapa besar
para peserta didik berhasil mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Dengan
demikian, hasil penilaian memberikan umpan balik bagi guru tentang seberapa besar ia
berhasil melaksanakan pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar.
Dan guru dapat mengetahui pula kemampuan-kemamapuan yang belum dikuasai dan sudah
dikuasi oleh peserta didik.Informasi ini berguna bagi guru untuk melakukan usaha perbaikan
dan peningkatan pembelajaran. Pada sisi lain, penilaian juga memberikan fungsi motivasi
kepada peserta didik, dimana dalam diri peserta didik selalu ada dorongan untuk memperoleh
hasil yang baik dalam setiap penilaian. Penilaian yang dilaksanakan secara intensif dan
teratur akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik. (2)Fungsi Administrasi Penilaian
autentik sangat diperlukan untuk keputusan yang bersifat administratif. Secara berkala
kantor-kantor wilayah Depdiknas biasanya menetukan kualifikasi setiap sekolah, apakah
termasuk baik, sedang atau kurang. Hal inidiperlukan dalam rangka program pembinaan dan
pengembangan sekolah. Salah satu informasi yang diperlukan adalah hasil prestasi belajar
para peserta didik. Bahkan dari penilaian autentik dapat pula diketahui sejauh mana
kurikulum dilaksanakan di suatu sekolah. Untuk sekolah yang memiliki banyak calon peserta
didik tetapi tidak banyak kursi yang tersedia maka bisa memberikan tes masuk sebagai
seleksinya. Dari tes seleksi ini juga bisa mempengaruhi akreditasi suatu sekolah.

15
Setiap akhir semester pihak sekolah membagikan buku rapor. Buku ini sebagai laporan
sekolah kepada masing-masing orang tua peserta didik tentang prestasi belajar anaknya
selama satu semester yang baru saja dilampauinya. Nilai-nilai rapor hendaknya berdasarkan
penilaian autentik yang dilakukan secara cermat agar memberikan informasi secara berguna
bagi para orang tua peserta didik, sebagai bahan bimbingan dan pengarahan kepada anak-
anaknya.Penilaian autentik juga berfungsi sebagai penentuan kenaikan kelas dan tindak lanjut
ke studi yang lebih tinggi lagi. Sehingga penilaian autentik harus dilandasi pada informasi
yang tepat tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. (3) Fungsi Bimbingan Di
samping sekolah memberikan serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu
kepada peserta didik, sekolah pun perlu informasi tentang bakat-bakat khusus yang dimiliki
peserta didik. Informasi bakat ini dapat memberikan saran kepada orang tua tentang bidang
pelajaran atau bidang minat pekerjaan yang lebih sesuai dengan bakat peserta didik.
Keserasian antara bakat dan jenis pekerjaan merupakan salah satu unsur penting dari
keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Informasi tentang bakat khusus setiap peserta
didik dapat diperoleh dari penilaian khusus. Untuk melakukan penilaiannya diperlukan alat-
alat ukur khusus dan dengan cara khusus pula, bisa dengan orang-orang profesional saat
melakukan penilaian. Sekolah bisa meminta bantuan pada lembaga pengujian psikologis.
Berdasarkan informasi tentang bakat peserta didik tersebut, sekolah dapat memberikan
bimbingan dan pengarahan agar peserta didik dapat mengarahkan bakatnya secara maksimal,
sebagaimana yang diharapkan lembaga-lembaga pendidikan.
Tujuan Penilaian Autentik Menurut Mardiah Moenir dalam diklat PPG IPS dan PMP
Malang pada tahun 2006 penilaian autentik yang diharapkandapat digunakan guru sebagai
upaya pengembangan dibidang penilaian karena bertujuan untuk: (1) Menilai kemampuan
individual melalui tugas tertentu; (2) Menetukan kebutuhan pembelajaran; (3) Membantu dan
mendorong siswa; (4) Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik; (5)
Menetukan strategi pembelajaran; (6) Akuntabilitas lembaga; dan (7) Meningkatkan kualitas
pembelajaran

2.3.3 Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic Assessment)


Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) menjelaskan bahwa authentic assesment
menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan
pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi
dalam kehidupan professional.
Berikut ini beberapa macam pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber:
16
1. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat mendekati hasil pendidikan
sains yang diinginkan. Latihan informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam
yang akan dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart, 1995,
dalam Voss, tanpa tahun).
2. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat,
penting, dan bermakna (Hart, 1994). Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas
pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang
pengetahuan yang luas.
3. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan informasi maupun
keterampilan akademik baru pada suatu situasi riil untuk suatu maksud yang jelas.
Asesmen autentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan
seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya
(Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan peserta didik terhadap
suatu mata pelajaran dengan cara yang lain dibanding regugitasi sederhana dari
pengetahuan. Asesmen autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan
sederhana potongan-potongan informasi yang dihafal.
Menurut Jon Mueller penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana siswa
diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari
pengetahuan dan keterampilan esensial. Penilaian autentik biasanya mencakup tugas bagi
siswa untuk melakukan dan sebuah rubrik di mana kinerja mereka pada tugas yang akan
dievaluasi.
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks
yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001
dalam Santrock, 2007). Penilaian autentik muncul dikarenakan penilaian tradisional yang
sering kali mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock, 2007).
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri assessment authentic:
1. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
2. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
3. Penilaian terhadap produk atau kinerja.
4. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
2.3.4 Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik
Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa di sekolah
merupakan suatu solusi yang bisa ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang
17
dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik
bagi siswa itu sendiri maupun pihak guru atau sekolah.
Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total seberapa baik
pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan
kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya,
menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan
pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian
berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan
mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat,
menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang
lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann &
Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).
Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif
mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa
dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil
belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa
tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi
diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia
nyata.
Tujuan Penilaian Autentik, yaitu :
 Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata.
Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.
 Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan
akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat
dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan .

2.3.5 Bentuk dan Strategi Penerapan Penilaian Autentik


Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
a) Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik, yaitu portofolio,
perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
b) Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan,
tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain

18
dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu
observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan prosedur serupa tes atau pengukuran
prestasi peserta didik pada suatu waktu maupun tempat tertentu.
c) Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran
yang paling baik, seperti melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan
masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik dapat terampil
memberikan jawaban perbuatan atau produk yang seksama dan yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Grant, 1990).
Strategi Penilaian Autentik
a) Penilaian kinerja (Performance assessment) yang dikembangkan untuk menguji
kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi
nyata dan konteks tertentu.
b) Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short
investigation) yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas
pembelajaran terhadap sikap siswa.
c) Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia memberikan stimulus dan
bertanya kepada siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa : (i)
suatu tulisan singkat atau jawaban lisan; (ii) suatu pemecahan matematik; (iii) suatu
gambar; (iv) suatu diagram, grafik.
d) Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan
keberhasilan/prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi
tersebut memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat.
e) Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk mengevaluasi partisipasi,
proses dan produk mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian
pribadi.
f) Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana siswa berpikir tentang proses
belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya.
Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam mengorganisasikan cara berpikirnya
dan menuangkannya dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk lainnya.

2.3.6 Macam-macam Penilaian Otentik


a.Penilaian Kinerja

19
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek- aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta
para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi
ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam
bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk
merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya
unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam
sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan
seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup,
2=kurang, 1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakanoleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat
catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah
peserta didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun
tidak cukup dianjurkan. Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan
khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi
tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga,
kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk
menyelesaikan tugas- tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima,
urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja.Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran

20
tertentu.Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta
mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk
menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat
positif.Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.Kedua, peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.Ketiga, mendorong,
membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku jujur.Keempat,
menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data.Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain
lain.Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh
kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.Karena itu,
pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus
dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi
yang diperoleh, dan menulis laporan.
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

21
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian proyek berfokus pada perencanaan,
pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.Laporan penilaian
dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis. Produk akhir dari sebuah
proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.Penilaian produk dari
sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir
secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil
karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari
kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara
analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan
produk tertentu.Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan
secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio
bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain
yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik
atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta
didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.Penilaian
terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.Melalui penilaian
portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik.
Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis,
dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan

22
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.Penilaian portofolio dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2. Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan
guru menyusun portofolio pembelajaran.
4. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
7. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap
tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil
pembelajaran tetap lazim dilakukan.Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai
jawaban dan uraian.Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban
terdiri dari pilihan ganda, pilihanbenar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-
akibat.Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau
pendek, dan uraian.Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,menerapkan, menganalisis,
mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.Testertulis berbentuk
uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.Pada tes tertulis berbentuk esai,
peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan
teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta
didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja,
rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang
ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang
sama, asalkan analisisnya benar. Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua
jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response).Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh
23
guru.Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar
peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

2.3.7 Contoh Istrumen Penilaian Otentik


Indikator Penilaian Keterampilan Mengamati pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Semester I
Standar Kompetensi :
Memahami sifat sifat, perubahan sifat benda, dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau rasa) yang dapat diamat
i akibat dari pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka.

S
N k Total
Indikator Deskriptor
o o Skor
r

a. Menggunakan seluruh alat indra untuk meng


etahui sifat sifat objek minimal 3 alat indra 1
b. Menggunakan seluruh alat indera untuk men
Mengenali sifat – getahui sifat sifat objek sesuai fungsinya
1
sifat sebuah objek denga c. Menggunakan seluruh alat indera untuk men 4
.
n alat indra. getahui sifat sifat objek dengan hati-hati 1
d. Menuliskan sifat -
sifat objek yang diamati berdasarkan penga
matan alat inderanya minimal 2.
1

a. Menuliskan proses perubahan objek. 1


b. Menuliskan proses perubahan objek denga 1
2 Menyatakan perubahan pa
n bahasa yang ilmiah. 4
. da objek.
c. Menuliskan proses perubahan objek denga
n bahasa yang ilmiah dan runtut

24
d. Merumuskan hasil dari proses perubahan o 1
bjek yang diamati dengan benar.
1

1
a. Menunjukkan ciri – ciri suatu objek.
1
b. Menemukan perbedaan ciri –
ciri pada suatu objek dengan objek lainnya.

3 Menyatakan persamaan d c. Menemuka persamaan ciri –


1 4
. an perbedaan pada objek. ciri pada suatu objek dengan objek lainnya.

d. Menyajikan hasil persamaan dan perbedaan objek


yang diamati dengan benar.
1

Keterangan :

1. Skor 4, jika 4 diskriptor terpenuhi ( kategori terampil )

Skor 3, jika 3 diskriptor terpenuhi ( kategori cukup terampil )

Skor 2, jika 2 diskriptor terpenuhi ( kategori kurang terampil )

Skor 1, jika 1 diskriptor terpenuhi ( kategori tidak terampil )

2. Jumlah skor maksimal = 12

3. Nilai akhir = {skor yang diperoleh} : {skor maksimum} ×100

4. Ketuntasan belajar tercapai jika siswa mendapat nilai ≥ 63

5. Kategori keterampilan mengamati:

25
<50 = tidak terampil

50 – 64 = kurang terampil

65 – 82 = cukup terampil

83 – 100 = terampil

Lembar Penilaian

Judul Kegiatan : Praktikum Mengidentifikasi Perubahan Sifat Benda


Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV/I
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda, dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk,warna, atau ra
sa) yang dapat diamati akibat dari
pembakaran, pemanasan, dan diletakkan di udara terbuka.

Nama Siswa : ________________________________

Kelas : ________________________________

Waktu Pengamatan : ________________________________

Skor

No. Aspek yang diamati 4 3 2 1 Jumlah skor

1. Kelengkapan alat dan bahan

2. Menggunakan sebanyak mungkin indra

26
3. Mengumpulkan data

Total skor yang dicapai

Jumlah skor maksimum 12

Keterangan :

Skor 4, jika deskriptor terpenuhi (kategori terampil)

Skor 3, jika deskriptor terpenuhi (kategori cukup terampil)

Skor 2, jika deskriptor terpenuhi (kategori kurang terampil)

Skor 1, jika hanya 1 deskriptor yang terpenuhi (kategori tidak terampil)

Penenetuan kriteria :

Skor 10 -12 : dapat ditetapkan terampil

Skor 8-9 : dapat ditetepakan cukup terampil

Skor 6 -7 : dapat ditetapkan kurang terampil

Skor 3 -5 : dapat ditetapkan tidak terampil

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang dibutuhkannya kurikulum pendidikan IPA SD adalah
pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulakan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk
penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi
yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA
http://dyahayurofiah18.blogspot.com/2014/12/analisis-materi-ipa-sd-pada-kurikulum.html
https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pengertian-prinsip-dan-langkah-pendekatan-
saintifik.html
https://widiyantoroagungpbsi05.wordpress.com/evaluasi-pembelajaran-bahasa/penilaian-
otentik/
http://husnaamatullah1919.blogspot.com/2015/05/penilaian-autentik-authentic-
assessment.html

29

Anda mungkin juga menyukai