Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan
dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa
jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka
maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi
pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar
untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan
kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas
pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program
pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas
program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi tes terhadap
kualitas program pembelajaran sebelumnya. Untuk dapat melakukan
pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program
pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah
berjalan sebelumnya perlu pendekatan interpretasi hasil tes, yang mana hal
yang paling mengandung kemungkinan penyalahgunaan tes adalah
penginterpretasian hasil tes secara salah.
Oleh karena itu maka interpretasi hasil tes harus diikuti tanggung jawab
professional. Bila hasil tes diinterpretasi secara tidak patut, dalam jangka
panjang akan dapat membahayakan kehidupan peserta tes. Suatu interpretasi
dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi
yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut antara lain:
1. Apa Pengertian, Tujuan dan Jenis Interpretasi Hasil Tes?
2. Bagaimana Metode atau Pendekatan dalam Interpretasi Hasil Tes?
3. Bagaimana Feedback dan Tindak Lanjut Terhadap Interpretasi Hasil Tes?

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Jenis Interpretasi Hasil Tes


Interpretasi adalah suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-
issu yang rumit dan kemudian membaginya dengan masyarakat awam/umum.
Suatu interpretasi yang baik adalah suatu interpretasi yang dapat membangun
hubungan antara audiens dengan obyek interpretasi. Apabila dilakukan secara
efektif, interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain, dapat
mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka.
Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisa seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa tentang obyektif atau subyektif. Leon H. Levy dalam
buku yang berjudul “Psychological Interpretation” (1963) menyatakan bahwa
interpretasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan apabila ada suatu keadaan
yang sulit untuk dipahami secara biasa atau secara langsung. Pada dasarnya
interpretasi terdiri dari kegiatan memberikan suatu kerangka referensi yang lain
atau mengemukakan suatu bahasa lain bagi sejumlah observasi atau tingkah
laku, dengan tujuan agar hal ini dapat dipergunakan.
Interpretasi atau penafsiran hasil tes bertujuan untuk menerjemahkan dan
memberi makna terhadap skor yang diperoleh testee (orang yang diuji).
Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang
ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan
evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang
diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Sebaliknya jika penafsiran data tidak
berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka ini termasuk kesalahan besar.
Ada dua jenis interpretasi atau penafsiran yaitu:
1. Penafsiran kelompok.
Penafsiran kelompok yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang meliputi
prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap pendidik
dan materi yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuannya adalah
sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui
sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok dan untuk menggandakan
perbandingan antarkelompok.

2
2. Penafsiran individual.
Penafsiran indivudual yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara
perseorangan diantaranya bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis
lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan
yang dihadapinya. Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta
didik mencapai taraf kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang
berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak.
Tidak hanya itu penafsiran juga berupa penafsiran nilai, pengolahan hasil
penilaian memberikan sejumlah skor standar dan nilai bagi setiap siswa, maka
kita harus mampu menafsirkannya. Penafsiran terhadap hasil penilaian dapat
kita bedakan menjadi dua, yakni penafsiran yang bersifat individual dan
penafsiran yang bersifat klasikal.1
Penafsiran hasil penilaian yang bersifat individual. Ada tiga jenis
penafsiran penilaian hasil belajar yang bersifat individual, yakni :
1. Penafsiran tentang tingkat kesiapan, yakni menafsirkan tentang kesiapan
siswa untuk mengikuti pelajaran yang berikutnya, untuk naik kelas, atau
untuk lulus.
2. Penafsiran tentang kelemahan individual, yakni menafsirkan tentang
kelemahan seorang siswa pada sub-tes tertentu, pada satu mata pelajaran,
atau pada keseluruhan mata pelajaran.
3. Penafsiran tentang kemajuan belajar individual, yakni menafsirkan tentang
kemajuan seorang siswa pada satu periode pembelajaran atau pada satu
periode kelas, atau pada satu periode sekolah.
Adapun penafsiran yang bersifat klasikal terdiri dari:
1. Penafsiran tentang kelemahan-kelemahan kelas
Sebagaimana dalam penafsiran individual, yang dimaksud penafsiran
kelemahan di sini adalah penafsiran terhadap, pada bagian mana dari suatu
mata pelajaran atau pada mata pelajaran apa dari seluruh mata pelajaran,
suatu kelas menunjukkan kelemahan.
2. Penafsiran tentang prestasi kelas

1
. Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Jaya, 1986, hlm. 113.

3
Penafsiran tentang prestasi kelas adalah penafsiran tentang, bagaimana
prestasi anak secara klasikal terhadap bahan evaluasi yang kita berikan.
3. Penafsiran tentang perbandingan kelas
Penafsiran tentang perbandingan antar kelas adalah penafsiran yang
digunakan untuk membandingkan antara kelas yang satu dengan kelas
yang lain (yang paralel) tentang prestasi yang diperoleh.
4. Penafsiran tentang susunan kelas
Penafsiran tentang susunan kelas adalah penafsiran yang digunakan
untuk mengetahui kondisi kelas. Apakah kelas yang kita kelola merupakan
kelas yang hiterogen, normal atau homogen.
Pedoman yang digunakan untuk mengetahui kondisi kelas adalah:
1. jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya menunjukkan
perbedaan yang besar maka kelas tersebut dikatakan heterogen.
2. jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya memberikan
gambaran seperti kurva normal, maka kelas tersebut merupakan kelas yang
normal.
3. jika kelas terdiri dari siswa-siswa yang taraf kepandaiannya tidak terlalu
beda maka kelas tersebut dikatakan homogen.

B. Metode atau Pendekatan dalam Interpretasi Hasil Tes


Skor yang diperoleh dari tes dapat diolah dalam berbagai teknik
pengolahan tergantung informasi yang dibutuhkan. Seperti rata-rata skor,
standar deviasi, variansi, kecenderungan sentral, menentukan batas lulus,
mentransfer skor ke dalam nilai baku (skala 10, skala 4, dan lain-lain). Ada dua
pendekatan penafsiran hasil tes yaitu berdasarkan acuan patokan (PAP) dan
pendekatan berdasarkan acuan norma (PAN). Acuan patokan untuk
mendeskripsikan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang ditestkan.,
sedangkan acuan norma untuk melihat kedudukan diantara siswa /peserta tes.
Pendekatan yang mana yang akan dipilih tergantung kepada tujuan dari
pelaksanaan tes.
Adapan Metodenya Antara Lain:
1. PAP (Pendekatan Acuan Patokan) atau (Criterion Referenced Evaluation)..

4
PAP mencoba menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan
membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Pa-tokan ini
biasanya ditetapkan sebelum pembelajaran dimulai dan digunakan sebagai
“standar kelulusan”. Standar kelulusan ini di dalam PAP bersifat ajeg dan
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu PAP ini dikenal pula dengan
nama “Standar Mutlak”.
Berhubung standar penilaian ditentukan secara mutlak, maka banyaknya
siswa yang lulus dan memperoleh nilai tinggi akan mencerminkan prestasi
siswa, sekaligus juga mencerminkan penguasaannya terhadap bahan
pelajaran. Sebagai konsekuensi logis penggunaan standar mutlak ini, sangat
mungkin terjadi bahwa sebagian besar siswa dalam satu kelompok lulus
dengan nilai tinggi, atau sebagian besar siswa tidak lulus karena nilainya di
bawah standar minimal, atau jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan
rendah mungkin pula berimbang. Hasil pengolahan yang demikian jika
digambarkan dalam bentuk kurva yang akan berwujud kurva juling positif,
kurva juling negatif, dan kurva normal.
 Penetapan Patokan
Penafsiran hasil tes yang mempergunakan PAP dilakukan dengan
membandingkan nilai hasil tes yang diperoleh siswa dengan patokan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi kriteria yang
dipergunakan untuk menetapkan besarnya patokan itu sendiri hingga kini
belum ada kesepakatan. Oleh karena itu selama ini setiap
lembaga/sekolah biasanya bersepakat untuk membuat patokan yang akan
diberlakukan di tempat masing-masing
 Penggunaan PAP
PAP pada umumnya digunakan untuk menguji tingkat penguasaan bahan
pelajaran.Pengujian tingkat penguasaan bahan biasanya dilaksanakan
pada pengajaran yang berorientasi pada tujuan dan strategi belajar tuntas.
Oleh karena itu nilai seorang siswa yang ditafsirkan dengan standar
mutlak, sekaligus menunjukkan tingkat penguasaan riilnya terhadap
bahan pelajaran dan juga merupakan standar pencapaian indikator sesuai
dengan standar ketuntasan belajar.

5
 Kelebihan PAP
a. Hasil PAP merupakan umpan balik yang dapat digunakan guru
sebagai introspeksi tentang program pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Hasil PAP dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan
tentang perlu atau tidaknya penyajian ulang topik/materi tertentu.
c. Hasil PAP dapat pula membantu guru merancang pelaksanaan
program remidi.
 Kelemahan PAP
a. Dalam penerapan sama sekali tidak mempertimbangkan kemampuan
kelompok rata-rata kelas.
b. Bisa terjadi sebagian besar siswa atau mahasiswa tidak dapat
dinyatakan lulus atau tidak dapat dinyatakan naik kelas.

2. PAN (Pendekatan Acuan Norma) atau Norm Referenced Evaluation.


PAN (Norm Referenced Evaluation) dikenal pula dengan sebutan
“Standar Relatif” atau norma kelompok. Pendekatan ini menafsirkan hasil
tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan hasil tes siswa
lain dalam kelompoknya. Alat pembanding itu ditentukan berdasarkan skor
yang diperoleh siswa dalam satu kelompok. Ini berarti bahwa standar
kelulusan baru dapat ditentukan setelah diperoleh skor siswa. Hal ini
mengisyaratkan kepada kita bahwa standar yang dibuat untuk kelompok
tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok lainnya. Begitu pula dengan
standar yang digunakan untuk hasil tes sebelumnya tidak dapat digunakan
untuk hasil tes sekarang atau yang akan datang.
Jadi setiap kali kita memperoleh data hasil tes, kita dituntut untuk
membuat norma baru. Jika dibandingkan anatara norma yang satu dengan
yang lainnya mungkin saja akan ditemukan standar yang sangat berbeda.
Jika kelompok tertentu kebetulan siswanya pintar-pintar, maka
norma/standar kelulusannya akan tinggi. Sebaliknya jika siswanya kurang
pintar, maka standar kelulusannya pun akan rendah. Itulah sebabnya
pendekatan ini disebut standar relatif.

6
Pendekatan PAN ini mendasarkan diri pada asumsi distribusi normal,
walaupun kadar kenormalannya tidak selalu sama untuk tiap kelompok.
Dengan demikian, walau tiap-tiap kelompok sama-sama menghasilkan
kurva normal, mean kurva yang satu dengan kurva lainnya mungkin saja
berbeda. Sebagai konsekuensinya, seorang siswa yang memperoleh nilai
tinggi dalam suatu kelompok mungkin akan memperoleh nilai rendah jika ia
dimasukkan ke dalam kelompok lainnya. Demikian pula sebaliknya.
 Penggunaan PAN
Berbeda dengan PAP, PAN tidak dapat digunakan untuk mengukur kadar
pencapaian tujuan dan tingkat penguasaan bahan. PAN sering digunakan
untuk fungsi prediktif, mera-malkan keberhasilan pendidikan siswa di
masa mendatang atau untuk menentukan peringkat/kedudukan siswa
dalam kelompok.
 Keunggulan PAN
a. Hasil PAN dapat membuat guru bersikap positif dalam
memperlakukan siswa sebagai individu yang unik.
b. Hasil PAN akan merupakan informasi yang baik tentang kedudukan
siswa dalam kelompoknya.
c. PAN dapat digunakan untuk menyeleksi calon siswa yang dites secara
ketat.

C. Bagaimana Feedback dan Tindak Lanjut Terhadap Interpretasi Hasil Tes


a. Feedback
Feedback atau Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh
dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau
meningkatkan pencapaian hasil belajar.[4] Umpan balik hanya dapat
berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu saja, hanya
menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa
tidak terlalu mempengaruhi penampilan siswa. Baru bermanfaat apabila
guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes, baik itu benar
atau salah.

7
Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana
bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi
kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi
terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.2
 Tujuan Umpan Balik
Pengajar perlu mengetahui sejauhmana bahan yang telah dijelaskan dapat
dimengerti murid, karena disinilah tergantung apakah ia dapat
melanjutkan pelajaran dengan bahan berikutnya. Bila murid belum
mengerti bagian tertentu, pengajar harus mengulang lagi penjelasannya.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya bertujuan
untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang
telah dibahas.
 Fungsi Umpan Balik
a. Fungsi Informasional
Slameto (1988) mengacu pada Andreson yang dalam studinya
menemukan bahwa umpan balik yang ditunda (delayed feedback)
lebih efektif dari pada umpan balik yang segera (immadiate feedback).
Yang dimaksud dengan delayed feedback adalah umpan balik yang
diberikan paling cepat dua hari setelah tes dilaksanakan, sedangkan
yang dimaksud dengan immadiate feedback merupakan memberikan
infornasi tentang jawaban namun difikirannya itu masih terlintas
jawaban awal mereka
b. Fungsi motivasional
Dengan adanya umpan balik dapat memotivator siswa untuk
belajar, namun adanya umpan balik yang senantiasa diberikan guru itu
belum selamannya mengandung hal positif terkadang umpan balik
dapat dijadikan sasaran untuk mengancam siswa ataupun melihat
keberhasilannya padahal semestinya jangan begitu.
c. Fungsi komunikasional
Pemberian umpan balik merupakan upaya komunikasi antar siswa
dengan guru, karena dengan adanya umpan balik yang diberikan
2
. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rhineka
Cipta, 2000, hlm. 208.

8
nantinya dapat mberi dorongan agar mereka yang sudah bisa
dikatakan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran tetap harus
belajar dengan giat, dan bagi yang belum juga mengusai bisa juga
dengan mencoba berfikir sendiri tanpa membudidayakan menyontek.3
Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang
dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Remmer
mengatakan “kita bahas di sini penggunaan hasil untuk membantu siswa
memahami diri mereka lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan murid kepada orang tua dan membantu guru dalam
perencanaan instruksi”, selanjutnya Julian C. Stanley mengemukakan
”hanya apa yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan
program”.4
Adapun prinsip-prinsip yang hendaknya dipatuhi dalam pembuatan
laporan adalah:
a. Memuat informasi lengkap dari yang bersifat umum (nilai) hingga yang
bersifat faktual (skor).
b. Mudah dipahami maknanya dan tidak memberi kesan yang terlalu
bervariasi.
c. Mudah dibuat,
d. Dapat dipakai oleh yang bersangkutan.5
Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik
(feed-back) kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik
scara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik dapat dijadikan
sebagai alat bagi guru untuk membantu peserta didik agar kegiatan
belajarnya menjadi lebih baik dan meningkatkan kinerjanya.
Teknik mendapatkan umpan balik yang tepat. Diantaranya:
a. Dengan memancing apersepsi anak didik

3
. Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, Jakarta : Grasindo, 1991, hlm. 150-
152.
4
. Dimyati, Mudjiono, Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan
Mutu Tenaga Kependidikan “Dikti”, 1994, hlm. 64.
5
. Indung, A. Saleh dkk, Evaluasi dan Penelitian Pendidikan. Malang: FIP-IKIP Malang, 1992,
hlm. 140.

9
b. Memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel
c. Menggunakan metode yang bervariasi

b. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan
interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak
lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang
telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi
pemebelajaran itu sendiri.
Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya
merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran
yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran.
Tindak lanjut evaluasi hasil tes pembelajaran perlu dipahami dan
dilakukan oleh setiap pendidik, jika laporan hasil evaluasi pembelajaran itu
kurang maka yang harus dilakukan oleh pendidik adalah mengambil
kebijakan pendidikan khusus kepada siswa yang bersangkutan. Dan
berdasarkan hasil-hasil evaluasi inilah seorang guru dapat merancang
kegiatan tindak lanjut yang perlu dilakukan baik berupa perbaikan
(remedial) maupun berupa penyempurnaan program pembelajaran.6
Tindak lanjut seperti remedial dilakukan setelah peserta didik mengikuti
tes atau ujian kompetensi tertentu, tetapi peserta didik tersebut mendapatkan
sekor nilai di bawah standar minimal yang telah ditetapkan. Dan program
ini hanya dilakukan maksimal dua kali, apabila peserta yang sudah
melakukan program remedial sebanyak dua kali namun nilainya masih di
bawah standart nimimum, maka penanganannya harus melibatkan orang tua
atau wali murid.7

6
. Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hlm. 185.
7
. Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta; Gedung
Persada Press, 2010, hlm. 111.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisa seseorang terhadap suatu
kejadian atau peristiwa tentang obyektif atau subyektif, Interpretasi atau
penafsiran hasil tes bertujuan untuk menerjemahkan dan memberi makna
terhadap skor yang diperoleh testee (orang yang diuji) dan ada dua jenis
interpretasi atau penafsiran yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual.
2. Metode yang digunakan untuk interpretasi hasil tes antara lain: PAP
(Pendekatan Acuan Patokan) atau (Criterion Referenced Evaluation) dan
PAN (Pendekatan Acuan Norma) atau Norm Referenced Evaluation.
3. Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan
pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,


2004.
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Proyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan “Dikti”, 1994.
Haryati, Mimin, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
Jakarta; Gedung Persada Press, 2010.
Indung, A. Saleh dkk, Evaluasi dan Penelitian Pendidikan. Malang: FIP-IKIP
Malang, 1992.
Nurkancana, Wayan, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Jaya, 1986.
Silverius, Suke, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, Jakarta : Grasindo,
1991.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT Rhineka Cipta, 2000.

11

Anda mungkin juga menyukai