Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVALUASI BELAJAR MENGAJAR FISIKA


TEKNIK DAN INSTRUMEN EVALUASI
Dosen pengampu : Dr.Soekarno S.pd,M.pd.i

M.Khoirul anwar 206200016

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN THAHA
SAIFUDIN JAMBI 2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat dan karunianya yang masih di berikan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul MAKALAH EVALUASI
BELAJAR MENGAJAR FISIKA TEKNIK DAN INSTRUMEN WAWANCARA ”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Evaluasi pembelajaran Fisika.Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal
mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca khususnya bagi kami yang membuat makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 15 November 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................ii


Daftar Isi ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................2
A. Teknik Evaluasi Belajar Mengajar ........................................... 2
B. Instrumen Evaluasi Jenis Tes ....................................................2
C. Instrumen Evaluasi Jenis Non Tes ............................................6
BAB III ................................................................................................ 13
PENUTUP ............................................................................................13
A. Kesimpulan ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evaluasi pembelajaran penting dilakukan untuk mengukur ketercapaian
pembelajaran serta mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami materi yang
diajarkan. Keberhasilan evaluasi pembelajaran tergantung pada kemampuan pengajar
dalam merencanakan, melaksanakan, mengolah, dan melaporkannya sesuai prosedur
evaluasi yang benar. Evaluasi pembelajaran dilakukan oleh pendidik dalam rangka
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil
belajar peserta didik, dengan berpedoman pada instrumen yang biasa disebut dengan alat
evaluasi. Alat evaluasi harus berisi beberapa indikator sesuai dengan apa yang akan
dievaluasi, sehingga diperlukan alat evaluasi sebagai alat ukur berstandar dan terperinci
dalam bentuk penilaian, berisi daftar kriteria penilaian yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak. Alat evaluasi pada dasarnya digolongkan
menjadi dua jenis yaitu tes dan non tes. Tes merupakan suatu cara atau teknik yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian, yang
didalamnya terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Hasil belajar dapat berupa
pengetahuan teori dan pengetahuan keterampilan serta sikap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik evaluasi belajar mengajar?
2. Bagaimana instrumen evaluasi belajar mengajar jenis tes?
3. Bagaimana instrumen evaluasi belajar mengajar jenis nontes?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana teknik evaluasi belajar mengajar,
2. Untuk mengetahui instrumen evaluasi belajar mengajar jenis tes,
3. Untuk mengetahui instrumen evaluasi belajar mengajar jenis nont

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Evaluasi Belajar Mengajar


Istilah teknik sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, “teknik-teknik”
dapat kita artikan dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah
teknik disini adalah cara-cara atau metode-metode. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu
proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat di perlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja di rencanakan untuk memperoleh
informasi dan berdasarkan informasi tersebut, kemudian di ambil keputusan.
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai bagaimana mengevaluasi, sebelumnya
perlu diketahui tentang teknik-teknik evaluasi. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa. Pemilihan teknik
evaluasi harus disesuaikan dengan tujuan evaluasi, waktu yang tersedia, tugas yang
dilakukan siswa, dan materi yang telah diajarkan. Secara umum teknik evaluasi dapat
dibedakan menjadi teknik tes dan teknik non-tes.

B. Instrumen Evaluasi Jenis Tes


1. Pengertian Tes
Menurut Djemari (2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menafsirkan
besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang
terhadap stimulasi atau pernyataan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah
pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes.
2. Bentuk-bentuk Tes
Bentuk tes digunakan dilembaga pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya
terbagi menjadi dua yaitu, tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah tes yang
penskorannya dipengaruhi oleh objek jawaban oleh respon yang diberikan oleh peserta
tes. Tes subjektif adalah tes yang penskorannya dipengaruhi oleh jawaban atau respon
peserta tes juga dipengaruhi oleh subjektifitas pemberi skor. Diantara subjektifitas yang
mempengaruhi penskoran yaitu:
a) Ketidak konsistenan penilai

2
b) Hallo effect
c) Pengaruh urutan pemeriksaan
d) Pengaruh bentuk tulisan dan bahasa.
3. Tes Objektif
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau
respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi jawaban atau respons telah disediakan
oleh penyusun butir soal, peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah
disediakan.
Tipe-tipe tes Objektif secara umum yaitu:
a) Tipe benar salah
Tipe benar salah adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai
dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang salah.
b) Tipe menjodohkan
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk tes menjodohkan (matching
test), seperti memasangkan, atau mencocokkan. Butir soal tipe menjodohkan ditulis
dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama disebelah kiri yang berisikan
pertanyaanatau pernyataan. Kelompok kedua disebelah kanan adalah kelompok
jawaban.
c) Tipe pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah
alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar
antara 2 (dua) atau 5 (lima).
4. Tes Subjektif
Tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian (essay). Tes bentuk uraian adalah
bentuk soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal
tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Berdasarkan
tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes uraian
dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu:
a) Tes uraian bebas (Extended response test)
Tes uraian bebas merupakan bentuk tes uraian yang memberi kebebasan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran atau gagasannya

3
dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak
terstruktur.
b) Tes uraian terbatas(Restricted response test)
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes uraian yang memberi batasan-batasan
atau rambu-rambu tertentu kepada peserta tes dalam menjawab soal tes. Batasan atau
rambu-rambu tersebut mencangkup format, isi, ruang lingkup jawaban, contohnya
konteks jawaban yang diinginkan, jumlah butir jawaban yang dikerjakan, keluasaan
uraian jawaban dan luas jawaban yang diminta.
c) Pedoman penyusunan tes uraian
Untuk menghasilkan butir soal tes uraian yang baik, bagi penyusun tes diharapkan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Butir tes hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujiankan,
2) Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari
buku atau catatan,
3) Pada waktu penyusunan butir soal harus sudah dilengkapi dengan kunci jawaban
serta pedoman penskorannya,
4) Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi,
5) Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami.
d) Kelebihan tes uraian
1) Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks,
2) Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan dengan bentuk tes
objektif,
3) Mudah disiapkan dan disusun,
4) Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan,
5) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat yang bagus,
6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan
gaya bahasa dengan caranya sendiri.
e) Kekurangan tes uraian
1) Reliabilitas tes rendah,
2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban,

4
3) Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan,
4) Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama
untuk membedakan prestasi belajar antar siswa.
5. Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar
(Djmari Mardapi. 2008:88-89) yaitu:
a) Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal pengembangan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang
berisi uraian yang menunjukan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki oleh
suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa
saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama.
Spesifikasi tes mencangkup kegiatan yaitu: menentukan tujuan tes, menyusun kisi-
kisi tes, memilih bentuk tes, menentukan panjang tes.
b) Menulis soal tes
Penulisan soal merupakan langkah penjabaran indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah
dibuat.
c) Menelaah soal tes
Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam
pembuatannya masih ditemukan kekurangan atau kesalahan.
d) Melakukan uji coba tes
Melalui uji coba dapat diperoleh data tentang reliabilitas, validitas, tingkat
kesukaran, pola jawaban, dan lain-lain.
e) Menganalisis butir soal tes
Berdasarkan hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir soal yang telah
disusun. Melalui analisis dibutir ini dapat diketahui tingkat kesulitan soal, daya
pembeda, dan juga efektivitas pengecoh.
tingkat kesulitan soal, daya pembeda, dan juga efektivitas pengecoh Langkah ini
biasa dilakukan dalam bentuk tes butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir
soal yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik
sehingga tidak perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena
tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

5
f) Merakit tes
Dalam merakit soal-soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas (ketetapan)
soal seperti nomer urut soal, pengelompokan bentuk soal, lay out dan sebagainya
harus diperhatikan.
g) Melaksanakan tes
Tes yang telah disusun kemudian diberikan kepada peserta didik untuk dikerjakan,
pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam
pelaksanaan tes ini memerlukan pemantauan dan pengawasan agar tes tersebut benar-
benar dikerjakan oleh peserta dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati.
h) Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor atau nilai. Nilai
merupakan alat yang digunakan untuk memotivasi peserta didik dan guru agar
mengajarnya lebih baik lagi. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu mata
pelajaran tertentu, peserta didik akan dapat menyusun rencana untuk memperbaiki,
nilai juga bisa berupa imbalan terhadap jerih payah atau usaha yang telah dilakukan
oleh peserta didik. Oleh karena itu, pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar
peserta didik merupakan indikator keberhasilan belajar peserta didik dan
keberhasilan mengajar pendidik.

C. Instrumen Evaluasi Jenis Non Tes


1) Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif, dan rasional mengena berbagai fenomena, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang
digunakan dalam melakukan observasi yaitu pedoman observasi. Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara
lain:
a. Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh sebab itu, dalam

6
pelaksanaannya evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman
observasi.
1) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif dan
rasional.
2) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
3) Praktis penggunaannya.
Apabila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga
cara yaitu:
a. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap
objek yang diselidiki.
b. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik
teknik msaupun alat tertentu.
c. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil
bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
2) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis nontes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung
dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara yang
dilakukan secara langsung antara pewawancara atau guru dengan orang yang
diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui perantara, sedangkan wawancara tidak
langsung artinya pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik
melalui perantara orang lain atau media.
3) Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu kecendrungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan
cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-
orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau
perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap.
Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu
mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik
terhadap dunia sekitarnya, terutama pada mata pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika
terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru perlu mencari suatu cara atau teknik
tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.

7
Dalam mengukur sikap, guru hendaknya memperhatikan tiga komponen sikap,
yaitu:
a. Kognisi, yaitu berkenaan dengan pengetahuan peserta didik tentang objek.
b. Afeksi, yaitu berkenaan dengan perasan peserta didik terhadap objek.
c. Konasi, yaitu berkenaan dengan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap
objek.
4) Daftar Cek (Check List)
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap
kejadian yang berapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal
memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil
penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya antara lain: membantu guru untuk
mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi kepada
stakeholder. Namun, penilai harus tetap waspada kemungkinan perilaku penting yang
belum tercakup di dalam daftar cek, karena itu penilai jangan terlalu kaku dengan apa
yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut.
5) Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam
tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak mengukur secara mutlak ada
atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala
yang ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar.
Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik.
Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar
timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal
tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
6) Angket (Quetioner)
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kasual. Angket mempunyai kesamaan dengan
wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis,
sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Keuntungan angket antara lain:

8
a. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan
dengan peniliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat
terjamin.
b. Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen.
c. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar
yang dijadikan sampel.

Angket terdiri atas beberapa bentuk yaitu:

a. Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa


kemungkinan jawaban.
b. Bentuk angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban
secara terbuka. Peserta didik secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini
dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi, tetapi
kurang dapat dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisis secara
statistik sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan pandangan yang bersifat
umum.
7) Study Kasus (Case Study)
Study kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik.
Kelas atau Sekolah yang memiliki kasus tertentu misalnya, peserta didik yang sangat
cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan dalam belajar.
Pengertian mendalam dan komprehensif adalah mengungkap semua variable dan
aspek-aspek yang melatarbelakanginya, yang diduga menjadi penyebab timbulnya
perilaku atau kasus tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik
sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta
didik tersebut. Penekanannya adalah pada diagnosis masalah-masalah peserta didik
dan memberikan rekomendasi untuk mengatasinya. Dalam melakukan studi kasus,
guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan
menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang dapat
digunakan adalah depth-interview, yaitu melakukan wawancara secara mendalam.
Jenis data yang diperlukan antara lain latar belakang kehidupan, latar belakang
keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan dan sebagainya.

9
8) Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Catatan incidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa
sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya., terutama yang
berkenaan dengan tingkah laku peserta didik.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan incidental, guru
perlu memperhatikan hal-hal berikut ini.
a. Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan.
Dalam hal apakah penyelidikkan itu harus dilakukan.
b. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan
sementara. Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan beberapa
kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan pencatatan.
Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu
diselidiki itu.
9) Sosiometri
Sosiometri adalah prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai batas
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan
teman sebayanya serta hubungan diantara mereka. Hal ini dapat dilihat ketika mereka
sedang istirahat, bermain atau mengerjakan tugas kelompok. Fenomena tersebut
menunjukkan adanya kekurangmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari oleh
lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari oleh guru dan
dicarikan upaya untuk memperbaikinya, karena dapat mengganggu proses belajarnya.
Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan social peserta didik adalah
sosiometri. Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan sosiometri, yaitu :
a. Memberikan “petunjuk” atau pertanyaan-pertanyaan, seperti : “tulisan pada
selembar kertas nama teman-temanmu yang paling baik” atau “siapa temanmu
yang paling paling baik didalam kelas ?” atau “siapa diantar temanmu yang sering
meminjamkan buku pelajaran kepada teman-teman yang lain”. Usahakan tidak
terjadi kompromi untuk saling memilih diantara peserta didik.
b. Mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik.
c. Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel

10
d. Pilihan-pilihan yang tertera dalam tabel digambarkan pada sebuah sosiogram.
10) Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya pada
inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar salah. Semua jawaban
peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun
demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga
dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian yang biasanya
dapat diketahui melalui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinan,
dan dominasi.
11) Teknik Pemberian Penghargaan Kepada Peserta Didik
Teknik pemberian penghargaan ini dianggap penting karena banyak respons dan
tindakan positif dari peserta didik yang timbul sebagai berikut: tindakan belajar, tetapi
kurang mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru
memberikan penghargaan kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam
berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar.
Depdiknas (2003) mengemukakan, “penghargaan, ganjaran, hadiah, imbalan
(reward) merupakan rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada peserta didik dalam
rangka memperkuat suatu respons (tingkah laku) tertentu yang dipandang baik, tepat
atau sesuai dengan norma (kriteria) yang diharapkan.” Menurut teori behavioristik,
pemberian penghargaan dapat memberikan dampak yang positif bagi peserta didik
dalam belajarnya, yaitu (1) menimbulkan respons yang positif, (2) menciptakan
kebiasaan yang relative kokoh didalam dirinya, (3) menimbulkan perasaan senang
dalam melakukan suatu pekerjaan, (4) menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus
melakukan belajar dan (5) semakin percaya diri.
Pemberian penghargaan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi, semangat, dan kemudahan belajar,
serta memodifikasi tingkah laku peserta didik yang kurang positif menjadi tingkah
laku yang produktif, sehingga peserta didik menjadi aktif dan produktif dalam
belajarnya. Implikasinya adalah guru hanya dapat meningkatkan peranannya dalam
mengelola kegiatan pembelajaran, antara lain (1) menciptakan lingkungan belajar yang
merangsang peserta didik untuk belajar. (2) memberikan penguatan (reinforcement)

11
dalam bentuk penghargaan terhadap tingkah laku peserta didik yang positif, dan (3)
mengembangkan rasa ingin tahu (curiosity) dan kegemaran peserta didik belajar.
Selanjutnya, Imam Al-Ghazali berpendapat apabila anak memperlihatkan suatu
kemajuan, akhlak terpuji atau perbuatan yang baik, guru memuji hasil upaya peserta
didiknya, berterimaksih padanya dan mendukungnya dihadapan teman-temannya guna
menaikkan harga dirinya (self-esteem) serta menjadikannya sebagai model atau
teladan yang harus diikuti. Penghargaan yang diberikan kepada peserta didik
hendaknya berkaitan erat dengan kegiatannya. Misalnya, mendeklamasikan sajak yang
dibuat dengan baik, sehingga dapat meningkatkan motivasi instrinsik dan kreativitas.
Implikasinya dari beberapa hasil penelitian dan pendapat diatas adalah guru harus
menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk memotivasi peserta didik
melakukan kegiatan belajar yang lebih baik. Tugas-tugas belajar yang diberikan
kepada peserta didik sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga peserta didik
merasa senang untuk melakukannya.
Jika pemberian penghargaan tersebut ingin efektif, guru hendaknya menunjukkan
sikap yang ramah, suara yang lembut, bahasa yang santun, kegembiaraan atau
kepuasan terhadap prestasi belajar peserta didik. Di samping itu, penghargaan yang
diberikan akan bermakna bila sesuai dengan hasil karya peserta didik. Dengan kata
lain, jika guru memberikan pujian terhadap peserta didik karena hasil kerjanya baik,
maka pujian itu dapat membangkitkan semangat atau motivasi belajar peserta didik.
Sebaliknya, jika pujian itu diberikan kepada peserta didik yang hasil kerjanya kurang
baik, maka pujian tersebut dianggap tidak sungguh-sungguh, bahkan secara tidak
langsung pujian itu berarti pelecehan. Dalam pemberian penghargaan, ada dua teknik
yang dapat digunakan guru, yaitu “verbal dan nonverbal.” (Depdiknas, 2003).
a. Teknik Verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian, dukungan,
dorongan, atau pengakuan, seperti kata bagus, benar, betul, tepat, baik, dan
sebagainya. Dapat juga dalam bentuk kalimat, seperti prestasimu baik sekali,
saya senang dengan hasil pekerjaanmu, penjelasanmu sangat baik, dan
sebagainya.
b. Teknik Nonverbal, yaiitu pemberian penghargaan melalui: Mimik dan gerakan
tubuh, seperti senyuman, anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan tangan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu:
1. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai hasil belajar siswa. Pemilihan teknik evaluasi harus disesuaikan dengan
tujuan evaluasi, waktu yang tersedia, tugas yang dilakukan siswa, dan materi yang
telah diajarkan.
2. Secara umum teknik evaluasi dapat dibedakan menjadi teknik tes meliputi (tes
objektif dan tes subjektif) dan teknik non-tes melipiuti (obvservasi, wawancara,
skala sikap, daftar cek, skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental,
sosiometri, inventori kepribadian dan teknik pemberian penghargaan kepada
peserta didik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. Buku Evaluasi Program Pembelajaran

Drs.Zainal Arifin,M.Pd. Buku Evakuasi Pembelajaran

14

Anda mungkin juga menyukai