Anda di halaman 1dari 40

TEKNIK PENYUSUNAN INSTRUMEN TES

PENILAIAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI

Disusun Oleh:
1. Marisdwika Salwacitra Rushadi (20803241005)
2. Meilina Shani Atsari (20803241023)
3. Linda Oktaviani (20803244025)
4. Riza Azzahra Safa Hania (20803244027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Penilaian Pembelajaran Akuntansi dengan judul “Teknik Penyusunan
Instrumen Tes”.
Di dalam makalah ini, terdapat informasi-informasi penting mengenai pengembangan
instrumen penilaian tes, salah satunya adalah bentuk-bentuk tes. Bentuk-bentuk tes yang dibahas
dalam makalah ini antara lain tes objektif dan tes uraian.essai. Untuk tes objektif sendiri terdiri
dari tes pilihan ganda, tes benar-salah, tes menjodohkan, dan tes jawaban singkat. Diharapkan
melalui makalah ini, pembaca dapat memiliki gambaran penulisan butir tes yang tepat untuk setiap
jenisnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan tentunya masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik serta masukan yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Kami
sangat berharap, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.

Yogyakarta, 23 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 5
A. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi ................................................................................................ 5
B. Pengertian Tes .................................................................................................................................. 7
C. Bentuk-bentuk Tes ............................................................................................................................ 7
D. Langkah-langkah Penyusunan Tes Instrumen................................................................................. 13
BAB III .......................................................................................................................................................... 39
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 40

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru adalah orang tua peserta didik di sekolah. Seorang guru atau tenaga pendidik,
harus memiliki kompetensi dalam pembelajaran, khususnya dalam penilaian pembelajaran
peserta didik. Salah satu bentuk penilaian tersebut adalah tes dalam pembelajaran.
Penilaian berbentuk tes dalam proses pembelajaran dapat berupa tes tertulis
maupun tes lisan. Kedua jenis tes tersebut bisa digolongkan dalam tes bentuk objektif dan
tes bentuk subjektif. Tes objektif terdiri dari tes pilihan ganda, tes benar-salah, tes
menjodohkan, dan tes jawaban singkat. Sedangkan untuk tes subjektif dapat berupa tes
uraian/essai.
Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini akan dijelaskan berbagai bentuk tes di
atas sekaligus langkah-langkah penyusunannya. Dalam makalah ini juga akan dilengkapi
dengan contoh soal dan latihan soal agar pembaca mampu memahami materi ini dengan
baik dan mampu menyusunn instrumen penilaian tes dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran akuntansi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen penilaian tes?
2. Apa saja bentuk-bentuk tes?
3. Bagaimana langkah-langkah menyusun instrumen tes?

C. Tujuan Pembahasan
1. Pembaca mampu memahami apa itu instrumen penilaian tes.
2. Pembaca mampu mengetahui apa saja bentuk-bentuk tes dan contobnya.
3. Pembaca dapat memahami dan mempraktikkan langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk meyusunan instrumen tes dalam kehidupan sehari-hari khususnya
dalam kegiatan pembelajaran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi


Sebelum membahas mengenai pengembangan instrumen penilaian tes, kita perlu
mengetahui apa itu pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Berikut adalah pengertin
pengukuran dari beberapa ahli:
 Menurut Ebel dan Frisbie, 1991 pengukuran merupakan suatu proses
mengkuantifikasikan dari individu atau karakteristiknya berdasarkan pedoman
tertentu.
 Mardapi, 2016 mengatakan pengukuran adalah kegiatan penentuan angka
(pengkuantifikasian) suatu objek secara sistematik.
 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah suatu kegiatan
pengkuantifikasian individu atau karakteristiknya secara sistematik berdasarkan
pedoman tertentu.
Selain pengukuran, ada juga pengertian penilaian menurut para ahli, yaitu sebagai
berikut:
 Menurut Mardapi (2016: 10), penilaian merupakan serangkaian cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang responden/individu.
 Menurut Cangelosi (1995: 21), Penilaian merupakan keputusan tentang nilai. Oleh
sebab itu, langkah selanjutnya sesuadah melaksanakan pengukuran adalah
penilaian. Penilaian dilakukan setelah siswa menjawab beberapa soal yang terdapat
pada tes. Kemudian hasil jawaban siswa tersebut ditafsirkan dalam bentuk nilai.
 Menurut Suharsimi Arikunto (2009), Penilaian adalah mengambil suatu keputusan
terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
 Menurut S. Eko Putro Widoyoko, 2012: 3, Penilaian ialah sebagai kegiatan
menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria dan aturan-aturan tertentu.
 Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai
data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, menjelaskan

5
serta menafsirkan hasil pengukuran, menggambarkan informasi mengenai sejauh
mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi siswa.
Selanjutnya adalah pengertian evaluasi menurut beberapa ahli, yaitu:
 Menurut Ebel (1991: 23), pengertian evaluasi adalah suatu pengumpulan informasi
yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran dapat
dilaksanakan pada proses rangkaian pembelajaran (evaluasi formatif) dan pada
akhir rangkaian pembelajaran (evaluasi sumatif).
 Menurut Mardapi, 2016 evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan informasi
untuk menentukan pencapaian belajar dalam kelas
 Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penetapan kualitas dari hasil
pengukuran dengan cara membandingkan hasilnya dengan kriteria tertentu untuk
mengambil keputusan.
Sistem penilaian dapat menggunakan dua kriteria yaitu Penilaian Acuan
Kriteria/PAK dan Penilaian Acuan Norma/PAN (Uno dan Koni, 2016). Sistem penilaian
dapat dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi (computer based) dan
menggunakan kertas (paper-based). Kemudian di setiap kegiatan pengukuran selalu
mengandung kesalahan berupa kesalahan pengukuran, kesalahan penyamaan skor, dan
kesalahan prediksi, (Mardapi, 2016). Metode estimasi untuk menaksir besarnya
kesalahan-kesalahan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode yang
dikembangkan berdasarkan teori tes klasik (classical) dan metode yang dikembangkan
berdasarkan teori respons butir (item 8 response theory/IRT). Teori respon butir (item
response theory/IRT) adalah model matematika untuk membuat penyesuaian statistik dari
tes. Model IRT yang terkenal untuk respon dikotomus misalnya, untuk mengukur tingkat
kesulitan butir, daya pembeda, guessing atau kemampuan menebak (Linden dan
Hambleton, 1997).
Penilaian dalam pembelajaran berbentuk tes dan nontes. Instrumen penilaian tes
dalam pembelajaran merupakan suatu perangkat alat untuk menilai hasil pembelajaran.
Penilaian pembelajaran dalam konteks ini adalah alat tes dalam menilai hasil
pembelajaran peserta didik. Terdapat 5 tahap pengembangan tes meliputi:
konseptualiasasi tes, konstruksi tes, uji coba tes, analisis butir, dan revisi tes.

6
B. Pengertian Tes
Dalam pembelajaran, terdapat dua teknik pengumpulan data hasil pembelajaran
yaitu tes dan nontes. Ada beberapa pengertian tes menurut para ahli, yaitu sebagai berikut:
 Menurut Mardapi (2017: 94), tes adalah salah satu bentuk instrumen yang
digunakan untuk pengukuran.
 Menurut Retnawati (2016: 2), tes dilakukan untuk melihat kemampuan responden.
 Menurut Uno dan Koni (2016), tes adalah salah satu alat ukur yang digunakan
dalam assessmen pembelajaran.
 Menurut Ebel dan Frisbie (1991), tes adalah serangkaian pertanyaan dimana setiap
butir memilik jawaban yang benar, dimana peserta didik dapat menjawab secara
lisan atau tulisan. Jenis tes yang paling umum adalah tes uraian, tes objektif, dan
tes tipe kasus matematika.
 Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa tes adalah salah satu instrumen
penggukuran yang berisi serangkaian pertanyaan untuk melihat kemampuan dari
responden. Hasil tes digunakan untuk memantau hasil perkembangan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan.

C. Bentuk-bentuk Tes
Terdapat dua bentuk tes yaitu tes objektif dan tes uraian. Tes objektif merupakan
tes yang sudah disediakan pilihan jawabannya. Tes objektif meliputi tes pilihan ganda, tes
benar-salah, tes menjodohkan, dan tes jawaban singkat. Tes uraian merupakan tes yang
berisi permasalahan atau kasus dan menuntut peserta didik untuk mengkonstruk
jawabannya. Berikut merupakan penjelasan dari macam-macam bentuk tes.
1. Tes Objektif
Tes objektif merupakan serangkaian tes yang sudah tersedia pilihan
jawaban bagi peserta didik atau peserta didik menjawab berupa kata-kata atau
simbol tertentu pada tempat yang sudah disediakan. Menurut Wening dan
Budiastuti (2010: 17), tes objektif ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar yang berupa kemampuan-kemampuan dalam mengingat kembali fakta-
fakta (knowledge), memahami hubungan antara dua hal atau lebih
(comprehension), dan kemampuan dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip

7
(application). Pemberian skor pada tes objektif ini dilakukan secara objektif oleh
pemeriksa. Oleh karena itu, penskoran dapat dilakukan oleh manusia tetapi juga
bisa dilakukan oleh mesin/alat seperti scanner. Bentuk-bentuk tes objektif antara
lain: tes pilihan ganda, tes benar-salah, tes menjodohkan, dan tes jawaban singkat.
 Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif yang memberikan pilihan
(opsi) jawaban kepada peserta didik. Tes pilihan ganda sering disebut
multiple choice test. Peserta didik diperkenankan memilih satu pilihan
jawaban. Pilihan jawaban bisa berupa 4 atau 5 pilihan jawaban. Terdapat
dua bagian dalam satu butir soal pilihan ganda yaitu:
1) Pernyataan atau pertanyaan yang disebut stem. Stem dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jika dalam bentuk pernyataan, maka dapat
berupa pernyataan yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap.
2) Pilihan jawaban atau disebut option.
Tes objektif pilihan ganda dapat berupa tes pilihan ganda biasa,
pilihan 10 ganda analisis hubungan antar faktor, pilihan ganda analisis
kasus, dan pilihan ganda kompleks.
Menurut Wening dan Budiastuti (2010: 21),ada beberapa prinsip
penyusunan tes pilihan ganda, antara lain:
1) Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem)
2) Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan
3) Hindari rumusan kata yang berlebihan
4) Kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan
5) Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana
6) Hindari penggunaan kata-kata teknis atau istilah yang aneh
7) Semua pilihan jawaban harus homogen dan diinginkan sebagai jawaban
yang benar
8) Hindari keadaan dimana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang
dari jawaban yang salah
9) Hindari adanya petunjuk indikator pada jawaban yang benar

8
10) Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi “semua yang di atas benar ”
atau tak satupun yang di atas benar
11) Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan
12) Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang
bermakna tidak tentu, dan
13) Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif
Berikut lelebihan dan kekurangan tes soal pilihan ganda yaitu:
a. Kelebihan
1) Jumlah soal yang banyak
2) Mengukur keterampilan rendah tinggi
3) Penskoran cepat dan objektif
4) Faktor guessing (menebak) jawaban dapat diminalisir
b. Kekurangan
1) Penyusunan soal membutuhkan waktu lama
2) Kurang mampu menyajikan keterampilan peserta didik
3) Sulit menyusun pilihan jawaban yang tepat
4) Kemampuan membaca memengaruhi jawaban peserta
didik.
 Tes Benar-Salah
Tes benar-salah merupakan serangkaian tes yang terdiri dari
pernyataan yang disertai dengan alternatif /pilihan jawaban yang
menyatakan pernyataan tersebut benar atau salah. Selain pilihan
jawabannya benar-salah, pilihan jawaban dapat juga berupa setuju-tidak
setuju. Menurut Ebel dan Frisbie (1991: 133), ada beberapa alasan
penyusunan butir tes benar-salah untuk mengukur pencapaian akademik,
diantaranya adalah:
1) Esensi dari pencapaian pendidikan adalah hasil perintah dari
pengetahuan verbal
2) Semua pengetahuan verbal dapat digambarkan melalui proposisi
3) Proposisi adalah suatu kalimat yang dapat dikatakan benar atau
salah

9
4) Tingkat perintah siswa dari bidang pengetahuan tertentu
ditunjukkan oleh kemampuan mereka dalam menilai kebenaran atau
kesalahan proposisi yang terkait.
Kekurangan dan kelebihan soal benar-salah diantaranya:
a. Kelebihan
1) Jumlah soal yang banyak
2) Penskoran cepat dan objektif
3) Mampu mengukur berpikir tingkat tinggi (misal: analisis
kalimat/pernyataan)
b. Kekurangan
1) Peserta didik dapat menebak jawaban
2) Suit menyusun pertanyaan/pernyataan
3) Hanya menekankan aspek menghafal/mengingat
 Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan merupakan serangkaian tes yang berisi
pernyataan kemudian peserta didik menjodohkannya dengan pilihan
jawaban yang sudah disediakan. Tes menjodohkan sering disebut sebagai
matching-test. Butir soal tes menjodohkan ditulis dalam dua kolom. Kolom
pertama adalah pokok soal atau pernyataan atau stem atau disebut premis.
Kolom kedua adalah kolom pilihan jawaban. Tugas peserta didik adalah
menjodohkan pernyataanpernyataan yang ada di dalam kolom premis
dengan pernyataan-pernyataan yang ada di bawah kolom jawaban.
Kekurangan dan kelebihan tes menjodohkan sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Penyusunan butir soal lebih mudah
2) Penskoran cepat dan objektif
3) Mampu mengukur hal yang bersifat informatif
b. Kekurangan
1) Hanya fokus pada jenjang belajar tingkat rendah
2) Sulit menemukan jawaban yang homogen

10
 Tes Jawaban Singkat
Bentuk tes selanjutnya adalah tes jawaban singkat. Tes jawaban
singkat merupakan bentuk tes dimana peserta didik diperkenankan
menjawab soal/butir tes dengan jawaban singkat. Tes jawaban singkat
biasanya membutuhkan jawaban 1-3 kata bukan 1 kalimat.
Kelebihan dan kekurangan tes jawaban singkat sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Mudah dalam perbuatan
2) Kemungkinan menebak jawaban sangat sulit
3) Cocok untuk soal - soal hitungan
4) Hasil - hasil pengetahuan dapat diukur secara luas
b. Kekurangan
1) Sulit menyusun kata - kata yang jawabannya hanya satu
2) Tidak cocok untuk mengukur hasil - hasil belajar yang komplek
3) Penilaian memerlukan waktu yang lama

2. Tes Uraian/Essai (Subjektif)


Tes uraian merupakan tes yang berisi permasalahan atau kasus dan
menuntut peserta didik untuk mengkonstruk jawabannya. Tes uraian biasa disebut
dengan tes subjektif karena jawaban dari pertanyaan berupa argumen yang didasari
oleh teori atau pengetahuan peserta didik. Pertanyaan dalam soal tes bentuk uraian
hendaknya merupakan soal-soal yang memerlukan pemikiran untuk dapat
memberikan jawabannya. Pengerjaan soal dilakukan dengan peserta didik
memberikan argumen yang berbentuk karangan (essai) sesuai pengetahuan peserta
didik, lalu panjang pendeknya jawaban juga bergantung pada pengetahuan peserta
didik.
Ciri-ciri tes uraian adalah pertanyaannya selalu diawali dengan kata-kata
”Jelaskan, Bagaimana, Mengapa, Berikan alasan, Uraikan, Bandingkan,
Tunjukkan, Bedakan, Simpulkan”. Terdapat dua bentuk tes essai yaitu essai
terbatas (uraian tertutup) dan essai bebas (uraian terbuka). Tes uraian tertutup
adalah tes yang jawaban yang dikehendaki merupakan jawaban yang sifatnya sudah

11
terarah dan sudah dibatasi. Tes uraian terbuka adalah tes yang jawabannya
diberikan sepenuhnya ke peserta didik sesuai pengetahuannya sehingga jawaban
peserta didik bisa luas dan dalam. Tes uraian memiliki karakteristik yaitu:
a. Memberi kebebasan bagi peserta didik dalam menjawab
b. Mudah pembuatan soal 51 dan penskorannya, dan
c. Meminimalisir adanya guessing
Alasan tes uraian merupakan tes yang populer adalah kenyamanan dan
keamanan bagi peserta didik (Ebel dan Frisbie, 1991). Berikut ini kegunaan tes
uraian menurut Wening dan Budiastuti (2010: 18):
a. Mengaplikasikan prinsip
b. Menginterpretasikan hubungan
c. Mengenal dan menyatakan inferensi
d. Mengenal relevansi dari suatu informasi
e. Merumuskan dan mengenal hipotesis
f. Merumuskan dan mengenal kesimpulan yang sahih
g. Mengidentifikasi asumsi yang mendasarkan suatu kesimpulan
h. Mengenal keterbatasan data
i. Mengenal dan menyatakan masalah, dan
j. Mendesain prosedur eksperimen
Berikut ini kelebihan dan kekurangan soal uraian menurut Endrayanto dan
Harumurti (2014: 108):
a. Kelebihan
1) Mampu mengukur hasil belajar kompleks
2) Waktu penyusunan soal relatif singkat
3) Digunakan untuk menilai aspek integratif, hasil yang holistic
b. Kekurangan
1) Penskoran sukit dan membutuhkan waktu lama
2) Hanya menyajikan sampel isi yang sedikit ditinjau dari jumlah soal
yang disajikan
3) Kualitas tulisan sering memengaruhi penskoran jawaban peserta
didik.

12
D. Langkah-langkah Penyusunan Tes Instrumen
Ada beberpa langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan sebuah instrumen
tes yang baik dan benar. Setiap tes juga memiliki langkah yang berbeda-beda. Berikut
merupakan penjelasan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan setiap tes.
1. Tes Pilihan Ganda
Langkah-langkah penyusunan instrumen tes pilihan ganda sebagai berikut.
 Menyusun kisi-kisi tes (tabel spesifikasi tes), yang memuat:
1) Materi pokok yang akan diteskan
2) Aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan
3) Penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
Penyusunan kisi-kisi sangat penting karena kisi-kisi memberikan
acuan atau patokan mengenai materi yang diujikan, teknik, dan bentuk 11
penilaian yang digunakan. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur
tes adalah:
1) Menyusun standar kompetensi
2) Menyusun kompetensi dasar
3) Menentukan indicator
4) Menentukan domain/ranah pencapaian belajar, dan
5) Menentukan bentuk tes.
Menurut Mardapi (2017: 96), prosedur penyusunan spesifikasi tes
meliputi:
1) Menentukan tujuan tes
2) Menyusun kisi-kisi tes
3) Menentukan bentuk tes
4) Menentukan panjang tes
 Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah
tercantum pada tabel kisi-kisi tes
Penulisan butir tes merupakan penjabaran indikator tentang materi
dan tingkat pengalaman belajar yang hendak diukur dalam soal ataupun
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-

13
kisi. Oleh karena itu, setiap butir soal dibuat jelas apa yang ditanyakan,
sehingga jelas pula jawaban yang akan diminta.
Dalam tahap penulisan butir, beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1) Penulisan titik titik dalam pernyataan adalah setelah kalimat selesai
lalu spasi kemudian titik tiga kali kemudian spasi dan diberikan titik
( … .) kemudian di pilihan jawaban diawali huruf kecil dan tidak
diberikan titik (bila bukan kalimat utuh/SPO/SPOK)
2) Jika pilihan jawabannya berupa angka, maka penulisan pilihan
jawaban diurutkan dari yang terkecil ke terbesar atau sebaliknya
3) Jika pilihan jawabannya berupa angka, maka jarak angka pilihan
jawaban tidak terlalu jauh
4) Jika pilihan jawabannya berupa angka, maka pengecoh (distraktor)
juga berupa angka yang jaraknya tidak terlalu jauh
5) Jika pilihan jawabannya menggunakan rupiah maka semua pilihan
jawaban diberi keterangan rupiah
6) Jika pilihan jawabannya berupa kalimat, maka penulisan pilihan
jawaban diurutkan dari kalimat terpendek ke kalimat terpanjang atau
sebaliknya.
 Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis)
Setelah butir soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan telaah soal tes. Tahapan menelaah butir tes merupakan kegiatan
me-review dan merevisi tes yang sudah disusun. Kegiatan review dan revisi
ini idealnya dilakukan oleh tim penelaah yang terdiri dari ahli bidang studi,
ahli pengukuran, dan ahli bahasa.
 Melakukan uji coba soal
Tahap ini penyusun soal melakukan tahap uji coba soal ke sejumlah
peserta didik (minimal 1 kelas). Ujicoba instrumen dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana instrumen penilaian atau tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengetahui
kualitas tes yang telah disusunnya. Validitas soal dapat diketahui dari

14
kisikisi soal, lalu reliabilitas soal atau tingkat keajegan/konsistensi baru
dapat diketahui setelah soal tersebut diujicobakan. Setelah kegiatan uji coba
maka dilakukan perhitungan statistik. Informasi hasil uji coba biasanya
menyangkut hal-hal seperti:
1) Tingkat kesukaran
2) Tingkat daya pembeda
3) Efektivitas distractor
4) Pola jawaban, dan lain sebagainya.
 Analisis soal secara empiris
Setelah kegiatan uji coba tes, maka tahap selanjutnya penyusun
menganalisis hasil uji coba tes. Kegiatan analisis butir dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir tes yaitu butir soal mana yang baik dan butir soal
yang kurang baik bisa direvisi. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau
direvisi, misalnya: pemilihan pilihan jawaban yang tidak seimbang maka
penyusun perlu menganalisis butir soal tersebut. Selain itu, analisis butir tes
dilakukan untuk mengetahui butir tes sudah sesuai dengan kisi-kisi atau
belum, pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik sehingga bisa
memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui
kemampuan mereka sehingga bisa meningkatkan ke arah yang lebih baik,
dan sebagai acuan bagi pendidik untuk memperbaiki penyusunan instrumen
penilaian tes dalam pembelajaran.
 Memperbaiki atau merevisi tes
Tahap ini penyusun memperbaiki atau merevisi butir tes yang telah
dianalisis kesalahannya. Pada tahap perbaikan tes ini diharapkan penyusun
lebih teliti dan jeli dalam melakukan perbaikan butir tes. Hal tersebut karena
tahap selanjutnya adalah merakit tes dan pelaksanaan tes.
 Merakit tes
Pada tahapan ini penyusun menyiapkan komponen-komponen
pendukung untuk penyelenggaraan tes, yang meliputi:
1) Buku tes atau lembar soal tes
2) Lembar jawaban tes

15
3) Kunci jawaban tes
4) Pedoman penilaian atau pedoman penskoran.
Kegiatan merakit instrumen ini dilakukan dengan mengurutkan soal
yang mudah ke yang sulit dengan memperhatikan tata letak atau layout
dalam perakitan instrumen tes.
 Melaksanakan tes-tes yang sudah dirakit lalu diujikan ke peserta didik
Kegiatan pelaksanaan tes ini seluruh peserta didik diberikan
kesempatan untuk mengerjakan seluruh soal pilihan ganda dalam durasi
waktu yang sudah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tes adalah:
1) Waktu penyajian tes
2) Petunjuk mengerjakan
3) Ruangan pengerjaan
4) Tempat duduk peserta didik
Setelah selesai pengerjaan maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
atau koreksi jawaban dan pemberian skor peserta didik. Penskoran
dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Kegiatan
penskoran dilakukan secara objektif.
 Menafsirkan hasil tes
Setelah tahap pelaksanaan tes maka tahap yang terakhir adalah
menafsirkan hasil tes peserta didik. Hasil tes yang sudah dikerjakan oleh
peserta didik lalu ditafsirkan atau dimaknai hasilnya oleh penyusun soal.
Data hasil tes peserta didik ditata, diurutkan, dianalisis sehingga
memberikan informasi kepada pendidik mengenai hasil tes tersebut.
Analisis data hasil tes dapat dilakukan dengan statistik deskriptif yang
berbentuk persentase, mean, median, kuartil maupun statistik inferensial
yaitu korelasi. Informasi hasil tes digunakan sebagai perbaikan sistem,
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi pembelajaran, dan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Hasil tafsiran
tersebut juga memberikan informasi ke penyusun soal bahwa soal yang kita
susun sudah bisa membedakan kemampuan kognitif peserta didik atau

16
belum, berapa peserta didik yang nilainya melebihi nilai ketuntasan
minimal, faktor apa saja yang membuat peserta didik kesulitan menjawab
tes dengan tepat.
Teknik penskoran tes pilihan ganda yaitu dengan menjumlahkan
butir yang dijawab benar. Jika digunakan koreksi terhadap tebakan, skor
yang diperoleh menggunakan rumus berikut. S = R – N-1 W; S = skor
dengan koreksi terhadap tebakan, R = jumlah butir yang dijawab benar, N
= jumlah pilihan jawaban, W = jumlah butir yang dijawab salah. (Mardapi,
2016: 162-163).
Ada beberapa persyaratan penyusunan butir pilihan ganda menurut
Subali (2016: 79), yaitu sebagai berikut:
a. Aspek materi
1) Butir sesuai indicator
2) Hanya terdapat satu kunci jawaban
3) Materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4) Materi pertanyaan sesuai dengan jenjang pendidikan
b. Aspek konstruksi
1) Pokok soal dirumuskan dengan jelas
2) Rumusan soal dan pilihan jawaban dirumuskan tegas
3) Pilihan jawaban benar-benar berfungsi (termasuk pengecoh)
4) Pokok soal tidak mengarahkan ke jawaban yang benar
5) Jika terpaksa menggunakan kata negatif, maha harus
digarisbawahi atau cetak lain
6) Pilihan jawaban homogeny
7) Hindari pilihan jawaban ”semua jawaban benar”
8) Panjang pilihan jawaban relatif sama
9) Pilihan jawaban dalam bentuk angka /waktu diurutkan
10) Wacana, gambar, grafik itu jelas keterangannya
11) Antar butir soal tidak ada keterkaitan
c. Aspek Bahasa
1) Rumusan soal komunikatif

17
2) Kalimat pertanyaan menggunakan bahasa yang baik dan
benar
3) Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
4) Menggunakan bahasa yang umum
5) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
menyinggung peserta didik
Menurut Uno dan Koni (2016: 114), ada juga petunjuk penyusunan
tes pilihan ganda, yaitu sebagai berikut:
a. Penulisan petunjuk pengerjaan yang jelas
b. Menetapkan durasi waktu pengerjaan
c. Penulisan pilihan jawaban diletakkan di bawah soal
d. Terdapat satu contoh soal dan cara pengerjaannya
e. Pertanyaan/soal disusun singkat, jelas, dan padat
f. Tidak terdapat kalimat negatif dalam kalimat pokok soal
g. Setiap butir soal hanya terdapat satu ide
h. Jumlah pilihan jawaban setiap butir soal itu sama
i. Hindari kalimat yang sama dengan buku teks/referensi
Selain itu, ada juga kaidah penyusunan soal pilihan ganda menurut
Endrayanto dan Harumurti (2014: 86-90), diantaranya:
1) Setiap butir soal pilihan ganda hanya memiliki satu jawaban yang
benar
2) Pokok soal (stem) ditulis secara lengkap
3) Pokok soal tidak menggunakan kata negatif (tidak, kecuali)
4) Pilihan jawaban menggunakan struktur bahasa atau kalimat yang
konsisten (panjang pendeknya sama)
5) Tidak mencantumkan pilihan jawaban yang berupa “semua pilihan
jawaban di atas benar” atau “semua pilihan di atas salah”
6) Pilihan jawaban yang berupa angka disusun berdasarkan urutan
kronologisnya (besar kecilnya angka)\
7) Kunci jawaban dibuat secara acak dan jumlahnya proporsional

18
2. Tes Benar-Salah
Berikut ini langkah-langkah penyusunan tes benar-salah:
 Menyusun kisi-kisi tes (tabel spesifikasi tes), yang memuat:
1) Materi pokok yang akan diteskan
2) Aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan
3) Penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
Penyusunan kisi-kisi sangat penting karena kisi-kisi memberikan
acuan atau patokan mengenai materi yang diujikan, teknik, dan bentuk
penilaian yang digunakan. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur
tes adalah:
1) Menyusun standar kompetensi
2) Menyusun kompetensi dasar
3) Menentukan indikator
4) Menentukan domain/ranah pencapaian belajar, dan menentukan
bentuk tes.
Menurut Mardapi (2017: 96), prosedur penyusunan spesifikasi tes
meliputi:
1) Menentukan tujuan tes
2) Menyusun kisi-kisi tes
3) Menentukan bentuk tes
4) Menentukan panjang teks
 Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah
tercantum pada tabel kisi-kisi tes.
Penulisan butir tes merupakan penjabaran indikator tentang materi
dan tingkat pengalaman belajar yang hendak diukur dalam soal ataupun
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-
kisi. Oleh karena itu, setiap butir soal dibuat jelas apa yang ditanyakan,
sehingga jelas pula jawaban yang akan diminta.
Dalam tahap penulisan butir beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1) Penulisan butir soal berupa pernyataan

19
2) Penulisan benar-salah sebelum pernyataan atau setelah pernyataan
selesai dibuat maka disediakan tempat untuk mengisi pilihan benar
atau salah. Peserta didik diperkenankan untuk menjawab benar atau
salah
3) Dalam penulisan butir soal benar-salah tidak dibatasi jumlah kata
dalam pernyataan
4) Dalam penulisan butir soal benar-salah, pemilihan diksi atau ejaan
yang tepat perlu diperhatikan
 Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis)
Setelah butir soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan telaah soal tes. Telaah soal tes dilakukan dengan membaca dan
memahami seluruh butir soal yang sudah disusun. Tahapan menelaah butir
tes merupakan kegiatan me-review dan merevisi tes yang sudah disusun.
Kegiatan review dan revisi ini idealnya dilakukan oleh tim penelaah yang
terdiri dari ahli bidang studi, ahli pengukuran, dan ahli bahasa.
 Melakukan uji coba soal
Tahap ini penyusun soal melakukan tahap uji coba soal ke sejumlah
peserta didik (minimal 1 kelas). Ujicoba instrumen dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana instrumen penilaian atau tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengetahui
kualitas tes yang telah disusunnya. Validitas soal dapat diketahui dari kisi-
kisi soal, lalu reliabilitas soal atau tingkat keajegan/konsistensi baru dapat
diketahui setelah soal tersebut diujicobakan. Setelah kegiatan uji coba maka
dilakukan perhitungan statistik. Informasi hasil uji coba biasanya
menyangkut hal-hal seperti: tingkat kesukaran, tingkat daya pembeda,
efektivitas distraktor, pola jawaban dan lain sebagainya.
 Analisis soal secara empiris
Setelah kegiatan uji coba tes, maka tahap selanjutnya penyusun
menganalisis hasil uji coba tes. Kegiatan analisis butir dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir tes yaitu butir soal mana yang baik dan butir soal
yang kurang baik bisa direvisi. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau

20
direvisi, misalnya: pemilihan kata atau ejaan yang kurang tepat maka
penyusun perlu menganalisis butir soal tersebut. Selain itu, analisis butir tes
dilakukan untuk mengetahui butir tes sudah sesuai dengan kisi-kisi atau
belum, pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik sehingga bisa
memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui
kemampuan mereka sehingga bisa meningkatkan ke arah yang lebih baik,
dan sebagai acuan bagi pendidik untuk memperbaiki penyusunan instrumen
penilaian pembelajaran.
 Memperbaiki atau merevisi tes
Pada tahap ini penyusun memperbaiki atau merevisi butir tes yang
telah dianalisis kesalahannya. Pada tahap perbaikan tes ini diharapkan
penyusun lebih teliti dan jeli dalam melakukan perbaikan butir tes. Hal
tersebut karena tahap selanjutnya adalah merakit tes dan pelaksanaan tes.
 Merakit tes
Pada tahapan ini penyusun menyiapkan komponen-komponen
pendukung untuk penyelenggaraan tes, yang meliputi:
1) Buku tes atau lembar soal tes
2) Lembar jawaban tes
3) Kunci jawaban tes; dan
4) Pedoman penilaian atau pedoman penskoran
Kegiatan merakit instrumen ini dilakukan dengan mengurutkan soal
yang mudah ke yang sulit dengan memperhatikan tata letak atau layout
dalam perakitan instrumen tes.
 Melaksanakan tes
Tes yang sudah dirakit lalu diujikan ke peserta didik. Kegiatan
pelaksanaan tes ini seluruh peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengerjakan seluruh soal benar-salah dalam durasi waktu yang sudah
ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes adalah:
1) Waktu penyajian tes
2) Petunjuk mengerjakan
3) Ruangan pengerjaan, dan

21
4) Tempat duduk peserta didik
Setelah selesai pengerjaan maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
atau koreksi jawaban dan pemberian skor peserta didik. Penskoran
dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Kegiatan
penskoran dilakukan secara objektif.
 Menafsirkan hasil tes
Tahap yang terakhir adalah menafsirkan hasil tes peserta didik.
Hasil tes yang sudah dikerjakan oleh peserta didik lalu ditafsirkan atau
dimaknai hasilnya oleh penyusun soal. Data hasil tes peserta didik ditata,
diurutkan, dianalisis sehingga memberikan informasi kepada pendidik
mengenai hasil tes tersebut. Analisis data hasil tes dapat dilakukan dengan
statistik deskriptif yang berbentuk persentase, mean, median, kuartil
maupun statistik inferensial yaitu korelasi. Informasi hasil tes digunakan
sebagai perbaikan sistem, proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi
pembelajaran, dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan atau
penentuan kebijakan. Hasil tafsiran tersebut juga memberikan informasi ke
penyusun soal bahwa soal yang kita susun sudah bisa membedakan
kemampuan kognitif peserta didik atau belum, berapa peserta didik yang
nilainya melebihi nilai ketuntasan minimal, faktor apa saja yang membuat
peserta didik kesulitan menjawab tes dengan tepat.
Menurut Ebel dan Frisbie (1991: 143-144), terdapat lima
persyaratan untuk menyusun butir benar-salah yang baik yaitu:
1) Pernyataan harus menguji pengetahuan peserta didik tentang
proposisi yang penting
2) Pernyataan memerlukan pemahaman memori
3) Pernyataan benar-salah seharusnya mudah bagi penulis soal agar
tidak diragukan
4) Pernyataan jawaban yang benar seyogyanya hanya yang
berpengetahuan yang dapat mengerjakan
5) Butir pernyataan yang dibuat itu simple

22
Beberapa persyaratan aspek konstruksi penyusunan butir benar-
salah menurut Subali (2016: 78) sebagai berikut:
1) Tidak menggunakan kata negative
2) Hindari pertanyaan yang setengah-setengah (harus tegas benar atau
salah)
3) Jumlah butir benar dan salah harus seimbang
4) Tidak menggunakan pernyataan kutipan
Menurut Uno dan Koni (2016: 112-113), petunjuk penyusunan tes
benar-salah sebagai berikut:
1) Tuliskan huruf B-S pada awal masing-masing butir pernyataan
untuk mempermudah pengerjaan dan penskoran
2) Jumlah butir yang harus dijawab B disarankan jumlahnya sama
dengan yang dijawab S, sehingga hindari menyusun kunci jawaban
dalam bentuk B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS
3) Hindari butir yang masih diperdepatkan/ragu/rancu
4) Hindari pernyataan yang sama dengan buku teks/referensi
Berikut ini kaidah penyusunan soal benar-salah menurut Endrayanto
dan Harumurti (2014: 77-80):
1) Hindari penggunaan kata yang bersifat umum, contoh: umumnya,
biasanya, seringkali, selalu, sebagian besar, yang akan cenderung
mengarahkan ke jawaban benar. Penggunaan kata seperti tidak
pernah, semua, hanya, atau tidak satupun perlu dihindari karena
cenderung mengarahkan ke jawaban salah
2) Distribusi pilihan jawaban benar dan salah seimbang
3) Setiap butir yang disajikan harus memuat pernyataan yang
mengarahkan peserta didik cermat membaca dan berpikir
4) Hindari penyusunan soal dengan memberi petunjuk jawaban
tertentu.
5) Pernyataan butir soal dibuat pendek dan singkat
6) Hindari penyusunan butir soal yang menggunakan pernyataan
negatif ganda

23
7) Setiap butir soal berisi satu konsep
8) Hindari pernyataan yang masih diperdebatkan.
3. Tes Menjodohkan
Pada tes menjodohkan terdapat langkah-langkah penyusunan tes
menjodohkan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
 Menyusun kisi-kisi tes (tabel spesifikasi tes), yang memuat:
1) Materi pokok yang akan diteskan
2) Aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan
3) Penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya
Penyusunan kisi-kisi sangat penting karena kisi-kisi memberikan
acuan atau patokan mengenai materi yang diujikan, teknik, dan bentuk
penilaian yang digunakan. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur
tes adalah:
1) Menyusun standar kompetensi
2) Menyusun kompetensi dasar
3) Menentukan indicator\
4) Menentukan domain/ranah pencapaian belajar, dan\
5) Menentukan bentuk tes
Menurut Mardapi (2017: 96), prosedur penyusunan spesifikasi tes
meliputi:
1) Menentukan tujuan tes
2) Menyusun kisi-kisi tes
3) Menentukan bentuk tes
4) Menentukan panjang tes
 Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah
tercantum pada tabel kisi-kisi tes.
Penulisan butir tes merupakan penjabaran indikator tentang materi
dan tingkat pengalaman belajar yang hendak diukur dalam soal ataupun
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-
kisi. Oleh karena itu, setiap butir soal dibuat jelas apa yang ditanyakan,
sehingga jelas pula jawaban yang akan diminta. Butir pada kolom

24
pernyataan yang dijodohkan disebut premis, sedangkan kolom pilihan
jawaban disebut respons (Uno dan Koni, 2016).
Dalam tahap penulisan butir beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
1) Penulisan butir soal berupa pernyataan, disusun di sebelah kiri
2) Setelah pernyataan selesai dibuat, maka disediakan pilihan jawabn
di sebelah kanan, biasanya berjumlah melebihi jumlah pernyataan.
Contoh: jumlah butir soal atau pernyataan ada 10 soal maka pilihan
jawaban ada 12. Tujuan dilebihkannya pilihan jawaban adalah
sebagai pengecoh (distraktor).
3) Pembuatan pengecoh adalah sewajarnya dengan pilihan jawaban
yang lainnya
4) Dalam penulisan butir soal menjodohkan tidak dibatasi jumlah kata
dalam pernyataan
 Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis)
Setelah butir soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan telaah soal tes. Telaah soal tes dilakukan dengan membaca dan
memahami seluruh butir soal yang sudah disusun. Tahapan menelaah butir
tes merupakan kegiatan me-review dan merevisi tes yang sudah disusun.
Kegiatan review dan revisi ini idealnya dilakukan oleh tim penelaah yang
terdiri dari ahli bidang studi, ahli pengukuran, dan ahli bahasa.
 Melakukan uji coba soal
Tahap ini penyusun soal melakukan tahap uji coba soal ke sejumlah
peserta didik (minimal 1 kelas). Ujicoba instrumen dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana instrumen penilaian atau tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengetahui
kualitas tes yang telah disusunnya. Validitas soal dapat diketahui dari kisi-
kisi soal, lalu reliabilitas soal atau tingkat ke-ajeg-an/konsistensi baru dapat
diketahui setelah soal tersebut diujicobakan. Setelah kegiatan uji coba maka
dilakukan perhitungan statistik. Informasi hasil uji coba biasanya

25
menyangkut hal-hal seperti: tingkat kesukaran, tingkat daya pembeda,
efektivitas distraktor, pola jawaban dan lain sebagainya
 Analisis soal secara empiris
Setelah kegiatan uji coba tes, maka tahap selanjutnya penyusun
menganalisis hasil uji coba tes. Kegiatan analisis butir dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir tes yaitu butir soal mana yang baik dan butir soal
yang kurang baik bisa direvisi. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau
direvisi, misalnya: pemilihan kata atau ejaan yang kurang tepat maka
penyusun perlu menganalisis butir soal tersebut, lalu pilihan jawaban yang
kurang tepat maka penyusun perlu menganalisis pilihan jawaban. Selain itu,
analisis butir tes dilakukan untuk mengetahui butir tes sudah sesuai dengan
kisi-kisi atau belum, pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik
sehingga bisa memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik dapat
mengetahui kemampuan mereka sehingga bisa meningkatkan ke arah yang
lebih baik, dan sebagai acuan bagi pendidik untuk memperbaiki penyusunan
instrumen penilaian tes dalam pembelajaran.
 Memperbaiki atau merevisi tes
Pada tahap ini penyusun memperbaiki atau merevisi butir tes yang
telah dianalisis kesalahannya. Pada tahap perbaikan tes ini diharapkan
penyusun lebih cermat dalam melakukan perbaikan butir tes. Hal tersebut
karena tahap selanjutnya adalah merakit tes dan pelaksanaan tes.
 Merakit tes
Pada tahapan ini penyusun menyiapkan komponen-komponen
pendukung untuk penyelenggaraan tes menjodohkan, yang meliputi:
1) Buku tes atau lembar soal tes
2) Lembar jawaban tes
3) Kunci jawaban tes, dan
4) Pedoman penilaian atau pedoman penskoran
Kegiatan merakit instrumen ini dilakukan dengan mengurutkan soal
yang mudah ke yang sulit dengan memperhatikan tata letak atau layout
dalam perakitan instrumen tes.

26
 Melaksanakan tes
Pada tahap ini, tes yang sudah dirakit lalu diujikan ke peserta didik.
Kegiatan pelaksanaan tes ini seluruh peserta didik diberikan kesempatan
untuk mengerjakan seluruh soal menjodohkan dalam durasi waktu yang
sudah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes
adalah:
1) Waktu penyajian tes
2) Petunjuk mengerjakan
3) Ruangan pengerjaan, dan
4) Tempat duduk peserta didik
Setelah selesai pengerjaan maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
atau koreksi jawaban dan pemberian skor peserta didik. Penskoran
dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Kegiatan
penskoran dilakukan secara objektif.
 Menafsirkan hasil tes
Tahap terakhir adalah menafsirkan hasil tes peserta didik. Hasil tes
yang sudah dikerjakan oleh peserta didik lalu ditafsirkan atau dimaknai
hasilnya oleh penyusun soal. Data hasil tes peserta didik ditata, diurutkan,
dianalisis sehingga memberikan informasi kepada pendidik mengenai hasil
tes tersebut. Analisis data hasil tes dapat dilakukan dengan statistik
deskriptif yang berbentuk persentase, mean, median, kuartil maupun
statistik inferensial yaitu korelasi. Informasi hasil tes digunakan sebagai
perbaikan sistem, proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi pembelajaran,
dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan.
Hasil tafsiran tersebut juga memberikan informasi ke penyusun soal bahwa
soal yang kita susun sudah bisa membedakan kemampuan kognitif peserta
didik atau belum, berapa peserta didik yang nilainya melebihi nilai
ketuntasan minimal, faktor apa saja yang membuat peserta didik kesulitan
menjawab tes dengan tepat.
Menurut Ebel dan Frisbie (1991: 184-185), beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam penyusunan butir tes menjodohkan sebagai berikut:

27
1) Pilih premis dan respon yang homogeny
2) Buat daftar premis dan respon yang singkat
3) Jangan mencoba membuat pasangan “sempurna”, dimana setiap
respon dicocokkan satu kali hanya satu kali untuk setiap premis
4) Sediakan arah yang penjelasan yang jelas untuk mencocokkan
5) Atur respon dan premis secara urut alphabet
6) Jika respon berupa angka, atur berdasarkan dari rendah ke tinggi
7) Gunakan frase yang lebih panjang sebagai premis dan yang lebih
pendek sebagai respon
Persyaratan penyusunan butir menjodohkan menurut Subali (2016:
81-82) sebagai berikut:
a. Aspek materi
1) Butir sesuai indikator
2) Hanya terdapat satu kunci jawaban
3) Materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4) Materi pertanyaan sesuai dengan jenjang pendidikan
b. Aspek konstruksi
1) Seri pernyataan dan pilihan jawaban harus homogeny
2) Jumlah pilihan jawaban harus lebih banyak dari jumlah
pernyataan
3) Seri butir tidak terlalu banyak supaya tidak membingungkan
peserta didik
4) Seri butir harus homogeny
c. Aspek Bahasa
1) Rumusan soal komunikatif
2) Kalimat pertanyaan menggunakan bahasa yang baik dan
benar
3) Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
4) Menggunakan bahasa yang umum
5) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
menyinggung peserta didik

28
Berikut ini kaidah penyusunan soal menjodohkan menurut
Endrayanto dan Harumurti (2014: 94-96):
1) Materi yang diujikan bersifat homogen di dalam satu seri soal
menjodohkan
2) Pilihan jawaban yang disajikan disusun logis, urutan abjad, dan
angka
3) Jumlah maksimal butir soal dalam satu seri soal menjodohkan adalah
10
4) Jumlah pilihan jawaban yang harus dipilih dapat lebih banyak atau
lebih sedikit daripada jumlah pernyataan/pertanyaan
5) Satu seri soal menjodohkan diletakkan dalam satu halaman
4. Tes Jawaban Singkat
Berikut ini langkah-langkah penyusunan tes jawaban singkat:
 Menyusun kisi-kisi tes (tabel spesifikasi tes), yang memuat:
1) Materi pokok yang akan diteskan
2) Aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan
3) Penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
Penyusunan kisi-kisi sangat penting karena kisi-kisi memberikan
acuan atau patokan mengenai materi yang diujikan, teknik, dan bentuk
penilaian yang digunakan. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur
tes adalah:
1) Menyusun standar kompetensi
2) Menyusun kompetensi dasar
3) Menentukan indicator
4) Menentukan domain/ranah pencapaian belajar, dan
5) Menentukan bentuk tes
Menurut Mardapi (2017: 96), prosedur penyusunan spesifikasi tes
meliputi:
1) Menentukan tujuan tes
2) Menyusun kisi-kisi tes
3) Menentukan bentuk tes

29
4) Menentukan panjang tes
 Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah
tercantum pada tabel kisi-kisi tes
Penulisan butir tes merupakan penjabaran indikator tentang materi
dan tingkat pengalaman belajar yang hendak diukur dalam soal ataupun
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-
kisi. Oleh karena itu, setiap butir soal dibuat jelas apa yang ditanyakan,
sehingga jelas pula jawaban yang akan diminta.
Dalam tahap penulisan butir ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
penulisan titik titik dalam pernyataan adalah setelah kalimat selesai lalu
spasi kemudian titik tiga kali kemudian spasi dan diberikan titik ( 45 … .).
 Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis)
Setelah butir soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan telaah soal tes. Tahapan menelaah butir tes merupakan kegiatan
me-review dan merevisi tes yang sudah disusun. Kegiatan review dan revisi
ini idealnya dilakukan oleh tim penelaah yang terdiri dari ahli bidang studi,
ahli pengukuran, dan ahli bahasa. Berikut ini pedoman telaah butir untuk
tes jawaban singkat.
 Melakukan uji coba soal
Tahap ini penyusun soal melakukan tahap uji coba soal ke sejumlah
peserta didik (minimal 1 kelas). Ujicoba instrumen dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana instrumen penilaian atau tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengetahui
kualitas tes yang telah disusunnya. Validitas soal dapat diketahui dari kisi-
kisi soal, lalu reliabilitas soal atau tingkat keajegan/konsistensi baru dapat
diketahui setelah soal tersebut diujicobakan.
Setelah kegiatan uji coba maka dilakukan perhitungan statistik.
Informasi hasil uji coba biasanya menyangkut hal-hal seperti:
1) Tingkat kesukaran
2) Tingkat daya pembeda
3) Efektivitas distractor

30
4) Pola jawaban, dan lain sebagainya
 Analisis soal secara empiris
Setelah kegiatan uji coba tes, maka tahap selanjutnya penyusun
menganalisis hasil uji coba tes. Kegiatan analisis butir dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir tes yaitu butir soal mana yang baik dan butir soal
yang kurang baik bisa direvisi. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau
direvisi, misalnya penggunaan kata yang tidak tepat. Selain itu, analisis
butir tes dilakukan untuk mengetahui butir tes sudah sesuai dengan kisi- kisi
atau belum, pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik sehingga
bisa memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui
kemampuan mereka sehingga bisa meningkatkan ke arah yang lebih baik,
dan sebagai acuan bagi pendidik untuk memperbaiki penyusunan instrumen
penilaian tes dalam pembelajaran.
 Memperbaiki atau merevisi tes
Tahap ini penyusun memperbaiki atau merevisi butir tes yang telah
dianalisis kesalahannya. Pada tahap perbaikan tes ini diharapkan penyusun
lebih cermat dalam melakukan perbaikan butir tes. Hal tersebut karena
tahap selanjutnya adalah merakit tes dan pelaksanaan tes.
 Merakit tes
Pada tahapan ini penyusun menyiapkan komponen-komponen
pendukung untuk penyelenggaraan tes, yang meliputi:
1) Buku tes atau lembar soal tes
2) Lembar jawaban tes
3) Kunci jawaban tes, dan
4) Pedoman penilaian atau pedoman penskoran.
Kegiatan merakit instrumen ini dilakukan dengan mengurutkan soal
yang mudah ke yang sulit dengan memperhatikan tata letak atau layout
dalam perakitan instrumen tes.
 Melaksanakan tes
Tes yang sudah dirakit lalu diujikan ke peserta didik. Kegiatan
pelaksanaan tes ini seluruh peserta didik diberikan kesempatan untuk

31
mengerjakan seluruh soal pijawaban singkat dalam durasi waktu yang
sudah ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes
adalah:
1) Waktu penyajian tes
2) Petunjuk mengerjakan
3) Ruangan pengerjaan, dan
4) Tempat duduk peserta didik
Setelah selesai pengerjaan maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
atau koreksi jawaban dan pemberian skor peserta didik. Penskoran
dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Kegiatan
penskoran dilakukan secara objektif.
 Menafsirkan hasil tes
Setelah tahap pelaksanaan tes maka tahap yang terakhir adalah
menafsirkan hasil tes peserta didik. Hasil tes yang sudah dikerjakan oleh
peserta didik lalu ditafsirkan atau dimaknai hasilnya oleh penyusun soal.
Data hasil tes peserta didik ditata, diurutkan, dianalisis sehingga
memberikan informasi kepada pendidik mengenai hasil tes tersebut.
Analisis data hasil tes dapat dilakukan dengan statistik deskriptif yang
berbentuk persentase, mean, median, kuartil maupun statistik inferensial
yaitu korelasi. Informasi hasil tes digunakan sebagai perbaikan sistem,
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi pembelajaran, dan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Hasil tafsiran
tersebut juga memberikan informasi ke penyusun soal bahwa soal yang kita
susun sudah bisa membedakan kemampuan kognitif peserta didik atau
belum, berapa peserta didik yang nilainya melebihi nilai ketuntasan
minimal, faktor apa saja yang membuat peserta didik kesulitan menjawab
tes dengan tepat.
Menurut Ebel dan Frisbie (1991: 180-182), hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan butir tes jawaban singkat sebagai berikut:
1) Pertanyaan/pernyataan yang harus dilengkapi membutuhkan satu
kata jawaban

32
2) Berpikir tentang jawabannya terlebih dahulu, kemudian tulis
pertanyaan
3) Jika butir merupakan pernyataan tidak lengkap, coba letakkan
jawaban diletakkan di akhir pernyataan
4) Gunakan pertanyaan langsung, kecuali pada pernyataan yang tidak
lengkap
5) Hindari rambu-rambu yang mengarahkan ke jawaban yang benar
6) Buat butir dengan kalimat yang singkat
7) Atur tempat untuk jawaban di sebelah sisi kanan pertanyaan
8) Hindari penggunaan bahasa daerah
Kaidah penyusunan soal jawaban singkat menurut Endrayanto dan
Harumurti (2014: 101-102) sebagai berikut:
1) Penyusunan butir soal menggunakan kalimat yang berbeda dengan
buku teks
2) Penulisan butir soal mengacu jawaban yang singkat dan unik
seperti yang diharapkan
3) Tempat menuliskan jawaban terletak pada akhir kalimat
5. Tes Uraian/Essai
Berikut ini langkah-langkah penyusunan tes uraian
 Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) tes, yang memuat:
a. Materi pokok yang akan diteskan
b. Tingkatan kognitif yang akan diukur, dan
c. Penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya
Penyusunan kisi-kisi sangat penting karena kisi-kisi memberikan
acuan atau patokan mengenai materi yang diujikan, teknik, dan bentuk
penilaian yang digunakan. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur
tes adalah:
1) Menyusun standar kompetensi
2) Menyusun kompetensi dasar
3) Menentukan indikator
4) Menentukan domain/ranah pencapaian belajar, dan

33
5) Menentukan bentuk tes
Menurut Mardapi (2017: 96), prosedur penyusunan spesifikasi tes
meliputi:
1) Menentukan tujuan tes
2) Menyusun kisi-kisi tes
3) Menentukan bentuk tes
4) Menentukan panjang tes
 Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah
tercantum pada tabel spesifikasi kisi-kisi
Penulisan butir tes merupakan penjabaran indikator tentang materi
dan tingkat pengalaman belajar yang hendak diukur dalam soal ataupun
pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-
kisi. Oleh karena itu, setiap butir soal dibuat jelas apa yang ditanyakan,
sehingga jelas pula jawaban yang akan diminta.
Dalam tahap penulisan butir beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu:
a. Pertanyaan membutuhkan sebuah jawaban yang berupa penjelasan
atau konstruk pengetahuan peserta didik
b. Peserta didik diberikan tempat untuk menuliskan jawaban yang
berupa penjelasan, misalnya: alokasi jawaban minimal 3 baris
c. Peserta didik diberikan informasi atau perintah pengerjaan dengan
jelas
d. Setelah pertanyaan, diberikan informasi mengenai skor setiap butir
soal
e. Penyusunan soal dilengkapi dengan kunci jawaban dan pedoman
penskoran
f. Butir soal mencakup ide-ide pokok dari materi pembelajaran
g. Susunan kalimat butir soal bervariasi artinya soal tidak disalin
langsung dari buku referensi
h. Penyusunan butir soal singkat, pada, dan jelas sehingga mudah
dimengerti oleh peserta didik

34
 Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis)
Setelah butir soal selesai disusun, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan telaah soal tes. Tahapan menelaah butir tes merupakan kegiatan
me-review dan merevisi tes yang sudah disusun. Kegiatan review dan revisi
ini idealnya dilakukan oleh tim penelaah yang terdiri dari ahli bidang studi,
ahli pengukuran, dan ahli bahasa. Berikut ini pedoman telaah butir untuk
tes uraian.
 Melakukan uji coba soal
Tahap ini penyusun soal melakukan tahap uji coba soal ke sejumlah
peserta didik (minimal 1 kelas). Ujicoba instrumen dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana instrumen penilaian atau tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengetahui
kualitas tes yang telah disusunnya. Validitas soal dapat diketahui dari kisi-
kisi soal, lalu reliabilitas soal atau tingkat keajegan/konsistensi baru dapat
diketahui setelah soal tersebut diujicobakan. Setelah kegiatan uji coba maka
dilakukan perhitungan statistik. Informasi hasil uji coba biasanya
menyangkut hal-hal seperti: tingkat kesukaran, tingkat daya pembeda,
efektivitas distraktor, pola jawaban dan lain sebagainya.
 Analisis soal secara empiris
Setelah kegiatan uji coba tes, maka tahap selanjutnya penyusun
menganalisis hasil uji coba tes. Kegiatan analisis butir dilakukan untuk
mengetahui kualitas butir tes yaitu butir soal mana yang baik dan butir soal
yang kurang baik bisa direvisi. Hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki atau
direvisi, misalnya: penggunaan kata, pemilihan pertanyaan, dan
penggunaan istilah yang tidak tepat. Selain itu, analisis butir tes dilakukan
untuk mengetahui butir tes sudah sesuai dengan kisi-kisi atau belum,
pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik sehingga bisa
memperbaiki kualitas pembelajaran, peserta didik dapat mengetahui
kemampuan mereka sehingga bisa meningkatkan ke arah yang lebih baik,
dan sebagai acuan bagi pendidik untuk memperbaiki penyusunan instrumen
penilaian tes dalam pembelajaran.

35
 Memperbaiki atau merevisi tes
Tahap ini penyusun memperbaiki atau merevisi butir tes yang telah
dianalisis kesalahannya. Pada tahap perbaikan tes ini diharapkan penyusun
lebih teliti dan jeli dalam melakukan perbaikan butir tes. Hal tersebut karena
tahap selanjutnya adalah merakit tes dan pelaksanaan tes.
 Merakit tes
Dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
penyelenggaraan tes, yang meliputi:
1) Buku tes atau soal
2) Lembar jawaban tes
3) Kunci jawaban tes, dan
4) Pedoman penilaian atau pedoman penskoran
Kegiatan merakit instrumen ini dilakukan dengan mengurutkan soal
yang mudah ke yang sulit dengan memperhatikan tata letak atau layout
dalam perakitan instrumen tes.
 Melaksanakan tes
Tes yang sudah dirakit lalu diujikan ke peserta didik. Kegiatan
pelaksanaan tes ini seluruh peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengerjakan seluruh soal tes uraian dalam durasi waktu yang sudah
ditentukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes adalah:
1) Waktu penyajian tes
2) Petunjuk mengerjakan
3) Ruangan pengerjaan, dan
4) Tempat duduk peserta didik
Setelah selesai pengerjaan maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan
atau koreksi jawaban dan pemberian skor peserta didik. Penskoran
dilakukan sesuai dengan pedoman penskoran yang telah dibuat. Kegiatan
penskoran dilakukan secara objektif.
 Menafsirkan hasil tes
Setelah tahap pelaksanaan tes maka tahap yang terakhir adalah
menafsirkan hasil tes peserta didik. Hasil tes yang sudah dikerjakan oleh

36
peserta didik lalu ditafsirkan atau dimaknai hasilnya oleh penyusun soal.
Data hasil tes peserta didik ditata, diurutkan, dianalisis sehingga
memberikan informasi kepada pendidik mengenai hasil tes tersebut.
Analisis data hasil tes dapat dilakukan dengan statistik deskriptif yang
berbentuk persentase, mean, median, kuartil maupun statistik inferensial
yaitu korelasi. Informasi hasil tes digunakan sebagai perbaikan sistem,
proses kegiatan belajar mengajar, evaluasi pembelajaran, dan sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan. Hasil tafsiran
tersebut juga memberikan informasi ke penyusun soal bahwa soal uraian
yang kita susun sudah bisa membedakan kemampuan kognitif peserta didik
atau belum, berapa peserta didik yang nilainya melebihi nilai ketuntasan
minimal, faktor apa saja yang membuat peserta didik kesulitan menjawab
tes dengan tepat.
Persyaratan penyusunan butir uraian menurut Subali (2016: 75)
sebagai berikut:
a. Aspek materi
1) Butir sesuai indikator
2) Pertanyaan dan pedoman penskoran terumuskan dengan
benar
3) Materi sesuai dengan tujuan pengukuran
4) Materi pertanyaan sesuai dengan jenjang pendidikan
b. Aspek konstruksi
1) Rumusan kalimat pertanyaan menuntut jawaban terurai
2) Terdapat petunjuk pengerjaan yang jelas
3) Terdapat pedoman penskoran yang jelas
4) Tabel, grafik, diagram, kasus jelas keterangannya
5) Antar butir soal tidak ada keterkaitan
c. Aspek Bahasa
1) Rumusan soal komunikatif
2) Kalimat pertanyaan menggunakan bahasa yang baik dan
benar

37
3) Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
4) Menggunakan bahasa yang umum
5) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
menyinggung peserta didik
Kaidah penyusunan soal uraian menurut Endrayanto dan Harumurti
(2014: 106-107) sebagai berikut:
a. Penulisan butir soal secara rinci dan jelas
b. Setiap butir soal dituliskan skor/poin dari jawaban , syarat panjang
uraian, dan waktu pengerjaan
c. Hindari memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memilih
butir soal yang harus dijawab
Menurut Uno dan Koni (2016: 116-117), petunjuk penyusunan tes
uraian sebagai berikut:
a. Butir soal disusun dari yang mudah ke sulit
b. Setiap butir soal disusun penjenjangan skor menurut tingkat
kesulitan
c. Sistem koreksi dilakukan setiap butir soal untuk semua peserta
didik.

38
BAB III

PENUTUP
Terdapat berbagai macam evaluasi yang dapat guru lakukan dalam pembelajaran
khususnya untuk penilaian pembelajaran. Penilaian pembelajaran dalam hal ini tes, merupakan
kegiatan yang penting untuk mengetahui capaian hasil belajar peserta didik. Pemilihan jenis
tes disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan indikator kompetensi dalam sebuah mata
pelajaran yang diampu. Penyusunan instrumen penilaian tes dalam pembelajaran juga harus
tepat sesuai dengan langkah-langkah pedoman menyusun instrumen tes, sehingga akan
menghasilkan instrumen tes yang baik dan tentunya sesuai dengan tujuan pembelajaran mata
pelajaran yang diampu.

39
DAFTAR PUSTAKA
Septiana Yolandaru. 2019. Penyusunan Instrumen Penilaian Tes dalam Pembelajaran. Yogyakarta.

Moore, Gary W. 1983. Developing and evaluating educational reseacrh. Boston : Little, Brown
and Company.

MateriBelajar.co.id. 2018

40

Anda mungkin juga menyukai