Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“KETERAMPILAN MEKONONSTRUKSI MENDESAIN INSTRUMEN


OBJEKTIF TES (PILIHAN GANDA, ISIAN, MENJODOHKAN, DAN
MELENGKAPI)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar MI

DOSEN PEMBIMBING
MUHAMMAD NASIR, M.Pd. I

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 10

Khansa Luthfiyyah : 20.11.20.0112.00699

Maskanah : 20.11.20.0112.00710

Lia : 20.11.20.0112.00704

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya Makalah yang


berjudul “Keterampilan Mekononstruksi Mendesain Instrumen Objektif Tes
(Pilihan Ganda, Isian, Menjodohkan, dan Melengkapi)” untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar MI pada Sekolah Tinggi Ilmu
Alquran (STIQ) Amuntai ini telah dapat diselesaikan.
Kami sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, kami
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah SWT. memberi ganjaran yang
berlipat ganda. Aamiin.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah SWT.

Amuntai, 2 Desember 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 4


A. Pengertian Instrumen Objektif Tes........................... 4
B. Tes Pilihan Ganda..................................................... 7
C. Tes Isian.................................................................... 9
D. Tes Menjodohkan..................................................... 12
E. Tes Melengkapi ....................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................... 17

A. Kesimpulan............................................................... 17
B. Saran......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya untuk mengukur seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah tercapai, dapat dilakukan dengan evaluasi, dalam hal ini evaluasi
hasil belajar.Alat ukur untuk mengevaluasi hasil belajar tersebut digunakan
tes.Tes adalah cara(yang dapat dipergunakan)atau prosedur yang (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan.
Sebagai pendidik, keterampilan yang harus dikuasai adalah sistem penilaian
hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di
sekolah, aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, yaitu;
penyusunan soal, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang
memadai, dan pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian.1
Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah
kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut
dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata pelajarannya selalu
mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda.
Untuk aspek kognitif lebih menekankan pada teori, aspek psikomotorik
menekankan pada praktik dan kedua aspek tersebut selalu mengandung
afektif. Popham dan Mardapi, mengatakan bahwa: Penilaian memiliki peran
besar dalam menentukan kesuksesan pendidikan. Penilaian yang baik
memberikan dampak pada proses pembelajaran dan menjadi rujukan untuk
kebijakan selanjutnya. Ketepatan pemilihan metode penilaian akan sangat
berpengaruh terhadap objektivitas dan validitas hasil penilaian yang ujungnya
adalah adalah informasi objektif dan valid atas kualitas pendidikan.
Sebaliknya kesalahan dalam memilih dan menerapkan metode penilaian juga
berimbas pada informasi yang tidak valid mengenai hasil belajar dan
pendidikan. (Setiadi, 2016). Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata
1
Abdul Kadir, “Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar,” Jurnal Al-Ta’dib Vol. 8,
no. 2 (2015): h. 71.

1
2

pelajaran dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh


pendidik. Penilaian hasil belajar pada Kurikulum 2013 ini dilakukan oleh
pendidik dan satuan pendidik melalui tahapan mengkaji silabus sebagai acuan
perencanaan penilaian, pembuatan kisi-kisi instrumen dan penetapan kriteria
penilaian, pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran, menganalisis
hasil penilaian dan memberi tindak lanjut atas penilaian yang dilakukan oleh
pendidik, menyusun laporan hasil penilaian dalam bentuk deskripsi
pencapaian kompetensi dan deskripsi sikap.2
Bentuk tes objektif atau sering disebut sebagai tes pilihan ganda
merupakan tes yang paling banyak digunakan. Tes ini dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar sederhana maupun mengukur hasil belajar yang
kompleks (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi). Bahkan hasil penelitian
dari Yuniar, Rakhmat, dan Saepulrohman (2015) menunjukkan bahwa tes
objektif juga dapat mengukur kemampuan High Order Thinking Skills
(HOTS). Item yang bersifat fleksibel dan berkualitas tinggi yang dapat
diadaptasi untuk sebagian besar konten materi pelajaran. Tes ini dapat
digunakan secara luas dalam pengujian pencapaian.3
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan, kami mencoba untuk menggambarkan tentang Evaluasi Hasil
Belajar MI mengenai Keterampilan Mekononstruksi Mendesain Instrumen
Objektif Tes (Pilihan Ganda, Isian, Menjodohkan, dan Melengkapi). Untuk
lebih jelasnya maka akan dikemukakan perumusan masalah yang merupakan
pokok persoalan pada pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apa Pengertian Instrumen Objektif Tes?
2. Bagaimana Tes Pilihan Ganda?
3. Bagaimana Tes Isian?
4. Bagaimana Tes Menjodohkan?

2
Hellin Putri dkk., “Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian
dan Tes Objektif,” Jurnal Papeda Vol. 4, no. 2 (2022): h. 140.
3
Watoni dan Priskila Issak Benyamin, “Strategi Pengembangan Tes Objektif (Pilihan
Ganda),” Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Banten, t.t., h. 1.
3

5. Bagaimana Tes Melengkapi?


C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara sederhana makalah
ini bertujuan untuk mengkaji tentang Evaluasi Hasil Belajar MI mengenai
Keterampilan Mekononstruksi Mendesain Instrumen Objektif Tes (Pilihan
Ganda, Isian, Menjodohkan, dan Melengkapi), yaitu:
1. Untuk menjelaskan Pengertian Instrumen Objektif Tes.
2. Untuk menjelaskan Tes Pilihan Ganda.
3. Untuk menjelaskan Tes Isian.
4. Untuk menjelaskan Tes Menjodohkan.
5. Untuk menjelaskan Tes Melengkapi
6.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Objektif Tes


Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka mengumpulkan data. Dalam pendidikan, instrumen alat ukur yang
digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes dan nontes. Tes
merupakan alat ukur pengumpulan data yang mendorong peserta memberikan
penampilan maksimal. Nontes merupakan alat ukur yang mendorong peserta
untuk memberikan penampilan tipikal, yaitu melaporkan keadaan dirinya
dengan memberikan respons secara jujur sesuai dengan pikiran dan perasaan4.
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored
item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.
Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi
jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas
dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang
benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberi
jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum
sempurna5.
Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas
kemampuan siswa dengan soal yang besertakan jawaban yang benar atau
yang salah dengan bobot nilai yang tetap. Tes objektif juga dijadikan suatu
bentuk alat evaluasi yang disusun guru secara individu ataupun kelompok
dengan berdasarkan pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi dan
tujuan materi pembelajaran yang diawali dengan membuat kisi-kisi tes
terlebih dahulu. Tes ini umumnya mengukur kompetensi berpikir siswa tidak
sederhana seperti ingatan, hapalan pemahaman dan penerapan.
Tes objektif digunakan dengan alasan dari unsur-unsur yang ada
dalam tes objektif. Ada beberapa unsur-unsurnya yaitu proses berpikir yang
4
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, t.t.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),h.56.
5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, t.t.(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 135

4
5

ingin diukur, sampel materi yang dinyatakan, penyusunan pertanyaan,


pengolahan hasil tes, dan jawaban siswa serta adanya pengganggu hasil tes.
Tes objektif dilihat dari sisi tingkat berpikir, dapat digunakan untuk
mengukur semua jenjang proses berpikir lebih utama digunakan untuk
mengukur proses berpikir ingatan, pemahaman dan penerapan. Dilihat dari
sisi sampel materi tes objektif dapat menanyakan banyak materi dalam satu
waktu ujian, sehingga dapat diukur ketercapaiannya semua materi yang telah
diajarkan dalam RPP dan dapat diketahui materi yang tujuan
pembelajarannya tidak terukur ketercapaiannya. Untuk dapat
mengembangkan tes objektif yang baik kita harus mengikuti beberapa
langkah antara lain:
1. Harus memahami bagaimana cara menulis tes objektif yang sesuai
2. Membuat perencanaan tes
3. Menulis butir soal berdasarkan perencanaan tes yang telah dibuat.

Sedangkan dalam suatu tes dibuat atas dasar minimal ada enam unsur,
yaitu:

1. Proses berpikir yang ingin diukur


2. Sampel materi yang ditanyakan
3. Penyusunan pertanyaan
4. Pengolahan hasil tes
5. Jawaban siswa
6. Penggangu hasil tes.6
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang
seragam terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga
dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test). dan salah satu
tas hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab
oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items
atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-
6
Ayu Faradillah, Windia Hadi, dan Slamet Soro, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
(EPHB) Matematika Diskusi dan Simulasi (DiSi) (Jakarta Selatan: Uhamka Press, 2020), h. 42.
6

simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing


butir yang bersangkutan.7
Ada dua pertimbangan utama dalam memilih tipe soal tes objektif
yang digunakan. Pertama, sifat dasar dari hasil belajar. Butir soal tes harus
mengukur hasil belajar secara langsung. Kedua, kualitas dari butir soal yang
dikonstruksi8. Oleh karena itu, tes objektif sangat cocok untuk menilai
kemampuan peserta didik yang menuntut proses mental yang tidak begitu
tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-
prinsip karena tes objektif secara keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk menjawab tes telah tersedia.
Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes
itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor
yang sama9. Ada beberapa bentuk tes objektif, antara lain:
1. Completion Tes (tes melengkapi)
2. Fill-in (mengisi titik-titik dalam kalimat yang dikosongkan)
Tes objektif bentuk fill-in mirip sekali dengan tes objektif
bentuk complection, letak perbedaannya ialah pada tes objektif untuk
fill-in bahan yang diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita,
sedangkan pada tes objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Dengan kata lain, pada tes objektif bentuk completion ini, butir-butir
soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.
3. True False (benar salah)
Tes benar salah (true false) adalah tes yang butir soalnya terdiri
dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu
jawabannya atau pernyataannya yang benar dan yang salah.
4. Multiple choice (pilihan ganda)
Tes objektif yang terdiri atas pernyataan atau pernyataan yang
sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah
7
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran (Medan: Perdana Mulya
Sarana, 2015), h. 45.
8
Saifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, t.t. (Yogyakarta Pustaka Pelajar 2010),
h.34
9
Chabib Thoha, “Teknik Evaluasi Pendidikan,” t.t.(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 75.
7

satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah


disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.? Tes bentuk
inilah yang umum digunakan karena mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan bentuk lain, di antaranya: Pertama, materi yang
diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang
telah diberikan. Kedua, jawaban peserta didik dapat dikoreksi atau
dinilai dengan mudah dan cepat. Ketiga, penilaian akan lebih bersifat
objektif karena jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti positif
benar atau salah.
5. Matching (menjodohkan)
Tes objektif bentuk matching atau sering dikenal dengan tes
menjodohkan disusun dalam dua kelompok atau daftar yang masing-
masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan bersebelahan.
Jadi, dalam tes objektif bentuk matching, disediakan dua kelompok
bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara
yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dalam tes tersebut.
B. Tes Pilihan Ganda (Milrifle Chots)
1. Pengertian Tes Pilihan Ganda
Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing item disediakan lebih jauh dari dua kemungkinan jawaban, dan
hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling
benar10. Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau yang paling tepat. Dilihat dari strukturnya,
bentuk soal pilihan ganda terdiri atas: Adapun jenis jawaban paling
tepat pada tes bentuk multiple choice adalah tes setelah
pertanyaan/pertanyaan diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban, masing-
masing alternatif jawaban mengandung kebenaran. Hanya di antara
alternatif tersebut ada jawaban yang paling benar/tepat.

10
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, t.t.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 48.
8

Contoh:
1. Imam Malik, menulis Kitab Al-Mutawwa' karena memiliki tujuan
utama untuk.....
A. Memenuhi pesanan khalifah
B. Membukukan sebagian kecil dari hadis-hadis yang telah
dihafalnya
C. Membukukan sejumlah hadis-hadis sahih, asar, dan fatwa
tabi'in.
D. Menulis kitab hadis yang ditashih dan disepakati oleh para
ulama hadis pada masa itu
E. Menulis kitab yang dapat dijadikan pegangan utama bagi para
qadhi dalam memutuskan perkara11
2. Kebaikan Bentuk Soal Pilihan Ganda
a. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan
pengajaran yang telah diberikan
b. Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat
dengan menggunakan kunci jawaban
c. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah
sehingga penilaiannya bersifat objektif.
3. Pemberian Skor pada Tes Objektif
Pada tes objektif, untuk memberikan skor umumnya digunakan
rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah sistem
denda. Tes objektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor
maksimum 1 (satu). Apabila seorang testee menjawab betul satu item
sesuai dengan kunci jawaban, maka kepadanya diberikan skor 1.
Apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil).
Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk
true false, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu (1) rumus yang
memperhitungkan denda, dan (2) rumus yang mengabaikan atau
meniadakan denda, penggunaan rumus-rumus itu sepenuhnya

11
Thoha, h. 73-74.
9

diserahkan kepada kebijaksanaan tasteer, apakah dalam tes hasil belajar


tersebut kepada tastee akan dikenal denda (bagi jawaban yang salah),
ataukah tidak12.
C. Tes Isian (Completion Test)
Completion tes biasa disebut dengan tes isian, tes menyempurnakan
atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimatyang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan ini adalah
pengertian yang kita minta dari murid. Ada juga completion test yang tidak
berbentuk kalimat-kalimat pendek seperti, tetapi merupakan kalimat-
kalimat  berangkai dan memuat banyak isian.
Tes isian singkat adalah tes yang ditandai dengan adanya jawaban pada
tempat kosong yang disediakan oleh guru untuk menulis jawabannya dengan
singkat sesuai dengan petunjuk.13
1. Ciri-ciri tes isian
Adapun ciri-ciri dari test isian adalah sebagai berikut:
a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah
dihilangkan,
b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik (…..),
c. Titik-titik itu harus dilengkapi/diisi/disempurnakan oleh testee dengan
jawaban.
2. Kelebihan dan kelemahan tes isian
Kelebihan dari tes isian adalah:
a. Masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam
konteksnya.
b. Butir-butir item tes ini berguna sekali untuk mengungkap
pengetahuan testee secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau
suatu bidang.
c. Cara penyusunan itemnya mudah.
12
Muhammad Ilyas Ismail, Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip, Tekhnik dan
Prosedur, (Depok: PT Raja Grafindo Indonesia, 2021)h. 44.
13
Dr. Ina Magdalena , M.Pd dan KElas 6C Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah
Tangerang Angkatan Ke-10, Desain Evaluasi Pembelajaran SD (Jln . Bojong genteng Nomor.18,
Kec. Bojong genteng Kab. Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak , Anggota IKAPI, 2021), h. 31.
10

Sedangkan kelemahannya adalah:


a. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan dan
pengenalan saja.
b. Karena tes tertuang dalam bentuk rangkaian cerita , maka tes ini
pada umumnya banyak memakan tempat.
c. Sifatnya kurang komprehensif, sebab hanya dapat mengungkap
sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan.
d. Terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak terka.

3. Mengatasi Kelemahan Isian


Agar mendapatkan tes yang memiliki susunan dan penampilan
yang baik, guru atau evaluator dapat mempertimbangkan beberapa
petunjuk yang dapat dilihat seperti berikut:
a. Nyatakan petunjuk tes yang singkat dan jelas dengan cara
memberikan garis bawah pada kata-kata kunci.
b. Tulis pertanyaan atau pernyataan, di mana hanya ada satu
kemungkinan jawaban benar.
c. Pilih batasan atau terminologi dari suatu pengetahuan, dengan
menghilangkan kata kuncinya. Kata kunci tersebut menjadi jawaban
yang harus diisi oleh para siswa.
d. Tanyakan secara spesifik untuk jawaban yang diinginkan.
e. Gunakan hanya satu spasi atau ruang kosong, untuk setiap item tes
melengkapi.
f. Tempatkan spasi atau ruang kosong pada akhir kalimat dari item tes
melengkapi.
g. Buat kunci jawaban yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pemberian penilaian.
4. Petunjuk Penyusunan
Dalam menyusun tes isian hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut:
11

a. Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari
satu jawaban yang kelihatan logis.
b. Jangan mengutip kalimat /pernyataan yang tertera pada buku/catatan.
c. Diusahakan semua tempat kosong sama panjang.
d. Diusahakan hendaknya semua pernyataan jangan mempunyai lebih
dari satu tempat kosong.
e. Jangan mulai dengan tempat kosong.
5. Jenis – jenis Tes Uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi uraian bebas (free essay) dan
uraian terbatas (berstruktur).
a. Uraian bebas (Free Essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung
pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan
uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk
uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk :
a) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
b) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka
ragam sehingga tidak ada satupun jawaban yang pasti.
c) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan
dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa
bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif
karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
b. Uraian terbatas (berstruktur).
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk
ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal – hal tertentu atau ada
pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi : ruang lingkupnya, sudut
pandang menjawabnya, dan indikator – indikatornya.
Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih
terarah sesuai dengan yang diharapkan. Cara memberikan penilaian juga
12

lebih jelas indikatornya. Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah


ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas terasa lebih
terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian bebas.
Di samping kedua bentuk uraian di atas ada pula bentuk tes uraian
yang disebut soal – soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai
bentuk antara soal – soal objektif dengan soal – soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun
bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi
unsur-unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian subsoal.
6. Contoh soal isian
a. bentuk pertanyaan dengan satu jawaban
Contoh soal :
Siapakah proklamator bangsa Indonesia?
b. bentuk kalimat tidak lengkap
Contoh soal:
Proklamator bangsa Indoneisa adalah ....
c. bentuk asosiasi
Contoh soal:
Tulislah tempat diaman barang - barang berikut ini dihasilkan :
1) Aspal .......
2) Batu bata ...
D. Tes Menjodohkan (Matchinf Test)
Item tes menjodohkan biasa jugs disebut matching test item.Item tes
menjodohkan ini juga termasuk dalam kelomppk tes objektif. Secara fisik
bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom
pertama berisi pertanyaan yang disebut daftar stimulus dan kolom kedua
berisi kata atau frasa ynag disebut juga respon atau jawaban. Item tes
menjodohkan jika disusun secara cermat, mampu mengukur kemampaun
batasan atau terminology. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah
sangat penting untuk dipahami oleh para siswa. Batasan atau asas itu tida
mudah dimengerti jika mereka tidak masuk dalam perbendaharaan kata para
13

siswa. Kemampuan mengukur batasan dan asas tersebut merupakan


karakteristi pentinh, yang mampu para guru dan evaluatorbanyak
mempertimbangkan penggunaannya dala mengurup pengetahuan para peserrt
didik. Disamping itu, item tes menjodohan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
1. Keunggulan soal Menjodohkan
a. Soalnya dapat dirumus kan dengan mudah dan cepat
b. Lebih ringkas dan ekonomis
c. Lebih mudah memberikan skor

Adapun keterbatannya antara lain:

a. Hanya menjangkau pemikiran tingkat rendah khu susnya


mengetahui dan memahami
b. Tidak dapat diarahkan pada pertanyaan dalam domain afeksi dan
psikomotor
c. Kemungkinan menebak juga tinggi
d. Hanya cocok dengan materi tertentu .14
2. Kelemahan tes menjodohkan
Kelemahan tes ini adalah terlalu mengandalkan pada pengujian
aspes ingatan . Untuk menghindari kelemahan ini , maka penyusunan
tipe soal ini harus dipersiapkan dengan sangat hati-hati
3. Contoh soal menjodohkan
Contoh penggunaan simbol dan petunjuk menjodohkan Pada
kolom di sebelah kiri daftar nama gelar, tuliskan huruf dari nama
pahlawan di sebelah kanan yang dianggap memiliki gelar tersebut !

1. Pahlawan Kemerdekaan a. Ahmad Yani


2. Pahlawan Laut Aru b. Aru Palaka
3. Pahlawan Proklamator c. Bung Hatta

14
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.a., Prinsip- Prinsip Desain Pembelajaran
disesuaikan dengan kurikulum 2013 edisi kedua (Jl. Tambara Raya No. 23 Rawamangun- jakarta
13220: KENCANA ( Divisi dari PRENAMEDIA Group ), 2017), h. 194.
14

4. Pahlawan Revolusi d. Gatot Subroto


e. Teuku Umar

Contoh lain dari soal bentuk Menjodohkan Isi titik - titik di


depan nama - nama nabi di sebelah kiri dengan huruf dari nama kitab
suci yang diterimanya di sebelah kanan ! 15

1. Nabi Daud a. Alquran


2. Nabi Isa b. Injil
3. Nabi Muhammad Saw c. Taurat
4. Nabi Musa d. Perjanjian baru
e. Zabur

E. Tes Melengkapi (completion test)


Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan
tes objektif fill in. Letak perbedaannya ialah pada tes objektif bentuk fill in
bahan yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada tes objektif
bentuk completion tidak harus demikian.16
Beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal bentuk
melengkapi ini sebagai berikut:
1. Kata-kata untuk jawaban yang disediakan hendaklah pendek dan
khusus.
2. Jangan mengambil pertanyaan langsung dari buku (textbook).
3. Pertanyaan langsung biasanya lebih disukai daripada pertanyaan tidak
langsung.

15
Abdul Hamid, M.Pd, Penyusunan Tes Tertulis ( Paper and Pencil Test) (Ds. Sidoarjo,
Kec. Pulung, Kab. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h. 55.
16
Asrul, Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, h. 45.
15

4. Apabila pertanyaan dinyatakan dalam unit satuan, maka nyatakan unit


satuan itu, seperti meter, dan kilogram.
5. Pengosongan tempat yang disediakan hendaknya diusahakan sama
panjangnya. 6) Jangan terlalu banyak bagian yang dikosongkan. Andai
kata satu, sebaiknya di- tempatkan di akhir atau pada permulaan
kalimat.
6. Hindari pemakaian kata-kata atau petunjuk yang mengarah pada
jawaban yang benar.

Kurang baik.

Pengarang dari pada tes inteligensi yang mula-mula adalah.........

Lebih baik.

Tes inteligensi verbal yang mula-mula, dipersiapkan oleh Siapakah yang mula-
mula mempersiapkan tes inteligensi verbal?17

Contoh:

Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat.
Faktor prima dari bilangan 15 adalah...
Test completion memiliki kelebihan yakni:
1. Test ini amat mudah dalam penyusunannya.
2. Jika dibanding dengan tes objektif bentuk fill in, tes objektif ini lebih
menghemat tempat (kertas).
3. Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan
beragam.18
4. Test ini juga dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf
kompetensi dan tidak sekedar mengungkapkan taraf pengenalan atau
hapalan saja.

Kekurangan tes completion yakni:


17
Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2017), h. 224.
18
Asrul, Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran, h. 45.
16

1. Pada umumnya tester cenderung menggunakan tes model ini untuk


mengungkapkan daya ingat atau aspek hapalan saja.
2. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari res model ini kurang relevan
untuk disajikan.
3. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering kurang hati-hati
dalam membuat soal-soal.19

19
Asrul, Ananda, dan Rosnita, h. 46.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dalam
rangka mengumpulkan data. Tes objektif adalah pengukuran yang
berdasarkan pada penilaian atas kemampuan siswa dengan soal yang
besertakan jawaban yang benar atau yang salah dengan bobot nilai yang tetap.
Tes objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu
dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor
yang sama. Tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
item disediakan lebih jauh dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar. Completion
tes biasa disebut dengan tes isian, tes menyempurnakan atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimatyang ada bagian-
bagiannya yang dihilangkan. Item tes menjodohkan biasa jugs disebut
matching test item.Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelomppk
tes objektif. Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan
tes objektif fill in.
B. Saran
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Dalam
pembuatan makalah pasti ada kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran guna perbaikan makalah ini. Kami juga menyadari masih
terdapat kekurangan dalam hal menganalisa sebuah masalah atau sebuah
narasi. Maka dari itu bimbingan dan arahan sangat membantu terhadap
kemajuan kami dalam bidang penulisan, terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, M.Pd. Penyusunan Tes Tertulis ( Paper and Pencil Test). Ds.
Sidoarjo, Kec. Pulung, Kab. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Perdana
Mulya Sarana, 2015.
Chabib Thoha. “Teknik Evaluasi Pendidikan,” t.t.
Dr. Ina Magdalena , M.Pd dan KElas 6C Prodi PGSD Universitas
Muhammadiyah Tangerang Angkatan Ke-10. Desain Evaluasi
Pembelajaran SD. Jln . Bojong genteng Nomor.18, Kec. Bojong genteng
Kab. Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak , Anggota IKAPI, 2021.
Dr. Muhammad Yaumi, M.Hum., M.a. Prinsip- Prinsip Desain Pembelajaran
disesuaikan dengan kurikulum 2013 edisi kedua. Jl. Tambara Raya No. 23
Rawamangun- jakarta 13220: KENCANA ( Divisi dari PRENAMEDIA
Group ), 2017.
Faradillah, Ayu, Windia Hadi, dan Slamet Soro. Evaluasi Proses dan Hasil
Belajar (EPHB) Matematika Diskusi dan Simulasi (DiSi). Jakarta Selatan:
Uhamka Press, 2020.
Kadir, Abdul. “Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar.” Jurnal Al-Ta’dib
Vol. 8, no. 2 (2015).
Muhammad Ilyas Ismail. Evaluasi Pembelajaran: Konsep Dasar, Prinsip,
Tekhnik dan Prosedur, t.t.
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar, t.t.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar, t.t.
Putri, Hellin, Desty Susiani, Nabilla Setya Wandani, dan Fia Alifah Putri.
“Instrumen Penilaian Hasil Pembelajaran Kognitif pada Tes Uraian dan
Tes Objektif.” Jurnal Papeda Vol. 4, no. 2 (2022).
Saifuddin Azwar. Reliabilitas dan Validitas, t.t.
Watoni, dan Priskila Issak Benyamin. “Strategi Pengembangan Tes Objektif
(Pilihan Ganda).” Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi
Banten, t.t.

18
19

Yusuf, Muri. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2017.
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, t.t.

Anda mungkin juga menyukai