Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 7
TADRIS BIOLOGI 2
UTARA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Evaluasi
Pembelajaran Biologi dengan judul Administrasi Test dengan penekanan pada Aspek
Psikologi. Dalam penulisan dan penyusunan penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak. Penulis sadar bahwa penulisan ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis
banyak menghimbau agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami tentu saja tidak dapat menyelesaikan
sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada kedua Orang Tua kami yang selalu mendoakan. Kepada dosen pengampu Enni
Halimatussa’diyah, M.Pd.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Hal lain yang menjadi perhatian untuk menguji testee adalah efek dari
pelatihan dan praktek. Dengan meningkatnya tekanan dari orang tua, khususnya
sehubungan dengan penerimaan mahasiswa perguruan tinggi, sekolah telah
menerapkan praktek yang dipertanyakan seperti mendirikan kelompok belajar untuk
ujian beasiswa. Kadang- kadang siswa didorong untuk mengambil les tambahan.
Meskipun dalam beberapa hal ini dilakukan untuk tujuan prediksi, pada kasus lainnya
tampaknya akan ditujukan terutama untuk nilai praktek. Sehingga dapat mengurangi
dan menambah kebermanfaatan hasil tes karena memberikan latihan khusus dan
persiapan untuk tes. Contohnya dari Tes Psikologi mengenai hasil nilai tes benar-benar
mewakili dalam hal kemampuan yang digunakan oleh individu tertentu untuk
memecahkan masalah, karena hasil skor merupakan isi pribadi dari test. Dari hal
tersebut, dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari psikodiagnostik atau tes psikologi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan tes psikologi ?
3. Apa saja ruang lingkup tes psikologi ?
4. Apa saja klasifikasi tes psikologi ?
5. Apa dasar pemikiran tes psikologi ?
6. Apa fungsi dari tes psikologi ?
7. Apa tujuan pemeriksaan tes psikologi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari psikodiagnostik atau tes psikologi.
2. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan tes psikologi.
3. Mengetahui dan memahami ruang lingkup tes psikologi.
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi tes psikologi.
5. Mengetahui dan memahami dasar pemikiran tes psikologi.
6. Mengetahui dan memahami fungsi dari tes psikologi.
7. Mengetahui dan memahami tujuan pemeriksaan tes psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih dari setengah abad setelah karya Esquirol dan Seguin, psikolog Perancis
yaitu Alfred Binet mendesak agar anak-anak yang gagal memberikan respon pada
sekolah yang normal diperiksa sebelum pulang sekolah dan jika dianggap bisa dididik
anak itu ditempatkan pada kelas-kelas khusus(T.H. Wolf, 1973). Bersama rekannya
yang anggota Society for the Psychological Study of the Child, Binet mendorong
Ministry of Public Instruction untuk mengambil langkah memperbaiki kondisi anak-
anak terbelakang. Hasilnya adalah terbentuknya komisi pada tingkat kementrian untuk
studi atas anak-anak terbelakang, tempat Binet ditugaskan. Penugasan ini adalah
peristiwa besar dalam sejarah tes psikologi.
Galton juga merintis penerapan metode skala pemeringkatan kuisioner dan juga
penggunaan teknik asosiasi bebas yang selanjutnya diterapkan ke beragam tujuan.
Sumbangan lain Galton adalah pada pengembangan metode statistic untuk
menganalisis data tentang perbedaan-perbedaan individu. Galton menyeleksi dan
mengadaptasi sejumlah teknik yang sebelumnya diturunkan oleh pada matematikawan.
Teknik-teknik ini disesuaikan ke dalam bentuk tertentu sedemikian rupa sehingga bisa
digunakan oleh penyelidik yang tidak terlatih secara matematis yang mungkin ingin
memperlakukan hasil-hasil tes secara kuantitatif. Dengan cara itu, dia memperluas
aplikasi prosedur statistik ke analisis data tes. Fase penelitian Galton ini telah
dirangkum oleh banyak mahasiswanya, diantaranya yang paling menonjol adalah Karl
Pearson.
Dalam artikel yang ditulis Catteltahun 1890, istilah “tes mental” digunakan
untuk pertama kalinya dalam literatur psikologi. Artikel ini memaparkan rangkaian tes
yang diselenggarakan tiap tahun bagi para mahasiswa dalam upaya menentukan tingkat
intelektual. Tes-tes ini yang diselenggarakan secara individu, meliputi ukuran-ukuran
kekuatan otot, kecepatan gerakan, sensitivitas terhadap rasasakit, ketajaman
penglihatan dan pendengara, pembedaan berat, waktu reaksi, ingatan, dan sebagainya.
Dalam pilihan tes-tesnya, Cattel punya pandangan sama dengan Galton bahwa ukuran
fungsi-fungsi intelektual bisa diperoleh melalui tes-tes pembedaan inderawi dan waktu
reaksi.
Sejumlah rangkaian tes yang disusun oleh psikolog Amerika pada masa
itu cenderung mencakup fungsi-fungsi yang agak kompleks. Kraepelin (1895) sangat
berminat pada pemeriksaan klinis atas pasien-pasien psikiatris, mempersiapkan
serangkaian tes untuk mengukur apa yang dianggap sebagai faktor-faktor dasar dalam
pencirian individu. Tes-tes ini yang hanya memanfaatkan operasi-operasi
aritmatika sederhana, dirancang untuk mengukur dampak latihan, memori, dan
kerentanan terhadap kelelahan, dan penurunan perhatian. Psikolog Jerman lainnya,
Ebbinghaus (1897),
menyelenggarakan tes-tes komputasi aritmatika, rentang memori, dan melengkapi
kalimat bagi anak-anak sekolah. Diantara tiga tes ini, tes yang paling kompleks adalah
tes melengkapi kalimat, merupakan satu-satunya tes yang menunjukka hubungan yang
jelas dengan prestasi skolastik anak-anak.
Pada skala kedua, atau skala 1908, jumlah tes ditingkatkan, sejumlah tes yang
tidak memuaskan dari skala terdahulu dihapus dan semua tes dikelompokkan ke dalam
tingkatan umur atas dasar kinerja dari 300 anak normal berusia antara 3 sampai 13
tahun. Dengan demikian, pada level 3 tahun ditempatkan semua tes yang sudah dilalui
dan berhasil dikerjakan oleh 80-90% anak-anak normal berusia 3 tahun, pada level 4
tahun, semua tes yang dilalui oleh anak-anak normal 4 tahun; dan seterusnya sampai
usia 13 tahun. Skor anak pada seluruh tes bisa dirumuskan sebagai tingkatan
mental yang berhubungan dengan usia anak-anak normal yang kinerjanya ia samakan.
Dalam berbagai terjemahan dan adaptasi skala Binet, istilah usia mental (mental age)
umumnya digunakan untuk menggantikan tingkatan mental (mental level). Karena usia
mental adalah konsep yang sederhana sehingga mudah dipahami pengenalan istilah
ini tak diragukan lagi amat berjasa mempopulerkan tes inteligensi. Bagaimanapun juga
Binet menghindari istilah “usia mental” karena implikasi perkembangannya tak
terverifikasi dan lebih menyukai istilah “tingkatan mental” yang lebih netral (T.H. Eolf,
1973).
Revisi ketiga atas skala Binet-Simon muncul pada tahun 1991. Dalam sakala
ini, tidak dilakukan perubahan fundamental, hanya ada revisi kecil dan relokasi atas
tes-tes khusus. Lebih banyak tes ditambahkan ke beberapa tingkatan usia dan skala ini
diperluas sampai pada level orang dewasa.
Bahkan sebelum revisi 1908, tes-tes Binet-Simon menarik perhatian luas para
psikolog di seluruh dunia. Terjemahan dan adaptasi muncul di berbagai negara
termasuk di Amerika Serikat. Pertama kali dilakukan oleh H.H. Goddard, kemudian
oleh psikolog riset di Vineland Training School (untuk anak-anak dengan
keterbelakangan mental). Revisi Goddard amat berpengaruh dalam penerimaan tes
inteligensi oleh kalangan profesi medis (Zenderland, 1987). Revisi muncul pada saat
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak akan ukuran terstandardisasi
yang digunakan dalam rangka mendiagnosis dan mengklasifikasikan orang-orang
dengan keterbelakangan mental. Akan tetapi sebagai alat tes, revisi ini segera didahului
oleh instrumen Stanford-Binet yang lebih luas dan lebih baik secara psikometris yang
dikembangkan oleh L.M Terman dan rekan-rekannya di Stanford University (Terman,
1916). Dalam tes inilah, istilah IQ pertama kali digunakan.
Clinical Setting
Legal Setting
Banyak digunakan untuk rekrutmen, promosi, mutasi, dan demosi para pegawai
instansi, karyawan perusahaan, atau anggota organisasi. Misalnya di instansi,
perusahaan, dan organisasi.
Research Setting
Dibedakan menjadi : Tes alternative, penilaian pada tes ini berdasar atas benar salah,
jadi hanya ada dua alternative benar atau salah. Tes gradual, pada tes ini penilaian
bersifat gradual, jadi ada be berapa tingkatan misalnya diberi nilai 5, 4, 3, 2, 1.
Berdasarkan atas tipe tes yang berhubungan dengan isi tes dan waktu yang
disediakan:
1. Speed test maksudnya adalah yang diutamakan dalam tes ini yaitu kecepatan
dan ketepatan kerja. Pada tes tipe ini wak tu untuk menyelesaikan tes
dibatasi, contohnya tes kraepelin, tes cepat dan teliti, tes SPM, tes APM, Tes
Kemampuan Dasar (TKD) dan lain-lain.
2. Power test maksudnya adalah tipe tes yang mengutamakan kemampuan
bukan kecepatan atau ketepatan. Untuk tes tipe ini waktu mengerjakan tes pada
dasarnya tidak dibatasi, contohnya Tes kepribadian (Grafis, Wartegg, EPPS).
1. Tes Rorschach
2. Binet Simon
3. Tes Kraepelin
4. Tes Wechsler (WPPSI, WISC, WAIS)
5. Tes Raven (SPM, APM, CPM)
1. Tes kecerdasan
2. tes inteligensi (general intelligence test)
3. Tes bakat (aptitude test) • Tes kepribadian (personality test)
4. Tes minat
2. Scholastic Aptitude test 1920, Army Alpha mulai digunakan sebagai tes
dalam menentukan uji masuk universitas. Perkembangan ini memunculkan adalah
SAT. Contoh tes lainnya yaitu GRE, MCAT ataupun LSAT.
1. Personality Inventories, first device was the Woodworth Personal Data Sheet
(P-D Sheet), a questionnaire develop during World War I to screen recruits who might
suffer from mental illnesses. The most successful personality inventory of that era was
the Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
Tujuan tes psikologi untuk keperluan riset (penelitian) itu ada bermacam-macam.
misalnyanya riset untuk penyusunan alat tes, riset untuk mengenal sifat -sifat
psikologis tertentu pada sekelompok individu, riset untuk pengabdian pada
masyarakat, riset untuk pemecahan persoalan-persoalan sosial masyarakat tertentu dan
lain sebagainya.
Pada umumnya tujuan tes psikologi atau psikotes adalah untuk membuat
diagnosis psikologis. Diagnosis psikologis dilakukan dengan maksud-maksud tertentu
sesuai kebutuhan. Misalnya untuk tujuan pengembangan prestasi siswa di sekolah,
tujuan penelusuran minat dan bakat, tujuan mendiaknosis kecenderungan bawaan dan
kepribadian individu siswa yang bersangkutan, dll.
1. QS Al-Fusilat : 53 :
2. QS : Al-Dzariyat : 56
“Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang- orang yang
yakin, dan (juga) pada dirimu
sendiri”
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tes psikologi atau psikodiagnostik dalam arti sempit adalah metode yang
digunakan untuk menetapkan kelainan-kelainan psikologis dengan tujuan untuk dapat
memberikan pertolongan atau pengobatan yang lebih tepat. Sedangkan psikodiagnostik
dalam arti luas memiliki dua aspek, yaitu praktis dan teoritis. Praktis berarti
psikodiagnostik ini merupakan metode yang digunakan dalam mendiagnosis aspek
psikis seseorang dimana dalam mendiagnosis tersebut dilakukan oleh petugas pratik.
Sedangkan untuk aspek teoritis, psikodiagnostik berarti studi ilmiah tentang metode
untuk membuat diagnosis psikis seseorang dengan tujuan agar dapat memperlakukan
subjek dengan lebih bijak sesuai dengan yang seharusnya.
3.2 Saran
Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat
mengambil inti sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang
dapat mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang
nantinya bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
E.G. Guba, and Y.S. Lincoln,Effective Evaluation, San Francisco: JosseyBass Pub,
Evaluation,
Grafindo
Persada
dan
Pembelajaran.
Evaluation in Education and Psychology, New York: Rinchart and Wionston, 1984.
Remaja
Rosdakarya, 2013.