Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

PENGANTAR PSIKODIAGNOSTIK

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Pengantar Psikodiagnostik


Dosen Pengampu :
Indah Roziah Cholilah., S.Psi., M. Psi., Psikolog

Oleh Kelompok 2 :

1. M. Rifqi Aminul M (D20185033)


2. Naurah Faradillah R (D20185007)
3. Finasta Anastasia (D20185034)
4. Muhammad Abdul Faruk (D20185035)
5. Laila anjumil musyarrofah (D20185009)
6. Mohammad Sofiyanto (D20185012)
7. Jihan aminatuzzuhro maulidiyah (D20185036)
8. Alfani yuniaturrahmah (D20185010)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirrahim.

Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Tes Psikodiagnostik dengan lancar hingga kepenyusunan laporan tersebut.
kami sampaikan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing kami dan juga sebagai pengampu
mata kuliah psikodiagnostik yakni Ibu Indah Roziah Cholilah., S. Psi., M. Psi., Psikolog yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada kami selama kami menempuh matakuliah
Psikodiagnostik.

Psikodiagnostik adalah salah satu mata kuliah psikologi yang di dalamnya berisi tentang tata cara
mengadakan psikotes, sikap dan perilaku yang ditampilkan saat mengadakan psikotes dan hal
lainnya yang berhubungan dengan psikotes. Saat psikotes dilaksanakan dalam mata kuliah
psikodiagnostik hal tersebut dinamakan praktikum yaitu tugas yang biasanya dilakukan untuk
memenuhi mata kuliah psikodiagnostik.

Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari terdapat kesalahan dalam segi
kepenulisannya baik dari Bahasa yang di gunakan maupun dari literature yang di gunakan. Akan
tetapi karena kerjasama kelompok yang maksimal dalam penyusunannya sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Tujuan dan Manfaat................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Praktikum...........................................................................6
B. Jenis-jenis Kegiatan Praktikum...............................................................8
1. IST (Intelligenz Struktur Test)...........................................................8
2. Kraeplin.............................................................................................10
3. EPPS (Edwards Personal Preference Schedule).................................13
4. DAP...................................................................................................18
5. DAT...................................................................................................23
6. WARTEEG/ WZT.............................................................................25
C. Observasi................................................................................................26
1. Observasi Umum...............................................................................26
2. Observasi Khusus...............................................................................26

BAB III SKORING TES PSIKOLOGI


A. Proses Skoring........................................................................................28
1. Skoring IST......................................................................................28
2. Skoring Kraepelin...........................................................................28
3. Skoring EPPS.................................................................................29

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................31
B. Saran.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN INFORM CONSENT
LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI TESTEE
LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI TESTER
LAMPIRAN ABSENSI PESERTA
LAMPIRAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN (BAP)
LAMPIRAN DATA MENTAH
LAMPIRAN HASIL SKORING
DOKUMENTASI KEGIATAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tes psikologi atau yang biasa disebut psikotes adalah bidang yang ditandai dengan
penggunaan sampel perilaku untuk menilai kontruksi psikologis, seperti fungsi kognitif dan
emosional, tentang individu tertentu. Psikotes ini sangatlah banyak macamnya dan juga berbeda
tujuan dari psikotes yang satu dengan yang lainnya. Tes psikologi ini dilakukan oleh psikolog
yang memang ahlinya dalam masalah psikotes, tetapi psikotes ini juga sering digunakan oleh
mahasiswa yang baru terjun ke psikologi untuk memenuhi tugasnya yang biasa disebut sebagai
mata kuliah psikodiagnostik.
Psikodiagnostik adalah salah satu mata kuliah psikologi yang di dalamnya berisi tentang
tata cara mengadakan psikotes, sikap dan perilaku yang ditampilkan saat mengadakan psikotes
dan hal lainnya yang berhubungan dengan psikotes. Saat psikotes dilaksanakan dalam mata
kuliah psikodiagnostik hal tersebut dinamakan praktikum yaitu tugas yang biasanya dilakukan
untuk memenuhi mata kuliah psikodiagnostik.
Praktikum psikodiagnostik atau pelaksanaan psikotes biasanya terdapat macam tes
psikologi yang dipilih dalam praktikum tersebut. Praktikum yang dilakukan pada tanggal 14
desember 2019 oleh kelompok 2 psikodiagnostik terdapat macam-macam tes psikologi yang
diterapkan pada saat itu, yaitu diantaranya IST, Kraeplin, EPPS, DAP, DAT dan Wartegg.
Psikotes tersebut mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri dalam mengetahui kepribadian
manusia, seperti IST yang berguna untuk mengukur tingkat intelegensi pada seseorang dan juga
yang lainnya mempunyai fungsi dan tujuan masing-masing.
Praktikum yang dilaksanakan memiliki tujuan yaitu untuk menuntaskan tugas akhir mata
kuliah psikodiagnostik yang mana macam-macam tes yang digunakan ada enam macam yaitu
IST, Kraeplin, EPPS, DAT, DAP, dan Wartegg. Praktikum ini melibatkan delapan testee atau
peserta tes dalam pelaksanaannya yang mana nanti akan ditemukan kepribadian dari delapan
testee tersebut sesuai dengan psikotes yang ada.

4
B. Tujuan dan Manfaat
Psikotest adalah serangkaian tes yang dilakukan oleh Psikolog atas permintaan
klien, tujuannya untuk mendeskripsikan secara utuh tentang aspek-aspek psikologis
seseorang sesuai dengan kebutuhan dan keperluan klien. Tes tersebut diberikan sebagai
alat atau sarana bagi Psikolog untuk bisa memahami secara utuh aspek-aspek psikologis
individu supaya bisa memberikan gambaran pada setiap individu yang mengikuti tes
tersebut.
Keseluruhan proses tes ini dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kode etik
psikolog. Psikotes sebenarnya bukan ujian, oleh karena itu tidak benar kalau dikatakan
tidak lulus ujian psikotes karena yang dilakukan oleh Psikolog ialah meminta respon atas
pernyataan/pertanyaan yang diberikan kepada individu sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya kepada orang yang bersangkutan. Respon tersebutlah yang dijadikan
indikator untuk memberikan gambaran profile setiap individu yang telah mengikuti tes.
Tujuan dan Manfaat Psikotest ini adalah diantaranya mengetahui sifat
kepribadian, lebih mudah mengetahui Psychodynamic, mengetahui kondisi kejiwaan dari
seseorang. Tes psikotes tujuannya untuk mengetahui kepribadian yang belum diketahui
pada diri seseorang. Hal tersebut dikarenakan untuk mengetahui sebuah kepribadian dari
seseorang akan sulit dilakukan baik pada saat wawancara maupun kegiatan pengamatan
yang lainnya.
Dengan melaksanakan tes psikotes maka kepribadian seseorang akan lebih mudah
untuk diukur. Psychodynamic dari seseorang dapat lebih mudah untuk di ketahui,
tentunya dengan memakai jenis soal terbentuk pada pelaksanaan tes psikotes. Tes
psikotes untuk mengetahui kondisi kejiwaan dari seseorang. Seseorang yang mengalami
gangguan kejiwaan atau tidaknya pasti akan dengan mudah diketahui dari proses
pelaksanaan tes psikotes.

5
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum

Tanggal Pelaksanaan Tes : 14 Desember 2019

Tempat Pelaksanaan Tes : Kelas A1 Gedung A Fakultas Dakwah IAIN Jember

Diikuti oleh : Tester, Testee, dan Observer

1. Persiapan

Persiapan merupakan langkah penting agar praktikum dapat dilaksanakan secara terarah,
teratur, terjadwal dan dapat mencapai tujuan, tanpa mengganggu kegiatan yang lain seperti kuliah,
olah raga, pulang kampung, dan terutama kesehatan. Persiapan juga penting agar kita semakin
percaya diri dengan apa yang akan dilakukan. Persiapan mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Persiapan Peralatan

Persiapan peralatan adalah menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

1) Menyusun draft alat pengumpul data yang relevan dengan pokok problematik yang menjadi
minat dengan cara membaca berbagai alat yang sudah disusun di laboratorium.
2) Mencetak dan menggandakan alat pengumpul data sesuai jumlah yang dibutuhkan.
3) Menyusun panduan skoring dan interpretasi data.

2. Persiapan Konseli

Persiapan konseli adalah kegiatan menyiapkan konseli agar mau bekerjasama dalam rangka
menyelesaikan masalah. Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Penjajagan awal terhadap beberapa calon konseli, dengan cara mengamati dan mencatat gejala
tingkah laku problematik yang muncul.
2) Mempelajari latar sosial budaya calon konseli.
3) Menetapkan satu orang konseli sesuai dengan bidang masalah yang diminati.
4) Pendekatan terhadap calon konseli yang terpilih.
5) Mengadakan kesepakatan tentang kesediaan konseli dan kesiapan kita membantu konseli dengan
tetap menjaga penuh kerahasiaan.

6
3. Penyusunan Jadwal

Dalam pelaksanaan tes, testee datang tepat waktu yaitu jam 13.00. Semua persiapan sudah di
sediakan dimulai dari alat tes, penataan ruang kelas, dsb. Tes dimulai pada jam 13.10 dan berakhir
pada jam 18.02. Dimulai dengan mengisi lembar Riwayat Hidup, IST, Kraepelin, Epps, DAP,
BAUM, dan Wartegg. Kegiatan praktikum pengantar psikodiagnostik dilaksanakan dengan tertib dan
kondusif. Seluruh testee mengikuti instruksi yang disampaikan oleh pemeriksa.

2. Pelaksanaan

Disaat tester menjelaskan instruksinya, ada beberapa testee yang tidak memahami atau
kesulitan dengan instruksi tersebut.Disinilah peran observer yaitu menjelaskan kembali bagian mana
yang testee tidak pahami. Observer sangat sigap dan sabar saat menjelaskan, agar mudah dipahami
oleh testee. Pada saat tes berlangsung semua testee hadir tidak ada yang sakit, kegiatan
ekstrakulikuler, pulang kampung, dan kuliah. Testee mengerjakan secara efisien atau sesuai dengan
waktu pengerjaan yang telah diinstruksikan. Diberikan waktu istirahat sekitar 15 menit untuk shalat,
makan makanan ringan dsb.

3. Hambatan

Tes dimulai pada jam 13.10 yang seharusnya jam 13.00 dikarenakan ada testee yang telat
hadir. Oleh karenanya tes berjalan tidak sesuai dengan target yang ditentukan yaitu sekitar jam 17.00.
Dan juga karena ada waktu istirahat yang menyebabkan waktu tes melambat. Maka dari itu waktu
pengerjaan menjadi sedikit lebih lama dan para testee terlihat gelisah karena ingin cepat selesai dalam
mengerjakan.

7
B. JENIS-JENIS KEGIATAN PRAKTIKUM
1. IST (INTELLIGENZ STRUKTUR TEST)
Tes IST adalah tes inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di
Jerman pada tahun 1953, Inteligensi dipandang sebagai suatu gestalt yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan secara bermakna (struktur). Terdiri dari 9
subtes, baik verbal maupun non verbal. Dipercaya bahwa struktur inteligensi tertentu
menggambarkan pola kerja tertentu yang akan cocok dengan tuntutan pekerjaan atau
profesi tertentu pula. Tes ini dikontruksikan untuk usia 14-60 tahun dan diuji coba pada
kurang lebih 4000 orang. Untuk penyusunan norma dilakukan terhadap 8642 orang.
Pertama kali disajikan kepada kalangan terbatas para psikolog pada tahun 1953, dan
resmi dipublikasikan pada tahun 1955. Di Indonesia pertama kali diadaptasi pada tahun
1972 oleh Bob Dengah, dkk. Biro Persona Bandung berhasil membuat norma adaptasi
berdasarkan tingkat pendidikan mulai SLTP sampai sarjan. Tes IST dapat digunakan
untuk bidang pendidikan maupun bidang industri.

Tes ini mampu mengungkap sembilan aspek dan tiap-tiap aspek terdiri dari sub-
tes. Aspek-aspek tersebut adalah:

1. SE (Melengkapi Kalimat). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah


a) Pembentukan keputusan, mengukur pembentukan keputusan (dapatkah
seseorang berprestasi)
b) Rasa realitas atau menilai yang mendekati realitas
c) Common sense (memanfaatkan pengalaman masa lalu) yang mengungkap
kemampuan seseorang berpikir berdikari
d) Berpikir konkrit praktis dalam kehidupan sehari-hari.
2. WA (Melengkapi Kata-Kata). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Intelektual, rasa bahasa, kemampaun menghayati masalah bahasa,
perasaan empati
b) Berpikir induktif dengan menggunakan bahasa, memahami pengertian
c) Pada remaja, komponen intuisi
d) Pada orang dewasa, komponen bahasa untuk mengetahui motif tertentu

8
e) Bila skor tinggi, dapat menangkap pengertian dari suatu isi melalui/
dengan bahasa.
3. AN (Persamaan Kata). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Kemampuan mengkombinasi
b) Fleksibilitas berpikir
c) Berpikir logis/menggunakan pikiran sebagai dasar berpikir (kedalaman
berpikir)
d) Tidak suka menyelesaikan sesuatu dengan dengan perkiraan saja
e) Bila skor tinggi berarti mampu menangkap hubungan permasalahan.
4. GE (Sifat yang dimiliki bersama). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Kemampuan abstraksi, pembentukan pengertian
b) Kemampuan untuk menyatakan/ pengertian dalam bahasa
c) Membentuk suatu pengertian atau mencari inti persoalan
d) Pada remaja menunjukkan kemampuan rohaniah (gestig).
5. RA (Berhitung). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Berpikir induktif praktis hitungan
b) Kemampuan berhitung
c) Menggunakan bilangan-bilangan secara praktis masalah hitungan.
6. ZR (Deret Angka). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Ada momentmoment ritmis
b) Berpikir induktif bilangan teoritis (dengan angka-angka
c) Penggunaan bilangan secara (agak) teoritis (dapat dilihat pula pada AN
dan GE)
d) Berpikir teoritis dengan hitungan disertai dengan moment-moment ritmis.
7. FA (Memilih Bentuk). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Kemampuan membayangkan
b) Kemampuan mengkonstruksi (sintesa dan analisa
c) Berpikir konkrit menyeluruh
d) Memasukkan bagian pada suatu keseluruhan
e) Kaya akan tanggapan

9
f) Cara berpikir menyeluruh yang konkrit, dalam sub tes ini terhadap
moment-moment konstruktif.
8. WU (Latihan Balok). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi
b) Dapat disertai moment-moment analitis.
9. ME (Latihan Simbol). Kemampuan yang diukur pada aspek ini adalah
a) Mengukur daya ingatan
b) Dapat melihat konsentrasi yang menetap
c) Kemampuan konsentrasi lama
d) Tanda ketahanan.

2. KRAEPLIN

Pengertian Tes Kraepelin atau tes koran adalah jenis dari tes psikotes yang
berisi susunan angka-angka untuk membentuk grafik. Tes ini sering digunakan dalam
proses rekrutmen tenaga kerja baru di suatu perusahaan atau instansi. Nama Kraepelin
diambil dari penemu jenis tes psikotes ini yaitu Emilie Kraepelin yang merupakan
seorang psikiater.

Mengerjakan tes ini sebenarnya cukup mudah, hanya dengan menjumlahkan


dua angka terdekat dengan nominal 0-9. Pada prinsipnya tidak ada waktu yang cukup
untuk mengerjakan tes koran tersebut karena memang jumlahnya sangat banyak dan
Anda tidak dituntut untuk mengerjakan semua soal yang ada. Namun interpretasi dari
tes kraepelin dapat digunakan oleh seorang Human Management Development (HRD)
untuk mengetahui bagaimana karakter calon pegawai perusahaan.

Agar lebih memahami apa arti tes Kraepelin, maka kita dapat memperhatikan
beberapa pendapat para ahli tentang definisi tes Kraepelin. Berikut ini adalah tes
Kraepelin menurut para ahli

10
1. Dr. J. de Zeeuw

Pengertian tes Kraepelin menurut Dr. J. de Zeeuw digolongkan sebagai


tes yang mengukur faktor-faktor khusus non intelektual (tes konsenterasi).

2. Anne Anestesi

Pengertian tes Kraepelin menurut Anne Anestesi adalah tes kecepatan.


Ini ditunjukan dengan banyaknya soal yang dibatasi waktu dimana testi
dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh soal.

Dari pengertian tes kraepelin di atas, lalu bagaimana tes ini bisa dijadikan salah
satu alternatif HRD untuk menilai kepribadian calon pegawai?Mengacu pada
pengertian tes Kraepelin di atas, tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui karakter
dan performa maksimal seorang calon pegawai. Karena itu, tekanan skoring dan
interpretasi didasarkan pada hasil tes secara objektif:

Hasil tes Kraepelin akan menginterpretasikan empat hal, yaitu: Faktor


kecepatan (speed factor), Faktor ketelitian (accuracy factor), Faktor keajegan (rithme
factor), Faktor ketahanan (ausdeur factor).

Aspek-Aspek Tes Kraepelin. Umumnya tes Kraeplin digunakan untuk


mengetahui kepribadian calon pegawai dalam ujian tertulis pada proses rekruitmen
pegawai perusahaan. Biasanya HRD memilih tes ini untuk mengetahui beberapa aspek
yang bisa ditunjukkan dari hasil interpretasi tes kraepelin.

Beberapa aspek yang bisa dinilai dari hasil tes kraepelin diantaranya:

1. Aspek Keuletan dan Daya Tahan

Walaupun tes ini sebenarnya tidak sulit, namun karena jumlahnya banyak
bisa digunakan untuk mengetahui bagaimana daya tahan atau keuletan peserta.
Waktu yang sangat terbatas untuk mengerjakan dapat menguji seberapa stabil
tingkat konsistensi dari peserta dan bagaimana kemampuannya untuk
menyelesaikan permasalahan yang rumit.

11
2. Aspek Kemauan dan Kehendak Individu

Tes kraepelin dapat digunakan untuk mengukur kemauan dan bagaimana


motivasi seseorang untuk mengerjakan hal-hal pelik yang biasanya
berkaitan dengan angka, pola perhitungan, operasi matematika, middle
hingga advance.

3. Aspek Emosi

Kebanyakan dari tes psikotes memang digunakan untuk mengetahui


bagaimana kestabilan emosi seseorang. Begitu juga dalam tes Kraepelin ini
yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan peserta dalam
mengendalikan dan meredam emosi diri saat berada pada kondisi ditekan
dengan pekerjaan.

4. Aspek Penyesuaian Diri

Hasil tes Kraepelin dapat menunjukkan bagaimana seseorang dapat


menyesuaikan diri dengan cepat dan beradaptasi pada pekerjaan-pekerjaan
yang mungkin dirasa baru. Tidak semua orang memiliki kemampuan
adaptasi yang baik dan cepat.

5. Aspek Stabilitas Diri

Dalam tes kraepelin terdiri dari beberapa tingkatan, sehingga rangkaian


dari tes ini dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana tingkat
stabilitas seseorang.

Fungsi dan Implementasi Tes Kraeplin Fungsi tes Kraepelin adalah untuk
mengetahui tipe performa seseorang dalam bekerja. Contoh implementasi tes Kraepelin
pada calon pegawai, misalnya: Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah; ini
menjadi indikasi gejala depresi mental yang dialami oleh calon pegawai. Terlalu sering
salah Hitung; ini menjadi indikasi bahwa calon pegawai mengalami distraksi mental.
Penurunan grafik secara tajam; ini menjadi indikasi bahwa calon pegawai hilang

12
ingatan sesaat pada saat tes, atau indikasi epilepsy Rentang ritme/ grafik terlalu besar;
ini adalah indikasi bahwa calon pegawai memiliki masalah atau gangguan emosional

Interpretasi Tes Kraepelin Mengacu pada pengertian tes kraepelin dimana.


hasilnya menunjukkan sebuah grafik, maka secara sederhana interpretasi dari tes
krapelin ditunjukkan dengan: Jika hasil yang ditunjukkan berupa grafik datar, maka
menunjukan kepribadian yang bersangkutan dapat bekerja dengan stabil atau tidak
mudah terpengaruh dengan lingkungan. Jika hasil yang ditunjukkan berupa grafik naik,
maka memperlihatkan karakter yang bersangkutan memiliki potensi untuk berprestasi
selama bekerja. Jika hasil yang ditunjukkan berupa grafik menurun, maka menunjukkan
karakter yang bersangkutan kurang berprestasi, mudah lelah, mudah jenuh dan bosan
terhadap pekerjaan. Jika hasil yang ditunjukkan berupa grafik yang seimbang, maka
menunjukkan kepribadian yang bersangkutan kurang stabil dalam bekerja.

3. EPPS (Edwards Personal Preference Schedule)

EPPS adalah salah satu alat tes untuk mengukur kepribadian yang
dikembangkan oleh Allen L. Edwards dari Universitas Wangshington, USA pada tahun
1953. Tujuan awal dari alat tes ini untuk alat penelitian dan konseling untuk
menyediakan pengukuran yang sesuai terhadap berbagai variable independen
kepribadian. Dasar penamaan variable mengacu pada definisi kepribadian H.A Murray.

Dalam merancang EPPS ini Allen C. Edwards mengacu pada konsep


kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray dengan mengadakan modifikasi, sehingga
cocok untuk mengungkapkan need yang dipandang sebagai need yang esensial untuk
mengukur kepribadian seseorang. Berdasarkan hasil percobaan pertama, Edwards
menyusun item dalam bentuk force-choice, dengan menempatkan item-item yang sudah
diuji dengan social desireability. Hasilnya menunjukkan angka stabil, apabila
dicocokkan pada sekelompok orang yang terdiri atas pria dan wanita, bebragai usia,
pendidikan dan berbagai tingkat ekonomi sosial.

Pada EPPS diharapkan jawaban-jawaban yang diberikan benar-benar


mencerminkan kepribadian yang bersangkutan. Caranya adalah dengan serempak
menampilkan pasangan-pasangan pernyataan dimana testee harus memilih salah satu

13
dari pasangan pernyataan tersebut yang lebih menggambarkan dirinya. Masing-masing
pernyataan yang berpasangan bermuatan aspek kepribadian yang berbeda, tetapi
kedudukan skala nilai “sosial desirability” berpadanan. Dengan demikian seseorang
yang diminta untuk memilih salah satu diantara kedua pernyataan yang berpasangan
tadi akan lebih banyak ditentukan oleh dirinya sendiri ketimbang oleh tuntutan sosial
desirability seperti mungkin terjadi pada personality inventory dengan pernyataan
tunggal yang disengaja atau tidak, bermuatan sosial desirability.

Tes EPPS ini terdiri dari lima belas need yang merupakan menifestasi dari need
yang dikemukakan oleh Murray dan dipandang Edward sebagai variable-variabel
kepribadian yang diantaranya sebagai berikut

a. Achievement (ACH) atau berprestasi yaitu kebutuhan atau dorongan untuk berusaha
mencapai hasil sebaik mungkin, melaksanakan tugas yang menurut keterampilan dan
usaha, dikenal otoritasnya, mengerjakan tugas yang sangat berarti, mengerjakan
pekerjakan yang rumit-rumit, dan ingin mengerjakan sesuatu lebih baik dari yang lain.

b. Deference (Def) atau hormat yaitu kebutuhan atau dorongan untuk mendapat pengaruh
dari oranglain, menemukan apa yang diharapkan oranglain, mengikuti perintah dan apa
yang diharapkan oranglain, memberikan hadiah kepada oranglain, memuji hasil
pekerjaan oranglain, menerima kepemimpinan oranglain, membaca tentang orang-
orang besar, menyesuaikan diri pada kebiasaan dan menghindar dari yang tidak biasa,
menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan.

c. Order (Ord) atau teratur yaitu kebutuhan untuk memiliki pekerjaan tertulis tetap rapid
an teratur. Membuat rencana sebelum memulai tugas yang sulit, menunjukkan
keteraturan dalam berbagai hal, memelihara segala sesuatu tetap rapih dan teratur,
memperinci pekerjaan secara teratur, menyimpan surat dan arsip berdasarkan system
tertentu, makan dan minum secara teratur.

d. Exhibition (Exh) atau ekspedisi yaitu memperlihatkan diri agar menjadi pusat perhatian
orang, menceritakan keberhasilan diri, menggunakan kata-kata yang tidak dipahami
orang lain, bertanya yang tidak akan terjawab orang lain, membicarakan pengalaman
diri yang membahayakan, menceritakan hal-hal yang menggelikan.

14
e. Autonomy (Aut) atau otonomi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk
menyatakan kebebasan diri untuk berbuat apapun atau mengatakan apapun,
bebas mengambil keputusan, melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan
orang lain, menghindari situasi yang menuntut penyesuaian diri, melakukan
sesuatu tanpa menghargai pendapat orang lain, dan menghindari tanggung
jawab.

f. Affiliations (Aff) atau afiliasi yaitu setia kawan, berpartisipasi dalam kelompok


kawan, mengerjakan sesuatu untuk kawan, membentuk persahabatan baru,
membuat kawan sebanyak mungkin, mengerjakan, pekerjaan bersama-sama,
akrab dengan kawan, menulis surat persahabatan.

g. Intraception (Int) atau intrasepsi yaitu menganalisis motif dan perasaan sendiri,


mengamati orang lain untuk memahami bagaimana perasaan orang lain,
menempatkan diri ditempat orang lain, menilai orang lain dengan mencoba
memahami latar belakang tingkah lakunya dan bukan apa yang dilakukannya,
menganalisa perilaku orang lain, menganalisa motif-motif perilaku orang lain,
dan meramalkan apa yang bakal dilakukan orang lain.

h. Succorance (Suc) atau berlindung yaitu mengharapkan bantuan orang lain


apabila mendapat kesulitan, mencari dukungan dari orang lain, mengharapkan
orang lain berbaik hati kepadanya, mengharapkan simpati dari orang lain, dan
memahami masalah pribadinya, menerima belai kasih denti orang lain,
mengharapkan bantuan orang lain di saat dirinya tertekan, mengharapkan maaf
dari orang lain apabila dirinya sakit.

i. Dominance (Dom) atau dominan yaitu membantah pendapat orang lain, ingin


menjadi pemimpin kelompoknya, ingin dipandang sebagai pemimpin orang
lain, ingin selalu terpilih sebagai pemimpin, mengambil keputusan dengan
mengatasnamakan kelompok, menetapkan persetujuan secara sepihak,

15
membujuk dan mempengaruhi orang lain agar mau mengerjakan yang ia
inginkan, mengawasi dan mengarahkan kegiatan yang lain, mendikte apa yang
harus dikerjakan orang lain.

j. Abasement (Aba) atau merendah, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk merasa


berdosa apabila berbuat keliru, menerima cercaan atau selaan orang lain, merasa
perlu mendapat hukuman apabila berbuat keliru, merasa lebih baik menghindar
dari perkelahian, merasa lebih baik menyatakan pengakuan akan kekeliruannya,
merasa rendah diri dalam berhadapan dengan orang lain.

k. Nurturance (Nur) atau memberi bantuan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk


senang menolong kawan yang kesulitan, membantu yang kurang beruntung,
memperlakukan orang lain dengan baik dan simpatik, memaafkan orang lain,
menyenangkan orang lain, berbaik hati kepada orang lain, memberikan rasa
simpatik kepada yang terluka atau sakit, memperlihatkan kasih denti kepada
orang lain.

l. Change (Chg) atau perubahan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menggarap


hal-hal yang baru, berkelana, menemui kawan baru, mengalami peristiwa baru
dan berubah dari pekerjaan yang rutin, makan di tempat yang berbeda-beda,
mencoba berbagai jenis pekerjaan, senang berpindah-pindah tempat,
berpartisipasi dalam kebiasaan baru.

m. Endurance (End) atau ketekunan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk terpaku
pada suatu pekerjaan hingga selesai, merampungkan pekerjaan yang telah
dipegangnya, bekerja keras pada suatu tugas tertentu, terpaku pada penyelesaian
masalah atau teka-teki, terpaku pada suatu pekerjaan dan tidak akan diganti
sebelum selesai, tidur larut malam untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dihadapinya, tekun menghadapi pekerjaan tanpa menyimpang, menghindari
segala yang dapat menyimpangkannya dari tugas.

16
n. Heterosexuality (Het) atau heteroseksualitas, yaitu kebutuhan atau dorongan
untuk bepergian dengan kelompok yang berlawanan jenis kelamin, melibatkan
diri dalam kegiatan sosial yang berlawanan jenis kelamin, jatuh cinta pada jenis
kelamin lain, mengagumi bentuk tubuh jenis kelamin lain, berpartisipasi dalam
diskusi tentang seks, membaca buku dan bermain yang melibatkan masalah
seks, mendengarkan atau menyampaikan cerita lucu tentang seks.

o. Aggression (Agg) atau agresi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menyerang


pandangan yang berbeda, menyampaikan pendangannya tentang jalan pikiran
orang lain, mengecam orang lain secara terbuka, mempermainkan orang lain,
melukai perasaan orang lain, membaca surat kabar tentang perkosaan.

Untuk menguji consistency jawaban, Edwards menyediakan items ganda.


Inventorynya terdiri dari 225 pasang pernyataan, 15 pasang pernyataan merupakan
pernyataan ulang yang dentic untuk mengukur consistency. Untuk mengukur stabilitas
profil yang diperoleh, dapat dihitung korelasinya dengan menggunakan pernyataan
genap ganjil.

17
4. DAP
Konsep DAP muncul di Amerika sebagai kritik kurikulum pada kurun waktu 1960-an
hingga akhir 1970-an, di mana kurikulum pada rentang waktu tersebut tidak sesuai dengan
tahapan perkembangan anak. Kurikulum-kurikulum tersebut dianggap telah gagal menghasilkan
siswa yang dapat berpikir kritis dan dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan.
Awal tahun 1980-an mulailah bermunculan berbagai kritik yang dianggap gagal mengantarkan
siswa untuk menjadi life long learner bahkan dianggap telah mematikan semangat dan kecintaan
anak untuk belajar.

Pakar yang terhimpun dalam NAEYC (National Association for the Education of Young
Children) yang dimotori oleh Sue Bredekamp mulai membenahi/mereformasi pendidikan agar
patut sesuai umur, sosial & budaya, dan individual. Oleh karena itu sejak tahun 1980-an sekolah-
sekolah di AS mulai melakukan perbaikan untuk menerapkan konsep DAP yang dinilai dapat
membenahi kurikulum lama, dimana kurikulum lama memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Orientasi hanya menghafal pelajaran.

b. Banyak berlatih soal yang lebih banyak mengandalkan kemampuan kognitif


(akademik) dan sedikit melibatkan aspek lain (sosial, emosi, dan spiritual).

c. Materi pelajaran yang sifatnya abstrak dan tidak kongkrit.

d. Materi pelajaran yang tidak terintegrasi antara yang satu dengan yang lainnya.

e. Materi pembelajaran tidak konstektual dengan kehidupan sehari-hari anak.

f. Guru sebagai penceramah sementara siswa pasif sebagai pendengar.

g. Siswa memiliki keterlibatan sedikit berinteraksi dengan teman-temannya karena l


ebih banyak terlibat dalam mengerjakan tugas di dalam kelas.

h. Soal ujian berbentuk pilihan ganda.

Menurut Megawangi salah satu penyebab utama dari kesalahan mendidik anak adalah
banyaknya orangtua dan guru yang tidak menyadari dan mengetahui cara-cara mendidik anak
yang patut. Pendidikan yang patut adalah pendidikan yang sesuai dengan umur, perkembangan
psikologis, serta kebutuhan spesifik anak. Penerapan konsep DAP melibatkan 4 komponen dasar
yang ada pada diri anak yaitu: pengetahuan, keterampilan, sifat alamiah, dan perasaan. Oleh

18
karena itu sistem pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP diangap dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan gairah dan semangat anak-anak untuk belajar.

Konsep DAP memiliki tiga dimensi dalam penerapannya yaitu: patut sesuai umur, patut
secara sosial dan budaya, patut secara individual.

1. Patut sesuai umur; Sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak.

2. Patut menurut sosial & budaya; Sesuai dengan pengalaman belajar yang bermakna,
relevan dan sesuai dengan kondisi sosial-budaya.

3. Patut sesuai individual;

Sesuai dengan pertumbuhan dan karakteristik anak, kelebihannya, ketertarikannya dan


pengalaman-pengalamannya. Pemprosesan informasi dalam otak merupakan hal paling mendasar
yang wajib diketahui dan dipahami betul oleh para pendidik. Ha ini selaras dengan penelitian
Renate & Caine dalam Megawangi bahwa manusia memiliki kemampuan secara nature untuk
belajar berbagai hal hanya jika pembelajaran yang diberikan tidak bertentangan dengan prinsip
bekerjanya struktur dan fungsi otak. Di mana kurikulum lama sering kali tidak sesuai dengan
prinsip nature ini sehingga hasil yang di dapat justru menghambat proses belajar.

Beberapa prinsip brain-based learning yang perlu diketahui oleh para pendidik:

- Otak memproses beberapa aktifitas dalam waktu bersamaan.


- Otak memproses informasi secara keseluruhan dan secara bagian per bagian dalam
waktu bersamaan (simultan).
- Proses belajar melibatkan seluruh aspek fisiologi manusia.
- Secara alami otak selalu mencari makna atau arti dalam informasi yang di terimanya.
Otak akan memproses lebih lanjut informasi yang bermakna, namun tidak demikian
dengan informasi yang tidak bermakna.
- Faktor emosi mempengaruhi proses belajar.
- Motivasi belajar akan meningkat bila diberikan sesuatu yang menantang dan akan
terhambat kalau diberikan ancaman.
- Manusia akan lebih mudah mengerti dengan diberikan fakta secara alami, atau
ingatan spasial (bentuk atau gambar).

19
Oleh karena itu DAP meripakan suatu solusi untuk merubah metode pelajaran lama. Di
mana melalui DAP lah lingkungan belajar yang menyenangkan tercipta sehingga anak dapat
menikmati betul pengalaman belajarnya karena anak melibatkan seluruh aspek fisiologisnya,
seperti halnya menerapkan dalam pelajaran Matematika. Melalui pembelajaran yang di create
seperti games anak melibatkan seluruh aspek fisik, emosi, sosial, dan kognitif secara simultan
(bersamaan). Selain itu menciptakan kurikulum yang dapat menumbuhkan minat anak serta
kontekstual maka anak akan menangkap lebih cepat makna apa yang terdapat dari apa yang
dipelajarinya. Suasana belajar yang menyenangkan serta bebas dari tekanan dan ancaman tetapi
tetap menantang akan memberikan pengalaman tersendiri dan bermakna bagi anak. Mata
pelajaran yang melibatkan pengalaman kongkrit utamanya dalam memecahkan masalah maka
pembelajaran yang terjadi akan menjadi lebih efektif, karena yang perlu ditekankan dalam proses
belajar adalah pengalaman nyata yang dialami anak bukan ceramah tanpa makna bagi anak yang
diterima dari pendidik.

Berdekatan dalam pendapatnya Megawangi, terdapat empat uraian praktis untuk menerapkan
konsep DAP:

1. Merencanakan Kurikulum

Kurikulum harus dapat mencangkup pengembangan seluruh dimensi perkembangan


anak; fisik, emosi, sosial, spiritual, dan kognitif dengan cara yang terintegrasi, tetapi dengan cara
terintegrasi yang melibatkan seluruh aspek perkembangan anak. Setiap kegiatan yang
menstimulasi salah satu aspek perkembangan, akan mempengaruhi dimensi perkembangan
lainnya.

Pendidik dapat memodifikasi kurikulum dengan harapan guru telah mengenal betul apa
yang menjadi kekuatan, bakat, minat dan kebutuhan masing-masing anak. Merencanakan
kurikulum harus memperhatikan proses belajar yang interaktif, keterlibatan aktif anak melalui
eksplorasi dan interaksi dengan guru dan kawan-kawannya. Membiarkan anak untuk mencari
solusi, sehingga hal ini dapat memotivasi anak untuk terus belajar aktif serta bereksplorasi.

Seluruh kegiatan belajar dan material sifatnya kongkrit, nyata, dan relevan untuk
kehidupan anak khususnya untuk anak usia pra sekolah dan sekolah dasar. Oleh karena itu
merupakan suatu kewajiban pendidik untuk dapat mengetahui kapan anak-anak perlu diberikan
kegiatan yang lebih menantang, karena sesuatu yang telah dikuasai anak akan membuat mereka
bosan.

20
21
9. Interaksi Orangtua/Guru dan Anak

Guru dan Orangtua harus mengerti bahwa anak-anak perlu diperlakukan sesuai dengan
tahapan perkembangan umurnya, dan juga keunikan masing-masing anak. Merespon segera atas
kebutuhan, dan keinginan anak yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
Komunikasi sangat penting untuk anak-anak semua umur dan harus dilakukan dengan kontak
mata. Oleh karena itu hendaknya pendidik berlutut ketika berbicara dengan anak sehingga
memudahkan terjadinya kontak mata. Hal yang perlu diingat adalah, para pendidik harus selalu
bersikap konsisten antara apa yang dikatakannya dan apa yang dilakukannya agar mereka
mengerti pesan yang diberikan.

Para pendidik harus mendorong anak untuk dapat menyelesaikan tugas dengan sukses,
yaitu dengan memberikan arahan, perhatian yang fokus, dan kata-kata yang memberikan
semangat. Serta para pendidik dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak dengan menghormati
anak, menerima, dan memberikan rasa aman kepada mereka. Para pendidik harus mengetahui
tanda-tanda anak yang mengalami stres, dan mengetahui bagaimana menghadapinya.
Menumbuhkan kemampuan mengontrol diri anak dengan memperlakukan mereka secara hormat,
serta memberikan disiplin yang patut.

10. Hubungan Antara Rumah dan Sekolah/Program

Dalam konsep DAP orangtua merupakan partner bagi pendidik di sekolah dalam
mendidik anak-anaknya. Orangtua memiliki hak dan kewajiban untuk turut serta dalam
mengambil keputusan tentang pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya. Para orangtua harus
didorong untuk mengamati dan berpartisipasi. Orangtua harus berkomunikasi tentang keadaan
anak-anaknya sehingga pendidik mengerti latar belakang masing-masing anak. Pendidik berbagi
pengetahuan dengan orangtua tentang ilmu perkembangan anak, dan kebutuhan spesifik anak.
Pendidik harus menghormati pandangan berbeda orangtua dalam hal mendidik anak, dan bersifat
toleran terhadap perbedaan ini sehingga anak menjadi tidak bingung. Pendidik, orangtua, sekolah,
dan konsultan harus berkomunikasi secara berkala tentang kemajuan anak mereka.

11. Evaluasi Perkembangan Anak

Mengambil keputusan yang berdampak besar bagi kehidupan anak seperti penerimaan
murid baru, penempatan kelas, kenaikan kelas, tidak boleh hanya berdasar pada satu jenis alat
ukur saja, IQ misalnya. Tetapi juga harus mempertimbangkan informasi lainnya yang relevan,
utamanya pengamatan yang dilakukan guru dan orangtua. Sistem evaluasi dengan pengamatan

22
(observasi) dapat dikaitakan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan
anak. Hasil evaluasi harus dikomunikasikan kepada orangtua dan juga merupakan input penting
untuk mengevaluasi keberhasilan program DAP.

Diperlukan juga sistem evaluasi untuk mengidentifikasi anak-anak berkebutuhan khusus,


atau anak-anak yang memiliki resiko tinggi (penyakit) sehingga pendidik dapat merencanakan
program yang sesuai dengan mereka, atau memberikan rekomendasi kepada orangtua.

Mengukur kemajuan anak dengan menggunakan tes yang distandarisasi dan masing-
masing anak dibandingkan hasil tesnya dengan yang lain, masih dipertanyakan kegunaannya. Jika
menggunakan konsep Bronfenbrenner, perbandingan ini harus mempertimbangkan umur, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya dan ekonomi anak

23
12. DAT
1. Konsep Dasar Tes Grafis
Mula-mula digunakan oleh Emil Jucker (Konsultan Pemilihan Jurusan), Lalu
dikembangkan Oleh Charles Koch, bahwa pohon dibuat sebagai pernyataan “the being of the
person”. Asumsi bahwa orang dekat dengan pohon. Pohon dibayangkan memiliki sifat manusia
atau manusia diibaratkan Pohon, dengan menggambar pohon, orang memproyeksikan dirinya.
Jadi yang diperoleh dengan tes Pohon adalah “Self Projection” from deep, Uncouncious level of
Personality.

2. Konsep Dasar Tes Grafis


Gambar adalah “gerakan tangan yg diendapkan” dan didokumentasikan melalui garis-
garis dan coretan motorik tangan , yaitu motorik halus, motoric halus dikendalikan oleh otak
sebagai pusat koordinasi gerakan-gerakan dipengaruhi oleh kondisi kognisi, emosi dan kekuatan
dorongan atau drive yang ada pada individu. Hasil Tes Grafis berupa GESTALT yg mengandung
makna ekspresif, komunikatif dan simbolik informative. Menggunakan teknik proyektif yaitu
Instruksi tidak menggunakan sugesti. Subjek diberi kebebasan mengekspresikan dan tidak
mengetahui apa yang akan diungkap dari aspek kepribadiannya, sehingga lebih jujur
mengungkapkan.
Dasar filosofi Tes Baum yaitu
 Representasi gambaran tumbuh kembang kepribadian seseorang
 Merupakan ekspresi tanpa topeng
 Dasar Filosofi BAUM TES Perkembangan kepribadian atau pertumbuhan ego
 Gambaran penyaluran impuls/ energi
Instruksi Tes Baum atau DAT
1. Kepada saudara telah diberikan selembar kertas kosong
2. Tulislah dipojok kanan atas
 No. Pemeriksaan
 Nama
 Tempat, Tanggal lahir
 Tanggal Pemeriksaan
3. Jika sudah selesai letekkan alat tulis saudara dan perhatikan kedepan
4. Baliklah kertas saudara demikian, sehingga saudara menemukan halaman yang
seluruhnya kosong

24
5. Perhatikan, halaman yang kosong tersebut sekarang menjadi milik saudara
6. Tugas saudara adalah gambarlah suatu pohon
7. Saudara tidak boleh menggunakan penghapus ataupun penggaris
8. Saudara hanya diperbolehkan menggunakan pensil yang teah kami sediakan.
9. Apakah ada pertanyaan? Jika tidak ada ambillah alat tulis saudara dan mulailah
menggambar (watunya 10 menit)
10. Jika sudah selesai berilah nama pohon yang saudara gambar disisi kertas yang masih
kosong.
11. Letkkan kertas saudara disisi meja yang kosong, observer akan mengambil kertas
tersebut.

25
13. WARTEGG/WZT

Tes wartegg adalah tes psikologi yang pertama kali dibuat oleh Krueger dan Sander dari
University of Leipzig. Selanjutnya, tes ini di kembangkan oleh Ehrig Wartegg dan kemudian oleh
Marian Kinget. Tes warteeg bertujuan untuk mengukur emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas
subjek. Dalam pelaksanaan tes ini seorang testee diharuskan untuk melengkapi gambar yang ada
di dalam kotak. Setelah itu pada instruksi kedua testee diminta untuk mengurutkan gambar
dimulai dari dari yang terlebih dahulu dibuat. Jangan menuliskan nomer urut di dalam gambar
karena akan dianggap sebagai sebagai bagian dari yang anda buat.

Kemudian pada instruksi ketiga sampai keenam. Anda diminta menuliskan gambar mana
yang paling mudah, paling sulit, paling disukai dan tidak disukai. Anda hanya diperbolehkan
untuk memilih satu gambar saja.

Tes wartegg ini tidak memerlukan kemampuan menggambar. Tes ini hanya suatu cara bagi
seseorang psikolog untuk mengetahui kepribadian testee dari cara menggambar dan apa yang
testee gambar.Tes wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang terdiri dari
delapan kotak.

26
C. OBSERVASI
1. OBSERVASI UMUM
Praktikum Psikodiagnostik yang di laksanakan beberapa hari yang lalu memberikan
stimulus bagi kami tentang pengalaman-pengalaman di lapangan setelah sekian banyak
mempelajari teori-teori tentang tes Psikodiagnostik. Sedikit banyak hasil observasi yang kami
dapatkan baik dari teste maupun tester yang di tinjau dari segala sisi, semisal kondisi tes, kondisi
psikologis teste/tester memberikan nilai wawasan yang langsung secara empiris.
Dari segala aspek terwujudnya praktikum ini melalui berbagai persiapan baik dari
mahasiswanya sendiri maupun dari peserta tes. Sehingga dengan persiapan ini juga
mempengaruhi hasil dari observasi secara umum, akan tetapi dengan persiapan-persiapan yang
begitu matang alhamdulilah bisa lancar terjalannya praktikum ini.

2. OBSERVASI KHUSUS
Praktikum pengantar psikodignostik ini terdiri dari beberapa tes yang harus dikerjakan oleh
testee dalam bentuk psikotes yang diawali dengan tes yang pertama yaitu
- Tes IST
Tes IST dimulai pada pukul 14.10 wib. Dalam tes IST terdiri dari 9 sub tes soal. Dalam 9
sub tes soal dipandu oleh 3 orang tester. Untuk kelompok soal 1 sampai 3 dipandu oleh Jihan
Aminatuzzuhro, lalu untuk kelompok soal 4 sampai 6 dipandu oleh M. Rifqi Aminul M. dan
untuk kelompok soal 7 sampai 9 dipandu oleh Naurah Faradillah Rubbah. Untuk
penyampaian instruksi dari para tester masih ada yang kurang dalam menyampaikan
instruksinya dan juga masih ada yang grogi, tegang dan semacamnya. Dalam mengerjakan
tes IST banyak dari testee tidak konsentrasi dalam mengerjakannya dikarenakan ada yang
masih bingung dengan sistematika pengerjaan tes. Kemudian dilanjutkan tes berikutnya.
- Tes Kraeplin
Tes kraeplin dimulai pada pukul 15.15 wib. Dalam tes ini dipandu oleh tester yang bernama
M. Abdul Faruk. Tester dalam menyampaikan instruksi tes terlalu cepat. Pada saat tes ini
dilaksanakan, para testee merasa cemas, bingung, kurang memahami, kurang konsentrasi juga
terburu-buru dalam mengerjakan tes dikarenakan tes itu dilaksanakan dengan waktu yang
singkat dan hari yang sudah sore. Kemudian dilanjutkan tes berikutnya.
- Tes EPPS
Tes ini dimulai pada pukul 15. 50 wib. Dengan dipandu oleh tester yang bernama Naurah
Faradillah Rubbah. Dalam menyampaikan instruksi, tester agak sedikit cemas dan lupa dalam
menyebutkan satu instruksi. Pada saat mengerjakan tes ini, testee sudah mulai bosan,

27
kelelahan, mengantuk, tidak konsentrasi dan lain sebagainya. Akan tetapi pada saat tengah-
tengah mengerjakan tes ada penjedaan istirahat untuk sholat dikarenakan hari sudah
menjelang sore dan disitulah testee merasa senang karena bisa keluar dari zona mengerjakan
tes. Kemudian ketika testee kembali untuk mengerjakan tes, mereka sudah dalam keadaan
fresh kembali dan siap untuk mengerjakan soal tes EPPS kembali. Dan dilanjutkan dengan
soal tes berikutnya.
- Tes Wartegg
Pada tes wartegg ini sudah memasuki tes yang berupa menggambar. Dilaksanakan pada jam
16.50 wib dengan dipandu oleh tester Laila Anjumil M. dalam penyampaian instruksi tester
merasa gugup dan berbicara dengan observer. Dalam mengerjakan tes wartegg testee kurang
konsentrasi, kurang paham dengan instruksi, lelah, ingin segera selesai dan lain sebagainya.
Dalam proses menggambar ada testee yang merasa malu ketika gambarnya diperiksa oleh
observer, ada juga yang menggambar dengan serius ada juga yang hanya asal-asalan.
Kemudian lanjut dengan tes berikutnya.
- Tes DAT atau BAUM
Tes DAT ini sama halnya dengan tes wartegg yaitu tes menggambar yang dimulai pada pukul
17.20 wib. Dengan dipandu oleh tester yang bernama Alfani Yuniaturrahmah. Dalam
penyampaian instruksi tester sudah baik akan tetapi ada kata yang masih belibet. Testee disini
hanya disuruh untuk membuat sebuah pohon dan itupun terserah mau menggambar sebuah
pohon apa. Dalam mengerjakan tes, ada testee yang sudah bosan dalam mengerjakan tes
karena ingin segera selesai dalam mengerjakan serangkaian tes tersebut. Dan dilanjutkan
dengan tes terakhir.
- Tes DAP
Tes DAP dilaksanakan yang dimulai pada pukul 17. 48 wib. Dengan dipandu oleh tester M.
Abdul Faruk. Dalam penyampaian instruksi untuk tes DAP ini sama persis seperti tes
sebelumnya yaitu tes DAT hanya saja bedanya menggambar jenisnya, untuk tes ini
menggambar manusia. Tester sudah bertugas baik dalam menyampaian tes dan sedikit gugup.
Dan untuk testee sendiri bersemangat dalam mengerjakan tes terakhir ini dikarenakan akan
berakhirnya tes dan segera untuk pulang.
Demikian itulah serangkaian tes yang telah dilakukan oleh para testee dengan observasi
khusus ini.

28
BAB III
SKORING TES PSIKOLOGI
A. PROSES SKORING
1. SKORING IST
- Jawaban yang benar mendapat nilai 1, kecuali untuk GE ada panduan nilai tersendiri.
- Tulis jumlah jawaban yang benar di tempat yang tersedia pada setiap subtes.
- Jumlah jawaban yang benar merupakan “raw-score”
- Bandingkan raw-score dengan norma untuk menghasilkan “weighted-score”
- Jumlah total setiap subtes (raw-score) bila dibandingkan dengan norma menghasilkan
nilai/taraf intelegensi (weighted-score)
- Taraf intelegensi ini bila dibandingkan dengan norma umum akan menunjukkan taraf
intelegensi tertentu (cerdas, kurang, dan lainnya).

2. SKORING KRAEPLIN
- Meriksa seluruh hasil penjumlahan yang telahh dikerjakan testee dari lajur 1 sampai lajur
50. Caranya adala:
 Hitung jumlah jawaban yang benar. Tuliskan jumlahnya dibagian bawah tiap
lajur.
 Memberikan tanda lingkaran pada hasil penjumlahan yang salah
 Memberikan tanda chek merk pada setiap deret yang terlampaui.
- Memindahkan jumlah kesalahan yang dibuat testee ke bagian yang bertuliskan “sum of
errors” dan “sum of skippeds”. Kemudian jumlahkan dan konsultasikan dengan norma
sehingga diperoleh skr TIANKER.
- Memindakan jumlah jawaban yang benar dari 50 lajur kedalam grafik, kmudian buatlah
garis grafik.
- Mencari skor PANKER dengan cara mencari mean atau ratarata dari distribusi skor yang
diperoleh testee pada 50 lajur. Rumus: mean=
- Mencari skor TIANKER dengan rumus sum errors + sum of skipped
- Mencari skor Janker ada 2 cara
 Berdasarkan range, yaitu dengan mengetahui selisih antara jumlah jawaban yang
benar yang tertinggi dengan jumlah jawaban yang benar yang terendah.
Range= Yt-Yr
 Berdasarkan Average Deviation

29
Av. Dev.=
d= Deviasi nilai mean dalam harga mutlak.
Terlebih dahulu buatlah table distribusi frekwensi hitung rataratanya atau mean.
- Mencari skor HANKER menggunakan rumus persamaan linier.
Y= a+b.x dimana a=
b=

3. SKORING EPPS (Edward Personal Preference Schedule)


1. Beri garis MERAH untuk nomor-nomor :

No. 1 ke No. 25

101 ke 125

201 ke 225

2. Beri garis BIRU untuk nomor-nomor :

No. 26 ke No. 50

51 ke 75

151 ke 175
3. Lihat apakah jawaban pada garis MERAH dan jawaban pada garis BIRU, di isi
dengan jawaban yang sama.

Mis : No. 1 = No. 151 No. 7 = No. 157 dst...

Bila jawabannya sama, maka beri tanda cheklist (√) pada kotak paling bawah !

4. Nilai konsistensi adalah jumlah jawaban yang sama pada garis yang sejajar. Bila
nilai konsistensi KURANG dari 10, maka tidak dapat diinterpretasi !
karena ada kemungkinan :
 Jawaban asal-asalan
 Tidak serius
 Tidak diketahui kepribadiannya

30
5. Hitunglah jawaban A, yang dilingkari. Dari BARIS KIRI ke KANAN. Jumlah
PER BARIS letakkan di kolom Huruf “r” (Row) →kecuali Garis Merah.
Hitunglah jawaban B, yang di lingkari dalam SATU (SETIAP) KOLOM. Jumlah
PER KOLOM, letakkan di kolom Huruf “c” (Column).
6. Jumlahkan angka di huruf “r” dengan “c” → lalu letakkan di huruf “s”.
Jumlah Total “s” = 210
7. Pindahkan nilai “s” ke baliknya dan letakkan pada “Row Score”
8. Row score kemudian dikonveksikan ke table norma ( mis : percentil )

PERCENTIL KATEGORI

97% Sangat Tinngi


85 – 96 Tinggi
17 – 84 Rata - Rata
4 – 16 Rendah
1–3 Sangat Rendah

Note : Hasil Tes EPPS bersifat PSATIF


PSATIVE yaitu Nilai 15 trait/sifat yang ada pada individu tidak bisa dibandingkan
dengan 15 trait pada individu lain, dengan hanya melihat
perbedaan skor masing-masing trait. Kecuali apabila skor trait 1s/d
15 adalah sama atau tidak ada perbedaan.

31
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari praktikum pengantar psikodiagnostik ini dapat disimpulkan bahwa
ketepatan waktu dalam pelaksanaan tes sangat berperan penting karena itu bisa
menimbulkan rasa gelisah pada testee dan akan berdampak pada pengerjaan tes.
Beberapa testee ada yang mudah menangkap instruksi yang diberikan oleh tester dan
dapat menjawab dengan baik dan ada juga yang masih kesulitan dalam memahami
petunjuk yang diberikan oleh tester.

B. SARAN
Peran tester dan observer sangat penting saat praktikum pengantar
psikodiagnostik. Oleh karena itu kedepannya diharapkan para tester dalam menjelaskan
menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami agar tidak membuat testee
kebingungan terhadap tes yang akan dikerjakan. Dan bagi observer diharapkan bisa
menjelaskan dengan baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/10/tes-kepribadian-epps.html?m=1 (di akses tanggal


23 Desember 2019)
Sukardi, Dewa Ketut. (1993). Analisis Inventori Minat dan Kepribadian . Jakarta:  PT Rineka Cipta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Tes_Baum (di akses tanggal 23 Desember 2019)

33
DOKUMENTASI KEGIATAN

34

Anda mungkin juga menyukai