Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASESMEN KEPRIBADIAN

NON-PROYEKTIF 1
(EPPS & SOV)
Dosen Pengampu: Ardian Praptomojati, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

dibuat oleh

Chelsea Annisa
19/445936/PS/08022

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN TES EPPS
(EDWARDS PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE)

dibuat oleh

Chelsea Annisa
19/445936/PS/08022

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
EPPS (EDWARDS PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE)

A. SEJARAH PEMBUATAN ALAT TES

Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) adalah skala tes


kepribadian yang dibuat sebagai upaya mengembangkan tes kepribadian yang
dapat mengontrol dari social desirability (SD) atau keinginan sosial (Edwards,
1957, dalam Dicken, 1959). Social desirability (SD) atau keinginan sosial
adalah salah satu masalah yang sering kali muncul dalam penggunaan
inventori minat dan kepribadian. Social desirability (SD) merupakan
kecenderungan untuk merespons aitem sesuai dengan norma masyarakat atau
apa yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya. Hal ini dapat menyebabkan
skor atau hasil yang didapat tidak bisa mewakili karakteristik dari peserta tes
secara akurat. EPPS didesain untuk mengukur apa yang biasa dilakukan oleh
subjek (performasi tipikal) daripada apa yang mampu dilakukannya
(performasi maksimal) (Domino & Domino, 2006). Menurut Dicken (1959),
setidaknya terdapat tiga masalah yang cenderung dilakukan oleh peserta tes
secara sadar maupun tidak sadar. Pertama, peserta tes sengaja berpura-pura
karena memang ingin membohongi penguji. Kedua, respons yang diberikan
peserta tes adalah respons yang sesuai dengan konsep dirinya yang ideal dan
bukan merupakan penilaian diri yang sebenarnya. Ketiga, respons yang
diberikan peserta tes merupakan penilaian diri yang jujur namun tidak akurat.
Dalam menangani hal itu, pengontrolan social desirability (SD) pada
Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) dilakukan dengan
menerapkan forced-choice format. Format ini meminta peserta tes untuk
memilih salah satu jawaban, antara A dan B, yang paling mewakili
kepribadian mereka (Edwards, Wright, & Lunneborg, 1959). Aitem yang

2
berpasangan ini (A & B) akan dinilai atau diberi skor untuk variabel yang
berbeda. Kemudian, kedua variabel ini dinilai secara independen social
desirability-nya. Diasumsikan bahwa ketika social desirability dari alternatif
jawaban tidak dapat didiskriminasi, responden akan kesulitan dalam memilih
jawaban yang tidak sesuai dengan kepribadiannya atau kesulitan dalam faking
good (Borislow, 1958). Edwards Personal Preference Schedule (EPPS)
sendiri dikembangkan oleh Alen L. Edwards (1954) dalam Edwards & Abbott
(1973) dan terdiri dari 225 aitem yang berpasangan, tiap aitem terdiri dari dua
pernyataan sehingga total pernyataannya adalah 450. EPPS mengukur 15
kebutuhan (needs) yang dijelaskan oleh Murray. EPPS diasumsikan
beroperasi dalam kepribadian individu dewasa yang normal dan didesain
sebagai instrumen untuk riset dan konseling. Saat EPPS pertama kali
dipublikasi, terdapat 326 artikel dilaporkan yang termasuk dalam data EPPS
(Buros, 1965). EPPS juga diterjemahkan ke Jepang, China, dan India
walaupun hanya sedikit artikel yang meneliti mengenai penggunaan EPPS di
budaya luar (Anderson, 1974).

B. ACUAN TEORI PEMBUATAN ALAT TES


Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) dikembangkan untuk
mengukur variabel kepribadian yang mengacu pada teori Henry Murray
(1938) mengenai kebutuhan atau needs (Dicken, 1959). Teori kebutuhan
Murray menjelaskan bahwa kebutuhan melibatkan physicochemical di otak
yang mengorganisasi dan mengarahkan kemampuan intelektual dan persepsi
organisme. Kebutuhan mungkin muncul dari proses internal, seperti lapar dan
haus, ataupun peristiwa di lingkungan. Kebutuhan akan memunculkan suatu
ketegangan dan organisme akan mencoba mengurangi ketegangan tersebut
dengan memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, bisa dibilang kebutuhan
memberikan organisme energi untuk mengarahkan atau mengaktifkan
perilaku mereka (Schultz & Schultz, 2016).

3
Murray kemudian membuat daftar kebutuhan (needs) sebanyak 20
jenis. Klasifikasi kebutuhan Murray dalam Allen (1882), yaitu abasement,
achievement, affiliation, aggression, autonomy, change, cognitive structure,
dominance, defendence, endurance, succorance, harm avoidance, impulsivity,
nurturance, play, order, sentience, social recognition, exhibition, dan
understanding. Allen L. Edwards kemudian memodifikasi teori Murray
menjadi lima belas kebutuhan (needs), meliputi:
1. Achievement (ach)
Kebutuhan yang menggambarkan keinginan untuk mencapai sesuatu
dalam hidup.
2. Deference (def)
Kebutuhan yang menggambarkan status, kepatuhan, dan konformitas.
3. Order (ord)
Kebutuhan yang menunjukkan seberapa tanggung jawab seseorang dan
seberapa teraturnya saat menyelesaikan sesuatu.
4. Exhibition (exh)
Kebutuhan untuk mengekspresikan diri, dan biasanya optimis dan
percaya diri.
5. Autonomy (aut)
Kebutuhan yang menggambarkan kemandirian dan kemapanan.
6. Affiliation (aff)
Kebutuhan yang menggambarkan kebutuhan atas relasi, afiliasi, dan
kebutuhan orang lain dalam hidupnya.
7. Intraception (int)
Kebutuhan yang menggambarkan kebutuhan menganalisis orang lain dan
diri sendiri.
8. Succorance (suc)
Kebutuhan yang mencerminkan keinginan untuk dibantu dan dijaga
orang lain.

4
9. Dominance (dom)
Kebutuhan akan kekuasaan, dominasi, dan menjadi pemimpin.
10. Abasement (aba)
Kebutuhan untuk disalahkan, orang dengan kebutuhan ini akan sering
menyalahkan dirinya sendiri.
11. Nurturance (nur)
Kebutuhan yang mencerminkan keinginan untuk menjaga dan membantu
orang lain.
12. Change (chg)
Kebutuhan untuk mengubah hidup mereka sendiri dan menjadi orang
baru.
13. Endurance (end)
Kebutuhan yang mencerminkan keinginan untuk melakukan hal dengan
rajin dan tekun.
14. Heterosexuality (het)
Kebutuhan untuk berhubungan dengan pasangan lawan jenis.
15. Aggression (agg)
Kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku agresif (Psychology
Lover; Domino & Domino, 2006).

C. KEGUNAAN ALAT TES


Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian
yang dikembangkan guna mengontrol social desirability-nya. Oleh karena itu,
tes ini berguna jika tester ingin meminimalisirkan kecenderungan peserta tes
menjawab sesuai dengan social desirability. Menurut Domino & Domino
(2006), EPPS dikembangkan terutama untuk tujuan penelitian dan konseling.
Di bidang klinis, EPPS digunakan untuk mencari tahu karakteristik remaja
yang pernah mencoba bunuh diri (Cantor, 1976). Adapula kegunaan lain
EPPS, yaitu menganalisis kepribadian calon pegawai dan menempatkannya di

5
jabatan atau profesi yang sesuai (Sitanggang dkk., 2019; Fang & Lii, 2015)
walaupun terdapat penelitian yang meragukan penggunaan EPPS sebagai tes
penempatan kerja (Ferrara, 1996).

D. ADMINISTRASI
• Pelaksanaan
Waktu administrasi yang diberikan untuk Edwards Personal
Preference Schedule (EPPS) sebenarnya tidak ada batas waktu. Hal ini
dikarenakan EPPS lebih menekankan pada penyelesaian tes (power
test). Tetapi, dalam pelaksaannya, testee akan didorong untuk
menyelesaikannya dengan secepat mungkin. Penelitian pada umumnya
membatasi waktu pengerjaan EPPS menjadi 50 menit, seperti jam
kelas pada umumnya. Terdapat dua lembar jawaban yang disediakan,
satu lembar untuk skoring (penilaian) dengan tangan dan satu lembar
untuk skoring (penilaian) dengan mesin (Domino & Domino, 2006).
Berikut adalah instruksi yang diberikan oleh tester kepada testee
(peserta tes) sebelum tes EPPS dimulai (Amelia & Indriyanti, 2010):
1. Testee harus memilih salah satu dari dua pernyataan dari yang
telah disediakan (A atau B), yang lebih menggambarkan dirinya.
2. Jika kedua pernyataan tersebut sama-sama tidak disukai atau
sama-sama disukai, testee tetap harus memilih pernyataan mana
yang lebih menggambarkan dirinya.
3. Pilihan harus berdasarkan perasaan testee dan tidak berdasarkan
apa yang dianggap testee wajar.
4. Tidak ada jawaban benar atau salah.
5. Tidak boleh ada item yang terlewati.
• Skoring

6
Pada saat melakukan skoring, tester disarankan menggunakan
pena/spidol dalam warna yang berbeda untuk memudahkan penilaian.
Berikut adalah langkah-langkah dalam skoring EPPS (Amelia &
Indriyanti, 2010):
1. Buatlah garis dengan warna X melalui nomor:
No : 1, 7, 13, 19, 25
No : 101, 107, 113, 119, 125
No : 201, 207, 213, 219, 225
2. Buatlah garis dengan warna Y melalui nomor:
No : 26, 32, 38, 44, 50
No : 51, 57, 63, 69, 75
No : 151, 157, 163, 169, 175
3. Menghitung Konsistensi
1. Mencocokkan secara vertikal jawaban (A/B) yang terkena garis
berwarna X dengan jawaban (A/B) yang terkena garis
berwarna Y (misalnya, nomor 1 dengan nomor 151, nomor 7
dengan nomor 157).
b. Jika jawabannya sama (sama-sama memilih A atau sama-sama
memilih B), tandai kotak yang ada di bagian bawah tulisan
‘JANGAN MENULIS DI BAWAH GARIS INI’. Jika
jawabannya tidak sama, tidak perlu diberikan tanda.
c. Jumlahkan kotak yang diberi tanda lalu hasil penjumlahannya
ditulis di kolom CON (consistency) di bagian kanan.
4. Terdapat kolom di sebelah kanan yang bertuliskan:
a. n (need)
- Kode kebutuhan (needs) EPPS
b. r (raw)

7
- Hitunglah total A yang telah dilingkari secara horizontal.
Hasil penghitungan tersebut kemudian dituliskan pada
kolom r.
- Jika A yang dilingkari terkena garis warna X maka tidak
dihitung.
c. c (column)
- Hitunglah total B yang telah dilingkari secara vertikal. Hasil
penghitungan tersebut kemudian dituliskan pada kolom c.
- Jika B yang dilingkari terkena garis warna Y maka tidak
dihitung.
d. s (sum)
- Jumlahkan angka yang didapat di r + c. Hasil dari
penjumlahan ini kemudian dituliskan pada kolom s.
5. Jumlahkan angka pada kolom s secara vertikal ke bawah,
kemudian hasil penjumlahan ditulis pada kolom s yang berada di
paling bawah. Hasil penjumlahan keseluruhan pada kolom ini
harus berjumlah 210 butir.
6. Pindahkan angka di kolom s ke kolom skor mentah pada lembar
skoring.
7. Setelah mendapat skor mentah, konversikan skor mentah ke
persentil menggunakan pedoman norma yang sudah ada.
8. Setelah mendapat skor persentil, gambarlah garis lurus secara
horizontal di tabel persentil yang ada di bagian tengah lembar
skoring. Penarikan garis dimulai dari skor 50 ke skor presentil
yang telah di dapat pada tiap aitem.
• Interpretasi
Menurut Amelia & Indriyanti (2010), interpretasi hasil EPPS
merupakan dinamika psikologis mengenai kebutuhan atau need dari

8
testee atau peserta tes. Kebutuhan tersebut didasarkan dari teori
kebutuhan Murray yang telah dimodifikasi oleh Edwards sehingga
menjadi lima belas aitem. Kelima belas aitem tersebut bila dijelaskan
secara singkat adalah kebutuhan untuk berprestasi (ach), kebutuhan
untuk menyesuaikan diri (def), kebutuhan untuk menjadi teratur dan
sesuai dengan rencana (ord), kebutuhan untuk menunjukkan diri (exh),
kebutuhan untuk mandiri (aut), kebutuhan untuk berempati (aff),
kebutuhan akan perhatian terhadap sesama (int), kebutuhan akan
hubungan sosial (suc), kebutuhan untuk memimpin (dom), kebutuhan
untuk berkompromi (aba), kebutuhan untuk memberi perhatian (nur),
kebutuhan untuk berubah (chg), kebutuhan atas keuletan dan
kegigihan (end), kebutuhan untuk bergaul dengan lawan jenis (het),
dan kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain (agg).
Pengartian atau interpretasi hasil tes dapat dilihat dari garis
lurus yang ada pada tabel persentil. Semakin ke arah kanan garis
tersebut menjauh, semakin mencerminkan kepribadiannya. Misalnya,
skor persentil ach pada individu 75 dan skor persentil def pada
individu adalah 60. Hal in berarti individu tersebut kebutuhan untuk
berprestasinya lebih tinggi daripada kebutuhan untuk menyesuaikan
diri. Sebaliknya, semakin ke arah kiri garis tersebut menjauh, semakin
tidak mencerminkan kepribadiannya. Misalnya, skor persentil ach
pada individu 10 dan skor persentil def pada individu adalah 40. Hal in
berarti individu tersebut kebutuhan untuk berprestasinya lebih rendah
daripada kebutuhan untuk menyesuaikan diri. Interpretasi EPPS juga
bisa dilihat dengan membandingkan salah satu kategori yang ada
dengan skor persentil yang telah didapat. Terdapat dua kategori yang
tersedia, kategori pertama ada 3 bagian, >75 berarti tinggi, 25-75
berarti sedang, dan <24 berarti rendah. Kategori kedua ada lima
bagian, >97 berarti sangat tinggi, 85-96 berarti tinggi, 17-85 berarti

9
sedang, 4-26 berarti rendah, dan <3 berarti sangat rendah. Hasil
pengukuran EPPS adalah ipsatif, artinya skor yang didapat tidak
mencerminkan kebutuhan yang mutlak tapi mencerminkan kebutuhan
tersebut lebih dipilih daripada kebutuhan yang lain (Domino &
Domino, 2006).

E. KRITIK
Menurut Anderson (1974), kerugian utama dari desain EPPS adalah
skor yang dihasilkan merupakan skor ipsatif daripada skor normatif. Oleh
karena itu, skor dari salah satu variabel hanya dapat dianggap dalam
hubungannya dengan variabel lainnya. Contohnya, peserta tes yang memiliki
skor tinggi pada ach harus memiliki skor rendah di variabel lainnya. Peserta
tes tidak bisa mendapatkan skor tinggi ataupun skor rendah pada semua
variabel. Penggunaan skor ipsatif juga membingungkan dan salah. Kurangnya
bukti validitas pada EPPS membuat EPPS mulai tidak digunakan dari bidang
pengukuran psikologi walaupun dulu EPPS menempati posisi sentral di
bidang pengukuran psikologi (Domino & Domino, 2006; Woodmansee, 1978).
Selain itu, EPPS yang ada saat ini dibuat pada sekitar tahun 1960. Norma
yang ada pada saat itu tentunya berbeda dengan norma saat ini (Satyawan &
Kiswantomo, 2018). Contohnya, di pengelompokan jenis kelamin dan di
aspek heteroseksual.

10
BAB II
LAPORAN HASIL TES EPPS
(EDWARDS PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE)

A. IDENTITAS
Nama : Chelsea Annisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Pendidikan : S1 Psikologi
Tanggal Tes : Senin, 30 Agustus 2021

B. DESKRIPSI DATA
Raw Persenti
No Need Kategori Keterangan
Score l
Skor peserta tes
termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
1. Achievement 11 36 Sedang tes memiliki ambisi
untuk melakukan
yang terbaik dan
mencapai
kesuksesan.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
2. Deference 11 41 Sedang kategori sedang
yang artinya peserta
tes memiliki
kebutuhan untuk
berkonformitas atau
menyesuaikan diri
dengan orang lain.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori tinggi yang
artinya peserta tes
3. Order 15 88 Tinggi memiliki kebutuhan
untuk menjadi
teratur dan sesuai
dengan rencana
yang cukup tinggi.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
4. Exhibition 16 73 Sedang tes memiliki
kebutuhan untuk
menunjukkan atau
mengekspresikan
diri.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
5. Autonomy 17 87 Tinggi kategori tinggi yang
artinya peserta tes
memiliki kebutuhan

12
untuk mandiri yang
cukup tinggi.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
6. Affiliation 13 17 Sedang
tes memiliki
kebutuhan untuk
Bersama orang lain
di hidupnya .

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori tinggi yang
artinya peserta tes
7. Intraception 22 85 Tinggi memiliki kebutuhan
untuk menganalisis
orang lain dan diri
sendiri yang cukup
tinggi.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
8. Succorance 11 44 Sedang
yang artinya peserta
tes memiliki
kebutuhan untuk

Sangat Skor peserta tes


9. Domination 25 99+
tinggi termasuk ke dalam

13
kategori sangat
tinggi yang artinya
peserta tes memiliki
kebutuhan untuk

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
10. Abasement 15 51 Sedang
yang artinya peserta
tes memiliki
kebutuhan untuk

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori rendah
yang artinya peserta
11. Nurturance 11 14 Rendah
tes tidak terlalu
memiliki kebutuhan
untuk dibantu dan
dijaga orang lain.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
12. Change 12 17 Sedang
tes memiliki
kebutuhan untuk
mengubah
hidupnya.

13. Endurance 14 63 Sedang Skor peserta tes

14
termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
tes memiliki
kebutuhan atas
keuletan dan
kegigihan.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sangat
Sangat rendah yang artinya
14. Heterosexuality 3 2
rendah peserta tes memiliki
kebutuhan untuk
bergaul dengan
lawan jenis.

Skor peserta tes


termasuk ke dalam
kategori sedang
yang artinya peserta
15. Aggression 14 79 Sedang
tes memiliki
kebutuhan untuk
bertentangan
dengan orang lain.

Menurut hasil tes di atas, subjek memiliki needs tinggi pada Domination,
Intraception, Autonomy, dan Order. Kemudian, needs rendah pada
Heterosexuality dan Nurturance.

15
Keterangan above avarage

C. PROFIL

(Terlampir)

16
LAPORAN TES SOV
(STUDY OF VALUES)

dibuat oleh

Chelsea Annisa
19/445936/PS/08022

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
SOV (STUDY OF VALUES)

A. SEJARAH PEMBUATAN ALAT TES

Study of Values (SOV) adalah inventori nilai yang cukup popular di


masanya, terutama dalam studi kepribadian (Brogden, 1952). Study of values
(SOV) sendiri pertama kali dipublikasikan pada tahun 1931 oleh Allport &
Vernon dan edisi keduanya yang sudah direvisi keluar di tahun 1951. Kemudian,
pada tahun 1960, study of values mengeluarkan edisi ketiganya yang disusun oleh
Allport, Vernon, & Lindzey (Domino & Domino, 2006). Selama sekitar 40 tahun
SOV dipublikasi, SOV membawa dampak yang cukup besar dalam penelitian dan
praktek psikologis. SOV menempatkan posisi ketiga sebagai tes kepribadian non-
proyektif yang paling popular dan menempatkan posisi kelima sebagai tes
kepribadian yang paling banyak dikutip dengan rata-rata dikutip 80 kutipan per
tahun (Kopelman, Rovenpor & Guan, 2003). Akan tetapi, popularitas SOV
menurun saat memasuki pertengahan 1970-an sehingga pada tahun 1989 SOV
tidak lagi terdaftar dalam Buku Tahunan Pengukuran Mental (Buros, 1989 dalam
Kopelman, Rovenpor & Guan, 2003).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan popularitas ini, salah
satunya adalah konten dan kata-kata yang sudah kuno. Menurut Kopelman,
Rovenpor dan Guan (2003), siswa yang mengerjakan tes ini mengeluh bahwa
SOV itu aneh, ketinggalan zaman, sexist, dan bias. Oleh karena itu, disusunlah
SOV edisi keempat oleh Kopelman, Rovenpor & Guan (2003) yang memperbarui
tiga hal utama, yaitu mengganti pronouns yang kuno, memperluas contoh agama,
dan memasukkan budaya dan norma sesuai dengan perkembangan zaman. Study
of values sendiri dirancang untuk menguji secara empiris kesimpulan dari
klasifikasi tipe Spranger mengenai nilai dasar manusia atau biasa disebut ‘Type of
Men’ dengan analisis rasional (Duffy, 1940). Terdapat enam nilai dasar menurut
teori Spranger, yaitu teori (theoretical) yang berarti ketertarikan untuk mencari
kebenaran, ekonomi (economic) yang berarti ketertarikan pada hal praktis,
aestetika (esthetic) yang berarti ketertarikan pada bentuk dan harmoni, politik
(political) yang berarti ketertarikan pada kekuasaan, sosial (social) yang berarti
ketertarikan pada hubungan manusia, dan agama (religious) yang berarti
ketertarikan pada pemahaman dan persatuan dengan kosmos (Sciortino, 1970).

Study of values dibagi menjadi dua bagian, bagian 1 terdiri dari 30


pernyataan atau pertanyaan (aitem) dan bagian 2 terdiri dari 15 pernyataan atau
pertanyaan (aitem). Pada bagian pertama, terdapat dua pernyataan atau pertanyaan
(aitem) yang masing-masing mempresentasikan nilai yang berbeda. Peserta tes
diharuskan menilai salah satu pernyataan atau pertanyaan dari dua pernyataan
atau pertanyaan tersebut yang paling mewakili dirinya (atau biasa disebut juga
forced-choice items) dengan angka yang lebih tinggi dari alternatifnya. Pada
bagian kedua, terdapat empat alternatif jawaban dan peserta tes diinstruksikan
untuk mengurutkan jawaban tersebut sesuai dengan preferensinya. Masing-
masing nilai kepribadian dinilai dari 20 pernyataan atau pertanyaan sehingga total
semua aitem adalah 120. SOV didesain terutama untuk mahasiswa atau orang
dewasa yang berpendidikan baik. Hal yang unik dari SOV adalah tes ini bisa
dikerjakan dan dinilai secara self-report (Domino & Domino, 2006). Reabilitas
SOV berkisar dari 0,74 (skala politik) hingga 0,89 (skala agama) dan rata-ratanya
adalah 0,82 (Hilton, & Korn, 1964).

B. ACUAN TEORI PEMBUATAN ALAT TES


Penyusunan study of values (SOV) menggunakan teori Spranger tentang
‘Types of Men’ sebagai teori dasarnya. Spranger memegang pandangan yang
positif tentang sifat manusia. Spranger tidak mempercayai adanya kemungkinan
orang yang tidak berharga (valueless person) atau seseorang yang hanya

2
melakukan apa yang terbaik untuk dirinya sendiri (hedonisme) (Domino &
Domino, 2006). Nilai yang dipilih oleh Spranger sebagai bentuk dasar dan paling
signifikan adalah teori (theoretical), ekonomi (economic), aestetik (esthetic),
politik (political), sosial (social), dan agama (religious). Nilai-nilai tersebut cukup
umum dan lebih banyak mendeskripsikan fungsi masyarakat daripada kepribadian
itu sendiri. Misalnya, nilai ekonomi berhubungan dengan proses ekonomi, seperti
ada yang memproduksi dan ada yang mengonsumsi. Spranger mengakui bahwa
teorinya tidak murni melainkan adalah abstrak. Penyusunan type of men hanya
berfungsi untuk memperjelas dan menertibkan kebingungan yang terjadi pada
manusia. Nilai yang dominan memang menentukan kecenderungan kepribadian
manusia tetapi nilai-nilai lainnya juga tetap memiliki hubungan (Newcomb, 1930).
Berikut penjelasan mengenai nilai-nilai yang digunakan SOV:

1. Teori
Berkaitan terhadap penemuan kebenaran (discovery of truth) secara empiris,
kritis, dan rasional
2. Ekonomi
Berkaitan terhadap kegunaan (usefulness) yang cenderung praktis dan
berpendapat bahwa pengetahuan yang tidak dapat diaplikasikan adalah hal
yang sia-sia.
3. Aestetis
Berkaitan terhadap bentuk (form) dan harmoni (harmony) dalam sisi artistik
kehidupan dan kecenderungan terhadap individualisme dan pemenuhan diri
sendiri.
4. Sosial
Berkaitan terhadap altruisme dan kedermawanan, cenderung untuk menjadi
pribadi yang baik hati, simpatik, dan tidak egois (love of people).
5. Politik

3
Berkaitan terhadap kekuasaan (power), cenderung menginginkan kekuasaan,
pengaruh, kemasyhuran, dan menjadi pemimpin dalam suatu masyarakat.
6. Agama
Berkaitan terhadap kesatuan, mencari tahu atau memahami keseluruhan
kosmos, mencoba untuk menghubungkannya dengan diri mereka sendiri,
dan merangkul totalitasnya.

C. KEGUNAAN ALAT TES


Selama sekitar 40 tahun sejak publikasinya, study of values (SOV) banyak
digunakan untuk tujuan konseling, pedagogis, dan penelitian (Kopelman,
Rovenpor & Guan, 2003). SOV memberikan wawasan yang berharga pada bidang
konseling. Hal itu dikarenakan pada saat SOV diberikan kepada klien yang
kooperatif, SOV mampu memberikan informasi yang dapat diandalkan dan
relevan mengenai kasus individu (Hogan, 1972). Instrumen SOV dapat dikerjakan
dan dinilai sendiri dalam waktu sekitar 30 menit sehingga SOV sering digunakan
dan dijadikan demonstrasi dalam jurusan psikologi. Menurut Allport, Vernon, dan
Lindzey (1970) dalam Kopelman, Rovenpor & Guan (2003), siswa biasanya
tertarik pada skor mereka dan melakukan diskusi tentang hasil yang mereka dapat.
Siswa juga menemukan pengklasifikasian nilai SOV sangat berguna. Dalam
penelitian, Feldman dan Newcomb (1969) berpendapat bahwa SOV dapat
memberi sumber informasi terbaik mengenai perubahan nilai selama perkuliahan.

D. ADMINISTRASI
• Pelaksanaan
Study of values (SOV) adalah tes self-report atau self-administering
sehingga dapat diberikan secara mandiri dan tidak perlu memberikan petunjuk
verbal kepada testi (testi cukup membaca instruksi yang ada di buku
persoalan). Namun, jika SOV diberikan secara mandiri maka perlu untuk

4
memastikan bahwa testi paham dengan instruksi tes. SOV tidak memiliki
batasan waktu dalam pengerjaannya, biasanya rata-rata pengerjaan tes adalah
20 menit. Pengubahan pilihan jawaban diperbolehkan, tapi sebisa mungkin
tidak mengganti jawaban (Allport, Vernon, dan Lindzey, 1960).
SOV terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama terdiri dari 30
pernyataan atau pertanyaan (aitem) dan bagian kedua terdiri dari 15
pernyataan atau pertanyaan (aitem), total semua aitem adalah 45 aitem.
Bagian pertama memiliki dua pernyataan atau pertanyaan dan testi diminta
mengisi jawaban sesuai dengan pendapat testi walaupun pernyataan atau
pertanyaan tersebut tidak menarik bagi testi. Jika tidak ada pernyataan atau
pertanyaan yang sesuai dengan testi, pilihlah yang paling dapat diterima oleh
tes. Untuk setiap pernyataan atau pertanyaan, testi memiliki tiga poin yang
dapat di distribusikan dengan kombinasi sebagai berikut (Kopelman,
Rovenpor & Guan, 2003):
1. Jika testi setuju dengan pilihan jawaban (a) dan tidak setuju dengan
pilihan jawaban (b), maka testi diminta untuk menuliskan angka 3 di
muka (a) dan angka 0 di muka (b)
2. Jika testi tidak setuju dengan pilihan jawaban (a) dan setuju dengan
pilihan jawaban (b), maka testi diminta untuk menuliskan angka 0 di
muka (a) dan angka 3 di muka (b)
3. Jika testi merasa lebih sesuai dengan (a) daripada (b), maka testi diminta
untuk menuliskan angka 2 di muka (a) dan angka 1 di muka (b)
4. Jika testi merasa kurang sesuai dengan (a) daripada (b), maka testi
diminta untuk menuliskan angka 1 di muka (a) dan angka 2 di muka (b).
Pada bagian kedua, diberikan pernyataan atau pertanyaan dengan empat
alternatif jawaban. Testi diinstruksikan untuk mengurutkan atau menyusun
jawaban tersebut sesuai pendapat testi. Langkah-langkah memberi jawaban
adalah sebagai berikut (Kopelman, Rovenpor & Guan, 2003):

5
1. Testi diminta untuk menuliskan angka 4 pada jawaban yang paling ia
sukai, dengan kata lain jika jawaban tersebut menempati urutan pertama
2. Testi diminta untuk menuliskan angka 3 pada jawaban yang menempati
urutan kedua
3. Testi diminta untuk menuliskan angka 2 pada jawaban yang menempati
urutan ketiga
4. Testi diminta untuk menuliskan angka 1 pada jawaban yang menempati
urutan keempat atau terakhir.
• Scoring
Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan skoring hasil tes SOV
(Allport, Vernon, dan Lindzey, 1960):
1. Pada bagian pertama, jumlahkan angka ke bawah atau secara vertikal
sesuai dengan kolom pada tiap halaman (R, S, T, X, Y, dan Z). Tiap
halaman memiliki penjumlahan yang berbeda dan bukan merupakan
akumulasi dari penjumlahan pada halaman sebelumnya.
2. Pada bagian kedua, jumlahkan angka ke bawah sesuai atau secara vertikal
dengan kolom pada tiap halaman (R, S, T, X, Y, dan Z). Tiap halaman
memiliki penjumlahan yang berbeda dan bukan merupakan akumulasi
dari penjumlahan pada halaman sebelumnya.
3. Masukkan hasil skoring dari tiap halaman ke dalam tabel skoring yang
disediakan sesuai dengan kodenya. Pastikan kode di tabel sesuai dengan
kode di halaman dan bagian tes karena kode dituliskan secara acak pada
tabel.
4. Jumlahkan angka pada tiap baris atau secara horizontal dan cocokkan
dengan skor yang sudah disediakan. Total skor pada baris pertama dan
kedua adalah 24, baris ketiga dan keempat adalah 21, baris kelima adalah
60, baris keenam adalah 50, dan baris ketujuh adalah 40.

6
5. Menjumlahkan angka pada tiap kolom yang ada atau secara vertikal, dari
kolom teori hingga kolom agama.
6. Jumlah total skor tiap kolom (dari skor pada no. 5) akan berjumlah 240
poin. Jika total skor bukan 240 maka ada kesalahan dalam menghitung
dan harus diperiksa kembali.
7. Menambah atau mengurangi skor total pada tiap nilai sesuai dengan
panduan correction figure, yaitu:
a. Teori ditambah 2 poin
b. Ekonomi dikurang 1 poin
c. Aestetis ditambah 4 poin
d. Sosial dikurang 2 poin
e. Politik ditambah 2 poin
f. Agama dikurang 5 poin
8. Periksa kembali jumlah total skor, jumlah skor total setelah melalui
penyesuaian correction figure harus tetap berjumlah 240. Jika tidak maka
menandakan ada kesalahan perhitungan dan perlu diperiksa kembali.
• Interpretasi
Interpretasi study of values (SOV) dapat dilakukan dengan melihat
skor total yang telah dijumlahkan pada setiap nilai. Hasil skor yang paling
tinggi menandakan nilai tersebut adalah yang paling dominan pada testi. Skor
total juga bisa dikonversi menjadi persentil (skor akhir/240 dikali 100%)
(Kopelman, Rovenpor & Guan, 2003). SOV menekankan pada hasil yang
ipsatif, yaitu membandingkan antara satu aspek dengan aspek lainnya
(Domino & Domino, 2006). Skor yang memiliki persentase tertinggi
merupakan skor yang paling dominan dalam kehidupan testi dan menandakan
kecenderungan pola berpikir testi. Bisa digunakan diagram untuk
memudahkan melihat nilai-nilai lainnya. Pada laporan ini digunakan
interpretasi kategori nilai wanita, yaitu 31-41 untuk nilai teori, 33-43 untuk

7
nilai ekonomi, 37-48 untuk nilai aestetis, 37-47 untuk nilai sosial, 34-42 untuk
nilai politik, dan 37-50 untuk nilai agama. Jika skor ada di antara range yang
diberikan di atas maka termasuk kategori sedang. Jika skor ada lebih kecil
daripada range di atas, termasuk kategori rendah dan jika skor yang didapat
lebih besar dari range di atas berarti termasuk kategori tinggi.

E. KRITIK
Gage (1959) dalam Domino & Domino (2006) berpendapat bahwa nilai-
nilai pada SOV tidak jelas dan tidak didasari sumber yang valid. Peneliti lainnya
juga berulang kali membahas masalah mengenai penentuan hubungan antara nilai
atau variabel lainnya (Brogden, 1952). Nilai yang digunakan adalah nilai yang
berdasarkan tipe ideal dan belum tentu sesuai dengan kenyataan. Ditambah lagi,
nilai tersebut tampaknya terkait erat dengan nilai pada kelas sosial menengah
(middle class value) (Domino & Domino, 2006). Selain itu, SOV adalah jenis tes
yang mengharuskan skor tinggi pada satu nilai baru bisa didapat ketika nilai-nilai
lainnya mendapatkan skor yang rendah (Cantril & Allport, 1933).

8
BAB II
LAPORAN HASIL TES SOV (STUDY OF VALUES)

A. IDENTITAS
Nama : Chelsea Annisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 21 tahun
Pendidikan : S1 Psikologi
Tanggal Tes : Senin, 12 September 2021

B. DESKRIPSI DATA
a. Tabel Hasil dan Deskripsi Data
No Nilai Skor Kategori Persentil Keterangan
Nilai teori pada testi berada
pada peringkat pertama di
antara nilai yang lain, yang
berarti nilai teori yang
paling dominan ada pada
testi. Skor teori testi juga
termasuk tinggi yang
1. Teori 49 Tinggi 20.42
berarti testi sangat suka
pada kegiatan yang
berorientasi pada
penemuan kebenaran
(discovery of truth) dan
cenderung empiris, kritis,
dan rasional.
Nilai ekonomi testi berada
pada peringkat kedua di
antara nilai yang lain. Skor
ekonomi testi termasuk
tinggi yang berarti testi
2. Ekonomi 47 Tinggi 19.58 sangat suka pada kegunaan
(usefulness) dan
berpendapat bahwa
pengetahuan yang tidak
dapat diaplikasikan adalah
hal yang sia-sia

Nilai aestetis pada testi


berada pada peringkat
keempat di antara nilai
yang lain. Skor testi
termasuk sedang yang
3. Aestetis 42 Sedang 17.50
berarti testi biasa saja pada
kegiatan berkaitan terhadap
bentuk (form) dan harmoni
(harmony) dalam sisi
artistik kehidupan.

Nilai sosial testi berada


pada peringkat kelima di
antara nilai yang lain. Skor
4. Sosial 37 Sedang 15.42
testi termasuk sedang yang
berarti testi biasa saja pada
kegiatan yang berkaitan

10
dengan altruisme dan
kedermawanan.

Nilai politik pada testi


berada pada peringkat
ketiga di antara nilai yang
lain. Skor politik testi
tinggi yang berarti testi

5. Politik 44 Tinggi 18.33 suka pada kekuasaan


(power) dan cenderung
menginginkan kekuasaan,
pengaruh, kemasyhuran,
atau menjadi pemimpin
dalam suatu masyarakat.

Nilai agama testi berada


pada peringkat keenam
yang merupakan peringkat
terakhir. Skor agama testi
termasuk rendah yang
6. Agama 21 Rendah 8.75 berarti testi sangat tidak
menyukai kegiatan yang
berkaitan dengan kesatuan,
mencari tahu atau
memahami keseluruhan
kosmos.

b. Diagram Hasil

11
C. PROFIL
(Terlampir)

12
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. R. (1982). The Relationship Between Murray’s Personality Needs and


Leisure Interests. Journal of Leisure Research, 14(1), 63–76.
doi:10.1080/00222216.1982.11969505.
Allport, G. W., Vernon, & Lindzey. (1960). Study of Values: Manual: a Scale for
Measuring the Dominant Interests in Personality.
Anderson, L. R. (1974). Standardization of the Edwards personal preference schedu le
for Greek college students. Επιθεώρηση Κοινωνικών Ερευνών, 19, 81-93.
Borislow, B. (1958). The Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) and
fakability. Journal of Applied Psychology, 42(1), 22.
Brief Introduction of Edward’s Personal Preference Schedule (EPPS). Psychology
Lover. DIambil dari 10 September 2021, dari
https://www.ipsychology.net/brief-introduction-of-edwards-personal-
preference-schedule-epps/.
Brogden, H. E. (1952). The primary personal values measured by the Allport-Vernon
Test," A study of values". Psychological Monographs: General and
Applied, 66(16), 1.
Cantor, P. C. (1976). Personality characteristics found among youthful female suicide
attempters. Journal of Abnormal Psychology, 85(3), 324.
Cantril, H., & Allport, G. W. (1933). Recent applications of the Study of Values. The
journal of abnormal and social psychology, 28(3), 259.
Dicken, C. F. (1959). Simulated patterns on the Edwards Personal Preference
Schedule. Journal of Applied Psychology, 43(6), 372.
Domino, G., & Domino, M. L. (2006). Psychological testing: An introduction.
Cambridge University Press.
Domino, G., & Domino, M. L. (2006). Psychological testing: An introduction.
Cambridge University Press.
Duffy, E. (1940). A critical review of investigations employing the Allport-Vernon
Study of Values and other tests of evaluative attitude. Psychological
Bulletin, 37(8), 597.
Edwards, A. L., & Abbott, R. D. (1973). Relationships among the Edwards
Personality Inventory Scales, the Edwards Personality Preference Schedule,
and the Personality Research Form Scales. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 40(1), 27.
Edwards, A. L., Wright, C. E., & Lunneborg, C. E. (1959). A note on" social
desirability as a variable in the Edwards Personal Preference
Schedule.". Journal of Consulting Psychology, 23(6), 558.
Fang, J. T., & Lii, S. C. (2015). Relationship between personality traits and choosing
a medical specialty. Journal of the Formosan Medical Association, 114(11),
1116-1121.
Felman, K., & Newcomb, T. (1969). The Impact of College on Students, vol. 1, An
Analysis of Four Decades of Research.
Ferrara, R. J. (1996). The Edwards Personal Preference Schedule as a predictor of
success in a collegiate professional pilot training program. Journal of
Aviation/Aerospace Education & Research, 6(2), 9.
Hilton, T. L., & Korn, J. H. (1964). Measured Change in Personal Values.
Educational and Psychological Measurement, 24(3), 609–622.
Hogan, R. (1972). Review of the study of values. The seventh mental measurements
yearbook, 1, 355-356.
Kopelman, R. E., Rovenpor, J. L., & Guan, M. (2003). The Study of Values:
Construction of the fourth edition. Journal of Vocational Behavior, 62(2),
203-220.
Newcomb, R. (1930). Types of Men: The Psychology and Ethics of Personality.
Eduard Spranger, Paul J. W. Pigors. American Journal Of Sociology, 35(4),
666-667. https://doi.org/10.1086/215150.
Satyawan, L. I., & Kiswantomo, H. (2018). Penyusunan Norma EPPS Berdasarkan
Tingkat Pendidikan SMA, Perguruan Tinggi dan Rentang Usia Dewasa
Awal. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(1).
Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2016). Theories of personality. Cengage Learning.
Sciortino, R. (1970). Allport-Vernon-Lindzey study of values: 1. factor structure for a
combined sample of male and female college students. Psychological
Reports, 27(3), 955-958.
Sitanggang, D., Indra, E., Banjarnahor, J., Purba, W., Turnip, M., Girsang, I. S., &
Laia, Y. (2019, July). Designing a New Employee Acceptance Personality
Test Applicat on Using Web-based Edward Personal Preference Schedule.
Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1230, No. 1, p. 012077). IOP
Publishing.
Woodmansee, J. J. (1978). Validation of the nurturance scale of the Edwards Personal
Preference Schedule. Psychological reports, 42(2), 495-498.
LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Hasil Skoring Epps


2. Lampiran 2. Profil EPPS
3. Lampiran 3. Profil SOV

Anda mungkin juga menyukai