Anda di halaman 1dari 12

INTELEGENSI & TES PSIKOLOGIS

Fungsi Mental dan Sejarah Psikologi


Dra. Adnani Budi Utami, MS., Psikolog

Disusun Oleh :

Intan Nur Suhaila (1512300266)


Rochmania Nur M (1512300267)
Viola Annastasya R (1512300268)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dan menyerahkannya
untuk mendapat nilai pada mata kuliah Psikologi. Shalawat dan salam hangat dapat
disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Tujuan utama kami menulis makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai dalam mata
kuliah psikologi. Kedua, menyampaikan kepada pembaca beberapa makna isi yang relevan
serta pemahaman antara sensasi dan persepsi.
Tak lupa juga saya panjatkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT,
karena kepada-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selain itu kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Adnani Budi Utami, MS., Psikolog kami
yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Di sisi lain, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang juga telah mendukung kami
dan memberikan kami kemampuan untuk mencapai yang terbaik dalam makalah ini. Dan
kami selaku tim penulis tidak lupa untuk teman mahasiswa atas atensinya dalam pembuatan
makalah ini.
Harapan kami dalam penulisan makalah ini adalah agar makalah ini dapat menjadi
buku referensi yang memberikan wawasan baru kepada pembaca tentang hubungan dan
pemahaman Sensasi dan Persepsi. Jika ada tulisan dan kata-kata yang tidak pantas, kami
sebagai tim penulis memohon maaf, kami sangat berharap semua orang dapat mengkritik
dan memberikan saran untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Surabaya, 27 November 2023


Daftar Isi

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................5
Pembahasan.............................................................................................................................5
1.2 Fungsi Tes Psikologis.....................................................................................................5
2.2 Keterbatasan Tes Psikologis.........................................................................................5
2.3 Kategori Tes Psikologi...................................................................................................6
2.3.1 Tes Kemampuan Mental........................................................................................6
2.3.2 Tes Kepribadian......................................................................................................6
2.4 Standarisasi & Norma...................................................................................................6
2.5 Reliabilitas & Validitas..................................................................................................6
2.6 Sejarah Perkembangan Tes Inteligensi.......................................................................7
2.7 Tes Intelegensi................................................................................................................7
2.7.1 Rata-Rata IQ...........................................................................................................8
2.7.2 Stabilitas Skor IQ....................................................................................................8
2.7.3 Skor Inteligensi yang ekstrim................................................................................8
2.7.4 Retardasi Mental (ekstrim rendah = 2 SD di bawah mean)...............................8
2.8 SEBAB-SEBAB RETARDASI MENTAL...................................................................8
2.8.1 Gifted (ekstrim tinggi = 2 SD di atas mean).........................................................9
2.9 Faktor Keturunan & Lingkungan Pengaruhnya terhadap Inteligensi....................9
2.10 Interaksi Faktor Keturunan & Faktor Lingkungan................................................9
BAB III...................................................................................................................................11
Kesimpulan............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intelegensi merupakan salah satu atribut psikologis yang penting dalam kehidupan
dan mempengaruhi cara individu dalam bertindak. Tes psikologi adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kemampuan intelegensi seseorang. Beberapa tes psikologi yang sering
digunakan di Indonesia dalam mengukur kemampuan intelegensi meliputi Intelligenz Struktur
Test (IST), Tes Inteligensi Wechsler pada Verbal Scale, dan Tes Kemampuan Diferensial
(TKD). Tes intelegensi bukan hanya memberikan data untuk membantu peserta didik, tetapi
juga membantu dalam penjurusan di SMA atau seleksi karyawan di perusahaan oleh biro-biro
konsultasi psikologi.
Namun, penting untuk dicatat bahwa hasil pengujian intelegensi mungkin tidak selalu
dapat dianggap sebagai reliabel, sehingga perlu diperhatikan dalam menafsirkan hasil
pengujian. Selain itu, pengamatan perlu diteliti sebagai bandingan hasil tes intelegensi dalam
bentuk nominasi teman sebaya sebagai teknik non tes (alternatif) dalam pemeriksaan
inteligensi siswa. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengkaji berbagai aspek intelegensi
dan menggunakan metode pengukuran yang valid dan reliabel. Secara keseluruhan,
intelegensi merupakan atribut psikologis yang memiliki peranan sangat diperhatikan dalam
proses pendidikan dan keberhasilan siswa. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik,
psikologi, dan praktisi untuk terus mengkaji dan meneliti tentang intelegensi serta
mengembangkan metode pengukuran yang valid dan reliabel.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai tim penyusun memperhatikan berbagai
hal agar dibahas pada makalah ini, sebagai berikut beberapa rumusan masalah yang kita
gunakan:
1. Apa yang dimaksud intelegensi & tes psikologis?
2. Apa fungsi tes psikologis?
3. Ada berapa macam kategori tes psikologis?
4. Apa yang dimaksud Reabilitas & validitas?
5. Apa yang dimaksud tes intelegensi?

1.3 Maksud & tujuan

Dari penyusunan makalah ini tentunya memiliki beberapa tujuan untuk pembaca,
berikut beberapa tujuan penyusunan makalah ini :
1. Mengetahui pengertian dari intelegensi & tes psikologis
2. Mengetahui fungsi tes psikologis
3. Mengetahui berapa macam kategori tes psikologis
4. Mengetahui pengertian dari Reabilitas & validitas
5. Mengetahui pengertian dari tes intelegensi
BAB II
Pembahasan
2.1 Fungsi Tes Psikologis
Tes psikologi memiliki berbagai fungsi yang penting dalam konteks psikologis,
pendidikan, dan profesional. Yang pertama yaitu untuk mendiagnosis dan prediksi. Tes
psikologi digunakan untuk mendiagnosis masalah psikologis, seperti masalah keluarga,
penyesuaian diri, atau gangguan saraf. Selain itu, tes psikologi juga bertujuan untuk
memprediksi potensi individu dalam pencapaian hasil belajar atau kemampuan di masa yang
akan datang. Kedua untuk pemahaman diri dan penilaian diri. Tes psikologi memberikan data
untuk membantu individu dalam meningkatkan pemahaman diri, penilaian diri, dan
penerimaan diri. Hasil tes psikologi dapat digunakan untuk meningkatkan persepsi diri secara
optimal dan mengembangkan eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu.
Ketiga yaitu monitoring dan evaluasi. Tes psikologi berfungsi sebagai alat monitoring
untuk melihat perkembangan dan kemajuan individu, serta sebagai alat evaluasi untuk menilai
kinerja atau perilaku individu dalam konteks tertentu. Yang keempat adalah untuk seleksi dan
penempatan. Tes psikologi digunakan dalam proses seleksi karyawan, penempatan pekerjaan,
dan penjurusan di sekolah. Tes ini membantu dalam menentukan kemampuan kognitif dan
kepribadian calon karyawan atau siswa.
Dan yang terakhir yaitu untuk pemahaman karakteristik siswa. Tes psikologi membantu
para pendidik, konselor, dan orangtua dalam memahami karakteristik umum siswa, kebiasaan
siswa, kemampuan, potensi, gaya belajar, motivasi, dan sebagai bahan acuan dalam
melakukan konseling dengan siswa. Tes psikologi memiliki peran yang penting dalam
membantu individu memahami diri mereka sendiri, membantu para profesional dalam menilai
dan merancang intervensi yang sesuai, serta membantu dalam proses seleksi pekerjaan dan
diagnosis kondisi medis dan mental. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa tes
psikologi tidak selalu akurat dan mungkin tidak memberikan gambaran lengkap tentang
seseorang.

2.2 Keterbatasan Tes Psikologis


Tes psikologi memiliki beberapa keterbatasan dalam proses pengujian dan penilaian
hasilnya. Ketergantungan pada metode dan alat adalah salah satu hal yang menjadi
keterbatasan dalam tes psikologi. Tes psikologi yang digunakan dapat berbeda dalam metode
dan alat yang digunakan, sehingga hasil dapat bervariasi tergantung pada keterampilan dan
keahlian peneliti. Yang kedua yaitu koalisitas dan validitas tes. Tes psikologi harus koalis dan
valid untuk dapat memberikan hasil yang akurat dan reliabel. Koalisitas merujuk pada
keselaratan antara tes dan hal yang diukur, sedangkan validitas menunjukkan seberapa baik
tes dapat mengukur hal yang ingin diukur.
Selain itu, juga ada ketergantungan pada pemahaman dan keterampilan peneliti. Hasil
tes psikologi sangat tergantung pada kemahaman dan keterampilan peneliti dalam mengelola
tes dan memberikan interpretasi yang benar. Lalu ada keterbatasan sampel yang termasuk
dalam keterbatasan tes psikologi. Tes psikologi yang digunakan seringkali pada sampel yang
terbatas, sehingga hasil yang diperoleh mungkin tidak dapat digeneralisasikan secara luas.
Dan yang terakhir yaitu ketergantungan pada konteks. Hasil tes psikologi dapat bervariasi
tergantung pada konteks dalam yang tes dilakukan, seperti lingkungan sosial, kesehatan, dan
motivasi individu.
Meskipun ada beberapa keterbatasan dalam tes psikologi, penting bagi profesional
psikologi untuk memahami keterbatasan ini dan menggunakan tes dengan bijak. Selain itu,
penting juga untuk mempertimbangkan hasil tes psikologi bersama dengan informasi yang
lebih lanjut tentang individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif dan
akurat.

2.3 Kategori Tes Psikologi

2.3.1 Tes Kemampuan Mental

• Tes Bakat (Aptitude test), tes ini dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan
potensial atau kemampuan yang terkandung pada diri subjek.
• Tes Intelegensi (intelligence test) merupakan penilaian yang dilakukan untuk
dapat mengetahui kemampuan kerangka pikir seseorang secara logis dan total.
• Tes Prestasi (Achievement test), tes untuk mengungkap kemampuan aktual
sebagai hasil dari kegiatan belajar.

2.3.2 Tes Kepribadian


Tes kepribadian adalah alat evaluasi yang dirancang untuk mengukur dan
menilai aspek-aspek kepribadian seseorang. Tes ini digunakan untuk memahami
karakteristik, perilaku, dan preferensi individu yang meliputi aspek motif, minat,
nilai dan sikap

2.4 Standarisasi & Norma


Berdasarkan hasil pencarian, standarisasi dan norma dapat diartikan sebagai suatu proses
atau tindakan untuk menetapkan standar atau norma tertentu yang harus dipenuhi dalam suatu
bidang atau konteks tertentu. Standarisasi dan norma dapat diterapkan dalam berbagai bidang,
termasuk dalam pengujian psikologi. Dalam konteks pengujian psikologi, standarisasi
mengacu pada proses pengembangan tes psikologi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data dari sampel populasi yang representatif dan menguji validitas dan
reliabilitas tes tersebut. Standardisasi, meliputi instruksi, pertanyaan / item, waktu, penilaian.
Norma mengacu pada hasil pengujian tes psikologi yang dibandingkan dengan hasil
pengujian dari populasi yang sama atau sejenis, sehingga dapat memberikan gambaran
tentang seberapa baik atau buruk hasil pengujian individu tersebut. Norma tes, tersusun dalam
rangka usaha standardisasi. Fungsi norma tes yaitu untuk mengetahui posisi skor individu dlm
ranking dibanding individu lain dalam tes yang sama serta norma tes tersusun dalam
persentil.
Oleh karena itu, penting bagi para profesional psikologi untuk memahami dan
menerapkan standarisasi dan norma dalam pengujian psikologi untuk memastikan bahwa
hasil pengujian dapat diandalkan dan dapat digunakan dengan benar.

2.5 Reliabilitas & Validitas


Validitas dan reliabilitas adalah dua konsep penting dalam penelitian dan pengujian
psikologi. Validitas menilai seberapa akurat alat ukur yang digunakan untuk mengukur
variabel yang ingin diukur. Sebuah alat ukur yang valid akurat dapat mengukur variabel
dengan sebenarnya dan dapat memberikan hasil yang sebanding dengan variabel yang
diinginkan untuk diukur. Validitas alat dapat diperkirakan dengan dengan cara Content
Validity, Criterion
- Related Validity, Construct - Validity
Reliabel dilakukan pengukuran berkali2 terhadap subyek yg sama dengan alat yg sama
menghasilkan informasi yang sama. Tes psikologis pada umumnya tidak betul2 reliabel.
Untuk mengukur reliabilitas dapat dilakukan dengan cara test-retest. Reliabilitas menilai
seberapa konsisten alat ukur dalam mengukur variabel. Sebuah alat ukur yang reliabel dapat
memberikan hasil yang konsisten di waktu yang sama dan di antara pengujian yang sama.
Reliabilitas dan validitas sangat penting dalam penelitian karena menjadi penentu untuk
validitas penelitian. Sebuah penelitian yang tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang baik
dapat menghasilkan hasil yang tidak akurat atau tidak dapat dipercaya.

2.6 Sejarah Perkembangan Tes Inteligensi


Tes kecerdasan atau tes inteligensi telah mengalami perkembangan yang signifikan sejak
awal penemuannya. Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, dua psikolog asal
Perancis, merancang alat evaluasi pertama yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
siswa-siswa. Alat ini kemudian menjadi dasar bagi pengembangan tes kecerdasan modern.
Salah satu jenis tes kecerdasan yang masih digunakan hingga saat ini adalah Tes Wechsler.
Pada tahun 1930-an, David Wechsler, seorang psikolog di Bellevue Hospital, merancang
instrumen sederhana yang dapat mengukur tingkat kecerdasan dan sesuai dengan definisi
kecerdasan pada era pertengahan dan akhir abad ke-20.
Instrumen pertama Wechsler dirancang pada tahun 1932 dan dipublikasikan untuk
pertama kalinya pada tahun 1939. Alat tes ini berhasil mendominasi pengukuran kecerdasan
beberapa tahun belakangan ini. Perkembangan awal tes kecerdasan terjadi pada tahun 1860 di
Amerika Serikat. Dalam teori tes kecerdasan yang dikembangkan, Galton dan Catel
menjelaskan konsep kecerdasan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tes kecerdasan terus mengalami peningkatan
dan penyempurnaan. Hal ini mencakup pengembangan metode pengukuran yang lebih akurat
dan valid, serta penyesuaian instrumen tes dengan perkembangan konsep kecerdasan yang
semakin kompleks.
Dengan demikian, tes kecerdasan terus berkembang untuk memberikan gambaran yang
lebih komprehensif tentang kecerdasan individu. Dengan adanya perkembangan ini, tes
kecerdasan telah menjadi alat yang penting dalam berbagai konteks, seperti pendidikan,
seleksi karyawan, dan penelitian ilmiah. Meskipun demikian, penting untuk terus
memperbarui dan memperbaiki tes kecerdasan agar tetap relevan dan dapat memberikan
gambaran yang akurat tentang kecerdasan individu.

2.7 Tes Intelegensi


tes intelegensi adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam
ranah
intelegensi yang luas, seperti pemahaman verbal, persepsi, atau penalaran yang dapat
membantu individu dalam penentuan potensi akademik atau pekerjaan. Tes intelegensi dibagi
berdasarkan beberapa macam berdasarkan pemilahan. Tes intelegensi dapat diperuntukan
untuk anak-anak dan orang dewasa. Untuk Administrasi digolongkan dalam golongan
individual dan kelompok. Untuk macam tes individual dibagi menjadi tes Binet dan tes
WAIS, sedangkan untuk macam tes kelompok yaitu ada SPM dan Henmon – Nelson test of
Mental Ability.

2.7.1 Rata-Rata IQ
Rata- rata IQ mengikuti distribusi normal (bel). Rata-rata IQ (Intelligence Quotient)
adalah ukuran standar yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kecerdasan seseorang.
Istilah "IQ" pertama kali diperkenalkan pada tahun 1912 oleh William Stern, seorang ahli
psikologi asal Jerman. IQ dihitung dengan membandingkan kemampuan kognitif
seseorang dengan kemampuan kognitif rata-rata dalam populasi umum, dengan nilai rata-
rata IQ diatur menjadi 100
2.7.2 Stabilitas Skor IQ
Stabilitas skor IQ merujukkan pada konsistensi dari skor IQ dalam waktu yang sama.
Ini menunjukkan seberapa baik dan konstant dapat skor IQ dikendalikan dalam waktu
yang sama. Score IQ anak prasekolah bukan prediktor yang baik untuk IQ masa remaja.
Sedangkan score IQ usia 7 s/d 8 tahun merupakan prediktor yg lebih akurat u IQ masa
dewasa. Score IQ cenderung stabil sesudah masa kanak2 awal, walaupun hal tersebut
juga tidak bisa disama ratakan.

2.7.3 Skor Inteligensi yang ekstrim


Skor IQ yang ekstrim, baik tinggi maupun rendah, dapat memberikan indikasi tentang
tingkat kecerdasan seseorang, namun penting untuk diingat bahwa skor IQ hanya
mengukur kemampuan kognitif dan bukan satu-satunya penentu kecerdasan seseorang

• Individu dengan skor IQ 2 SD dibawah rata-2 (mean)  subnormal (dibawah normal).


• Individu dengan skor IQ 2 SD di atas rata-2 (mean)  gifted

2.7.4 Retardasi Mental (ekstrim rendah = 2 SD di bawah mean)


Menurut AAMD (American Association on Mental deficiency) Retardasi Mental
adalah Kemampuan mental umum di bawah normal, ditambah lagi dengan kekurangan-
kekurangan dalam kemampuan pelayanan hidup keseharian untuk diri sendiri. Retardasi
mental ekstrim (2 SD di bawah mean) merujukkan keadaan yang berbeda dari populasi
umum dalam hal kecerdasan. Namun, perlu diingat bahwa skor IQ yang diberikan dalam
tes kecerdasan modern tidak selalu dapat dikait dengan retardasi mental ekstrim.
Retardasi mental ekstrim dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetika,
lingkungan, pendidikan, dan penelitian.

2.8 SEBAB-SEBAB RETARDASI MENTAL


Retardasi mental adalah kondisi dimana kecerdasan seseorang mengalami hambatan
sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Hal ini ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan kesulitan beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari. Retardasi mental dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu ringan
(IQ 50-70), sedang (IQ 25-50), dan berat (IQ 0-25).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan retardasi mental meliputi faktor organik seperti
Down Syndrom yang disebabkan oleh extra chromosom, Phenylketonuria yang disebabkan
oleh gangguan metabolik, Hydrocephaly yang disebabkan oleh penambahan cairan otak
secara eksesif. Lalu ada faktor Biologis seperti Gangguan-gangguan fisiologis yang sulit
dideteksi serta faktor lingkungan seperti perkawinan yang tidak stabil, Kurang gizi dan
Diabaikan orang tua. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi perkembangan otak dan
kemampuan kognitif seseorang, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kecerdasan dan
kemampuan adaptasi individu.
2.8.1 Gifted (ekstrim tinggi = 2 SD di atas mean)
Skor IQ yang ekstrim tinggi, yaitu 2 SD di atas mean, menunjukkan tingkat
kecerdasan yang sangat tinggi. Dalam konteks skor IQ, hal ini berarti bahwa seseorang
yang memiliki skor IQ 2 SD di atas mean akan memiliki skor IQ yang lebih tinggi dari
98% populasi umum. Individu dengan skor IQ yang sangat tinggi sering kali
diidentifikasi sebagai "gifted" atau berbakat, dan mereka dapat menunjukkan
kemampuan kognitif yang luar biasa. Individu yang tergolong Gifted, unggul dalam
Inteligensi umum, Bakat2 khusus, Kreatif, Kemampuan Kepemimpinan, Jiwa Seni,
Olahraga dan memiliki Skor IQ antara 130 – 145

2.9 Faktor Keturunan & Lingkungan Pengaruhnya terhadap Inteligensi


Faktor keturunan dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan intelegensi anak. Faktor keturunan, atau hereditas, memainkan peran penting
dalam menentukan potensi intelegensi seseorang. Gen yang diterima anak dari orang tuanya
pada saat pembuahan akan mempengaruhi semua karakteristik dan penampilan anak kelak.
Gen-gen ini dapat memengaruhi berbagai aspek intelegensi, seperti kemampuan kognitif,
bakat, dan kepribadian.
Di sisi lain, lingkungan juga memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan
intelegensi anak. Lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat tempat anak tumbuh dan
berkembang dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan intelegensi.
Stimulasi kognitif, pendidikan, interaksi sosial, dan pengalaman belajar merupakan faktor-
faktor lingkungan yang dapat memengaruhi perkembangan intelegensi anak
Kedua faktor ini, baik keturunan maupun lingkungan, saling berinteraksi dan berkontribusi
terhadap perkembangan intelegensi anak. Meskipun faktor keturunan memberikan dasar
genetik, lingkungan juga memiliki peran penting dalam mengoptimalkan potensi intelegensi
anak. Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan berkelanjutan dalam memperhatikan
kedua faktor ini sangat penting dalam mendukung perkembangan intelegensi anak.

2.10 Interaksi Faktor Keturunan & Faktor Lingkungan


Interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan dalam perkembangan anak merupakan
topik yang kompleks dan penting dalam psikologi perkembangan. Faktor keturunan (genetik)
dan lingkungan (faktor eksternal) keduanya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan anak. faktor keturunan atau genetik memiliki peran dalam menentukan potensi
kecerdasan anak. Sifat-sifat yang terkait dengan kecerdasan dapat diturunkan dari orang tua
ke anak mereka melalui materi genetik yang diwariskan. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya korelasi antara tingkat kecerdasan orang tua dengan kecerdasan anak-anak mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa faktor keturunan tidak menentukan secara mutlak
kecerdasan seseorang. Genetika hanya memberikan dasar atau potensi awal, tetapi
pengaruhnya dapat dimodifikasi oleh faktor lingkungan dan pengalaman. Oleh karena itu,
perkembangan kecerdasan anak dipengaruhi oleh interaksi antara faktor keturunan dan
lingkungan
interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan
menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi, berat badan, dan minat yang
khas. Pengaruh lingkungan bergantung kepada karakteristik genetik, sehingga antara
keduanya terdapat interaksi. Faktor genetik terhadap kecerdasan terjadi pada awal
perkembangan anak dan berlanjut terus sampai dewasa. Pengaruh keturunan terhadap seluruh
siklus kehidupan juga perlu dipahami lebih lanjut.
faktor genetik dan lingkungan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Faktor
lingkungan dapat mempengaruhi bagaimana genetika diekspresikan, sementara faktor genetik
dapat mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan mereka. Oleh
karena itu, perkembangan kecerdasan anak dipengaruhi oleh interaksi antara faktor keturunan
dan lingkungan
dapat disimpulkan bahwa interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan memiliki
peran yang kompleks dalam perkembangan kecerdasan anak. Kedua faktor ini saling
berinteraksi dan saling memengaruhi, sehingga penting untuk memahami peran keduanya
secara holistik dalam memahami perkembangan kecerdasan anak.
BAB III
Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, inteligensi dan tes psikologi memiliki peran penting dalam
memahami kemampuan kognitif seseorang. Faktor keturunan dan lingkungan juga memiliki
pengaruh yang signifikan dalam perkembangan intelegensi anak. Tes kecerdasan dapat
memberikan informasi tentang kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau
berpikir abstrak, tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuan khusus seseorang yang
dikuasai. Anak-anak berbakat atau gifted memiliki skor IQ yang sangat tinggi, dan mereka
dapat menunjukkan kemampuan kognitif yang luar biasa. Inteligensi adalah kemampuan
untuk berpikir, menimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan pengertian satu dengan
yang lain, dan menarik kesimpulan.
Tes psikologi, termasuk tes kecerdasan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
kognitif seseorang. Faktor keturunan dan lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan intelegensi anak. Interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan
memiliki peran yang kompleks dalam perkembangan kecerdasan anak. Tes kecerdasan dapat
memberikan informasi tentang kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri, belajar, atau
berpikir abstrak, tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuan khusus seseorang yang
dikuasai. Anak-anak berbakat atau gifted memiliki skor IQ yang sangat tinggi, dan mereka
dapat menunjukkan kemampuan kognitif yang luar biasa. Retardasi mental adalah kondisi
dimana kecerdasan seseorang mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap
perkembangan yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
mardiya (2019) Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Anak. Yogyakarta: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana dari
https://pemberdayaan.kulonprogokab.go.id/detil/977/memahami-faktor-faktor-
yangmempengaruhi-tumbuh-kembang-anak
Mekari Talenta (2023) Alat Tes Psikologi: Fungsi dan Manfaatnya. Diakses pada
27 November 2023 pada https://www.talenta.co/blog/mengenal-alat-tes-psikologi-
danmanfaatnya/
ANT (2017). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Astri Lalena (2009) Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Anak
Retardasi Mental Dalam Melakukan Activity Of Daily Living Di SDLB Negeri
Kutorejo 4 Pandaan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Michael M. Piechowski (2012) Developmental Potential of the Gifted. diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/232470010_Developmental_Potential_of
_the_Gifted

Anda mungkin juga menyukai