MAKALAH
Disusun oleh:
Penulis
i
Daftar Isi
C. Tujuan ...........................................................................................................3
A. Kesimpulan ..................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stres adalah kondisi dinamis yakni pribadi berkonfrontasi dengan
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang berkaitan dengan apakah yang
seseorang inginkan dan yang mana hasil yang dilihat menjadi tidak pasti dan
penting. 1 Stres merupakan situasi ketegangan yang berpengaruh terhadap
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berat akan
mengancam kemampuan individu dalam menghadapi lingkungannya. Gejala-
gejala dari stres dapat terlihat seperti marah, tidak dapat rileks, agresi, tidak
kooperatif dan pelariannya pada minum alkohol, merokok secara berlebihan
dan bahkan narkoba.2
Berdasarkan hasil survei Gallup yang diunggah oleh dataindonesia.id
di Indonesia hanya 20% responden yang merasa stres ketika berada di tempat
kerja dan 46% responden yang merasa cemas ketika berada di tempat kerja.
Sebagai informasi, Gallup melakukan survei terhadap 1.000 responden di
setiap negara Asia Tenggara pada 2021 hingga akhir Maret 2022. Survei ini
dilakukan melalui metode pengambilan sampel acak dengan tingkat toleransi
kesalahan (margin of error) sekitar 0,5% poin hingga 8,5% poin dan tingkat
kepercayaan sebesar 95%.3
Berdasarkan riset yang dilaksanakan pada 16 negara Eropa
menemukan hasil yang hampir sama pada setiap negara, sebagaimana dimuat
dalam laporan WHO (2002) menyatakan bahwa lembaga pendidikan atau
sekolah juga termasuk lingkungan kerja yang stressful (sumber stres). Hasil
1
Stephen P. Robbins, & Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba Empat,
2017), 429.
2
Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2023), 107.
3
Dimas Bayu, 3 dari 10 Orang Asia Tenggara Stres dan Cemas di Tempat Kerja, diakses
25 Mei 2023, https://dataindonesia.id/varia/detail/3-dari-10-orang-asia-tenggara-stres-dan-cemas-
di-tempat-kerja.
1
dari riset ini ditemukan 41 jenis sumber stres jabatan yang dialami guru dan
tenaga kependidikan.4
Berdasarkan data di atas, terdapat kemungkinan seorang pengelola
lembaga pendidikan dapat merasakan kecemasan-kecemasan atau bahkan
sampai pada stres kerja. Penyebab dari stres ini juga beragam yang kemudian
dapat berdampak pada pekerjaan. Sehingga, pengelolaan atau manajemen
terhadap stres kerja sangat diperlukan. Dengan ini pemakalah tertarik untuk
mengkaji lebih mendalam yang berkaitan dengan “Stres Kerja”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar stres pada pekerjaan?
2. Bagaimanakah sumber dan dampak stres kerja?
3. Apa sajakah jenis dan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja?
4. Bagaimanakah manajemen stres kerja?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan menganalisis konsep dasar stres pada pekerjaan.
2. Mengetahui sumber dan dampak dari stres kerja.
3. Mengetahui jenis dan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja.
4. Mengetahui dan menganalisis manajemen stres kerja.
4
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2018), 201-202.
2
BAB II
PEMBAHASAN
5
Nasib Tua Lumban Gaol, “Faktor-Faktor Penyebab Guru Mengalami Stres di Sekolah”,
Educational Guidance and Counseling Development Journal 4(2021): 19.
6
Beki Rizki Amalia dkk., “Hubungan Antara Karakteristik Individu, Beban Kerja Mental,
Pengembangan Karir dan Hubungan Interpersonal Dengan Stres Kerja Pada Guru di SLB Negeri
Semarang”, Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(2017): 69.
7
Iset Jelita dkk., “Stres Kerja Pada Guru Bimbel (Bimbingan Belajar) Matematika di
Matrik Kota Palembang”, Indonesian Journal of Behavioral Studies 1(2021): 117.
8
Ayuk Widya Nanda, & Agus Sugiarto, “Stres Kerja: Pengaruhnya Terhadap Motivasi
Kerja dan Kinerja Karyawan”, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 9(2020): 279.
3
rasa tertekan yang dialami oleh seseorang yang berhubungan dengan
pekerjaan.
Gibson menyatakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa
titik pandang, yakni stres sebagai stimulus, stres sebagai respons, dan stres
sebagai stimulus-respons. Stres sebagai stimulus adalah pendekatan yang
memfokuskan pada lingkungan. Makna stimulus melihat stres sebagai suatu
kekuatan yang menekan seseorang untuk memberikan respon terhadap stresor.
Pendekatan stimulus-respons mengartikan stres adalah dampak dari hubungan
antara stimulus lingkungan dengan respons individu. Stres dilihat tidak sekedar
sebuah stimulus atau respons, melainkan stres sebagai hasil hubungan unik
antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk
memberikan respon. 9 Dalam pandangan ini stres kerja dapat menjadi suatu
kekuatan seseorang untuk menghadapi sumber stres.
Teori besar tentang stres menurut Philip L. Rice (2000)
dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni teori-teori stres secara biologis
(biological stress theories), teori-teori secara psikologis (psychhological stress
theories), dan teori-teori stres secara sosial (social stress theories). Teori-teori
stres secara biologis, menjabarkan tentang respon tubuh terhadap stres, seperti
teori general adaptation syndrome (GAS) dan diathesis-stress model.
Selanjutnya psychological stress theories yang menjabarkan bagaimana
ekspektasi (harapan), kepribadian, dan interpretasi (penafsiran) pada suatu
peristiwa sosial atau individual dalam suatu stressful. Kemudian social stress
theories yang menjabarkan stres yang dikarenakan pada konflik kelompok,
serta pengalokasian kekuatan dan kekayaan yang tidak merata. Teori ini terdiri
dari conflict theory dan holistic health model.10
Dianna T. Keny, et al (2000) menyatakan teori stres jabatan yang
berhasil dikembangkan saat ini meliputi:
9
Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun Tim Kerja
yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), 463.
10
Ustawun Hasanah, & Naeli Sa’adah, “Gambaran Stress dan Strategi Coping Pada Santri
Tahfidz di Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Asrama Al-‘Asyiqiyah”, Jurnal Scholastica 3(2021):
4-5.
4
1. Psychological theory, model utama yang dijadikan dasar untuk memahami
stres jabatan adalah model medis. Pada model ini mempunyai hipotesis
bahwa luka-luka di tempat kerja, disebabkan oleh berbagai kejadian yang
tidak dapat dicegah sebagai risiko dari pekerjaan;
2. Sociological theory, McIntyre D. (1998) berpendapat, para ahli sosiologi
industri mempunyai argumentasi bahwa struktur-struktur kekuasaan,
konflik dan kepentingan yang terlembaga antara keselamatan dan
produktivitas, proses tenaga kerja, divisi sosial pekerja, serta hubungan-
hubungan industrial dan politik sebagai penyebab utama penyakit dan stres
jabatan;
3. Systemic theory, menurut Diana T. Kenny, et al (2000) pendekatan
sistematik atau transaksional pada stres jabatan merupakan keadaan
dimana kepribadian atau kondisi ligkungan yang kurang baik satu sama
lain mempunyai konteks keterkaitan yang tidak relevan. Oleh sebab itu,
penyelesaian kasus yang berhubungan dengan stres kerja perlu ditangani
kasus per kasus dan secara unik, seperti dapat diselesaikan secara pribadi
atau organisasional;
4. Person-environment Fit theory, teori ini berpendapat bahwa stres jabatan
diartikan dalam bentuk istilah karakteristik-karakteristik pekerjaan, yang
bisa memunculkan stres negatif (distess) pada setiap orang, dikarenakan
ketidakcocokan antara kompetensi dan atribut yang dimiliki dengan segala
tuntuntan dari tempat kerja;
5. Demand-control theory, sebagai perluasan dan pengembangan dari job
strain models, yang fokus pada pengaruh bersama antara tuntutan dan
kendali pekerjaan terhadap kesehatan tenaga kerja;11
6. Commucation theory, dalam teori ini beranggapan bahwa stres jabatan
dikarenakan strategi komunikasi fungsional yang tidak berjalan dengan
semestinya sehingga berdampak pada distres;
11
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2018), 158-160.
5
7. Dynamic equilibrium theory, pada teori ini stres tidak diartikan sebagai
tuntutan, suatu proses, atau suatu respons, tetapi sebagai suatu kondisi
ketidakseimbangan yang hadir dikarenakan terjadinya perubahan, dan
memengaruhi seseorang apakah menjadi distres atau sehat secara
psikologis; dan
8. Cybernetics and systems theory, dalam teori ini Edwards (1992)
menyatakan bahwa konsep dari umpan balik merupakan proses yang
sangat penting. Umpan balik dijelaskan sebagai suatu proses dari
mekanisme-mekanisme homeostatis, berlandaskan pada informasi yang
diterima. Umpan balik yang positif bisa mendorong seseorang pada
keseimbangan kembali (homeostatis), sedangkan umpan balik yang
negatif bisa mendorong seseorang pada keadaan ketidakseimbangan, stres
jabatan, dan kegelisahan.12
Stres dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada diri
seseorang. Dampak positif dari stres seperti termotivasi untuk melakukan
sesuatu, membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru.
Sedangkan dampak negatifnya seperti timbul rasa tidak percaya diri, marah,
penolakan, depresi, dan menimbulkan penyakit seperti sakit kepala, insomnia,
sakit perut, tekanan darah tinggi, atau stroke.13
Beberapa penelitian telah memperlihatkan fakta bahwa stres pada
ambang tertentu dapat berdampak positif, seperti meingkatkan kinerja,
kepuasan kerja, serta membangkitkan motivasi dan kreativitas seseorang atau
kelompok. Keterkaitan peningkatan stres dengan peningkatan kinerja
dijabarkan oleh hukum Yerkes-Dodson (Yerkes-Dodson law), yang
menjelaskan bahwa kinerja terbaik akan diperoleh ketika stres meningkat
sampai mencapai batas optimum (bukan maksimum). Kemudian setelah
mencapai batas optimum, maka kinerja akan menurun kembali. Oleh sebab itu,
12
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, 161-162.
13
Syamsu Yusuf LN, Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2018), 116.
6
yang harus dilakukan dalam manajemen stres yaitu stres bukan untuk
dieliminasi, tetapi dikendalikan hingga mencapai batas optimal.14
Stres sebagai suatu kondisi tertekan pada seseorang karyawan yang
berkaitan dengan pekerjaan. Stres dapat berdampak negatif maupun positif, hal
ini tergantung pada cara seseorang mengelola stres itu sendiri.
14
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2018), 135.
15
Susi Adiawaty, “Pandemi Covid-19 dan Kinerja Dosen (Study Kasus Kinerja Dosen
Pada PT XYZ), ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis 23(2020): 188.
16
Ayuk Widya Nanda, & Agus Sugiarto, “Stres Kerja: Pengaruhnya Terhadap Motivasi
Kerja dan Kinerja Karyawan”, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora 9(2020): 279.
7
terbesar orang-orang yang mempunyai masalah dalam mengatasi
perubahan organsisasional. Ketidakpastian lingkungan terdapat tiga
tipe yaitu: ekonomi, politik, dan teknologi;
b. Faktor organisasional, kategori berdasarkan faktor ini meliputi
tuntutan tugas, peranan dan interpersonal (tekanan yang diciptakan
oleh karyawan lainnya, seperti kurangnya dukungan);
c. Faktor Pribadi, biasanya seseorang bekerja sekitar 40-50 jam dalam
seminggu. Namun, pengalaman dan permasalahan yang dihadapi
seseorang dalam jam kerja 120 plus dapat meluas ke dalam pekerjaan.
Faktor-faktor pribadi yang mempengaruhi stres meliputi:
permasalahan ekonomi pribadi, permasalahan keluarga, dan
karakteristik kepribadian yang melekat.17
Penyebab dari stres dikarenakan tekanan tuntutan kondisi
lingkungan baik fisik maupun emosional pada diri seseorang. Menurut
Robbins (2001) yang dikutip oleh I Wayan Bagia (2015) stresor yang
berkaitan dengan pekerjaan dibagi menjadi 4, yakni:
a. Lingkungan kerja fisik, seperti resiko keamanan, kurang baiknya
penerangan, dan kebisingan;
b. Peran atau tugas yang berlebihan, seperti kesulitan dalam memahami
tugas, peran yang terlalu berat, atau banyaknya peran dalam pekerjaan;
c. Stres antarpribadi, disebabkan karena adanya persaingan antar devisi
untuk memperoleh target terbaik dengan imbalan, pebedaan latar
belakang, karanter, kepribadian, persepsi dan lain-lain; dan
d. Organisasi, stres kerja disebabkan karena pengurangan karyawan, rasa
tidak aman dan nyaman, pengurangan tenaga kerja, kehilangan rekan
kerja, merger, privatisasi dan bentuk yang lainnya.18
Melihat dari sumber stres kerja dapat dipahami bahwa yang
menjadi penyebab atau sumber stres disebabkan oleh faktor individu dan
17
Stephen P. Robbins, & Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2017), 430-432.
18
I Wayan Bagia, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 113-114.
8
organisasi (pekerjaan). Dari kedua faktor tersebut dapat terbawa dalam
kehidupan pribadi maupun masalah pribadi berdampak pada pekerjaan.
19
Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2023), 112-113.
9
kesehatan fisik, performance, kesehatan psikologis, serta mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan.20
20
Yateno, Perilaku Organisasional Corporate Approach, (Yogyakarta: STIM YKPN,
2020), 295.
21
I Wayan Bagia, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 114.
10
3. Kemampuan memprediksi peristiwa penyebab stres;
4. Jenis kepribadian, para ahli menyatakan beberapa jenis kepribadian tertentu
cenderung mengalami stres yang lebih tinggi ketika menghadapi kondisi
yang menyebabkan stres. Orang dengan kepribadian internal locus of
control (pusat kendali) diprediksi lebih rendah tingkat stresnya dalam
menghadapi kondisi stres dibandingkan dengan orang yang mempunyai
kepribadian ekstrenal locus of control;
5. Dukungan sosial, dukungan sosial yakni hungan dengan kolegial atau
atasan, bisa mengurangi stres;
6. Permusuhan, ada seseorang yang mudah mengalami kemarahan dan
permusuhan yang tinggi. Orang-orang dengan jenis ini secara kronis
mencurigai dan tidak mempercayai orang lain. Kondisi dengan kepribadian
ini sangat mudah terkena stres.22
22
Yateno, Perilaku Organisasional Corporate Approach, (Yogyakarta: STIM YKPN,
2020), 297-298.
23
Sentot Imam Wahjono, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2023), 109.
24
Arni Nur Rahmawati dkk., “Manajemen Stres Kerja Guru”, Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat: Kesehatan (JPKMK) 1(2021): 6.
11
Mengelola stres terdapat dua pendekatan yaitu: (a) pendekatan
individual, seseorang dapat melakukan strategi pribadi untuk menurunkan
level stres. Seperti pelatihan relaksasi, latihan fisik, manajemen waktu, dan
jaringan dukungan sosial yang diperluas; dan (b) pendekatan organisasional,
dengan melakukan pengendalian terhadap manajemen. Seperti meningkatkan
keterlibatan karyawan, merancang kembali pekerjaan, cuti panjang karyawan,
meningkatkan komunikasi organisasi, dan program kesehatan korporat. 25
Selanjutnya Margiati (1999) berpendapat, bahwa manajemen atau pengelolaan
stres bukan hanya menggunakan pendekatan individual dan pendekatan
organisasi. Dalam hal ini, Margiati menambahkan pendekatan sosial atau
dukungan sosial. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
1. Strategi penanganan individual, dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu: (a) melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi
kognitif; (b) melakukan relaksasi dan meditasi; (c) melakukan diet dan
fitnes.
2. Strategi penanganan organisasional, manajemen stres pada strategi ini
dapat dilakukan dengan: (a) menciptakan iklim organisasi yang
mendukung; (b) memperkaya desain tugas-tugas; (c) mengurangi konflik
dan mengklarifikasi peran organsiasional; (d) rencana dan pengembangan
jalur karir dan menyediakan konseling.
3. Strategi dukungan sosial, untuk mengurangi stres dukungan sosial dari
orang terdekat memang sangat dibutuhkan. Seperti dukungan keluarga,
pimpinan, teman sekerja dan lain-lain. Dengan adanya dukungan ini
seseorang dapat bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi.
4. Pendekatan kesehatan pribadi, merupakan suatu pendekatan preventif
sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu dan
kontinyu memeriksa kesehatan, pengaturan gizi, olahraga secara teratur,
dan melakukan relaksasi otot.26
25
Stephen P. Robbins, & Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba
Empat, 2017), 436-437.
26
Fauzie Rahman dkk., Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Expert, 2017), 142-145.
12
Menurut Wijono (2010) untuk mengelola stres dalam organisasi dapat
dilakukan beberapa cara yaitu: (a) meningkatkan komunikasi; (b) sistem
penilaian dan ganjaran yang efektif; (c) meningkatkan partisipasi; (d)
memperkaya tugas; (e) mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan
pekerjaan. 27 Selanjutnya menurut Sopiah (2008) dan Robbins (2001) yang
dikutip Wayan Bagia (2015), sumber stres yang berasal dari tempat kerja dapat
dikelola dengan 5 strategi, meliputi:
27
Yateno, Perilaku Organisasional Corporate Approach, (Yogyakarta: STIM YKPN,
2020), 300.
28
I Wayan Bagia, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), 116.
13
terhadap penyakit, alkoholisme, pergantian staf yang tinggi, hubungan yang
buruk antara manajer dan karyawan, komunikasi yang buruk, adanya bullying
dan pelecehan, dan lain-lain; (b) Pencegahan terhadap stres, untuk
mengidentifikasi stres yang kemudian mencegah stres melalui audit stres
pribadi. Audit stres pribadi (atau kuesioner pelaporan diri) merupakan sarana
penting untuk melakukan identifikasi penyebab umum stres, melihat tingkat
stres dan mengindentifikasi langkah-langkah yang dibutuhkan pada tingkat
organisasi guna meringankan masalah; (c) Pengelolaan terhadap stres, yang
ditempatkan pada pendidikan dan pelatihan. Setiap individu memiliki respon
stres pribadi mereka sendiri, seperti kehilangan nafsu makan, insomnia, sakit
punggung bagian bawah, kelelahan umum, dan sakit kepala. Tahapan ini yang
dibutuhkan oleh karyawan adalah saran untuk mengindentifikasi respons stres
pribadi mereka sendiri, dan tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya; dan
(d) Rehabilitasi.29
29
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, (Jakarta Timur: Bumi Aksara, 2018), 349-350
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Stres merupakan ketegangan seseorang yang melibatkan baik secara
psikologi maupun fisik. Stres kerja tidak selalu berdampak negatif tertapi
juga bisa mempengaruhi dampak positif, hal ini dikarenakan pengelolaan
atau manajemen stres.
2. Sumber stres pada pekerjaan dapat dikategorikan dalam dua hal yaitu faktor
individu dan organisasi. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dalam
mempengaruhi stres kerja seseorang. Kemudian dampak dari stres kerja
yaitu dilihat dari gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku.
3. Adapun jenis yang memengaruhi stres ada dua yaitu eutstress dan distress.
Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhi stres kerja yaitu dari peserpsi,
pengalaman, faktor pribadi, permusuhan dan dukungan sosial.
4. Dalam manajemen stres kerja secara umum dapat dikategorikan dalam dua
cara yaitu pendekatan secara individual dan organisasi. Selanjutnya
dijabarkan dengan berbagai langkah untuk mengelola stres kerja, seperti
peningkatan komunikasi organisasi, manajemen waktu, olahraga, rileksasi,
bercerita dengan teman kerja, dan lain-lain.
15
Daftar Pustaka
Adiawaty, Susi. 2020. “Pandemi Covid-19 dan Kinerja Dosen (Study Kasus Kinerja
Dosen Pada PT XYZ)”. ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis 23: 185-191.
Amalia dkk. 2017. “Hubungan Antara Karakteristik Individu, Beban Kerja Mental,
Pengembangan Karir dan Hubungan Interpersonal Dengan Stres Kerja
Pada Guru di SLB Negeri Semarang”. Jurnal Kesehatan Masyarakat 5:
68-78.
Bagia, I Wayan. 2015. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bayu, Dimas. 3 dari 10 Orang Asia Tenggara Stres dan Cemas di Tempat Kerja.
Diakses 25 Mei 2023. https://dataindonesia.id/varia/detail/3-dari-10-
orang-asia-tenggara-stres-dan-cemas-di-tempat-kerja.
Ekawarna. 2018. Manajemen Konflik dan Stres. Jakarta Timur: Bumi Aksara.
Gaol, Nasib Tua Lumban. 2021. “Faktor-Faktor Penyebab Guru Mengalami Stres
di Sekolah”. Educational Guidance and Counseling Development Journal
4: 17-28.
Hasanah, Ustawun., & Naeli Sa’adah. 2021. “Gambaran Stress dan Strategi Coping
Pada Santri Tahfidz di Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Asrama Al-
‘Asyiqiyah”. Jurnal Scholastica 3: 1-16.
Jelita dkk. 2021. “Stres Kerja Pada Guru Bimbel (Bimbingan Belajar) Matematika
di Matrik Kota Palembang”. Indonesian Journal of Behavioral Studies 1:
114-121.
LN, Syamsu Yusuf. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologis dan Agama.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nanda, Ayuk Widya., & Agus Sugiarto. 2020. “Stres Kerja: Pengaruhnya Terhadap
Motivasi Kerja dan Kinerja Karyawan”. Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora 9: 276-288.
Rahman dkk. 2017. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Expert.
Rahmawati dkk. 2021. “Manajemen Stres Kerja Guru”. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat: Kesehatan (JPKMK) 1: 1-9.
Robbins, Stephen P., & Timothy A. Judge. 2017. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Sinambela, Lijan Poltak. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia: Membangun
Tim Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahjono, Sentot Imam. 2023. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yateno. 2020. Perilaku Organisasional Corporate Approach. Yogyakarta: STIM
YKPN.
16