Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

“STRESS KERJA”
Dosen Pengampu : DR. Rahayu Endang Suryani, M.M

Diajukan Oleh:

Nama Mahasiswa : Restu Ainun Najib


Nomor Induk Mahasiswa : 2016021089

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI Y.A.I
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 5


A. Pengertian Stres dan Stres Kerja ................................................... 5
B. Jenis-Jenis Stres ........................................................................... 7
C. Model-Model Stres.......................................................................... 8
D. Kategori Stres Kerja........................................................................ 9
E. Faktor Penyebab Stres Kerja ......................................................... 9
F. Moderator Stres ............................................................................. 11
G. Gejala-Gejala dan Dampak Stres .................................................. 13
H. Pengendalian Stres........................................................................ 16

BAB III PENUTUP……………………………,…………............. ................. 18


A. Kesimpulan……………………………………………………………… 18
B. Saran …………………………………………………………………… 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami
stres. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonomi saja tetapi juga
dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga
akan dapat menyebabkan sters dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupan, padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan
maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila
seseorang yang mengalami stres dalam melakukan pekerjaan maka akan
mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus
stabil agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi
yang terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik
lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga
stres dapat dicegah.
Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi
pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari
pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang
mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik, disinilah muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap
kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan
dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi karyawan tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawan tersebut.
Melihat kejadian stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya
yang baik saya akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui
bagaimana stres dan penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama
dalam bekerja.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan saya bahas dalam penulisan makalah
ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
2. Apa saja jenis-jenis stres?
3. Seperti apa model stres tersebut?
4. Apa saja moderator stres?
5. Apa saja gejala stres dan dampaknya?
6. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang ingin saya sampaikan dalam makalah ini
yaitu:
1. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
2. Untuk memehami mengenai jenis-jenis stres.
3. Untuk mengetahui model stres.
4. Untuk mengetahui moderator stres.
5. Agar kita menegtahui apa saja gejala stres dan dampak yang dapat ditimbulkan
oleh stres tersebut.
6. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.

D. Manfaat Penulisan
Kita dapat melihat dari manfaat dari makalah ini adalah diharapkan dapat
menambah pengetahuan, menambah wawasan, menambah bahan referensi dan
informasi bagi pembaca/mahasiswa yang berkaitan dengan stres kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

STRESS KERJA

A. Pengertian Stres dan Stres Kerja


Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan
bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,
contohnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara
obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stres kerja
dikonseptualisasi dari beberapa titik sudut pandang, yaitu stres sebagai stimulus,
stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus
merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada lingkungan. Definisi stimulus
memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk
memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres
sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon
individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi
dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang
tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil
interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu
untuk memberikan tanggapan.
Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu
dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena
tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat
berbeda.

3
Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan
kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja, karyawan
mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu
pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresif, tidak dapat relaks,
emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu
terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.
Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,
1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis
yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa
mengatasinya. Menurut Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya
sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi
dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun
psikologis.
Berbeda dengan pakar lainnya di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71)
memahaminya sebagai ketidak seimbangan keinginan dan kemampuan
memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Robbins
(dafam Dwiyanti, 2001:75) juga mengutarakan definisi stres sebagai suatu kondisi
dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan
dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan.

Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa terjadinya stres kerja
adalah dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara karakteristik kepribadian
karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada
semua kondisi pekerjaan. Stres kerja juga dapat diartikan sebagai tanggapan atau
proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan karyawan.

4
B. Jenis-Jenis Stres
Berikut adalah para ahli yang membagi jenis-jenis stres:
1. Selye (Dalam Munandar, 2001) membedakan stres menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
 Eustress (Stres Positif)
Eustress yaitu stres yang sangat berguna karena dapat membuat
tubuh menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran
menjadi siap untuk menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa
disadari oleh diri kita. Tipe stres ini dapat membantu memberi kekuatan
dan menentukan keputusan, contohnya menemukan solusi untuk
masalah. Eustress merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal
yang menyenangkan. Contohnya: perubahan peran setelah menikah,
kelahiran anak pertama, dan sebagainya.
 Distress (Stres Negatif)
Distress yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
dalam konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Distress merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang tidak
menyenangkan. Contohnya: pertengkaran, kematian pasangan hidup,
dan sebagainya.
2. Jenita DT Donsu (2017) secara umum stres dibagi menjadi dua yaitu:
 Stres Akut
Stres yang dikenal juga dengan Flight or Flight Response. Stres
akut adalah respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan atau
ketakutan. Respons stres akut yang segera dan intensif di beberapa
keadaan dapat menimbulkan gemetaran.
 Stres Kronis
Stres kronis adalah stres yang lebih sulit diatasi dan dipisahkan, dan
efeknya akan lebih panjang dan lebih buruk di masa yang akan datang.

5
C. Model-Model Stres
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model teori
perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi
respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor.
a) Model Berdasarkan Respons
Model stres ini menjelaskan respons atau pola respons tertentu yang
dapat mengidentifikasikan stressor. Model stres yang dikemukakan oleh
Selye, 1976, menguraikan stres sebagai respons yang tidak spesifik dari
tubuh terhadap tuntutan yang dihadapinya. Stres ditunjukkan oleh reaksi
fisiologis tertentu yang disebut sindrom adaptasi umum (general adaptation
syndrome-GAS).
b) Model Berdasarkan Stimulasi
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat menggangu atau
merusak dalam lingkungan. Riset klasik yang mengungkapkan stres
sebagai stimulus telah menghasilkan skala penyesuaian ulang sosial,
yang mengukur dampak dari peristiwa-peristiwa besar dalam kehidupan
seseorang terhadap penyakit yang dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976).
Berikut adalah asumsi-asumsi yang mendasari model ini, yaitu:
 Perisrtiwa-peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan hal
normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama.
 Orang adalah penerima stress yang pasif; persepsi mereka terhadap
suatu peristiwa tidaklah relevan.
 Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang sama dan sakit
akan timbul setelah ambang batas tersebut terlampaui.
c) Model berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam hubungan
yang dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model ini dikembangkan oleh
Lazarus dan Folkman ini menganggap stressor sebagai respons perceptual
seseoarng yang berakar dari proses dan kognitif. Stres berasal dari
hubungan antara orang dan lingkungannya

6
D. Kategori Stres Kerja
Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan
mengalami stres kerja apabila:
 Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan
tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya didalam
perusahaan, bisa juga karena masalah rumah tangga yang terbawa ke dalam
pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah tangga dapat juga
menjadi penyebab stres kerja.
 Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
 Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk
menyelesaikan persoalan stres tersebut

Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan


menampilkan gejala-gejala yang meliputi tiga aspek, yaitu: Physiological,
Psychological dan Behavior.

 Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme


tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan nafas, meningkatnya
tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
 Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja,
tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda
pekerjaan.
 Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas,
ketidakhadiran dalam jadwal kerja/tidak masuk kerja, perubahan pada selera
makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi
cepat, mudah gelisah dan susah tidur.

E. Faktor Penyebab Stres Kerja


Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu
faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu. Berikut ini penjelasannya:

7
1. Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
a) Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan
kesejahteraan mereka.
b) Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena
ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan akan terlambat masuk kerja.
c) Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel
akan menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang
membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri
dengan hal yang baru tersebut.
d) Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang
semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa
penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang di
Negara Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun
waktu terbatas, beban kerja berlebihan, atasan yang menuntut dan tidak peka,
serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas,
dapat dikategorikan menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu
terkandung di dalamnya, yaitu:
a) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar,
khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang
tinggi.

8
b) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
c) Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan salah satu
potensi sumber stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian
bawaan karyawan tesebut
a) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan
keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan,
pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh
masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa
ketempat kerja.
b) Masalah ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
c) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang tersebut.

F. Moderator Stres

Stressor membangkitkan berbagai respons yang berbeda dari orang yang


berbeda. Beberapa orang lebih mampu menghadapi suatu stressor dari pada
orang lain. Dilain pihak, orang lain rentan terhadap stress, ini berarti bahwa

9
mereka tidak mampu beradaptasi dengan stressor. Suatu moderator adalah suatu
kondisi, prilaku, atau karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara dua
vaariabel. Efeknya mungkin akan memperkuat atau memperlemah bubungan.
Banyak kondisi, prilaku dan karekteristik mungkin bertindak sebagai moderator
stress, termasuk variable-variabel seperti usia, jenis kelamin dan tingkat
ketabahan. Tipe-tipe moderator antaralain kepribadian, prilaku tipe A, dukungan
sosial, dan penanggulangan.

1. Kepribadian
Istlah kepribadian merujuk pada serangkaian karekteristik, temperamen,
dan kecenderungan yang relatif stabil, yang membentuk kemiripan dan
perbedaan dalam prilaku orang. Kepribadian dibuat dari lima dimensi yaitu:
exstroversion, emotional stability, agreeableness, consientiousness, dan
openness to experience. Emotional stability merupakan hubungan yang paling
jelas dalam stress, dan cenderung tidak kewalahan dengan stres dan lebih
cepat pulih. Exstroversion juga lebih cenderung mengalami keadaan
emosional positif karena mereka banyak mendapat dukungan saat tertekan.
Agreeableness lebih cenderung untuk bersifat antagonis, tidak simaptik dan
bahkan kasar terhadap orang lain dan kemungkinan stres berasal dari orang
lain. Consientiousness merupakan dimensi Big Fife yang secara konsisten
berhubungan dengan kinerja dan keberhasilan pekerjaan dan lebih cenderung
tidak mengalami stress berkenaan dengan aspek ini dalam pekerjaan mereka.
Openness to experience akan lebih siap untuk berhadapan dengan stressor
yang dihubungkan dengan perubahan karena mereka lebih mungkin untuk
memndang perubahan sebagai suatu tantangandan bukan ancaman.
2. Prilaku tipe A
Definisi prilaku tipe A menurut Meyer Friedman dan Ray Rosenman yaitu,
perilaku tipe A adalah suatu kompleks tindakan emosi yang dapat diamati
dalam setiap orang yang terlibat secara agresif dalam suatu perjuangan yang
terus menerus dan tak henti-henti untuk mencapai hal yang lebih lagi dalam
waktu yang lebih singkat dan lebih singkat lagi dan jika perlu melawan usaha
yang berkebalikan dari orang atau hal lain.

10
3. Dukungan Sosial
Dukungan social dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal dengan
individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan emosi
(mengekspresikan kekhawatiran, mengindikasikan kepercayaan, dapat
meningkatkan haraga diri, mendengarkan), dukungan penilaian (menyediakan
umpan balik dan apirmasi), atau dukungan informasi (memberikan nasihat,
memberikan saran, menyediakan pengarahan). 0rang yang dapat berperan
sebagai sumber dari dukungan social di tempat kerja dapat mencakup
supervisor, rekan kerja, dan konsumen atau orang-orang di luar tempat kerja
yang di kenal oleh karyawan. Sumber dukungan di luar ruang lingkup
pekerjaan dapat mencakup anggota keluarga, teman, dan sebagainya.
4. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau
internal) yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang.
Karena penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi
pengaruh stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga
komponen utama: faktor situasional dan pribadi, penilaian kognitif atas
stressor, dan stretegi penanggulangan.

G. Gejala-Gejala dan Dampak Stres


 Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang
beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada
individu, yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada
hasil penelitian mengenai stres kerja:
 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung.
 Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian).

11
 Sensitif dan hyperreactivity.
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi.
 Komunikasi yang tidak efektif.
 Perasaan terkucil dan terasing.
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja.
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan
konsentrasi.
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas.
 Menurunnya rasa percaya diri.
2) Gejala fisiologis
Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja, yaitu:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular.
 Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan
noradrenalin).
 Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung).
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan.
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan
yang kronis (chronic fatigue syndrome).
 Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada.
 Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan pada otot
 Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan
terkena kanker.
 Gangguan tidur.
 Gangguan pada kulit.
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja, yaitu:
 Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan.
 Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas.
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan.
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan.

12
 Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas.
 Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi.
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas.
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan
teman.
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Adapun gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu:

1. Kepuasan kerja rendah.


2. Kinerja yang menurun.
3. Semangat dan energi menjadi hilang.
4. Komunikasi tidak lancer.
5. Pengambilan keputusan yang buruk.
6. Menurunnya kreativitas dan inovasi.
7. Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.
 Dampak Stres
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun
perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa
menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya
(Rice, 1999). Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan
dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar
pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang,
kurang mampu berkonsentrasi, dan sebagainya.
Sedangkan Arnold (1986) menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi
yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu
terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta
mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung
adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan

13
secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan
teralienasi, hingga turnover (Greenberg &Baron, 1993; Quick & Quick, 1984;
Robbins, 1993).

H. Pengendalian Stres
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih baik dari pada
sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan
efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan
dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat
persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang
berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa
untuk memecahkan sebab dari stres tersebut, justru akan menambah masalah
lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi
stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu
perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian
penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul
terutama yang berkaitan dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat
kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada
beberapa tingkat, berjajar dari ketidak mampuan bekerja dengan baik dalam
peranan tertentu karena kesalah pahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan
dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga
sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat
(Margiati, 1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres
yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan
akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih
baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan

14
memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal
tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan
berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan
untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh karyawan tersebut. Maka diperlukan pendekatan yang tepat
dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan
pendekatan organisasi.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan
untuk pengurangan stres yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering
digunakan adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif
yang semuanya membantu para karyawan mengatasi stres yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, ada beberapa kiat yang dikemukakan
oleh Alex, yaitu:
1) Sediakan waktu rileks
2) Bersikap lebih asertif
3) Bekerja lebih efisien
4) Tingkatkan energi dengan tidur
5) Atur lingkungan kerja
6) Kembangkan pola hidup sehat
7) Tingkatkan ketrampilan
8) Lupakan pekerjaan saat libur
9) Pekerjaan bukan segalanya

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stres merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal
tersebut dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stres juga
terjadi dalam kerja dimana stres tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu
tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstra organisasional.
Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stres yang berbeda pada setiap individu
tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya
respon barulah dapat ditentukan bagaimana stres yang dialami seseorang
tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negartif dimana stres
itu akan memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres
yang dialami pekerjaan tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan
banyak metode sehingga diperlukannya suatu manajemen stres dalam pekerjaan
suatu perusahaan. Serta adanya usaha dari orang tersebut untuk dapat
mengurangi stres yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran
seseorang serta adanya tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun
semua itu masih dapat dicegah bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi
pengaruhnya dalam bekerja.

B. Saran
Stres dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi Teknik
pengurangan stres yang dapat digunakan serta menajemen stres tersebut dengan
baik. Karena hal tersebut mampu mencegah dan mengurangi stres dalam bekerja
serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja. Selain baik bagi karyawan juga baik
bagi perusahaan atau organisasi.

16

Anda mungkin juga menyukai