STRESS KERJA
OLEH :
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
kepada kami sehingga bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa pula penulis
haturkan terima kasih atas segala dukungan dan bantuan dari orang tua, dosen, dan teman-teman
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “STRESS KERJA” dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca, supaya kami bisa menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Dan
semoga dengan membaca makalah ini, pembaca mendapat wawasan tentang pancasila sebagai
dasar negara. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
COVER ........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
LATAR BELAKANG......................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 4
TUJUAN............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHSAN..................................................................................................... 6
PENGERTIAN STRES DAN GEJALA ADAPTASI UMUM........................... 6
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES......................................................... 6
SUMBER STRES DI TEMPAT KERJA............................................................. 9
DAMPAK STRES DAN CARA MENGATASINYA......................................... 12
PENGARUH STRES TERHADAP PRESTASI KERJA.................................. 15
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 21
SIMPULAN........................................................................................................ 23
SARAN............................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 24
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres. Stres
tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja tetapi juga dalam bekerja.
Pekerjaan yang terlalu suit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat menyebabkan stres dalam
bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam kehidupannya,
padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres tersebut kita dapat
mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya keamanan dan
kenyamanan dalam bekerja. Apabila seseorang yang mengalami stres melakukan pekerjaan itu
malah akan mengganggu kestabilan dalam bekerja.
Di dalam dunia pekerjaan stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
menurunnya kualitas kerja yang di miliki seseorang dalam melakukan pekerjaan nya.
Lingkungan kerja yang tidak kondusif juga dapat mendorong terjadinya Stressor kerja, Stressor
kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang di persepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan
yang dapat menimbulkan stress dalam kerja.
Lingkungan organisasi sebagai penyebab Stressor juga sudah di kemukakan oleh para
ahli, salah satunya adalah Morgan dan King. Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010:
203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik
(badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Stress
kerja berdampak buruk bagi lingkungan perusahaan karena dapat mengganggu produktivitas
kerja perusahaan dan merugikan diri karyawan itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka yang menjadi pokok
pembahasan pada makalah ini, antara lain
1. Apa pengertian Stress dan gejala adaptasi umum munculnya stress ?
2. Apa faktor-faktor penyebab stres ?
4
3. Apa saja sumber stress ditempat kerja ?
4. Apa dampak yang dapat di timbulkan oleh stres ?
5. Apa pengaruh stress terhadap prestasi kerja ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada, antara
lain:
1. Mengetahui pengertian dan gejala adaptasi umum dari stres.
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres.
3. Mengetahui sumber stress ditempat kerja.
4. Mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari stres.
5. Mengatahui pengaruh stress terhadap prestasi kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan
fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak
terkontrol. Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-
tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau
suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stres adalah keadaan yang
bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan
situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Selain itu, menurut Heger (1994) stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya
bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan
beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu
mengakibatkan gangguan scara psikologis maupun fisiologis.
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa
tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Yoder dan Staudohar
(1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or
psychological deviation from the normal human state that is caused by stimuli in the work
environment. yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu
berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada. Beehr dan Franz (dikutip
Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang
menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja
atau situasi kerja yang tertentu. Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan
mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang /
karyawan tersebut untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan
dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan
seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan
penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis
yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau
peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada
seseorang.
Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick (1984) ada 2 jenis, yaitu :
6
1. Eustres
Merupakan hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan
juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibelitas, kemampuan
adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Contohnya adalah dalam pekerjaan
kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan dealine yang sudah
ditetapkan, apabila kita bisa menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan deadline
yang ditetapkan maka pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.
2. Disstres
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif
(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi,
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi,
yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya
adalah perusahaan menuntut kita untuk meningkatkan produksi barang, tetapi tidak
memiliki alat yang memadai untuk meningkatkan produksi barang tersebut, sehingga
para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi permintaan perusahaan
tersebut.
b) GEJALA STRES
Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu
1) Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian
itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2) Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di
Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan
keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman.
Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan
membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
3) Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun
menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
4) Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat
dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban
kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi
beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya, yaitu:
1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk
menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
2) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai
fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.Konflik peran
menciptakan harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan.
Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak dipahami
dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang harus dikerjakan.
9
3) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.Kurangnya
dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat
menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
4) Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan
dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan
potensi sumber stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan
keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.
1) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan
contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat
kerja.
2) Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres
bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
3) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres
adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan
pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
11
Kondisi kerja ini meliputi kondisi kerja quantitative work overload,
qualitative work overload, assembli line- hysteria , pengambilan keputusan,
kondisi fisik yang berbahaya, pembagian waktu kerja, dan kemajuan teknologi
(technostres).
Pengertian dari masing-masing kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut :
a) Quantitative work overload
Work overload (beban kerja yang berlebihan) biasanya terbagi dua, yaitu quantitative
dan qualitative overload. Quantitative overload adalah ketika kerja fisik pegawai
melebihi kemampuan nya. Hal ini disebabkan karena pegawai harus menyelesaikan
pekerjaan yang sangat banyak dalam waktu yang singkat. Qualitative overload terjadi
ketika pekrejaan yang harus dilakukan oleh pegawai terlalu sulit dan kompleks.
b) Assembli line- hysteria
Beban kerja yang kurang dapat terjadi karena pekerjaan yang harus dilakukan tidak
menantang atau pegawai tidak lagi tertarik dan perhatian terhadap pekerjaannya.
c) Pengambilan keputusan dan tanggungjawab
Penga mbilan keputusan yang akan berdampak pada perusahaan dan pegawai sering
membuat seorang manajer menjadi tertekan. Terlebih lagi apabila pengambilan putusan
itu juga menuntut tanggungjawabnya, kemungkinan peningkatan stres juga dapat
terjadi.
d) Kondisi fisik yang berbahaya
Pekerjaan seperti SAR, Polisi, penjinak bom sering berhadapan dengan stres. Mereka
harus siap menghadapi bahaya fisik sewaktu- waktu.
e) Pembagian waktu kerja
Pembagian waktu kerja kadang-kadang mengganggu ritme hidup pegawai sehari-hari,
misalnya pegawai yang memperoleh jatah jam kerja berganti-ganti. Hal seperti ini tidak
selalu berlaku sama bagi setiap orang yang ada yang mudah menyesuaikan diri, tetapi
ada yang sulit sehingga menimbulkan persoalan.
f). Stres karena kemajuan teknologi (technostres). Technostres adalah kondisi yang
terjadi akibat ketidakmampuan individu atau organisasi menghadapi teknologi baru.
2 Ambiguitas Dalam Berperan
Pegawai kadang tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh perusahaan, sehingga ia
bekerja tanpa arah yang jelas. Kondisi ini akan menjadi ancaman bagi pegawai yang
berada pada masa karier tengah baya, karena harus berhadapan dengan ketidakpastian.
Akibatnya dapat menurunkan kinerja, meningkatkan ketegangan dan keinginan keluar
dari pekerjaan
3 Faktor Interpersonal
Hubungan interpersonal dalam pekerjaan merupakan faktor penting untuk mencapai
kepuasan kerja. Adanya dukungan sosial dari teman sekerja, pihak manajemen maupun
12
keluarga diyakini dapat menghambat timbulnya stres. Dengan demikian perlu kepedulian
dari pihak manjemen pada pegawai agar selalu tercipta hubungan yang harmonis.
4 Perkembangan Karier
Pegawai biasnya mempunyai berbagai harapan dalam kehidupan karier kerjanya, yang
ditujukan pada pencapaian prestasi dan pemenuhan kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri. Apabila perusahaan tidak memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya : sistem promosi
yang tidak jelas, pegawai akan merasa kehilangan harapan yang dapat menimbulkan
gejala perilaku stres.
5 Struktur Organisasi
Struktur organisai berpotensi menimbulkan stres apabila diberlakukan secara kaku, pihak
manajemen kurang memperdulikan inisiatif pegawai, tidak melibatkan pegawai dalam
proses pengambilan keputusan dan tidak adanya dukungan bagi kreatifitas pegawai.
6 Hubungan antara pekerjaan dan rumah
Rumah adalah sebuah tempat yang nyaman yang memungkinkan membangun dan
mengumpulkan semangat dari dalam diri individu untuk memenuhi kebutuhan luar.
Ketika tekanan menyerang ketenangan seseorang, ini dapat memperkuat efek stres kerja.
Denise Prosseau (dalam Rice, 1992). Spillover mengatakan kekurangan dukungan dari
pasangan, konflik dalam rumah tangga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi stres
dan karir.
Sedangkan Davis dan Newstrom (dalam Margiati, 1999:73) stres kerja disebabkan:
a. Adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi
penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding
dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi
karyawan.
b. Supervisor yang kurang pandai. Scorang karyawan dalam menjalankan tugas
sehari-harinya biasanya di hawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan
kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan,
ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar.
c. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan
biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang
dibebankan kepadanya. Kemampuan bcrkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu
yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan
waktu yang lerbatas. Akibatnya, karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas
sesuai tepat waktu yang ditetapkan atasan.
d. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan
hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya
tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil
keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.
13
e. Ambiguitas peran. Agar menghasilkan performan yang baik, karyawan perlu
mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta
scope dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang
definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.
f. Perbedaan nilai dengan perusahaan. Situasi ini biasanya terjadi pada para karyawan
atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti
maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme).
g. Frustrasi. Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa
disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi kerja
adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta
penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.
h. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal terscbul tidak umum. Situasi ini
bisatimbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang di
lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun dalam satu grup namun
lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada di bawah
perusahaan pertama.
i. Konflik peran. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran
intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang
tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini
kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua struktur.
Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama,
akan berdampak pada karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya,
terutama jika mereka harus memilih salah satu alternative.
Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang
akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan
bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara
menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering
dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh
tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang
kalah.
Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan
antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress
sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena
alergi serta menurunkan sistem auto-immune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti
14
penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan
meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress
dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan
tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang.
Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan
sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan
penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.
Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress
dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk
mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga
psikisnya.
15
Kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita
akan semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu
pengalaman bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita
mendengar bahwa Buku, guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu
sendiri.
16
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengolahan waktu, latihan fisik, latihan
relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengolahan waktu yang baik maka seorang
karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang
tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima
sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi
stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga
yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah.
Oleh karena itu strategi-strategi yang yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan,
redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stres yang terjadi. Ada 4 pendekatan yang sering digunakan adalah relaksasi
otot, biofeedback, meditasi dan retrukturisasi kognitif yang semuanya membantu para
karyawan mengatasi stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
1. Relaksasi otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah pernafasan
yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan ketegangan otot.
Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif kontinjensi adalah yang
paling sering digunakan. Teknik ini terdiri atas menenangkan dan mengendurkan otot
secara berulang-ulang yang diawali dari kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi
dicapai dengan berkonsentrasi pada kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan
otot yang dirileksasikan.
2. Biofeedback
Dalam biofeedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di deteksi,
diperkuat dan ditunjukan kepada orang tersebut. Peran potensial dari biofeedback sebagai
teknik manajemen stres individu dapat dilihat dari fungsi tubuh hingga tekanan tertentu
yang dikendalikan secara sukarela atau sadar. Potensi biofeedback adalah kemampuannya
untuk membantu relaksasi dan mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan non-stres.
Salah satu keunggulan teknik biofeedback dibandingkan dengan non biofeedback adalah
bahwa teknik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan keasaman
17
lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum mengurangi manifestasi
fisiologis negatif dari stres.
3. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang pemikiran
seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan fisiologis dan
psikologis dari respon stres berperang atau lari.
Herbert Benson menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons
relaksasi 4 langkah.
Keempat langkah tersebut adalah :
Menemukan suatu lingkaran
Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan kesan
yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari fikiran yang berorientasi secara
eksternal.
Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu sikap yang
pasif.
Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman.
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai mengalihkan
perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam dan mencapai sumber dari pemikiran.
Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang positif, akan tetapi sejumlah
besar orang melaporkan meditasi sebagai hal yang efektif dalam mengelola stres.
4. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen stres dikenal
sebagai retrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap stressor menggunakan
sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari teknik ini adalah bahwa pikiran
orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan asumsi merupakan label yang mereka
terapkan pada situasi. Teknik kognitif dari manajemen stres berfokus paa mengubah label
atau kognisi sehingga orang tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik
kognitif memiliki tujuan yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebih
banyak kendali atas reaksi meraka terhadap stresor dengan memodifikasi rasionalisasi
mereka.
Selain teknik pengurangan stres diatas ada beberapa kiat lagi yang dapat digunakan. Agar
stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang dikemukakan oleh Alex :
20
Dari grafik diatas dapat diperoleh gambaran bahwa bila karyawan tidak mengalami,
stress walaupun dalam tingkat yang rendah, tantangan-tantangan kerja tidak ada sehingga
prestasi kerja cenderung rendah,karena tidak ada usaha untuk menghadapi tantangan.
Sejalan dengan meningkatnya stress , prestasi kerja karyawan cenderung naik karena
stress membantu karyawan untuk mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya
dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Bila stress telah
mencapai “puncak” yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja harian karyawan,
semakin meningkatnya stress cenderung tidak menghasilkan perbaikan prestasi kerja.
Akhirnya, bila stress menjadi terlalu besar,prestasi kerja mulai menurun ,karena stress
mengganggu pelaksanaan kerja. Karyawan kehilangan kemampuan untuk
mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan
perilaku menjadi tidak teratur. Akibat lebih ekstrim adalah prestasi kerja menjadi nol
karena karyawan menjadi sakit atau tidak mampu bekerja lagi, putus asa,atau keluar
maupun melarikan diri dari pekrjaannya dan mungkin dapat diberhentikan dari
pekerjaannya.
Kemampuan stress untuk bisa mendorong maupun menghambat pelaksanaan kerja
karyawan banyak tergantung pada reaksi yang diberikan oleh karyawan dalam
menghadapi situasi stress. Tantangan dan tekanan yang sama belum tentu mempunyai
pengaruh yang sama terhadap karyawan yang meningkat semangtnya, bahkan tidak
menutup kemungkinan justru sebaliknya, yaitu menurun semangat kerjanya, sehingga
prestasi kerjanya juga menurun. Ada karyawan yang mampu menghadapi stress dengan
stress sehingga stress bukan dianggap sebagai hambatan, tetapi tantangan, tetpi ada pula
sebagian karyawan yang kurang mampu menghadapi situasi stress.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
Stress kerja merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut
dipengaruhi diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stress juga terjadi dalam
kerja dimana stress tersebut dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu,
tingkat kelompok, tingkat organisasi dan ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut
dapat menghasilkan stress yang berbeda pada setiap individu tergantung bagaimana
individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon barulah dapat ditentukan
bagaimana stress yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stress itu akan
memberikan dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stress. Stres yang dialami
pekerja tersebut masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga
diperlukannya suatu manajemen stress dalam pekerjaan suatu perusahaan. Serta adanya
usaha dari orang tersebut untuk dapat mengurangi stress yang mereka alami.
Pada dasarnya stress terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya
tekanan yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah
bahkan dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.
B. Saran
Stress dalam bekerja sebaiknya dikurangi dengan berbagi teknik pengurangan stress yang
dapat digunakan serta menajemen stress tersebut dengan baik. Karena hal tersebut
mampu mencegah stress dalam bekerja serta meningkatkan efektifitas dalam bekerja.
Selain baik bagi karyawan/pekerja juga baik bagi perusahaan (lembaga).
DAFTAR PUSTAKA
http://larasati-cute.blogspot.com/2017/02/makalah-perilaku-organisasi-stres-kerja.html
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2015/10/makalah-stress-kerja.html
22
https://daraainy.blogspot.com/2013/06/sumber-stres-kerja.html?m=1
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.umpwr.ac.id/download/publik
siilmiah/Stress%2520dan%2520Pengaruhnya%2520Terhadap%2520Prestasi%2520Kerja
%2520Karyawan.pdf&ved=2ahUKEwjuqt_9wPLkAhXeH7cAHSnUAHYQFjABegQIAxAB&u
sg=AOvVaw3V_bLlbZZk0Jl7iYCJrE9U
23