Anda di halaman 1dari 23

A.

ANALISIS MASALAH
1. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia yang dimulai sejak 1
Januari Tahun 2014 telah memberikan andil yang besar terhadap reformasi
system pelayanan dan pembiayaan kesehatan di Indonesia. Sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang, JKN diharapkan secara bertahap dapat menjadi
tulang punggung untuk mencapai Universal Health Coveragedi Tahun 2019.
Hingga saat ini telah banyak dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan
mengevaluasi program JKN yang diharapkan dapat memberi masukan dalam
upaya perbaikan kedepan.
Selanjutnya, faktor penyebab masalah dalam JKN dikategorikan ke
dalam prinsip 6M + 2T + 1I (Man, Machine, Method, Material, Media, Money,
Time,Technology dan Information). Man adalah aspek sumber daya manusia
yang berpotensi menyebabkan masalah, terdiri dari lemahnya pengetahuan,
kurang keterampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, kurangnya
motivasi, dan lain-lain. Machine (Mesin, peralatan, infrastruktur) merupakan
aspek peralatan, mesin maupun dan infrastruktur yang berpotensi menjadi akar
penyebab masalah. Methods (Metode dan prosedur) terkait dengan metode dan
prosedur kerja. Misalnya metode dan prosedur yang harus dijalankan untuk
mendapatkan kartu kepesertaan jaminan kesehatan nasional, berbagai penyebab
masalah yang potensial antara lain prosedur tidak ada, tidak jelas, sulit
dipahami, prosedur yang kurang disosialisasikan dan lain-lain. Materials
(Material bahan baku utama, bahan baku penolong) berkaitan dengan
ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang terkait dengan
akar masalah, apabila berkaitan dengan barang maka berhubungan dengan
aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap,
kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran dan spesifikasi tidak standar.
Market berkaitan dengan sasaran suatu program atau kegiatan di suatu wilayah
kerja tertentu. Money (uang dan finansial) berkaitan dengan aspek keuangan
dan finansial yang belum mendukung dan mantap, misalnya keterbatasan dan
ketidaktersediaan anggaran. Time berkaitan dengan waktu yang digunakan
untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Technology yakni teknologi yang
digunakan untuk menunjang suatu kegiatan atau pencapaian program.
Information berkaitan dengan penyampaian informasi dan kemudahan akses
masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan. Informasi didukung oleh
kelengkapan media yang digunakan dan diperbarui secara berkala (Kurniawati,
2018).
Faktor penyebab masalah dalam JKN dianalisis dari segi Man yaitu
peserta banyak yang tidak tahu jika sudah memiliki BPJS, peserta telat atau
bahkan tidak membayar iuran, sasaran tidak sesuai, petugas belum maksimal
dalam mengoperasikan computer, pelayanan kurang maksimal, petugas
pendaftaran kurang, dan petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan.
Dari segi dana atau anggaran yaitu penghasilan yang tidak tetap,
anggaran dari pemerintah tidak seluruhnya terealisasikan dengan maksimal dan
tidak membayar iuran secara tertib. Dari segi sarana dan alat, yaitu tidak semua
computer dapat dioperasikan dengan baik. Selain itu, dari segi metode berupa
tidak semua NIK peserta BPJS tidak terdaftar disistem pencatatan dan
pelaporan BPJS.Dari segi lingkungan berupa pekerjaan yang tidak menentu dan
yang terakhir dari segi proses masih rendahnya keikutsertaan masyarakat untuk
mengikuti BPJS.
Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah kerja dari BPJS
Kesehatan Kantor Cabang Utama Semarang. Cakupan peserta JKN di
Kabupaten Semarang pada tahun 2015 sebanyak 472.195 jiwa (47,2%), dengan
jumlah peserta non PBI 188.786 jiwa (18,9%) dan peserta PBI 283.409 jiwa
(28,3%). Dari jumlah peserta non PBI, yang merupakan peserta mandiri yaitu
47.819 jiwa (10,1%). Sedangkan cakupan pada tahun 2016 sebanyak 601.830
jiwa (59,3%), dengan jumlah peserta non PBI 277.010 jiwa (27,3%) dan peserta
PBI 324.820 jiwa (32%). Dari jumlah peserta non PBI, yang merupakan peserta
mandiri yaitu 55.062 (9,1%) (BPS, 2016). Meskipun jumlah peserta JKN
meningkat dari tahun 2015 sampai pada tahun 2016, namun masih terdapat
412.368 penduduk (41,7%) yang belum menjadi peserta JKN. Kecamatan
Ungaran Barat merupakan kecamatan dengan cakupan kepesertaan JKN
terendah di Kabupaten Semarang. Cakupan peserta JKN di Kecamatan Ungaran
Barat baru berjumlah 28.673 jiwa (36,9%) dari keseluruhan jumlah penduduk
dengan peserta PBI 9803 jiwa (12,6%) dan peserta non PBI 18.870 jiwa
(24,3%). Dari jumlah peserta non PBI yang merupakan peserta mandiri
berjumlah 3.978 jiwa (5,1%) (BPJS Kesehatan Cabang Ungaran, 2016).
Jika dibandingkan dengan Kecamatan Bergas yang mempunyai jumlah
penduduk 71.411 jiwa, cakupan peserta di Bergas sudah mencapai 34.043
penduduk (47,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa cakupan peserta JKN di
Kecamatan Ungaran Barat masih rendah jika dibandingkan dengan kecamatan
lain yang ada di Kabupaten Semarang.
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah setiap orang,
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia,
yang telah membayar iuran, meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (PBI) yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan
peserta sesuai ketentuan peraturan perundangundangan dan peseta Bukan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yaitu peserta yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta Non PBI Mandiri
meliputi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Ungaran, Titus Sri Hardianto,
menjabarkan, hingga 30 Juni 2018 jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di Kabupaten Semarang telah mencapai
698.514 jiwa atau 69,05 persen dari total penduduk yang ada. Sementara
jumlah peserta dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU), tercatat sebanyak
210.168 orang pekerja dan anggota keluarga Badan Usaha telah terdaftar.
2. Skoring Masalah
No Daftar Kriteria dan bobot maksimum PEARL NPT Prioritas
masalah A B C NPD Masalah
Besar Kegawatan Kemudahan
1 Man 7 7 6 (7+7)x6 11111 420 I
= 84
2 Dana/ 7 6 6 (7+6)x6 11111 390 II
anggaran =78
3 Sarana 6 5 5 (6+5)x5 11111 275 III
dan alat = 55
4 Metode 5 5 5 (5+5)x5 11111 250 IV
= 50
5 Lingkun 5 4 4 (5+4)x4 11111 180 V
gan = 36
6 Proses 4 3 3 (4+3)x3 11111 105 VI
= 21
3. Fishbone
1. Peserta banyak yang tidak tahu jika sudah memiliki BPJS
2. Peserta telat/tidak membayar iuran
3. Sasaran tidak sesuai
4. Petugas belum maksimal dalam mengoperasikan
computer
Manusia 5. Pelayanan kurang maksimal
Sarana dan Alat 6. Petugas pendaftaran kurang
Lingkungan 7. Petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan

Jaminan
Kesehatan
Nasional (JKN)

Proses Metode Dana / Anggaran


B. Analisis Situasi
1. Analisis Teori
Teori dari panduan Kemenkes RI, 2014 Pelayanan JKN rendah
disebabkan oleh persepsi masyarakat yang mengganggap jika berobat
menggunakan JKN, maka pelayanan akan dibedakan/pelayanan dari tenaga
kesehatannya kurang maksimal. Ketersediaan obat yang diberikan masih
kurang/dibatasi. Selain itu semakin banyak aturan dari JKN semakin
mempersulit masyarakat, sehingga kurangnya keikutsertaan dalam JKN, seperti
banyaknya syarat yang harus dikumpulkan oleh peserta JKN ketika
menggunakan layanan JKN, pasien hanya diperbolehkan untuk mendapat
pelayanan kesehatan dirumah sakit yang dirujuk pihak JKN. Proses pendaftaran
untuk melakukan pemeriksaan terlalu panjang (Kemenkes, 2014).

2. Analisis Jurnal
a. Berdasarkan hasil analisis jurnal oleh Nurhayati (2016) tentang Kendala
Pelaksanaan Program JKN Terkait Penerimaan Pasien, Pengolahan Data
Medis, Pelaporan, Dan Pendanaan JKN di Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta. Didapati bahwa tidak semua petugas dapat menggunakan
komputer dengan baik sehingga data pasien JKN yang di entry tidak
maksimal, waktu yang digunakan untuk mendapat pasien JKN terlalu lama,
maka waktu pelayanannya juga semakin lama. Data medis pasien JKN
harusnya di entry kedalam P-Care dan SIMPUS namun tidak semua data
pasien JKN dapat di entry. Pendanaan Program JKN untuk pasien non
kapasitas belum berjalan serta belum adanya anggaran untuk memperbaiki
keterbatasan daya listrik yang ada di Puskesmas Gondokusuman II dan
anggaran untuk intergrasi P-care dan SIMPUS.
b. Analisis Jurnal dari Baby Silvia Putri dan Lindawati Kartika, 2017
Permasalahan yang dialami dokter Rumah Sakit Hermina Bogor selain
mengenai kompensasi yang minim yaitu peraturan pemberian obat generik
pada pasien JKN. Ini menjadi salah satu kendala dokter dalam memberikan
obat diluar obat generik. Permasalahan lainnya adalah meskipun banyaknya
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Hermina Bogor, namun dengan
status rumah sakit swasta yang melekat pada Rumah Sakit Hermina Bogor
menjadikan banyak pasien yang ingin memanfaatkan program JKN pada
program ini. Berdasarkan informasi koordinator dokter BPJS di Rumah Sakit
Hermina Bogor, banyak pasien yang datang ke rumah sakit Hermina Bogor
walaupun dengan penyakit yang ringan karena untuk memanfaatkan iuran
dan tidak melakukan rujukan seperti yang sudah ditetapkan pada prosedur
program JKN. Kepuasan atau tidak puas terhadap program JKN dirasakan
oleh dokter sebagai pihak yang menangani langsung pasien sebagai fasilitas
kesehatan tingkat lanjut untuk pasien setelah mendapatkan rujukan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. Berdasarkan analisis jurnal Desi Hanggono Rarasati, 2017 dalam
menetapkan iuran premi asuransi pertama kali didasarkan pada Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2013. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi
perubahan kedua terhadap kebijakan iuran tarif premi asuransi tersebut.
Perubahan kebijakan tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 19
Tahun 2016, yakni besarnya iuran tarif yang ditetapkan menjadi Rp 80.000
pada kelas I, Rp 51.000 pada kelas II, dan Rp 30.000 pada kelas III. Berawal
dari adanya perubahan kebijakan iuran premi inilah yang menuntut pihak-
pihak penyelenggara maupun penyedia pelayanan kesehatan untuk mampu
memberikan fasilitas kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Namun
sayangnya, usaha pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan tidak diimbangi dengan adanya
pembenahan sumber daya manusia dan peralatan medis yang mendukung.
Keterbatasan peralatan medis inilah yang menimbulkan terjadinya praktik
pembatasan pelayanan kesehatan. Dengan terjadinya praktik pembatasan
pelayanan kesehatan tersebut, masyarakatlah yang dirugikan.
3. Analisis Observasi Lapangan
Menurut observasi lapangan yang pernah dialami oleh kelompok bahwa:
a. Penjaga loket/penjaga pendaftaran tidak mengerti mengoprasikan komputer
b. Dari masyrakat sebenarnya sudah terdftar anggota BPJS namun terkadang
masyrakat belum mengetahuinya.
c. Jika ada masyarakat berpindah domisili tidk dapat menggunkan BJS
ditempat yang baru.
d. Jika masyarakat melakukan pemeriksan tidak membawa kartu BPJS tidak
dilayani di fasilitas kesehatan

4. Kebijakan/Program yang Berjalan


a. Sejarah BPJS
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
merupakan Badan Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan jaminan Kesehatan
Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat
biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama
Jamsostek ) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember
2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan juga dibentuk dengan modal awal dibiayai dari
APBN dan selanjutnya memiliki kekayaan tersendiri yang meliputi aset
BPJS Kesehatan dan aset dana jaminan sosial dari sumber-sumber
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. Kewenangan BPJS
Kesehatan meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewakili
Indonesia atas nama negara dalam hubungan dengan badan-badan
Internasional. Kewenangan ini merupakan karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan badan hukum maupun lembaga negara lainnya. Maka dari
itu, BPJS Kesehatan merupakan salah satu bentuk Badan Hukum Milik
Negara (BHMN), sehingga pelaksanaan tugasnya dipertanggungjawabkan
kepada Presiden sebagai kepala pemerintahan negara. BPJS Kesehatan
sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT
Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang
BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal
1 Januari 2014.
Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah kartu identitas peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan. Penggantian kartu BPJS Kesehatan menjadi KIS
dimulai 1 Maret 2015.
b. Prosedur Pendaftaran Peserta JKN
Pendaftaran peserta JKN ditentukan berdasarkan kategori peserta
1) Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI Pendataan Fakir Miskin
dan Orang Tidak mampu yang menjadi peserta PBI dilakukan oleh
lembaga yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan di bidang statistik
(Biro Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian
Sosial. Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga
terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang mengintegrasikan
program Jamkesda ke program JKN.
2) Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU
a) Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta
anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan:
(1) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya
(2) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai format
yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.
(3) Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account
(VA) untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja
sama (BRI/Mandiri/BNI)
(4) Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri
oleh Perusahaan / Badan Usaha.
3) Pendaftaran Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah / PBPU dan
Bukan Pekerja
a) Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja
(1) Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS
Kesehatan
(2) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan melampirkan
Fotokopi Kartu Keluarga (KK), Fotokopi KTP/Paspor, dan
Pasfoto 3 x 4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota keluarga
menunjukkan Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akte Kelahiran.
(3) Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor Virtual
Account (VA)
(4) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama
(BRI/Mandiri/BNI)
(5) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan
untuk dicetakkan kartu JKN.
(6) Pendaftaran selain di Kantor BPJS Kesehatan, dapat melalui
Website BPJS Kesehatan
b) Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum
(Pensiunan BUMN/BUMD)
Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh
entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui
entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan
formulir migrasi data peserta.
c. Penambahan Anggota Keluarga PPU
Iuran JKN bagi peserta Pekerja Penerima Upah /PPU adalah sebesar
4,5% dari Gaji/Upah Pekerja (4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5%
dibayar oleh Pekerja.). Iuran tersebut menanggung maksimal 5 orang
anggota keluarga, terdiri dari pekerja, suami/ istri, anak kandung/ anak tiri/
dan atau anak angkat yang sah dari pekerja. Jika pekerja ingin
mengikutsertakan anak ke-4 dan seterusnya, orangtua, mertua, dan kerabat
lainnya maka harus mengikuti persyaraa berikut :
1) Penambahan anggota keluarga yang meliputi anak ke-4, dan seterusnya,
orang tua dan mertua, dikenakan tambahan iuran sebesar 1% dari
gaji/upah untuk setiap orang anggota tambahan.
2) Penambahan kerabat lainnya seperti kakak, adik, paman, bibi, asisten
rumah tangga, driver dan lain-lain, dengan membayar iuran secara
nominal sesuai kelas perawatan yang dipilih, yaitu:
a) Kelas I Rp.59.500,-/orang/bulan
b) Kelas II Rp.42.500 /orang/bulan
c) Kelas III Rp. 25.500,-/ orang/bulan
Berikut adalah cara mendaftarkan anggota keluarga tambahan :
1) Pendaftaran secara kolektif dari Perusahaan
a) Pekerja memberikan surat kuasa pemotongan gaji kepada pemberi
kerja untuk penambahan iuran bagi anggota keluarga tambahan kepada
BPJS Kesehatan.
b) Perusahaan mengumpulkan data anggota keluarga tambahan untuk
didaftarkan kepada BPJS Kesehatan sesuai Surat Kuasa.
2) Perusahaan akan mendaftarkan secara kolektif dan akan memotong gaji
sebesar 1% per anggota keluarga tambahan, dibayar melalui Virtual
Account Perusahaan tersebut.
3) Pendaftaran secara perorangan oleh pekerja
a) Anggota keluarga tambahan didaftarkan secara perorangan oleh
pekerja
b) Penanggung jawab perusahaan dapat membantu pendaftaran awal
c) Masing-masing anggota keluarga tambahan akan mendapatkan Virtual
Account dengan besaran iuran secara nominal sesuai kelas perawatan
yang dipilih
Jika masing-masing anggota keluarga berdomisili di daerah berbeda
setiap peserta dan anggota keluarga dapat memilih fasilitas kesehatan tingkat
I sesuai domisili masing-masing dan akan mendapat kartu peserta / e-ID
untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai ketentuan.
d. Persyaratan menjadi peserta
Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah bekerja
di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini
sesuai pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya
sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja
pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada
BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan
kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung
pemerintah melalui program Bantuan Iuran. Menjadi peserta BPJS tidak
hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja informal.
Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja
wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan
manfaat yang diinginkan.
Peserta BPJS Kesehatan yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Jika
Peserta tidak menyetujui syarat ketentuan ini, Peserta tidak diperkenankan
menggunakan Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan kapan
pun dapat mengubah syarat dan ketentuan penggunaan Layanan Pendaftaran
BPJS Kesehatan yang akan berlaku kepada seluruh pengguna Website
Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan. Syarat dan Ketentuan :
1) Pengguna Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan harus memiliki usia
yang cukup secara hukum untuk melaksanakan kewajiban hukum yang
mengikat dari setiap kewajiban apapun yang mungkin terjadi akibat
penggunaan Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan
2) Mengisi dan memberikan data dengan benar dan dapat
dipertanggungjawabkan,
3) Mendaftarkan diri dan anggota keluarganya menjadi peserta BPJS
Kesehatan.
4) Membayar iuran setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh)
setiap bulan
5) Melaporkan perubahan status data peserta dan anggota keluarga,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan fasilitas kesehatan, susunan
keluarga/jumlah peserta, dan anggota keluarga tambahan
6) Menjaga identitas peserta (Kartu BPJS Kesehatan atau e ID) agar tidak
rusak, hilang atau dimanfaat oleh orang yang tidak berhak
7) Melaporkan kehilangan dan kerusakan identitas peserta yang diterbitkan
oleh BPJS Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
8) Menyetujui membayar iuran pertama paling cepat 14 (empat belas) hari
kalender dan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah
menerima virtual account untuk mendapatkan hak dan manfaat jaminan
kesehatan
9) Menyetujui mengulang proses pendaftaran apabila :
a) Belum melakukan pembayaran iuran pertama sampai dengan 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak virtual account diterima; atau
b) Melakukan perubahan data setelah 14 (empat belas) hari kalender
sejak virtual account diterima dan belum melakukan pembayaran iuran
pertama
c) Menyetujui melakukan pencetakan e-id sebagai identitas peserta
d) Perubahan susunan keluarga dapat dilakukan di Kantor Cabang BPJS
Kesehatan terdekat
e. Pembayaran Iuran JKN
Peserta JKN membayar iuran ke nomor Virtual Account (VA)
melalui Bank yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, yaitu
BRI/Mandiri/BNI. Dalam ketentuan pembayaran iuran JKN setiap bulannya
Peserta JKN (Pekerja Penerima Upah/PPU, Pekerja Bukan Penerima
Upah/PBPU dan Bukan Pekerja) wajib membayar iuran ke BPJS Kesehatan
paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Apabila tanggal 10 jatuh pada hari
libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya.
Jika peserta JKN terlambat membayar iuran maka akan dikenakan sanki
sebagai berikut :
1) Untuk kepesertaan PPU, Pemberi Kerja dikenakan denda administratif
sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak. Penjaminan akan
dihentikan sementara jika keterlambatan pembayaran Iuran lebih dari 3
bulan.
2) Bagi peserta PBPU dan Bukan Pekerja dikenakan denda keterlambatan
sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak. Penjaminan akan
dihentikan sementara jika keterlambatan pembayaran Iuran lebih dari 6
bulan.

Sebaliknya jika peserta kelebihan dalam membayar iuran maka BPJS


Kesehatan akan menghitung kelebihan atau kekurangan Iuran Jaminan
Kesehatan sesuai dengan besaran iuran yang menjadi kewajiban peserta.
Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan
pembayaran iuran bulan berikutnya.
f. Mekanisme Rujukan
1) Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a) Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b) Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c) Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2) Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di
faskes tersier.
3) Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi:
a) Terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti
ketentuan yang berlaku
b) Bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
c) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d) Pertimbangan geografis; dan
e) Pertimbangan ketersediaan fasilitas
4) Pelayanan oleh bidan dan perawat
a) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecualidalam
kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
5) Rujukan Parsial
a) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
Faskes tersebut.
b) Rujukan parsial dapat berupa:
(1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
(2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

C. Analisis Stakeholder
1. Pemerintah
Dalam proses pelaksanaan program “Tamade” yang terlibat yaitu dari
pihak puskesmas dimana puskesmas berfungsi untuk memberikan dukungan
dan mensosialisasikan kepada masyarakat sebagai upaya untuk mensukseskan
pelaksanaan program “Tamade”.
2. Non Pemerintah (Masyarakat)
Kepala desa adalah pihak yang paling berpengaruh dalam mensukseskan
pelaksanaan program “Tamade” dimana tugas kepala desa adalah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat tentang siapa yang akan menjadi bendahara
program, bekerjasama dengan kader desa untuk mendata peserta yang aktif
dalam program JKN (BPJS). Diharapkan juga dari pihak terkait dapat
merangkul masyarakat untuk ikut serta dalam kepesertaan program JKN dengan
mengutarakan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat sebagai
peserta JKN.

D. Analisis Implementasi Kebijakan


1. Proses Yang Sudah Terjadi Seperti apa
Pelayanan untuk pengurusan kepesertaan PBI Sebenarnya pihak dari
BPJS Kesehatan hanya menerima laporan pendataan yaitu data yang memuat
masyarakat tidak mampu atau fakir miskin yang tergolong menjadi peserta PBI.
Yang bertanggung jawab mengenai pendataan mulai dari RT,RW,Kelurahan,
Kecamatan, Dinas Sosial (Daerah), Dinas Sosial (Provinsi) dan Kementerian
Sosial, kemudian diserahkan kepada Kementerian Kesehatan untuk ditetapkan
anggarannya, jadi yang mendata Kementerian Sosial dan yang menetapkan
anggaranya Kementerian Kesehatan, lalu Kementerian Kesehatan
mengintegrasikan atau disetorkan ke BPJS Kesehatan untuk dikelola datanya
dan dicetakkan kartunya agar dapat diakses, sehingga adanya perjanjian
kerjasama antara Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan dan BPJS
Kesehatan Pusat.
Program bagi peserta PBI salah sasaran maka yang bertanggungjawab
bukanlah pihak dari BPJS Kesehatan melainkan Dinas Sosial yang bertanggung
jawab atas pendataan. Pihak BPJS hanya sebatas mencetakkartu,
mendistribusikan, memberi dan menjamin pelayanannya sesuai dengan
prosedur.
Beberapa pasien dari masyarakat miskin pemegang kartu JKN-KIS
masih mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Keluhan tersebut antara lain yaitu
terkait dengan pelayan administrasi, perawat, dokter, sarana, dan prasarana,
obat, biaya dan layanan rumah sakit lainnya. Berdasarkan hasil wawancara
adapun beberapa peserta JKN-KIS yang ditolak rumah sakit dengan alasan
tidak ada surat rujukan terlebih dahulu dari klinik maupun dari Puskesmas.

2. Monitoring
a. Kendala pelaksaan JKN dari segi Man
1) Petugas penerimaan pasien masih ada yang belum bisa mengoperasikan
komputer.
2) Petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan
3) Petugas penerimaan pasien salah mengidentifikasikan jenis kepesertaan
pasien JKN
4) Petugas pendaftaran kurang
5) Petugas pengolahan data medis mendapat tugas di luar puskesmas
6) Petugas pengolahan data medis kesulitan menentukan kode diagnosis
penyakit pasien JKN.
7) SDM puskesmas belum sepenuhnya mengetahui tata cara pendanaan JKN
secara nonkapitasi.
b. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Materials
Dalam kartu BPJS Mandiri sudah tertera fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat pasien terdaftar. Namun, untuk kartu Jamkesmas dan Kartu
Askes belum tertera fasilitas kesehatan tingkat pertama tampat pasien
terdaftar. Petugas harus mengecek fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat
pasien Jamkesmas dan Askes melalui P-Care.
c. Kendala pelaksanaan program JKN dari segi machines
1) P-Care error
2) Komputer yang tidak bisa dioperasikan karena keterbatasan listrik
3) SIMPUS belum sepenuhnya bisa digunakan untuk pembuatan laporan
kunjungan, khususnya pasien BPJS Mandiri
4) Belum terintegrasinya P-Care dengan SIMPUS
d. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Methods
1) Double entry data pasien JKN ke dalam P-Care dan SIMPUS
2) Belum adanya PKIK mengenai pelaksanaan JKN secara rinci.
e. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Markets
Kurang pahamnya pasien mengenai prosedur pelayanan pasien JKN.
pada saat mendapat kartu Jamkesmas, pasien tersebut hanya diarahkan untuk
membawa kartu Jamkesmas yang dimiliki untuk periksa di manapun dan
tidak mendapat informasi bahwa peserta JKN harus berobat sesuai dengan
fasilitas kesehatan tempat pasien terdaftar
f. Kendala yang muncul dari segi Money
Untuk pasien non kapasitas belum berjalan serta belum adanya
anggaran untuk memperbaiki keterbatasan daya listrik yang ada di
Puskesmas dan anggaran untuk intergrasi P-care dan SIMPUS. Hal ini
menyebabkan pengecekkan kepesertaan, entry data sosial dan entry data
pelayanan pasien JKN tidak bisa dilakukan. Dalam permasalahan P-Care
error, Puskesmas Gondokusuman II melapor kepada kantor BPJS Kesehatan
dan diketahui bahwa P-care error karena server down

3. Evaluasi
Sasaran dari program JKN ialah seluruh masyarakat dengan indikator
cakupan paling sedikit 95%, namun pada tahun 2017 baru tercatat sekitar
72,9%, pada tahun 2018 tercatat jumlah peserta mencapai 75,1%. Jika ingin
mencapai cakupan 100% maka masih tersisa 64.328.247 juta orang lagi.
E. Formulasi Kebijakan Baru
1. Nama Program
Tabungan Masa Depan

2. Teknis
Tabungan masa depan dilaksanakan di setiap desa untuk mempermudah
masyarakat dalam pembayaran iuran bulanan dengan tata cara sebagai berikut:
a. Kepala desa memberi saran serta ijin kepada kepala puskesmas setempat
untuk menjalankan program baru (TaMaDe)
b. Setelah mendapatkan ijin dari kepala Puskesmas, kepala desa memberi tahu
warga tentang program yang akan di jalankan
c. Kepala desa di dampingi kepala puskesmas memilih salah satu anggota
masyarakat/staf kecamatan/staf puskesmas yang dipercayakan untuk
dijadikan pemegang tabungan (Bendahara) dengan persyaratan ahli dalam
perhitungsn.
d. Kepala desa dibantu oleh kader didesa tersebut untuk mendata seluruh
masyarakat yang tercatat aktif dalam penggunaan BPJS yang ada di tempat
tersebut untuk ikut dalam program Tabungan Masa Depan.
e. Kepala desa mensosialisasikan program kebijakan baru di dalam desanya.
Dimana kebijakan ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dalam
membayar iuran dan dapat membayar iuran tepat waktu sesuai jadwal yang
ditetapkan
f. Masyarakat yang terdaftar sebagai peserta diwajibkan untuk mengikuti
program tabungan masa depan tersebut
g. Masyarakat yang ikut dalam program tersebut harus patuh dalam
pembayaran iuran, jika pembayaran iuran terlambat dikenakan sanksi atau
denda sesuai dengan yang telah ditetapkan
h. Penarikan iuran tabungan masa depan dilakukan setiap minggu dengan
jumlah pembayaran sesuai dengan tingkat fasilitas kesehatan yang mereka
pilih. Tabungan ini ditabung di koperasi wilayah.
i. Setiap bulan tabungan masa depan tersebut dapat dicairkan dengan syarat
hanya untuk pembayaran iuran BPJS
j. Setiap pembayaran harus disertai dengan bukti pembayaran dan diserahkan
ke kepala desa atau anggota yang bertanggung jawab atas keuangan di
program tabungan masa depan.

3. Dasar Legalnya
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
c. Peraturan Menteri Kesehatan Reublik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nassional
F. Penutup
1. Kesimpulan
Pada kenyataannya, proses pelaksanaan JKN masih belum maksimal
dengan didapatkannya berbagai masalah mulai dari faktor man hingga money.
Berdasarkan berbagai penyebab masalah yang ditemukan dapat disimpulkan
bahwa prioritas masalah adalah dari factor man. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai komponen yang terlibat seperti pemerintah, petugas dan peserta. Mulai
dari kurangnya keikutsertaan masayarat dalam pelaksanaan program JKN
hingga kurangnya keahlian petugas dalam mengentry data peserta program.

2. Saran
Diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan program
dengan cara menjadi peserta dan mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh
JKN. Selain itu, kepada pemerintah dan petugas kesehatan diharapkan agar
dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan agar program JKN berjalan
maksimal dan sesuai target.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/15/Pendaftaran-
Peserta. Diakses pada tanggal 30 april 2019.

https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/20 diakses pada tanggal


30 april 2019

Kementrian Kesehatan RI. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: www.promkes.depkes.g.
diaksess pada tanggal 30 april 2019.

Anda mungkin juga menyukai