ANALISIS MASALAH
1. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia yang dimulai sejak 1
Januari Tahun 2014 telah memberikan andil yang besar terhadap reformasi
system pelayanan dan pembiayaan kesehatan di Indonesia. Sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang, JKN diharapkan secara bertahap dapat menjadi
tulang punggung untuk mencapai Universal Health Coveragedi Tahun 2019.
Hingga saat ini telah banyak dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan
mengevaluasi program JKN yang diharapkan dapat memberi masukan dalam
upaya perbaikan kedepan.
Selanjutnya, faktor penyebab masalah dalam JKN dikategorikan ke
dalam prinsip 6M + 2T + 1I (Man, Machine, Method, Material, Media, Money,
Time,Technology dan Information). Man adalah aspek sumber daya manusia
yang berpotensi menyebabkan masalah, terdiri dari lemahnya pengetahuan,
kurang keterampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, kurangnya
motivasi, dan lain-lain. Machine (Mesin, peralatan, infrastruktur) merupakan
aspek peralatan, mesin maupun dan infrastruktur yang berpotensi menjadi akar
penyebab masalah. Methods (Metode dan prosedur) terkait dengan metode dan
prosedur kerja. Misalnya metode dan prosedur yang harus dijalankan untuk
mendapatkan kartu kepesertaan jaminan kesehatan nasional, berbagai penyebab
masalah yang potensial antara lain prosedur tidak ada, tidak jelas, sulit
dipahami, prosedur yang kurang disosialisasikan dan lain-lain. Materials
(Material bahan baku utama, bahan baku penolong) berkaitan dengan
ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang terkait dengan
akar masalah, apabila berkaitan dengan barang maka berhubungan dengan
aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar, bahan baku tidak lengkap,
kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran dan spesifikasi tidak standar.
Market berkaitan dengan sasaran suatu program atau kegiatan di suatu wilayah
kerja tertentu. Money (uang dan finansial) berkaitan dengan aspek keuangan
dan finansial yang belum mendukung dan mantap, misalnya keterbatasan dan
ketidaktersediaan anggaran. Time berkaitan dengan waktu yang digunakan
untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Technology yakni teknologi yang
digunakan untuk menunjang suatu kegiatan atau pencapaian program.
Information berkaitan dengan penyampaian informasi dan kemudahan akses
masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan. Informasi didukung oleh
kelengkapan media yang digunakan dan diperbarui secara berkala (Kurniawati,
2018).
Faktor penyebab masalah dalam JKN dianalisis dari segi Man yaitu
peserta banyak yang tidak tahu jika sudah memiliki BPJS, peserta telat atau
bahkan tidak membayar iuran, sasaran tidak sesuai, petugas belum maksimal
dalam mengoperasikan computer, pelayanan kurang maksimal, petugas
pendaftaran kurang, dan petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan.
Dari segi dana atau anggaran yaitu penghasilan yang tidak tetap,
anggaran dari pemerintah tidak seluruhnya terealisasikan dengan maksimal dan
tidak membayar iuran secara tertib. Dari segi sarana dan alat, yaitu tidak semua
computer dapat dioperasikan dengan baik. Selain itu, dari segi metode berupa
tidak semua NIK peserta BPJS tidak terdaftar disistem pencatatan dan
pelaporan BPJS.Dari segi lingkungan berupa pekerjaan yang tidak menentu dan
yang terakhir dari segi proses masih rendahnya keikutsertaan masyarakat untuk
mengikuti BPJS.
Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah kerja dari BPJS
Kesehatan Kantor Cabang Utama Semarang. Cakupan peserta JKN di
Kabupaten Semarang pada tahun 2015 sebanyak 472.195 jiwa (47,2%), dengan
jumlah peserta non PBI 188.786 jiwa (18,9%) dan peserta PBI 283.409 jiwa
(28,3%). Dari jumlah peserta non PBI, yang merupakan peserta mandiri yaitu
47.819 jiwa (10,1%). Sedangkan cakupan pada tahun 2016 sebanyak 601.830
jiwa (59,3%), dengan jumlah peserta non PBI 277.010 jiwa (27,3%) dan peserta
PBI 324.820 jiwa (32%). Dari jumlah peserta non PBI, yang merupakan peserta
mandiri yaitu 55.062 (9,1%) (BPS, 2016). Meskipun jumlah peserta JKN
meningkat dari tahun 2015 sampai pada tahun 2016, namun masih terdapat
412.368 penduduk (41,7%) yang belum menjadi peserta JKN. Kecamatan
Ungaran Barat merupakan kecamatan dengan cakupan kepesertaan JKN
terendah di Kabupaten Semarang. Cakupan peserta JKN di Kecamatan Ungaran
Barat baru berjumlah 28.673 jiwa (36,9%) dari keseluruhan jumlah penduduk
dengan peserta PBI 9803 jiwa (12,6%) dan peserta non PBI 18.870 jiwa
(24,3%). Dari jumlah peserta non PBI yang merupakan peserta mandiri
berjumlah 3.978 jiwa (5,1%) (BPJS Kesehatan Cabang Ungaran, 2016).
Jika dibandingkan dengan Kecamatan Bergas yang mempunyai jumlah
penduduk 71.411 jiwa, cakupan peserta di Bergas sudah mencapai 34.043
penduduk (47,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa cakupan peserta JKN di
Kecamatan Ungaran Barat masih rendah jika dibandingkan dengan kecamatan
lain yang ada di Kabupaten Semarang.
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah setiap orang,
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia,
yang telah membayar iuran, meliputi peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan (PBI) yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan
peserta sesuai ketentuan peraturan perundangundangan dan peseta Bukan
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI) yaitu peserta yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta Non PBI Mandiri
meliputi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja.
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Ungaran, Titus Sri Hardianto,
menjabarkan, hingga 30 Juni 2018 jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di Kabupaten Semarang telah mencapai
698.514 jiwa atau 69,05 persen dari total penduduk yang ada. Sementara
jumlah peserta dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU), tercatat sebanyak
210.168 orang pekerja dan anggota keluarga Badan Usaha telah terdaftar.
2. Skoring Masalah
No Daftar Kriteria dan bobot maksimum PEARL NPT Prioritas
masalah A B C NPD Masalah
Besar Kegawatan Kemudahan
1 Man 7 7 6 (7+7)x6 11111 420 I
= 84
2 Dana/ 7 6 6 (7+6)x6 11111 390 II
anggaran =78
3 Sarana 6 5 5 (6+5)x5 11111 275 III
dan alat = 55
4 Metode 5 5 5 (5+5)x5 11111 250 IV
= 50
5 Lingkun 5 4 4 (5+4)x4 11111 180 V
gan = 36
6 Proses 4 3 3 (4+3)x3 11111 105 VI
= 21
3. Fishbone
1. Peserta banyak yang tidak tahu jika sudah memiliki BPJS
2. Peserta telat/tidak membayar iuran
3. Sasaran tidak sesuai
4. Petugas belum maksimal dalam mengoperasikan
computer
Manusia 5. Pelayanan kurang maksimal
Sarana dan Alat 6. Petugas pendaftaran kurang
Lingkungan 7. Petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan
Jaminan
Kesehatan
Nasional (JKN)
2. Analisis Jurnal
a. Berdasarkan hasil analisis jurnal oleh Nurhayati (2016) tentang Kendala
Pelaksanaan Program JKN Terkait Penerimaan Pasien, Pengolahan Data
Medis, Pelaporan, Dan Pendanaan JKN di Puskesmas Gondokusuman II
Yogyakarta. Didapati bahwa tidak semua petugas dapat menggunakan
komputer dengan baik sehingga data pasien JKN yang di entry tidak
maksimal, waktu yang digunakan untuk mendapat pasien JKN terlalu lama,
maka waktu pelayanannya juga semakin lama. Data medis pasien JKN
harusnya di entry kedalam P-Care dan SIMPUS namun tidak semua data
pasien JKN dapat di entry. Pendanaan Program JKN untuk pasien non
kapasitas belum berjalan serta belum adanya anggaran untuk memperbaiki
keterbatasan daya listrik yang ada di Puskesmas Gondokusuman II dan
anggaran untuk intergrasi P-care dan SIMPUS.
b. Analisis Jurnal dari Baby Silvia Putri dan Lindawati Kartika, 2017
Permasalahan yang dialami dokter Rumah Sakit Hermina Bogor selain
mengenai kompensasi yang minim yaitu peraturan pemberian obat generik
pada pasien JKN. Ini menjadi salah satu kendala dokter dalam memberikan
obat diluar obat generik. Permasalahan lainnya adalah meskipun banyaknya
pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Hermina Bogor, namun dengan
status rumah sakit swasta yang melekat pada Rumah Sakit Hermina Bogor
menjadikan banyak pasien yang ingin memanfaatkan program JKN pada
program ini. Berdasarkan informasi koordinator dokter BPJS di Rumah Sakit
Hermina Bogor, banyak pasien yang datang ke rumah sakit Hermina Bogor
walaupun dengan penyakit yang ringan karena untuk memanfaatkan iuran
dan tidak melakukan rujukan seperti yang sudah ditetapkan pada prosedur
program JKN. Kepuasan atau tidak puas terhadap program JKN dirasakan
oleh dokter sebagai pihak yang menangani langsung pasien sebagai fasilitas
kesehatan tingkat lanjut untuk pasien setelah mendapatkan rujukan dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. Berdasarkan analisis jurnal Desi Hanggono Rarasati, 2017 dalam
menetapkan iuran premi asuransi pertama kali didasarkan pada Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2013. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi
perubahan kedua terhadap kebijakan iuran tarif premi asuransi tersebut.
Perubahan kebijakan tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 19
Tahun 2016, yakni besarnya iuran tarif yang ditetapkan menjadi Rp 80.000
pada kelas I, Rp 51.000 pada kelas II, dan Rp 30.000 pada kelas III. Berawal
dari adanya perubahan kebijakan iuran premi inilah yang menuntut pihak-
pihak penyelenggara maupun penyedia pelayanan kesehatan untuk mampu
memberikan fasilitas kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Namun
sayangnya, usaha pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
khususnya dalam bidang kesehatan tidak diimbangi dengan adanya
pembenahan sumber daya manusia dan peralatan medis yang mendukung.
Keterbatasan peralatan medis inilah yang menimbulkan terjadinya praktik
pembatasan pelayanan kesehatan. Dengan terjadinya praktik pembatasan
pelayanan kesehatan tersebut, masyarakatlah yang dirugikan.
3. Analisis Observasi Lapangan
Menurut observasi lapangan yang pernah dialami oleh kelompok bahwa:
a. Penjaga loket/penjaga pendaftaran tidak mengerti mengoprasikan komputer
b. Dari masyrakat sebenarnya sudah terdftar anggota BPJS namun terkadang
masyrakat belum mengetahuinya.
c. Jika ada masyarakat berpindah domisili tidk dapat menggunkan BJS
ditempat yang baru.
d. Jika masyarakat melakukan pemeriksan tidak membawa kartu BPJS tidak
dilayani di fasilitas kesehatan
C. Analisis Stakeholder
1. Pemerintah
Dalam proses pelaksanaan program “Tamade” yang terlibat yaitu dari
pihak puskesmas dimana puskesmas berfungsi untuk memberikan dukungan
dan mensosialisasikan kepada masyarakat sebagai upaya untuk mensukseskan
pelaksanaan program “Tamade”.
2. Non Pemerintah (Masyarakat)
Kepala desa adalah pihak yang paling berpengaruh dalam mensukseskan
pelaksanaan program “Tamade” dimana tugas kepala desa adalah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat tentang siapa yang akan menjadi bendahara
program, bekerjasama dengan kader desa untuk mendata peserta yang aktif
dalam program JKN (BPJS). Diharapkan juga dari pihak terkait dapat
merangkul masyarakat untuk ikut serta dalam kepesertaan program JKN dengan
mengutarakan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat sebagai
peserta JKN.
2. Monitoring
a. Kendala pelaksaan JKN dari segi Man
1) Petugas penerimaan pasien masih ada yang belum bisa mengoperasikan
komputer.
2) Petugas masih membeda-bedakan dalam pelayanan
3) Petugas penerimaan pasien salah mengidentifikasikan jenis kepesertaan
pasien JKN
4) Petugas pendaftaran kurang
5) Petugas pengolahan data medis mendapat tugas di luar puskesmas
6) Petugas pengolahan data medis kesulitan menentukan kode diagnosis
penyakit pasien JKN.
7) SDM puskesmas belum sepenuhnya mengetahui tata cara pendanaan JKN
secara nonkapitasi.
b. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Materials
Dalam kartu BPJS Mandiri sudah tertera fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat pasien terdaftar. Namun, untuk kartu Jamkesmas dan Kartu
Askes belum tertera fasilitas kesehatan tingkat pertama tampat pasien
terdaftar. Petugas harus mengecek fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat
pasien Jamkesmas dan Askes melalui P-Care.
c. Kendala pelaksanaan program JKN dari segi machines
1) P-Care error
2) Komputer yang tidak bisa dioperasikan karena keterbatasan listrik
3) SIMPUS belum sepenuhnya bisa digunakan untuk pembuatan laporan
kunjungan, khususnya pasien BPJS Mandiri
4) Belum terintegrasinya P-Care dengan SIMPUS
d. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Methods
1) Double entry data pasien JKN ke dalam P-Care dan SIMPUS
2) Belum adanya PKIK mengenai pelaksanaan JKN secara rinci.
e. Kendala pelaksanaan JKN dari segi Markets
Kurang pahamnya pasien mengenai prosedur pelayanan pasien JKN.
pada saat mendapat kartu Jamkesmas, pasien tersebut hanya diarahkan untuk
membawa kartu Jamkesmas yang dimiliki untuk periksa di manapun dan
tidak mendapat informasi bahwa peserta JKN harus berobat sesuai dengan
fasilitas kesehatan tempat pasien terdaftar
f. Kendala yang muncul dari segi Money
Untuk pasien non kapasitas belum berjalan serta belum adanya
anggaran untuk memperbaiki keterbatasan daya listrik yang ada di
Puskesmas dan anggaran untuk intergrasi P-care dan SIMPUS. Hal ini
menyebabkan pengecekkan kepesertaan, entry data sosial dan entry data
pelayanan pasien JKN tidak bisa dilakukan. Dalam permasalahan P-Care
error, Puskesmas Gondokusuman II melapor kepada kantor BPJS Kesehatan
dan diketahui bahwa P-care error karena server down
3. Evaluasi
Sasaran dari program JKN ialah seluruh masyarakat dengan indikator
cakupan paling sedikit 95%, namun pada tahun 2017 baru tercatat sekitar
72,9%, pada tahun 2018 tercatat jumlah peserta mencapai 75,1%. Jika ingin
mencapai cakupan 100% maka masih tersisa 64.328.247 juta orang lagi.
E. Formulasi Kebijakan Baru
1. Nama Program
Tabungan Masa Depan
2. Teknis
Tabungan masa depan dilaksanakan di setiap desa untuk mempermudah
masyarakat dalam pembayaran iuran bulanan dengan tata cara sebagai berikut:
a. Kepala desa memberi saran serta ijin kepada kepala puskesmas setempat
untuk menjalankan program baru (TaMaDe)
b. Setelah mendapatkan ijin dari kepala Puskesmas, kepala desa memberi tahu
warga tentang program yang akan di jalankan
c. Kepala desa di dampingi kepala puskesmas memilih salah satu anggota
masyarakat/staf kecamatan/staf puskesmas yang dipercayakan untuk
dijadikan pemegang tabungan (Bendahara) dengan persyaratan ahli dalam
perhitungsn.
d. Kepala desa dibantu oleh kader didesa tersebut untuk mendata seluruh
masyarakat yang tercatat aktif dalam penggunaan BPJS yang ada di tempat
tersebut untuk ikut dalam program Tabungan Masa Depan.
e. Kepala desa mensosialisasikan program kebijakan baru di dalam desanya.
Dimana kebijakan ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dalam
membayar iuran dan dapat membayar iuran tepat waktu sesuai jadwal yang
ditetapkan
f. Masyarakat yang terdaftar sebagai peserta diwajibkan untuk mengikuti
program tabungan masa depan tersebut
g. Masyarakat yang ikut dalam program tersebut harus patuh dalam
pembayaran iuran, jika pembayaran iuran terlambat dikenakan sanksi atau
denda sesuai dengan yang telah ditetapkan
h. Penarikan iuran tabungan masa depan dilakukan setiap minggu dengan
jumlah pembayaran sesuai dengan tingkat fasilitas kesehatan yang mereka
pilih. Tabungan ini ditabung di koperasi wilayah.
i. Setiap bulan tabungan masa depan tersebut dapat dicairkan dengan syarat
hanya untuk pembayaran iuran BPJS
j. Setiap pembayaran harus disertai dengan bukti pembayaran dan diserahkan
ke kepala desa atau anggota yang bertanggung jawab atas keuangan di
program tabungan masa depan.
3. Dasar Legalnya
a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
c. Peraturan Menteri Kesehatan Reublik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nassional
F. Penutup
1. Kesimpulan
Pada kenyataannya, proses pelaksanaan JKN masih belum maksimal
dengan didapatkannya berbagai masalah mulai dari faktor man hingga money.
Berdasarkan berbagai penyebab masalah yang ditemukan dapat disimpulkan
bahwa prioritas masalah adalah dari factor man. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai komponen yang terlibat seperti pemerintah, petugas dan peserta. Mulai
dari kurangnya keikutsertaan masayarat dalam pelaksanaan program JKN
hingga kurangnya keahlian petugas dalam mengentry data peserta program.
2. Saran
Diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan program
dengan cara menjadi peserta dan mentaati aturan yang telah ditetapkan oleh
JKN. Selain itu, kepada pemerintah dan petugas kesehatan diharapkan agar
dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan agar program JKN berjalan
maksimal dan sesuai target.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.bpjskesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/15/Pendaftaran-
Peserta. Diakses pada tanggal 30 april 2019.