Anda di halaman 1dari 48

PENGELOLAAN LOGISTIK

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
LATAR BELAKANG

• Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009 menetapkan bahwa tujuan dari pelayanan kefarmasian
adalah " Tersedianya obat dan perbekalan Kesehatan yang bermutu, bermanfaat, terjangkau untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya". Hal tersebut diwujudkan oleh Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dalam sebuah misi yaitu "Terjaminnya
ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan bagi pelayanan
kesehatan‘’
• Surat edaran No. HK.02.03/D/III./823/2013, tanggal 27 Maret 2013 tentang alokasi pembiayaan
logistik program pengendalian HIV-AIDS dan IMS
• Sinkronisasi dan koordinasi pusat dan daerah

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP DAN PENANGGUNG JAWAB

Pengelolaan ARV, IO IMS dan BHP melingkupi :


a. Perencanaan dan Pengadaan Obat ARV, IO IMS dan BHP
b. Penyimpanan dan Distribusi Obat ARV, IO IMS dn BHP
c. Pencatatan dan Pelaporan Obat ARV, IO IMS dan BHP
d. Supervisi dan Evaluasi ARV

Penanggung Jawab
Pengelola Program dan Pengelola Farmasi di tingkat Layanan, Dinkes Kab/Kota dan Dinkes Provinsi.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN DAN PENGADAAN ARV, IO IMS DAN BHP

Tujuan dan Sasaran


a. Tersusunnya rencana kebutuhan dan jadwal pengadaan secara tepat waktu untuk Pelayanan
Kesehatan Dasar .
b. Tercapainya penggunaan alokasi dana obat dan perbekalan Kesehatan untuk secara berdaya
guna dan berhasil guna.
c. Terlaksananya pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan
d. Terjaminnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di semua Unit Layanan Kesehatan.
e. Terlaksananya Perencanaan dan Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan Unit Layanan Kesehatan.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN DAN PENGADAAN ARV

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN KEBUTUHAN ARV DI TINGKAT
PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA

• Untuk tahap 1 dan tahap 2, perencanaan obat dilakukan oleh Subdit HIV AIDS berkoordinasi dengan
Direktorat Tata Kelola Oblik dan berdasarkan rekomendasi Panli.

• Estimasi kebutuhan perencanaan yang dibuat harus dapat memenuhi kebutuhan sampai pengadaan
tahun berikutnya.

• Metode perhitungan menggunakan metode kombinasi (konsumsi dan morbiditas). Konsumsi


berdasarkan jumlah obat yang diberikan di layanan ARV. Morbiditas berdasarkan rejimen
pengobatan dan panduan pengobatan dan jumlah ODHA On ART saat ini dan target ODHA on ART
sampai akhir periode kuantifikasi.

• Menggunakan konsensus demand hasil rata-rata/proporsional data morbiditas dan data konsumsi.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN KEBUTUHAN ARV DI TINGKAT
PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA

Data Dalam Perencanaan Kebutuhan Obat ARV


1. Estimasi ODHA berdasarkan RAN HIV tahun 2015-2019 Untuk tahun 2016 dan 2017 adalah
97.586 dan 148.269. Data ODHA on ART secara nasional per Desember 2015 adalah 63.066.
2. Menghitung estimasi ODHA on ART di Provinsi . Perhitungan diperoleh dari Proporsi ODHA on ART
di Provinsi dibandingkan seluruh ODHA on ART dikali Estimasi ODHA on ART nasional. Contoh :
Estimasi ODHA on ART Nasional tahun 2016 adalah 97. 586 sedangkan Proporsi ODHA on ART di
Provinsi Jawa Barat adalah 10% dari nasional, maka estimasi ODHA on ART di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2016 adalah 9.759 orang.
3. Data rejimen pengobatan seluruh pasien data ODHA on ART yang dilaporkan dalam LBPHA
minimal 6 bulan terakhir.
4. Data pengeluaran obat di layanan ARV untuk periode minimal 6 bulan terakhir

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN KEBUTUHAN ARV DI TINGKAT
PROVINSI, KABUPATEN/ KOTA

Tahap 3 : Penghitungan Kebutuhan ARV


1. Mengupdate data base jumlah pasien rejimen dan data pengeluaran obat rumah sakit per bulan per rumah sakit. Sumber
data: Laporan bulanan dari masing- masing rumah sakit.
2. Melakukan statistical forecasting menggunakan formula yang ada dalam excel. Periode data yang diambil kebelakang
variatif, dapat menggunakan selang data 3 bulan atau 6 bulan. Formula ini merupakan model dari forecasting yang
digunakan dimana model tersebut merepresentasikan berbagai macam model statistical. Model yang digunakan dan dapat
diakomodasi oleh excel terdiri dari: moving average, constant atau regresi linear.
3. Menkonversikan jumlah pasien data rejimen ke jenis obat sediaan yang ada. Hasil konversi divalidasi kembali apakah
sesuai dengan jumlah pasien yang dikonversikan menjadi obat. Menambahkan impactor ke data yang telah dikonversikan.
Impactor merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah pasien yang telah diestimasi. Impactor yang ditambahkan adalah
jumlah target pasien yang dimiliki oleh Subdit HIV AIDS dan PIMS. Target yang digunakan sampai saat ini berdasarkan RAN
HIV tahun 2015-2019.
4. Membandingkan target yang dimiliki dibandingkan dengan hasil estimasi. Gap dari keduanya akan ditambahkan secara
proporsional pada setiap bulan yang diestimasi. Gap ini ditambahkan pada rejimen pasien lini 1.
5. Menghitung baseline Final dengan pembobotan dan penambahan imfactor sebagai dasar dalam penentuan total
kebutuhan obat ARV

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PROSES PENGHITUNGAN ARV

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
Perhitungan ARV Di Tingkat UPK

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN KEBUTUHAN ARV DI TINGKAT FASYANKES

1. Perencanaan obat ARV di Fasyankes dilakukan setiap bulan berdasarkan jumlah pasien
dengan perhitungan:
Stok untuk 1 bulan ditambah buffer stok untuk 2 bulan
2. Jumlah Kebutuhan Obat ARV = jumlah pasien x 3 (bulan stok)

3. Jumlah Order = Jumlah kebutuhan - stok yang ada (sisa stok)

4. Perencanaan kebutuhan juga mempertimbangkan: Sisa stok yang ada, perkiraan


jumlah pasien reaktif HIV yang segera akan memulai ARV, pasien transit lebih dari 1
bulan, pasien profilaksis dan kebutuhan di layanan satelit ARV bagi layanan ARV
pengampu.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENGADAAN OBAT ARV

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan no. 1190/MENKES/SK/X/2004 TENTANG


Pemberian Gratis Obat OAT dan ARV untuk HIV AIDS , obat ARV gratis diberikan kepada
ODHA yang tercatat dalam Pencatatan dan Pelaporan di setiap Fasyankes.
Pengadaan Obat ARV hanya bisa dilakukan oleh Pusat dengan dana APBN dan dana hibah.
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kota serta Fasyankes harus mengajukan
permintaan ke Pusat untuk memenuhi kebutuhan pasien ODHA di masing-masing wilayah.
Pengadaan dilakukan oleh Bina Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
berdasarkan perhitungan kebutuhan dan forecasting yang dilakukan oleh Subdit HIV AIDS dan
PIMS.
Pengadaan dilakukan setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sampai pengadaan tahun
selanjutnya.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT IO IMS

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN OBAT IMS

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PROSES PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT IMS

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PROSES PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT IMS

1. Menghitung Jumlah Pasien untuk setiap kategori penyakit IMS. Misal GO. Perhitungannya memperhitungkan prevalensi
penyakit GO di masing-masing populasi.
Contoh :
a. Jumlah Prevalensi GO di Populasi HIV Positip = (104.000 x 23%) = 23.920
b. Jumlah Prevalensi GO di Populasi WPS = (1200 x 38%) = 456
c. Jumlah Prevalensi GO di Populasi LSL = (1300 x 21%) = 273
d. Jumlah Prevalensi GO di Populasi Waria = (2000 x 29%) = 580
e. Jumlah Prevalensi GO di Populasi LBT = (1500 x 0%) = 0
f. Jumlah Prevalensi GO di Populasi IDU = (1000 x 0%) = 0
g. Maka jumlah pasien GO adalah (23.920+456+273+580+0+0) = 25.229
2. Menghitung Jumlah Pasien GO yang diobati. Perhitungannya dari Jumlah Pasien GO dikali target prosentase yang diobati.
Contoh :
Jumlah Pasien GO adalah 25.229 , target yang harus diobati adalah 80% .
Maka Target Jumlah Pasien GO yang diobati adalah 25.229 x 80% = 20.184 pasien.
3. Menghitung Jumlah kebutuhan dasar obat Cefixime. Perhitungan diperoleh dari Target jumlah pasien GO yang diobati dikali
panduan pengobatan untuk penyakit GO.
Contoh :
Target jumlah pasien GO yang diobati adalah 20.184
Tablet yang diperlukan untuk 1 orang pasien per treatment adalah 8 tablet per treatment.
Maka tablet yang diperlukan adalah (20.184 x 8) = 161.472 tablet.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PROSES PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT IMS

4. Konsep Penghitungan menggunakan :

a. Kebutuhan dasar + alokasi prosentase untuk wastages/kehilangan/kerusakan/QC


b. Average Monthly Quantity Required (AMQR).
c. Coverage Period.
d. Coverage Stock.
e. Buffer Period.
f. Buffer Stock. Proses Perhitungan Kebutuhan Obat IMS
g. Total Kebutuhan.
h. Estimasi stok on hand akhir periode.
i. Quantity on order.
j. Estimasi quantity to be expired.
k. Quantity to be order.
l. Unit Price.
m. Total cost

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERENCANAAN OBAT IO

Infeksi Opportunistik (IO) Jenis – Jenis IO (HIV AIDS dan PIMS)


 Infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan  TB
tubuh dimana pada orang normal infeksi ini  Kandidiasis Esofagel
terkendali oleh kekebalan tubuh.
 Toxoplasmosis
 Banyak penderita dengan HIV pertama  Kandidiasis Oral
terdiagnosa setelah penurunan imunitasnya
 Herpes/Sifilis
lanjut dan memperlihatkan penyakit
oportunistik.  PCP

 MAC
 Pada umumnya kematian pada orang dengan
HIV-AIDS (ODHA) disebabkan oleh infeksi  Cryptococoys
oportunistik (IO) sehingga IO perlu dikenal dan  Profilaxis
diobati.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
LATAR BELAKANG

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT IO

1. Menghitung Jumlah Pasien untuk setiap kategori IO . Contoh menghitung Jumlah pasien IO
profilaxis diperoleh dari estimasi prevalensi IO di Populasi HIV Positip.
Misal : Jumlah Populasi HIV Positip : 20.000 orang, estimasi prevalensi IO profilaxis di Populasi
HIV Positip adalah 20%, maka jumlah Pasien IO profilaxis adalah : 20.000 x 20% = 4.000.
2. Menghitung Jumlah Pasien IO Profilaxis yang diobati, dengan cara: Jumlah pasien IO Profilaxis
dikali target pengobatan. Contoh : Jumlah Pasien IO Profilaxis adalah 4.000. target yang diobati
100%, maka jumlah pasien IO profilaxis yang diobati adalah 4000 x 100% = 4.000
3. Menghitung Kebutuhan dasar obat Profilaxis . Perhitungannya diperoleh dari semua target
pasien IO yang diobati yang menggunakan obat profilaxis. Contoh (IO Profilaxis + IO Profilaxis
secondary + IO PCP) yang diobati.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PERHITUNGAN KEBUTUHAN OBAT IO

Menghitung kebutuhan dasar obat Cotrimoxazole .


Contoh : Target Jumlah Pasien IO Profilaxis yang diobati = 4.000
Target Jumlah Pasien IO Profilaxis Secondary yang diobati = 4.800
Target Jumlah Pasien IO PCP yang diobati = 4800 Pasien.
Kebutuhan obat Cotrimoxazole per treament per pasien
Pasien IO Profilaxis 480mg : (1 x 2kali x 730hr) = 1.460 tablet
Pasien IO Profilaxis Secondary 480mg : (1 x 2 x 365) = 730 tablet
Pasien PCP 480mg : (4 x 12 x 14) + (4x 8 x 14) = 168 + 112 = 280 tablet
Sehingga Total kebutuhan dasar Cotrimoxazole adalah = (4000 x 1460) + ( 4800 x 730) +
(4800 x 280) =10.688.000 Tablet

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Tujuan :
a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penyalahgunaan dan penggunaan yang salah
c. Menjaga kelangsungan persediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
e. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat
dibutuhkan.
f. Terjaminnya mutu obat dan perbekalan kesehatan pada saat pendistribusian
g. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
h. Terlaksananya pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan


cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang diterima pada
tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
merusak mutu obat dan perbekalan kesehatan.
Kegiatan penyimpanan obat meliputi:
1. Penyiapan sarana penyimpanan
2. Pengaturan tata ruang
3. Penyusunan obat
4. Pengamatan mutu obat

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

 Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan perbekalan kesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya
organisasi.
Sarana yang harus disiapkan misalnya ;
• Gedung
• Kendaraan roda dua dan roda empat
• Komputer dan Printer
• Rak
• Palet
• AC
• Cold Room
• Dll

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

 Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,pencarian dan pengawasan


obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang
selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari kebocoran dan hewan
pengerat juga harus diperhatikan ergonominya.
 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang Gudang adalah sebagai berikut:
a) Kemudahan bergerak
b) Rak dan Palet
c) Kondisi Penyimpanan Khusus
d) Pencegahan Kebakaran

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis.Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan
langkah-Langkah sebagai berikut:
a. Gunakan prinsip First Expired date First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) dalam penyusunan obat.
b. Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan teratur. Untuk obat kemasan kecil dan
jumlahnya sedikit disimpan dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat untuk pemakaian luar
dengan memperhatikan keseragaman nomor batch.
c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotlka dan psikotropika.
d. Simpan obat yang stabllitasnya dapat dipengaruhi oleh temperatur,udara, cahaya dan kontamlnasi
bakteri pada tempat yang sesuai.Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan khusus.
e. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
f. Apabila persedlaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box masing-masing.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

g. Suhu penyimpanan 15-25°C atau sesuai dengan suhu penyimpanan yang tertera pada
kemasan obat ARV
h. Kelembaban 30 – 50 %
i. Tidak terkena cahaya langsung
j. Semua obat ARV , IO dan IMS serta Bahan Habis Pakai dilengkapi dengan kartu stok obat
k. Sesuaikan penyimpanan obat /Bahan Habis Pakai dengan suhu sesuai suhu standart,
isalnya RPR Sipilis harus disimpan dalam sugu 2-8 derajat C.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Mutu obat yang disimpan dl ruang penyimpanan dapat mengalami perubahan balk karena faktor
fislk maupun kimiawi yang dapat diamati secara visual. Jlka darl pengamatan visual diduga ada
kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptlk, harus dllakukan sampling untuk
pengujian laboratorlum.
Tanda-tanda perubahan mutu obat:
a. Tablet
1. Terjadlnya perubahan warna, bau atau rasa
2. Kerusakan berupa noda, berblntlk-blntik, lubang, pecah, retak dan atau terdapat benda asing,
jadi bubuk dan lembab
3. Kaleng atau botol rusak, sehlngga dapat mempengaruhl mutu obat

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

b. Kapsul
1. Perubahan warna Isl kapsul
2. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lalnnya
c. Tablet salut
1. Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
2. Basah dan lengket satu dengan yang lalnnya
3. Kaleng atau botol rusak sehlngga menlmbulkan kelalnan fislk
d. Cairan
1. MenjadI keruh atau timbul endapan
2. Konsistensi berubah
3. Warna atau rasa berubah
4. Botol-botol plastik rusak atau bocor

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak/kadaluwarsa adalah :


a. DIkumpulkan, InventarlsasI dan dislmpan terplsah dengan penandaan/
label khusus
b. DIkemballkan/ diklalm sesual aturan yang berlaku
c. DIhapuskan sesual aturan yang berlaku serta dibuat Berlta Acaranya

Selain pengamatan mutu obat di Penyimpanan Obat, bekerja sama dengan BPOM, mutu Obat juga
diuji tiap tahun

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat,
dengna tepat waktu, tepat jenis dan jumlah secara untuk memenuhi kebutuhan unit-unit
pelayanan kesehatan.
Distribusi obat dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari
kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat persediaan obat.
Distribusi terbagi dalam 2 , yaitu :
1. Distribusi Khusus : kegiatan distribusi yang mencakup untuk kegiatan program, KLB dan
bencana alam.
2. Distribusi Reguler : Distribusi yang dilakukan untuk pelayanan umum

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

 Distribusi ARV dilakukan melalui Desentralisasi ARV, dimana Desentralissi ini dilakukan dalam
2 mekanisme , yaitu Desenteralisasi ARV tingkat Kab/Kota dan Desentralisasi ARV tk Provinsi.
 Desentralisasi ARV tk Kab/Kota : Fasyankes melakukan permintaan ke Dinkes Kab/kota setiap
bulan sekali untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan. Kemudian Dinkes Kab/Kota melakukan
permintaan ke Dinkes Provinsi tiga bulan sekali untuk memenuhi kebutuhan 6 bulan,
sedangkan Dinkes Provinsi melakukan permintaan ke Pusat setiap 6 bulan sekali untuk
memenuhi kebutuhan 9 bulan.
 Desentralisasi ARV tk Provinsi : Fasyankes melakukan permintaan ke Dinkes Provinsi setiap
bulan untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan, dan Dinkes Provinsi melakukan permintaan ke
Pusat setiap 6 bulan sekali untk memenuhi permintaan 9 bulan.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

 Perencanaan Distribusi

Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota merencanakan dan melaksanakan pendistribuslan obat ke unit pelayanan kesehatan
dl wilayah kerjanya serta sesuai kebutuhan.Untuk itu dllakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Perumusan stok optimum
 Perumusan stok optimum persedlaan dllakukan dengan memperhltungkan siklus distribusi rata-rata pemakalan, waktu
tunggu serta ketentuan mengenai stok pengaman.
 Rencana distribusi obat ke setlap unit pelayanan kesehatan termasuk rencana tingkat persedlaan, didasarkan kepada
besarnya stok optimum setlap jenis obat dl setlap unit pelayanan kesehatan. Penghltungan stok optimum dllakukan oleh
Instalasi Farmasi Kab/Kota.
 Rencana tingkat persediaan di IFK adalah rencana distribusi untuk memastikan bahwa persediaan obat di IFK cukup untuk
melayani kebutuhan obat selama periode distribusi berikutnya. Posisi persediaan yang direncanakan tersebut di harapkan
dapat mengatasi keterlambatan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan atau pengiriman obat oleh IFK
Kabupaten/ Kota.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI ARV, IO IMS DAN BHP

b. Penetapan frekwensi pengiriman obat ke unit pelayanan


Frekuensi pengiriman obat ke unit pelayanan ditetapkan dengan memperhatikan :
1) Anggaran yang tersedia
2) Jarak dan kondisi geografis dari IFK ke UPK
3) Fasilitas gudang UPK
4) Sarana yang ada di IFK
c. Penyusunan peta lokasi, jaiur dan jumiah pengiriman
Agar alokasi biaya pengiriman dapat dipergunakan secara efektif dan efisien maka IFK perlu membuat peta lokasi dari
unit-unit pelayanan kesehatan di wilayah keijanya. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk pelaksanaan distribusi
aktif dari IFK. Jarak (km) antara IFK dengan setiap unit pelayanan kesehatan dicantumkan pada peta lokasi.
Tata cara distribusi obat ke Unit Pelayanan Kesehatan dapat dilakukan dengan cara penyerahan oleh IFK ke Unit
Pelayanan Kesehatan, pengambilan sendiri oleh UPK di IFK, atau cara lain yang ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV, IO IMS DAN BHP

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi merupakan rangkaian kegiatan
dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik obat-obatan yang diterima,
disimpan, didistribuslkan maupun yang digunakan di Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota
maupun Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lalnnya.

Tujuan :
Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerlmaan, persediaan,pengeluaran/
penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi obat

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV, IO IMS DAN BHP

Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi :


1. Pencatatan dan Pengelolaan Data untuk mendukung Perencanaan Pengadaan Obat dilakukan
melalui SIHA.
2. Kegiatan inl perlu dilakukan untuk memastlkan bahwa rencana distrlbusi akan dapat didukung
sepenuhnya oleh sisa stok obat dl IFK.
3. Tingkat kecukupan dihitung dari sisa stok obat dl IFK dibagi dengan pemakalan rata-rata obat Jika
tingkat kecukupan obat semakin menurun maka petugas IFK dapat mempergunakan catatan
pada kartu stok untuk memberikan umpan balik kepada pemegang kebijakan agar
mempercepat pengadaan obat yang alokasinya telah disetujui.
4. Tingkat kecukupan dan sisa stok obat di IFK dalam mendukung rencana distribusi harus selalu
dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV, IO IMS DAN BHP

Kegiatan pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan :


1. Kartu stok : Pencatatan di kartu stok dilakukan setiap kali ada mutasi barang.
Setiap kartu stok memuat data tentang : Jenis Barang, Nama Barang, Kemasan,
Isi Kemasan , Satuan , Jumlah/Stok terakhir , Tanggal Expired, Jumlah
Penerimaan , tanggal penerimaan , jumlah pengeluaran , tanggal pengeluaran ,
Sumber dana, Tujuan Pengeluaran barang, no Batch/no Lot.
2. Stok Opname : Pencatatan Stok sesuai dengan hasil stok opname. Jika ditemukan
selisih antara stok fisik dan pencatatan stok, harus dilakukan adjustment dan
justifikasi serta dibuatkan Berita Acara.
3. Data Stok dilaporkan pada saat mengajukan permintaan obat ke Dinas Kesehatan
Provinsi maupun ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV, IO IMS DAN BHP

Laporan Pengelolaan Obat :


1. Data Stok ARV dan Non ARV di Provinsi dan Kab/Kota dilaporkan ke Pusat
setiap bulan agar dapat dilihat ketersediaan stok untuk masing masing
obat ARV, IO IMS dan BHP.
2. Pengelolaan Data Stok ARV, non ARV dan BHP dilakukan di SIHA .
3. Data stok ARV, non ARV serta BHP dipakai pada saat dilakukan
Forecasting dan Penghitungan kebutuhan ARV, non ARV dan BHP.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV, IO IMS DAN BHP

Dengan pencatatan dan pelaporan yang valid dan terverifikasi maka akan
didapatkan informasi yang akurat mengenai :
1. Jumlah dan nilai persediaan obat di tingkat Puskesmas per 31Desember.
2. Pemakaian rata-rata per bulan untuk setiap jenis obat
3. Tingkat kecukupan setiap jenis obat
4. Rencana kebutuhan obat untuk tahun anggaran berikutnya
5. Rencana pengadaan obat menurut sumber anggaran
6. Dasar tindak lanjut peningkatan dan penyempurnaan pengelolaan obat di
Kabupaten/Kota maupun Dinkes Provinsi.
7. Bahan masukan dalam penyusunan profil kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

Supervisi dalam pengertian manajemen memiliki pengertian yang lebih luas, karena
Istllah yang digunakan adalah mengawasi dan bukan dilakukan secara kebetulan.
Mengawasi dalam arti Bahasa Indonesia adalah mengamati dan menjaga jadi bukan
hanya mengamati saja, akan tetapl memlllkl pengertian menjaga.

Pengamatan diarahkan untuk menjaga agar pekerjaan atau keglatan yang dilakukan
sesual dengan pedoman yang disepakati bersama.
1. Pengelolaan obat meliputi : 2. Sarana Prasarana :
a. Seleksl, a. Sarana Infrastruktur
b. Pengadaan, b. Sistem pengelolaan
c. Penyimpanan, c. Sarana penunjang (software, hardware)
d. DIstribusI, pencatatan & pelaporan,
e. Monitoring & evaluasi 3. Sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi)

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

Langkah-langkah Supervisi :

a. Persiapan Supervisi

b. Menyusun daftar isian

c. Mengumpulkan data dan Informasi antara lain :


1) laporan rutin dan laporan khusus yang tersedla.
2) hasll supervlsl pada perlode sebelumnya.
3) dqkumen lain yang terkalt dengan rencana supervlsl.

d. Menganallsa data dan Informasi yang tersedla untuk :


1) memperklrakan masalah yang sedang terjadi
2) memperklrakan faktor penyebab timbulnya permasalahan.
3) memperslapkan berbagal alternatif pemecahan masalah.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

e. Menentukan tujuan dan sasaran utama supervlsl, seperti misalnya :


1) memantau tingkat keberhasilan pengelolaan obat.
2) menemukan permasalahan yang timbul
3) mencarl faktor penyebab timbulnya masalah.
4) menilal hasil pelaksanaan kerja.
5) membina dan melatih para pelaksana.
6) mengumpulkan masukan untuk penyempurnaan kebljaksanaan dan program.

f. Menyusun rencana kerja supervlsl kepada sasaran supervisi, agar:


1) pihak yang disupervisi mengetahul rencana supervisi.
2) pihak yang disupervisi dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
3) dapat diatur ulang bila terjadi perubahan jadwal.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

Pelaksanaan Supervisi

a. Menemui kepala/pejabat institusi yang dituju untuk menyampalkan tujuan supervisi.

b. Mengumpulkan data dan informasi dengan cara :


1) mempelajarl data yang tersedia
2) wawancara dan diskusi dengan pihak yang disupervisl.
3) pengamatan langsung.

c. Membahas dan menganallsis basil temuan :


1) pencocokkan berbagai data, fakta dan informasi yang diperoleh.
2) menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas.
3) menemukan berbagai macam masalah dan faktor penyebabnya.
4) membuat kesimpulan sementara basil supervisi.

d. Mengadakan tindakan intervensi tertentu apabila ditemukan masalah yang perlu segera ditanggulangi.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

e. Melaporkan kepada pimpinan institusi yang didatangi tentang :


1) tingkat pencapaian basil kerja unit yang disupervisl
2) masalab dan bambatan yang ditemukan.
3) penyebab timbulnya masalab.
4) tindakan intervensi yang telab dilakukan.
5) rencana pokok tidak lanjut yang diperlukan.

f. Menyampalkan ucapan terima kasib kepada semua pihak yang telah ikutberperan
pada pelaksanaan supervisi.

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
RUANG LINGKUP SUPERVISI

Hasil Supervisi

a. Menyusun laporan resmi basil supervisi yang mencakup :


1) hasil temuan selama supervisi.
2) tindakan intervensi yang dilakukan
3) rencana tindak lanjut yang disarankan.
4) catatan khusus yang bersifat rahasia.

b. Menyampalkan laporan supervisi, kepada :


1) atasan yang memberikan tugas supervisi.
2) pihak lain yang terkait dengan hasil temuan supervisi.
3) pihak yang disupervisi (sesuai kebutuhan)

Direktorat - Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung – Kemenkes RI 25 Februari 2021
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai