Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di berbagai negara masalah penyakit dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh
pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi risiko
utama dalam penularan dan penyebaran penyakit, baik karena kualitas
lingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit yang berbasis lingkungan
di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat bereran penting dalam meningkatkan mutu dan
daya saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut ditetapkanlah
Visi Indonesia Sehat 2015 yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia dengan ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam
lingkungan yang sehat dan dengan perilaku yang sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata diseluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia. Sejalan
dengan tujuan tersebut diselenggarakan upaya pembangunan kesehatan yang
berkesinambungan, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota maupun oleh masyarakat termasuk swasta.
Menurut Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi setiap orang dan salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan Undang-undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, maka tuntutan untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu dan optimal menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat.
Perubahan Paradigma Kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan lebih
diprioritaskan pada upaya pencegahan dan promosi dengan tanpa meninggalkan
kegiatan kuratif dan rehabilitatif, telah mendorong upaya dari dinas kesehatan
umumnya dan dalam bidang penyehatan lingkungan permukiman serta
tempat-tempat umum dan industri pada khususnya untuk lebih menggali
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk dapat meningkatkan dan
memecahkan permasalahan kesehatannya sendiri.
Keadaan kesehatan lingkungan di masyarakat Indonesia masih merupakan
hal yang perlu mendapat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan
masyarakat berubah seperti: Mobilitas dan Peningkatan jumlah penduduk,
penyediaan air bersih, pemanfaatan jamban, pengelolaan sampah, pembuangan
air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan
kesehatan, ketersedian obat, polusi udara, air dan tanah dan banyak lagi
permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dan dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat menggunakan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tepat guna, dengan biaya yang dapat ditanggung oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada
pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI 2004).
Salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan pengobatan,
upaya pencegahan, peningkatan kesehatan dan pemulihan kesehatan (Depkes RI,
2004).
Pencegahan Penyakit merupakan salah satu pelayanan wajib puskesmas
termasuk di Puskesmas Kartasura yang mempunyai peranan strategis
mendukung peningkatan pencapaian target lintas program dan diharapkan
berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas. Hal ini dilakukan untuk
mewujudkan visi Puskesmas yaitu “Menjadi Puskesmas Sebagai Pusat
Pelayanan Kesehatan Dasar Yang Profesional dan Paripurna” dengan misi
sebagai berikut : 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkeadilan 2. Mengelola sumber daya kesehatan sesuai kebutuhan, 3.
Mewujudkan peran serta masyarakat dan pemangku kepentingan dalam
pembangunan kesehatan .

B. Tujuan Pedoman
Meningkatnya upaya penanggulangan pemberantasan penyakit sehingga
tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Serta menurunkan frekuensi
angka kesakitan, jumlah kasus akibat adanya suatu penyakit, jumlah kematian
dan menurunnya penyebarluasan penyakit di suatu wilayah khususnya
Puskesmas Kartasura.

C. Sasaran Pedoman
1. Tenaga P2 Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait
3. Pengambil kebijakan tingkat Kabupaten

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dan peran pemangku kepentingan
terkait dalam pelaksanaan dan pembinaan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Kartasura.
Pelayanan Kesehatan P2M dibagi dalam dua macam kegiatan, yaitu :
1 Kegiatan di dalam gedung Puskesmas
Meliputi :
a Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
- Validasi data hasil cakupan imunisasi dasar
- Validasi data hasil cakupan imunisasi BIAS
- Validasi data cakupan imunisasi PIN
b Melakukan deteksi dini dan diagnosa dini PTM (Penyakit Tidak Menular)
c Desinfo PIN dengan bidan puskesmas
d Desinfo PIN dengan karyawan puskesmas
e Deteksi dini HIV/AIDS pada bumil.
f Deteksi dini ca cérvix dengan IVA test.
g Evaluasi hasil penyedilikan epidemiologi

2 Kegiatan di luar gedung Puskesmas


Meliputi :
a Peningkatan kapasitas petugas imunisasi
b Pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi imunisasi dan masyarakat
peduli imunisasi tingkat kecamatan
c Pelayanan imunisasi termasuk sweeping imunisasi dasar lengkap
d Advokasi, sosialisasi dan koordinasi internal dengan lintas program
e Avdokasi lintas program dan lintas sektor terkait imunisasi (desinfo BIAS
tingkat kecamatan)
f Pelaksanaan BIAS
g Peningkatan kapasitas / pelatihan kader penetes PIN
h Desinfo PIN tingkat kecamatan
i Pencetakan spanduk sosialisasi PIN
j Pencanangan PIN tingkat kecamatan
k Pelaksanaan PIN
l Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi PIN
m Sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tentang TB,
HIV-AIDS, pneumonia
n Operasional program P2ML petugas puskesmas dalam rangka pelacakan
TB BTA positif, Kusta, HIV-AIDS
o Sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tentang DBD,
Chikungunya, Leptospirosis
p Abatisasi di desa dengan ABJ rendah
q Pembagian obat Cacing bagi siswa SD
r Penyuluhan penyakit tidak menular kepada masyarakat dan pemangku
kepentingan
s Penguatan forum komunikasi masyarakat desa tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular
t Penyuluhan Ca Cervix
u Pengambilan dan pengiriman specimen
v Verifikasi rumor masalah kesehatan
w Pelaksanaan Penyelidikan epidemiologi
x Diseminasi informasi terhadap hasil penyelidikan epidemiologi
y Komunikasi resiko pengendalian KLB

E. Batasan Operasional
Berkaitan dengan progam penanggulangan penyakit, maka puskesmas
bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin kemitraan dan
kerjasama dengan semua pihak yang terkait. Pelaksanaan manajemen progam
penanggulangan penyakit meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta mengupayakan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).
Selain itu dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dan dengan
menyesuaikan tugas pokok dan fungsi uraian kegiatan progam P2, maka strategi
operasional yang dilakukan dalam penanggulangan pemberantasan penyakit
diantaranya melalui :
1. Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dalam penanggulangan penyakit dengan strategi DOTS.
2. Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta.
3. Penggalanagn kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral,
institusi pendidikan, dan lain-lain.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya
untuk mengatasi masalah TBC.
Kegiatan yang dilakukan progam P2 di Puskesmas adalah :
1. Meningkatkan upaya penemuan penderita di dalam dan luar gedung
Puskesmas.
2. Meningkatkan upaya penemuan penderita melalui Posyandu.
3. Meningkatkan penemuan penderita PTM melalui Posbindu.
4. Meningkatkan petugas PTO dan pengelola Program TBC
Beberapa ketentuan perundang - undangan yang digunakan sebagai dasar
Penyelenggaraan Upaya Pencegahan Penyakit di Puskesmas adalah sebagai
berikut
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan.
2. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta
PP No. 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular
mengatur agar setiap wabah penyakit menular (kejadian luar biasa-KLB)
harus ditangani secara dini.
3. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 158 ayat
1 yang menyatakan bahwa pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan
upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan PTM beserta akibat
yang ditimbulkan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang
diijinkan berprofesi minimal berijazah Diploma Tiga ( D III ). Realisasi tenaga
program P2 yang ada di Puskesmas Kartasura adalah :
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

P2 Minimal D III Diampu oleh 5 orang petugas


dengan latar belakang
pendidikan minimal DIII
Keperawatan / Kebidanan /
Lingkungan

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab P2 di puskesmas dikoordinir
oleh Penanggung jawab masing-masing program sesuai dengan kesepakatan.

C. Petugas Unit terkait


Kegiatan
P2 :
PTM Exsi Setyowati, S.Kep Poli umum, poli KIA,
Pencegahan Arningsih, AMd.Keb Rawat inap, Laborat, RM.
P2B2 Bagus Panuntun, AMK
P2ML Maryani, S.Kep
Surveilans Fery Yulianto, AMKL

Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya P2 dilakukan bersama oleh para pemegang
program dan koordinator unit UKM essensial dan keperawatan dengan
persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan Program P2 dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal
bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan Program P2 di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Kartasura.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B.
R. Ka Pusk
R. AULA

T T
a a
n n R. ADMINISTRASI
g g
g g
a a

R. Ka TU
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I. P2
J.
K. KM / WC
L. Staf
M. Kesga
Klinik Gizi Klinik Layanan
N. Sanitasi Promkes
O.

B.Standar Fasilitas
a. Panduan bagi setiap pemegang program: 1 buah
b. Kit Penyelidikan Epidemiologi (PE) :
 Surat Tugas
 Buku
 Pulpen
 Form PE
 Pot tempat specimen
 Label
 Kantong plastik
 Spesimen carrier dengan ice pack
 Senter
 Hand scoon
 Masker
 Hand sanitizer
c. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
d. Kit audiovisual , yang terdiri dari:
 Wireless system/Amplifier dan Wireless Microphone 1 Unit
 Microphone: 2 buah
 Speaker: 1 buah
 Laptop
 LCD projector
e. Peralatan Fogging
 Swing fog
 APD
 Jerigen
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Berikut uraian rincian kegiatan program P2 seksi pencegahan dan pemberantasan
penyakit :
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas meliputi :
a. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
- Validasi data hasil cakupan imunisasi dasar
- Validasi data hasil cakupan imunisasi BIAS
- Validasi data cakupan imunisasi PIN
b. Melakukan deteksi dini dan diagnosa dini PTM (Penyakit Tidak Menular)
c. Desinfo PIN dengan bidan puskesmas
d. Desinfo PIN dengan karyawan puskesmas
e. Deteksi dini HIV/AIDS pada bumil.
f. Deteksi dini ca cérvix dengan IVA test.
g. Evaluasi hasil penyedilikan epidemiologi

2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas meliputi :


a. Peningkatan kapasitas petugas imunisasi
b. Pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi imunisasi dan masyarakat
peduli imunisasi tingkat kecamatan
c. Pelayanan imunisasi termasuk sweeping imunisasi dasar lengkap
d. Advokasi, sosialisasi dan koordinasi internal dengan lintas program
e. Avdokasi lintas program dan lintas sektor terkait imunisasi (desinfo BIAS
tingkat kecamatan)
f. Pelaksanaan BIAS
g. Peningkatan kapasitas / pelatihan kader penetes PIN
h. Desinfo PIN tingkat kecamatan
i. Pencetakan spanduk sosialisasi PIN
j. Pencanangan PIN tingkat kecamatan
k. Pelaksanaan PIN
l. Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi PIN
m. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tentang TB,
HIV-AIDS, pneumonia
n. Operasional program P2ML petugas puskesmas dalam rangka pelacakan
TB BTA positif, Kusta, HIV-AIDS
o. Sosialisasi kepada masyarakat dan pemangku kepentingan tentang DBD,
Chikungunya, Leptospirosis
p. Abatisasi di desa dengan ABJ rendah
q. Pembagian obat Cacing bagi siswa SD
r. Penyuluhan penyakit tidak menular kepada masyarakat dan pemangku
kepentingan
s. Penguatan forum komunikasi masyarakat desa tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular
t. Penyuluhan Ca Cervix
u. Pengambilan dan pengiriman specimen
v. Verifikasi rumor masalah kesehatan
w. Pelaksanaan Penyelidikan epidemiologi
x. Diseminasi informasi terhadap hasil penyelidikan epidemiologi
y. Komunikasi resiko pengendalian KLB

B. Metode

Metode dalam program pemberantasan penyakit melalui beberapa kegiatan yaitu:

1. Pengumpulan data kesakitan


2. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
3. Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup
lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit.

C. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi program pemberantasan penyakit tingkat Kecamatan dan pihak
lain yang terkait.

b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan pemberdayaan


masyarakat bidang kesehatan tingkat Kecamatan

2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan program pemberantasan penyakit
dengan lintas sektor terkait

b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program pemberantasan


penyakit yang bersumber dari dana BOK dan APBD.

3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait dengan leading
sektor dari Puskesmas (penanggung jawab program pemberantasan
penyakit)
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk pelaksanaan
kegiatan program pemberantasan penyakit di tingkat Kecamatan.
4. Melaksanaan kegiatan program pemberantasan penyakit sesuai dengan
jadual yang telah disusun.
5. Monitoring dan evaluasi
a. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan
dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan
tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara
lain :
- Meja, Kursi
- Alat tulis
- Buku catatan Kegiatan
- Leaflet
- buku panduan
- komputer
Perencanaan untuk pengadaan sarana dan prasarana dibuat oleh petugas
kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan petugas pengelola barang. Rencana
pengadaan sarana dan prasarana dibahas di dalam minilokakarya Puskesmas untuk
mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas.
Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana
yang meliputi :
 Surat Tugas
 Buku
 Pulpen
 Form PE
 Pot tempat specimen
 Label
 Kantong plastik
 Spesimen carrier dengan ice pack
 Senter
 Masker
 Hand scoon
 Hand sanitizer
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator
UKM esensial dan keperawatan berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan
dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat
perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau
dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun
resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada
sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan
– tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain:
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan
kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau
dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan.
Hal ini dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan evaluasi
Monitorng adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai
dengan perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan
dengan perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak
lanjutnya. Tahap yang terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari


sering disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan,
bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait
pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang


untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu
merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai
rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan
indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan Upaya Pencegahan Penyakit ini dibuat untuk


memberikan petunjuk dalam pelaksanaan Upaya Pencegahan Penyakit di Puskesmas
Kartasura, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih
diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang
optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan Upaya Pencegahan Penyakit di puskesmas agar tidak terjadi
penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Kepala UPTD Puskesmas Kartasura

Drg. Anik Arifah


NIP. 197606032005012010

Anda mungkin juga menyukai