RIFATUL HASNA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
SURABAYA
2017
USULAN PENELITIAN
RIFATUL HASNA
NIM 101614453037
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
SURABAYA
2017
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM ............................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN ARTI LAMBANG ......................... ix
iv
2.6 Root Cause Analysis ....................................................................... 44
2.7 Action Research.............................................................................. 47
LAMPIRAN ...................................................................................................... 63
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 1.1 Kajian Identifikasi yang Dapat Mempengaruhi
Tingginya Jumlah Insiden Medication Error ............................... 7
Gambar 2.1 Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien ............................. 23
Gambar 2.2 Hubungan Antara Medication Error, Adverse Drug Event
dan Potential Adverse Drug Events .......................................... 27
Gambar 2.3 Tahap Medikasi Pasien Rawat Inap ......................................... 28
Gambar 2.4 Tahap Medikasi Pasien Rawat Jalan ........................................ 29
Gambar 2.5 Proses Manajemen ..................................................................... 36
Gambar 2.6 The Basic Model of Problem Solving in Any Situation ............ 40
Gambar 2.7 Tahapan Problem Solving Cycle ............................................... 39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 50
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian .............................................. 54
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH DAN ARTI LAMBANG
Daftar Singkatan
1. ADE : Adverse Drug Events
2. CPOE : Computerized Prescribing Order Entry
3. FK : Fakultas Kedokteran
4. FMEA : Failure Mode Effect Analysis
5. IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit
6. IGD : Instalasi Gawat Darurat
7. IKP : Insiden Keselamatan Pasien
8. IOM : Institute of Medicine
9. JCI : Joint Commission International
10. KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit
11. KKPRS : Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
12. KNC : Kejadian Nyaris Cedera
13. KP : Keselamatan Pasien
14. KPC : Kondisi Potensial Cedera
15. KPRS : Keselamatan Pasien Rumah Sakit
16. KTC : Kejadian Tidak Cedera
17. KTD : Kejadian Tidak Diharapkan
18. LASA : Look Alike Sound Alike
19. ME : Medication Error
20. Monev : Monitoring dan Evaluasi
21. MPO : Manajemen Penggunaan Obat
22. MPSC : Modified Problem Solving Cycle
23. NCCMERP : National Coordinating Council for Medication Error
Reporting and Prevention
24. NHS : The National Health Service
25. NORUM : Nama Obat Rupa Ucapan Mirip
26. NRLS : The National Reporting and Learning System
27. PDSA : Planning – Do – Study - Action
28. PMKP : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
29. PPS : Perencanaan dan Perbaikan Strategis
30. PSC : Problem Solving Cycle
31. RCA : Root Cause Analysis
32. RS : Rumah Sakit
33. SBAR : Situation – Backgroun – Assesment – Recommendation
34. SDM : Sumber Daya Manusia
35. SIM : Sistem Informasi Manajemen
36. SPM : Standar Pelayanan Minimal
37. SPO : Standar Prosedur Operasional
38. TBaK : Tulis – Baca - Konfirmasi
39. TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian
40. QI : Quality Improvement
41. WHO : World Health Organization
ix
Daftar Istilah
1. KPC : Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera.
2. KNC : Insiden yang belum terpapar ke pasien sehingga tidak
menyebabkan cedera.
3. KTC : Insiden yang sudah terpapar ke pasien namun tidak
menimbulkan cedera.
4. KTD : Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien yang
tidak berhubungan dengan underlying disease.
5. Sentinel event : KTD yang mengakibatkan kematian atau cacat permanen
dan tidak berhubungan dengan underlying disease.
x
BAB 1
PENDAHULUAN
keperawatan dan kebidanan, penunjang medis, penunjang non medis, keuangan dan
dijumpai berbagai macam jenis tenaga profesi dan non profesi yang saling
laporan yang mengagetkan banyak pihak (wake up call): To Err is Human, Building
a Safer Health System. Laporan tersebut berupa ditemukannya KTD sebesar 2,9%
di Utah dan Colorado, dimana 6,6% diantaramya meninggal. Publikasi WHO pada
Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 –
pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Kesalahan tersebut, dalam
2015).
1
2
Rumah Sakit Jiwa Menur adalah rumah sakit khusus kelas A yang telah
terakreditasi paripurna versi KARS 2012 pada tahun 2015. Keselamatan pasien
dimulai pada tahun 2007 dengan dibentuknya Panitia Keselamatan Pasien dengan
ketua adalah Wakil Direktur Pelayanan Medik. Pembentukan panita KP ini dipicu
dengan adanya KTD yang terjadi di RS Jiwa Menur. Panitia KP RS Jiwa Menur
ini kemudian berganti nama menjadi Sub Komite KP di bawah Komite PMKP pada
tahun 2015.
Pelaporan insiden adalah salah satu alat untuk melakukan identifikasi dan
keselamatan pasien di sebuah rumah sakit (Hutchinson, et al., 2009). Tabel 1.1
Dari data insiden keselamatan pasien pada Tabel 1.1, jumlah insiden yang
dilaporkan terbanyak pada Tahun 2016 Semester 2 yaitu sebanyak 145 laporan.
Berdasarkan tipe insiden yang dilaporkan, insiden medication error pada Tahun
2016 Semester 2 dan Tahun 2017 Semester 1 menduduki urutan pertama. Data ini
Menurut WHO dan NCCMERP, medication error adalah setiap kejadian yang
dapat dicegah akibat penggunaan obat yang tidak tepat atau berbahaya bagi pasien,
yang berada dalam kendali profesional petugas kesehatan, pasien, atau konsumen.
Dan menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina
adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
Pelayanan Minimal, kejadian medication error tidak boleh satupun terjadi di rumah
sakit. Menurut data yang dilaporkan oleh The National Health Service (NHS)
bersama dengan The National Reporting and Learning System (NRLS), jumlah
medication error di rumah sakit jiwa adalah sebesar 9% pada tahun 2015 dan 8%
sesuai target. Apabila dibandingkan dengan insiden medication error di rumah sakit
error di RS Jiwa Menur lebih tinggi. Medication error dapat terjadi pada semua
4
tahap proses medikasi. Empat tipe medication errors yang terjadi adalah
Prescribing adalah tahap penulisan resep yang dilakukan oleh seorang dokter.
transcribing adalah pembacaan resep oleh apoteker dan tahap dispensing adalah
tahap penyiapan obat sampai penyerahan obat kepada keluarga atau pasien oleh
oleh pasien atau perawat. Dengan demikian, tahap dispensing berada di instalasi
Untuk mengetahui data tentang medication error yang terjadi pada setiap tahap
Tabel 1.2 Medication Error Berdasarkan Tahap Proses Medikasi di RS Jiwa Menur
Tahun 2016 – 2017 (per Semester)
Tahun 2016 Tahun 2017
Rerata
Tahap Medikasi Semester 1 Semester 2 Semester 1
∑ % ∑ % ∑ %
Prescribing 3 50% 19 42% 2 10% 34%
Transcribing - - - - - - -
Dipensing 3 50% 24 54% 17 85% 63%
Administration - - 2 4% 1 5% 3%
Total 6 100% 45 100% 20 100% 100%
Sumber data: Laporan Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2016 – 2017 (Juni)
Tabel 1.2 memberikan informasi bahwa insiden medication error terbanyak yang
dilaporkan Tahun 2016 – 2017 (semester 1) adalah tahap dispensing, yaitu rerata
sebesar 63%. Tahap dispensing adalah tahapan proses medikasi yang dimulai dan
untuk melayani pelayanan farmasi, tidak ada depo farmasi dan belum melaksanakan
Jenis insiden menggambarkan keterpaparan dan akibat yang diterima oleh pasien.
Jenis insiden mulai yang paling ringan sampai yang paling berat adalah KPC, KNC,
KTC, KTD dan sentinel event. Tabel 1.3 memperlihatkan jenis insiden medication
Tabel 1.3 Jenis Insiden Medication Error pada Tahap Dispensing di RS Jiwa
Menur Tahun 2016 – 2017 (per Semester)
Tahun 2016 Tahun 2017
Jenis Insiden
Semester 1 Semester 2 Semester 1
Medication Error
∑ % ∑ % ∑ %
KPC - - - - 1 6%
KNC 2 67% 16 66% 6 35%
KTC - - 4 17% 4 24%
KTD 1 33% 4 17% 6 35%
Sentinel event - - - - - -
Total 3 100% 24 100% 17 100%
Sumber data: Laporan Insiden Keselamatan Pasien tahun 2016-2017 (Juni)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jenis insiden terbanyak adalah KNC pada Tahun
2016. Sedangkan pada Tahun 2017 Semester 1, insiden terbanyak adalah KNC dan
KTD. KNC adalah kejadian yang nyaris mengenai pasien. Error yang terjadi
Sedangkan KTD adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien dengan dampak
yang tidak diharapkan. KTD yang terjadi pada pasien rawat inap bisa dilakukan
observasi oleh petugas medis dan perawat. Namun, bila KTD terjadi pada pasien
rawat jalan, maka tidak akan ada tindakan penanganan dan observasi oleh petugas
medis dan perawat seperti halnya KTD yang menimpa pasien rawat inap. Akibat
KTD di sisi pasien, pasien tidak mendapatkan kesembuhan (pasien relaps) dan
oleh RS Jiwa Menur. Perasaan bersalah dan bahkan mendapat punishment sebagai
kembali.
diangkat pada penelitian ini adalah tingginya jumlah insiden medication error pada
medication error pada tahap dispensing di Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur. Faktor
Gambar 1.1 Kajian identifikasi yang dapat mempengaruhi tingginya jumlah insiden medication error tahap dispensing
7
8
sebagai berikut:
1.2.1 Man
insiden ME.
medication error.
9
d. Motivasi
e. Kompetensi
Staf IFRS Jiwa Menur terdiri dari apoteker, tenaga kefarmasian, asisten
1.2.2 Material
Sudah ada instrumen pelaporan insiden yang diberikan di tiap unit kerja
berulang kembali.
10
Ada 2 SIM yaitu Simbada dan Avicena untuk IFRS Jiwa Menur. Stock
obat yang tertera tidak sama antara kedua SIM tersebut pada satu waktu
yang sama. Proses input stock obat juga harus dimasukkan di masing-
masing SIM, karena Simbada dan Avicena tidak bisa bridging. Kondisi
1.2.3 Organisasi
a. Struktur organisasi
termasuk ketika adanya insiden ME. Yang masih belum terlihat adalah
b. Kebijakan
c. Kepemimpinan
Kepala IFRS Jiwa Menur adalah seorang apoteker yang mulai menjabat
berulang kembali.
d. Supervisi
yang dilakukan oleh TTK dan asisten TTK dan hanya dilakukan shift
pagi saja. Karena shift sore dan malam tidak ada apoteker yang bertugas.
e. Budaya
approach dan non blaming culture. Masih sering terjadi saat ada
insiden yang dampaknya besar untuk pasien atau insiden yang diketahui
Sudah ada SPO tahap dispensing, namun tidak bisa dilaksanakan karena
yang sama pada tahap dispensing masih sering terulang kembali. Tidak
IFRS Jiwa Menur, tidak terdapat CPPT, yang ada hanya resep yang
1.2.4 Regulasi
di unit kerja, maka tiap unit kerja atau instalasi ditunjuk satu atau dua
a. Pengkajian resep
medication error.
oleh TTK dan asisten TTK. Dalam proses penyiapan atau peracikan
belum terlihat tindakan double check bagi obat LASA atau NORUM.
kendala apabila stock untuk kertas label tidak ada, etiket harus ditulis
d. Telaah obat
Telaah obat telah dilakukan oleh apoteker di IFRS Jiwa Menur, namun
informasi obat telah dilakukan di IFRS Jiwa Menur namun masih belum
error pada tahap dispensing di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Jiwa Menur, maka
1. Adakah insiden medication error tahap dispensing (berdasar waktu, sub tipe,
Menur?
supervisi, monev, komunikasi antar staf serta komunikasi antara staf dan
pasien?
3. Apa alternatif dan prioritas solusi insiden medication error tahap dispensing di
Dalam penelitian ini bisa dijelaskan tujuan penelitian umum dan khusus
sebagai berikut:
waktu, sub tipe, jenis, tempat, dampak dan grading insiden) di Instalasi
pengembangan keilmuan.
18
menggunakan PSC.
c. Bagi mahasiswa
TINJAUAN PUSTAKA
sakit. Dan berdasarkan Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit, definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah unit pelaksana
rumah sakit.
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan. Apoteker dalam
19
20
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
tingkatan. Tingkatan mulai dari yang ringan sampai berat adalah KNC, KTC, KTD
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien
Suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera;
d. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima.
Dari keempat jenis insiden yang dipaparkan, hanya KNC yang belum terpapar ke
Terdapat satu kondisi, belum merupakan insiden, yaitu KPC. KPC adalah sebuah
melakukan analisis dan investigasi. Tipe insiden terdiri dari administrasi klinik,
infection), medikasi, tranfusi darah atau produk darah, nutrisi, oksigen atau gas, alat
medis atau alat kesehatan , pasien, jatuh, kecelakaan, infrastruktur bangunan atau
benda lain yang terpasang tetap, resource atau manajemen organisasi, laboratorium
pengelolaan insiden. Dengan mengetahui tipe insiden yang sering terjadi di suatu
rumah sakit, maka manajemen risiko keselamatan pasien bisa dikelola dengan lebih
baik. Tipe insiden ini juga merupakan informasi penting di tingkat nasional sebagai
Adalah suatu penilaian kualitatif untuk menentukan derajat risiko suatu insiden
yang didasarkan pada dampak dan probabilitas. Dampak atau akibat suatu insiden
adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien (KKPRS, 2015). Penilaian
dampak ini juga berhubungan dengan penentuan jenis insiden. Tabel 2.1 adalah
Tingkat
Deskripsi Dampak
Risiko
b. Dapat diatasi dengan pertolongan pertama.
3 Moderat a. Cedera sedang. Misal: luka robek;
b. Berkurangnya fungsi motorik atau sensorik
atau psikologis atau intelektual (reversible) dan
tidak berhubungan dengan penyakitnya;
c. Setiap kasus yang memperpanjang masa
perawatan.
4 Mayor a. Cedera luas atau berat. Misal: cacat, lumpuh;
b. Kehilangan fungsi motorik atau sensorik atau
psikologis atau intelektual (irreversible) dan
tidak berhubungan dengan penyakit.
5 Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit.
Sumber: (KKPRS, 2015)
Penilaian dampak ini mempunyai rentang nilai 1-5. Nilai 1 tidak didapatkan cedera
dan nilai 5 adalah kematian. Kesemua dampak insiden tidak berhubungan dengan
Sama seperti penilaian dampak, penilaian probailitas juga mempunyai rentang nilai
tahun per kali. Semakin sering insiden tersebut terjadi, maka nilainya akan semakin
mendekati 5.
maka kita akan bisa memberikan penilaian berdasarkan matriks grading risiko.
23
Matriks grading risiko adalah perkalian antara dampak (kolom horisontal) dan
probabilitas (kolom vertikal). Tabel 2.3 adalah tabel matriks grading risiko.
Tabel 2.3 adalah panduan penilaian matriks grading risiko. Insiden dengan grading
Sedangkan insiden dengan grading tinggi dan ekstrim dilakukan investigasi secara
pelaporan insiden secara umum adalah menurunkan insiden keselamatan pasien dan
Sedangkan tujuan khusus dibagi 2 yaitu tujuan khusus rumah sakit (internal) dan
KKPRS (eksternal).
Laporan
Insiden
Kejadian
(2x24
jam)
Tangani Atasan
Segera Langsung
Grading
Biru/ Merah/
Hijau Kuning
Investigasi
Sederhana
Laporan
Rekomendasi
Kejadian Hasil
Investigasi
Analisa/
Regrading
RCA
Feed
Pembelajaran/ Laporan Laporan
Back ke
Rekomendasi
Unit
IKP, mengetahui penyebab IKP sampai akar masalah dan proses pembelajaran
eksternal adalah didapatkan data atau peta nasional IKP, didapatkan pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien bagi rumah sakit lain
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan alur pelaporan IKP adalah sebagai
berikut:
jam;
kepada unit kerja terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di rumah
sakit;
rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di atau pimpinan rumah sakit dikirimkan
yaitu www.buk.depkes.go.id.
kesalahan pada level manajemen atau organisasi yang lebih tinggi (latent failure)
(DepkesRI, 2008).
27
urutan pertama (Merry & Webster, 2008). Kejadian yang sama juga terjadi di
rumah sakit khusus jiwa (Rothschild, et al., 2007). Dalam penelitian yang dilakukan
G.J Fogarty dan C.M Mc Keon, menyebutkan hal yang sama bahwa medication
error adalah penyebab terbanyak yang menyebabkan cedera pada pasien. Laporan
IKP RS Jiwa Menur Semester 2 Tahun 2016 – Semester 1 Tahun 2017 juga
memberikan hasil yang sama, insiden medication error menempati urutan pertama
(Tabel 1.1).
makrosistem yang ada di rumah sakit bahkan sistem yang ada di luar rumah sakit.
yang kompleks yang dalam pengelolaannya tidak hanya tanggung jawab unit kerja,
namun tanggung organisasi dalam hal ini rumah sakit dan tanggung jawab
insiden medication error di unit kerja harus mengarah kepada pengolaan secara
sistemik.
28
Menurut WHO dan NCCMERP, medication error adalah setiap kejadian yang
dapat dicegah akibat penggunaan obat yang tidak tepat atau berbahaya bagi pasien,
konsumen. Sedangkan adverse drug event adalah respons yang tidak diharapkan
terhadap terapi obat dan mengganggu atau menimbulkan cedera pada penggunaan
Gambar 2.2 adalah hubungan antara medication error, adverse drug event dan
Gambar 2.2 Hubungan Antara Medication Error, Adverse Drug Event Dan
Potential Adverse Drug Event (Gandhi, Seger, & Bates, 2000)
Gambar 2.2 menjelaskan definisi ME yaitu error yang bisa dicegah (preventable).
Adverse drug events adalah injury yang diakibatkan oleh pengobatan, kejadian
yang preventable (missal: salah dosis) atau kejadian yang non-preventable (missal:
drug reaction (Gandhi, Seger, & Bates, 2000). Potential adverse drug events adalah
29
sebuah insiden tetapi tidak menyebabkan injury (missal: salah dosis obat namun
yang diakibatkan oleh pengobatan yang dapat dicegah (preventable) yang berada
Medication error bisa terjadi pada semua tahap medikasi. Gambar 2.3
Gambar 2.3 Tahap Medikasi Pasien Rawat Inap (Institute of Medicine, 2007)
Tahap medikasi pada pasien rawat inap terdiri dari prescribing, transcribing,
pasien.
30
Tahap medikasi untuk pasien rawat jalan sedikit berbeda dengan pasien rawat
inap. Tahap medikasi pasien rawat jalan terdiri dari prescribing, dispensing,
Gambar 2.4 Tahap Medikasi Pasien Rawat Jalan (Institute of Medicine, 2007)
Gambar 2.4 menjelaskan bahwa untuk pasien rawat jalan tidak ada proses
transcribing. Tahap administering dilakukan oleh pasien dan atau keluarga, begitu
dan administering error. Semua tahap medikasi ini melibatkan semua profesi mulai
kondisi penyakit serta latar belakang pengobatan (Velo & Minuz, 2009).
Kesalahan pada tahap peresepan ini bisa meliputi salah obat, dosis, frekuensi
dan pasien. Pada tahap ini ada kesalahan yang diakibatkan penulisan resep yang
sulit terbaca (illegible writing) (Allard, Carthey, Cope, Pitt, & Woodward, 2002).
Tidak menuliskan obat ketika ada indikasi (omission) atau menuliskan obat namun
tidak ada indikasi (antibiotik untuk diagnosa common cold) juga termasuk dalam
prescription error.
Transcribing error adalah kesalahan penulisan ulang pesanan obat dari langkah
sebelumnya (Alsulami, Conroy, & Choonara, 2013). Tahap ini adalah tahap yang
dilakukan oleh perawat ruangan dan atau apoteker. Pada tahap transcribing,
perawat ruangan dan atau apoteker akan mendokumentasikan dalam catatan medik
pasien. Kesalahan seringkali terjadi pada obat yang termasuk LASA atau NORUM
apoteker mendapatkan order melalui telepon. Pada kondisi order via telepon dapat
terjadi miscommunication, perintah lewat telepon harus dilakukan read back. Setiap
organisasi pelayanan kesehatan harus mempunyai panduan perintah lisan dan harus
Tahap dispensing adalah tahap berikutnya, tahap ini terjadi di instalasi farmasi.
Pada tahap ini tidak hanya melibatkan apoteker saja, namun juga melibatkan tenaga
yang terjadi mulai obat disiapkan sampai obat diserahkan ke perawat ( pasien rawat
inap) atau kepada pasien dan atau keluarga (pasien rawat jalan).
Tahap ini meliputi tahap penyiapan obat termasuk peracikan, pemberian label
dan diakhiri dengan menyerahkan obat dan memberikan edukasi kepada pasien dan
atau keluarga. Pada tahap dispensing dibutuhkan peran supervisi dari kepala
instalasi farmasi atau apoteker pelaksana atas tugas yang dikerjakan oleh tenaga
kefarmasian dan asisten tenaga kefarmasian. Tujuan dari supervisi ini memastikan
tidak ada kesalahan pada tahap dispensing.Kesalahan pada tahap ini bisa berupa
salah dosis, salah racikan, salah obat, salah orang dan salah jumlah.
dengan apa yang diresepkan dokter yang mengacu pada kebijakan, standar dan
prosedur rumah sakit (Alsulami, Conroy, & Choonara, 2013). Pada tahap ini
obat (dosis, waktu, cara pemberian) dan efek samping sangat dibutuhkan sehingga
Pada pasien yang rawat inap, tahap administration dilakukan oleh perawat.
Tahap administrasi dikenal dengan istilah 5 tepat yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat
rute, tepat waktu dan tepat pasien. Kesalahan bisa terjadi karena workload, staffing
33
proses yang saling terkait mulai dari prescribing sampai administration dan
maka kesalahan tersebut akan berlanjut. Kesalahan pertama bisa berupa KPC,
namun karena barrier insiden tidak berjalan sehingga akan menghasilkan insiden
Tipe insiden medication error adalah satu dari beberapa tipe insiden
saja juga menjadi faktor kontributor terjadinya medication error. Faktor kontributor
4. Tim a. Supervisi
b. Konsistensi tugas
c. Kepemimpinan dan tanggung jawab
d. Respon terhadap insiden
5. Petugas a. Kompetensi
b. Stressor fisik dan mental
standarisasi prosedur;
d. Sistem check list dan double check pada langkah kritis dalam pelayanan;
Medication errors hanya dapat dicegah dan dikurangi dengan fokus kepada
hal ini penurunan medication error ditentukan oleh budaya pelaporan insiden dan
medication error dapat dicegah dengan melibatkan pelayanan farmasi klinik dari
apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju sudah ada apoteker
medication safety;
ada.
dalam pelayanan pengobatan. Dari 4 tahap proses medikasi, 2 tahap berada dalam
tanggung jawab apoteker, yaitu tahap transcribing sampai tahap dispensing. Tahap
transcribing, adalah tahap yang harus dikerjakan oleh seorang apoteker. Sedangkan
tahap dispensing, tahap ini seorang apoteker harus melakukan supervisi apa yang
telah dikerjakan oleh petugas tenaga kefarmasian dan asisten petugas kefarmasian.
Tahap ini membutuhkan check list dan double check karena berhungan dengan alur
Fungsi – fungsi manajemen akan saling berinteraksi dan terkait serta sebagai
hasil dari interaksi antara fungsi-fungsi tersebut, maka akan timbullah proses
adalah proses yang saling terkait satu sama lain. Gambar 2.5 akan menjelaskan
Controlling Planning
Proses untuk memastikan Proses menetapkan
bahwa kegiatan tetap sasaran organisasi dan
mengarah pada sasaran cara mencapainya
Organizing
Actuating
Proses menggerakkan orang Proses pengaturan dan
agar bermotivasi melakukan alokasi tugas, wewenang
tugas dan sumber daya untuk
mencapai sasaran
perencanaan menurut Koontz dan O’Donnell (1984). Prosedur yang harus ditempuh
hubungan kerja diantara para karyawan sehingga mereka mampu mencapai tujuan
38
perusahaan secara efektif dan efisien. Desain organisasi adalah proses dimana
dapat bekerja dalam cara yang paling efektif dan efisien. Tujuan dari
a. Memotivasi para manajer dan para karyawan untuk bekerja keras dan
b. Koordinasi dari setiap tindakan karyawan, grup, fungsi, dan divisi agar mereka
masalah yang paling kompleks. Karena unsur sumber daya manusia yang paling
masalah-masalah;
b. Mencari keterangan tentang kebutuhan apa yang dirasakan oleh setiap pekerja
keadilan tanpa pilih kasih. Sukses tidaknya proses actuating sebagian besar
bahwa tujuan tercapai. Pengawasan adalah fungsi terakhir dari proses manajemen
Pengawasan meliputi:
ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan
(Petrick, 2013). Pilihan strategi yang tepat tergantung pada keunikan situasi. Ada
banyak metode PSC, namun pada dasarnya kesemuanya terdiri dari beberapa
langkah yang berurutan. Metode ini digunakan untuk melihat problem solving
Definisi lain problem solving cycle adalah sebuah pendekatan iterative yang
Dengan demikian PSC adalah sebuah pendekatan iterative yang terdiri dari
melalui fase tertentu, dapat membantu manajemen dalam suatu organisasi untuk
mengidentifikasi masalah yang timbul sehingga kemudian dapat dicari solusi yang
Ada berbagai macam framework PSC. The basic model PSC adalah seperti
Ask Question
Gather Information
Analyze
Decision
Implementation
Review
Gambar 2.6 The Basic Model of Problem Solving Cycle in Any Situation
(Levy, 1997)
Gambar 2.4 memperlihatkan the basic model PSC yang terdiri dari 7 langkah yaitu
proactive dan reactive. Proactive adalah masalah belum terjadi sudah dilakukan
PSC berawal dari problem. Membuat problem sebagai kesempatan atau peluang
Sedangkan tahapan PSC menurut Whitfield dalam (Levy, 1997) adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi masalah;
diimplementasikan;
6. Implementasi solusi;
Kedua tahapan PSC di atas mempunyai kesamaan yaitu pada tahap pertama
masalah. Pada the basic model PSC diwakili tahap ask question, gather information
dan analyze, sedangkan pada tahapan PSC oleh Whitfield adalah pada langkah
kedua yaitu mengumpulkan fakta yang berhubungan dengan masalah dan langkah
Decision pada the basic model PSC dan langkah keempat dan kelima pada
tahap PSC oleh Whitfield adalah menentukan alternative solusi dan prioritas solusi.
Implementasi pada langkah keenam baik pada the basic model PSC maupun pada
tahap PSC oleh Whitfield. Dan langkah terakhir dari satu siklus PSC adalah review
pada the basic model PSC dan verifikasi bahwa solusi menyelesaikan masalah pada
tahap PSC oleh Whitfield mempunyai tujuan yang sama yaitu evaluasi terhadap
implementasi solusi. Setelah langkah ini, siklus akan kembali ke tahap awal
sehingga sesuai dengan definisi PSC yang merupakan langkah berurutan dan
berkesinambungan.
1. Problem Analysis
yang ditemukan lebih dari satu, maka dilakukan prioritas. Masalah mana yang
yang telah ditemukan ini dilakukan prioritas. Hasil langkah problem analysis
2. Strategy design
3. Strategy development
dahulu:
dan waktu)
Pada tahap ini, solusi yang sudah direncanakan dilakukan implementasi. Dalam
penilaian yang dilakukan pada tahap akhir satu siklus PSC dengan tujuan
Tahap follow up and feedback adalah tahap akhir dari satu siklus PSC sekaligus
yang akan dikerjakan selanjutnya telah memasuki siklus kedua. Siklus kedua
Sedangkan feedback jika hasil evaluasi adalah sudah sesuai dengan target atau
standar yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini ada beberapa pilihan
yaitu:
siklus sebelumnya;
Dari keseluruhan pilihan di atas, akan kembali pada siklus awal PSC. Proses
adalah adanya peningkatan sebelum dan sesudah intervensi menjadi kondisi yang
rumah sakit (Suharsoyo & Rochmah, 2012). Pada penelitian ini, peneliti
Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur. Karena metode ini dinilai paling sesuai
46
diterapkan di Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur. PSC melihat secara mendalam dan
implementasi, monitoring dan evaluasi dan diakhiri dengan tahap follow up dan
improvement.
variasi dalam kinerja. Variasi dalam kinerja dapat (dan sering terjadi) menghasilkan
hasil yang tidak terduga dan tidak diinginkan, termasuk insiden keselamatan pasien
dan potensi sentinel event (JCI, 2015). Berdasarkan AHRQ, RCA adalah metode
grading kuning dan merah serta sentinel event. Dalam pelaksanaan Akreditasi
KARS versi 2012, RCA dimasukkan dalam elemen penilaian area manajemen yaitu
PMKP tentang pengelolaan KTD dan sentinel event. Minimal harus ada satu RCA
mengidentifikasi active failure (sharp end) dan latent failure (masalah tersembunyi
akar masalah dari kejadian yang tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk
mencegah kejadian yang sama berulang kembali. RCA merupaka metode proses
sampai langkah ketujuh yaitu rekomendasi dan rencana kerja untuk improvement.
3. Mengumpulkan data;
5. Identifikasi masalah
6. Analisa informasi
tersebut menjadi masalah yang serius yang membahayakan pasien atau rumah sakit.
Atau suatu masalah yang potensial untuk dijadikan pembelajaran dalam unit atau
organisasi yang lebih luas. Berdasarkan rekomendasi KARS, maka RCA wajib
dilaksanakan pada semua kematian yang tidak diharapkan dan semua insiden yang
tubuh.
48
Dalam melaksanakan RCA diperlukan orang yang memahami dan telah terlatih
untuk melaksanakan semua langkah RCA. Dalam satu tim RCA, idealnya terdiri 3-
insiden yang serius misalnya sentinel event, anggota tim bisa dibebaskan dari tugas
sehari-hari.
sekunder melalui dokumen yang ada di unit tempat kejadian; dan dengan
1. Kronologi narasi
yang sederhana.
2. Tabular timeline
waktu, cerita kejadian dan dilengkapi informasi tambahan, good practice dan
Dalam menggunakan alat untuk memetakan kronologi berdasarkan dari insiden dan
Insiden adalah masalah yang terjadi dalam pelayanan baik itu melakukan
Satu insiden bisa terdiri dari beberapa CMP. CMP adalah pelayanan yang
analysis, barrier analysis, fishbone, flow chart dan cause and effect analysis. 5 why
juga dikenal sebagai why-why chart, difokuskan pada pencarian penyebab insiden
yang lebih mendalam. Langkah analisa ini menghasilkan penyebab insiden dan
melakukan deskripsi, interpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu
metode penelitian, didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat
Proses action research ada dua tahap. Tahap pertama adalah tahap
diagnostik dan tahap kedua adalah terapi. Tahap pertama merupakan tahapan
dimana dilakukan kolaboratif atas masalah oleh peneliti dan partisipan. Tahap
perubahan berdasarkan hasil dari tahap pertama. Dampak atas perubahan dipelajari,
pertama.
1. Tujuan dan nilai penelitian. Action research berorientasi pada perubahan dan
data;
51
KERANGKA KONSEPTUAL
Faktor Organisasi:
a. Kebijakan
b. SPO
c. Monitoring dan evaluasi
d. Supervisi
e. Alur pelayanan
f. Komunikasi antar profesi Faktor Individu:
g. Komunikasi antara staf dan pasien a. Awareness
h. Kepemimpinan b. Komitmen
i. Struktur organisasi c. Kepatuhan terhadap SPO
j. Sistem pelaporan insiden d. Motivasi
k. Budaya e. Kompetensi
Process
1. Tahap Prescribing
2. Tahap Transcribing
Problem Solving Cycle
3. Tahap Dispensing: a. Identifikasi insiden medication error
a. Pengkajian resep; tahap dispensing
b. Penyiapan atau peracikan b. Analisa penyebab insiden medication
resep; error tahap dispensing
c. Pemberian label atau c. Menyusun alternatif dan prioritas solusi
etiket; insiden medication error tahap
d. Telaah obat; dispensing
e. Penyerahan obat dan d. Menyusun langkah dan implementasi
edukasi. solusi
e. Melakukan monitoring dan evaluasi
4. Tahap Administration f. Menilai hasil
5. Tahap Monitoring
Output
Medication Error
: diteliti
: tidak diteliti
52
53
penggunaan obat yang tidak tepat atau berbahaya bagi pasien, yang berada dalam
dapat terjadi pada semua tahap proses medikasi. Pada penelitian ini hanya
dilakukan pada tahap dispensing, karena insiden tahap dispensing paling tinggi
tahap dispensing. Identifikasi insiden dari data sekunder yaitu berupa pelaporan
insiden keselamatan pasien dan dilakukan secara observasi pada periode waktu
kejadian,sub tipe, jenis, tempat kejadian, akibat dan grading insiden. Identifikasi
insiden juga memastikan bahwa tidak ada kesalahan pada penulisan resep yang
insiden dilakukan dengan metode RCA. Pada analisa penyebab insiden, peneliti
akan melibatkan staf Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur. Analisa penyebab fokus
pada faktor organisasi dan komunikasi yaitu kebijakan, SPO, supervisi, monev,
komunikasi antar profesi dan komunikasi antara staf dan pasien pada tiap sub proses
tahap dispensing.
metode CARL. Metode CARL adalah penilaian prioritas secara kualitatif dengan
54
tinggi letaknya pada urutan prioritas. Skala yang dipakai untuk menentukan
Kemudahaan didasarkan pada ketersediaan metode atau cara atau teknologi serta
pada kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan; leverage didasarkan pada seberapa besar pengaruh solusi yang
evaluasi. Langkah terakhir dari satu siklus PSC adalah menilai hasil. Apakah
program tersebut berhasil atau tidak. Pada penelitian ini, langkah PSC hanya akan
dilakukan satu siklus saja. Dengan demikian diharapkan insiden medication error
tahap dispensing yang menjadi masalah, setelah dilakukan intervensi PSC bisa
menurun frekuensinya dan jenis insiden juga turun menjadi KNC atau KPC.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian action research. Dalam penelitian ini
dispensing
6. Menilai hasil
pada lokasi penelitian. Waktu penelitian mulai Desember 2017 – Juni 2018.
Subyek penelitian adalah unit kerja, yaitu Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur.
Responden sebagai sumber informasi yaitu seluruh staf yang terlibat tahap
55
56
sebagai berikut:
Melakukan identifikasi insiden medication error tahap dispensing
di Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur
Melakukan analisa penyebab insiden medication error tahap dispensing di Instalasi Farmasi
RS Jiwa Menur dengan menggunakan metode RCA
Menyusun alternatif dan prioritas solusi medication error tahap dispensing di Instalasi
Farmasi RS Jiwa Menur dengan FGD
Menyusun langkah dan melakukan implementasi solusi medication error tahap dispensing di
Instalasi Farmasi RS Jiwa Menur
Menilai hasil
berdasarkan waktu kejadian, sub tipe insiden (salah dosis, salah obat, salah orang,
dll), jenis insiden (KPC, KNC, KTC, KTD, sentinel event), tempat kejadian,
Grading akan dilakukan sesuai panduan yang terlampir pada halaman 75.
Semakin tinggi grading sebuah insiden, makin prioritas insiden tersebut untuk
menggunakan RCA. Fokus RCA pada kebijakan, SPO, supervisi dan monev tahap
dispensing serta komunikasi antara staf dan antar staf dengan pasien pada tahap
dispensing. RCA akan melibatkan staf IFRS Jiwa Menur yang terlibat dalam tahap
metode CARL. Root cause yang didapatkan akan dilakukan FGD untuk
menentukan alternatif solusi dan prioritas solusi. Peserta FGD adalah staf IFRS
Jiwa Menur yang menjalankan pelayanan dispensing dan manajemen yang terkait.
FGD juga dilakukan dengan pasien dan atau keluarga untuk menemukan masalah
yang ada pada komunikasi antara staf dengan pasien dan atau keluarga.
dan evaluasi setelah program selesai diimplementasi. Dan dinilai hasil, apakah
program berhasil dilaksanakan atau tidak berhasil. Penelitian ini hanya melakukan
insiden medication error tahap dispensing. Data sekunder pelaporan insiden dari
Sub Komite KPRS RS Jiwa Menur dan dokumen yang berkaitan dengan tahap
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan metode RCA. Hasil yang
didapatkan dari langkah RCA akan menjadi input untuk pelaksanaan langkah dalam
PSC.
61
BAB 5
sub tipe, jenis, tempat, dampak dan grading insiden) di Instalasi Farmasi
RS Jiwa Menur
5.5 Alternatif dan prioritas solusi insiden medication error tahap dispensing
Allard, J., Carthey, J., Cope, J., Pitt, M., & Woodward, S. (2002). Medication Errors:
Causes, Prevention and Reduction. British Journal of Haematology, 116.
Alsulami, Z., Conroy, S., & Choonara, I. (2013). Medication Errors in The Middle East
Countries: A Systematic Review of The Literature. European Journal of Clinical
Pharmacology, 69(4), 995-1008.
Beuzekom, M. V., Boer, F., Akerboom, S., & Hudson, P. (2010). Patient Safety: Latent
Risk Factors. British Journal of Anaesthesia, 105(1).
Care, A. C. (2012). Safety and Quality Improvement Guide Standard 4: Medication Safety
(Oktober 2012). Sydney: ACSQHC.
Donaldson, L. J., & Scally, G. (1998). Looking Forward: Clinical Governance and The
Drive for Quality Improvement in The New NHS in England. Bristish
Management Journal, 317, 61-65.
Gandhi, T. K., Seger, D. L., & Bates, D. W. (2000). Identifying Drug Safety Issues: From
Research to Practice. Journal For Quality in Health Care, 96-76.
Hewitt, T., Chreim, S., & Forster, A. (2016). Incident Reporting Systems: A Comparative
Study of Two Hospital Divisions. Archives of Public Health, 74(34).
Hutchinson, A., Young, T. A., Cooper, K. L., McIntosh, A., Karnon, J. D., Scobie, S., &
Thomson, R. G. (2009). Trends in healthcare incident reporting and relationship to
safety and quality data in acute hospitals: results from the National Reporting and
Learning System. BMJ Quality & Safety, 18(1), 5-10. doi:doi:
10.1136/qshc.2007.022400
62
63
Institute of Medicine. (2007). Preventing Medication Errors. Washington DC: The National
Academies Press.
Jones, G. R., & George, J. M. (2008). Contemporary Management (8th ed.). Texas A&M
University.
Karavasiliadou, S., & Athanasakis, E. (2014). An Inside Look Into The Factors
Contributing to Medication Errors in The Clinical Nursing Practice. Health Science
Journal, 8(1).
Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety) (III ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
KKPRS. (2015). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety
Incident Report). Jakarta.
Kohn, L. T., Corrigan, J. M., & Donaldson, M. S. (2000). To Err Is Human: Building a
Safer Health System. Washinton DC: National Academy Press.
Maidment, I. D., Lelliot, P., & Paton, C. (2006). Medication Errors in Mental Healthcare:
A Systematic Review. Quality and Safety Health Care, 15, 409-413. doi:doi:
10.1136/qshc.2006.018267
Merry, F. A., & Webster, C. S. (2008). Medication Error in New Zealand-Time to Act. The
New Zealand Medical Journal, 121.
NHS Improvement. (2017). NHS Improvement. Retrieved September 1th, 2017, from
https://improvement.nhs.uk/resources/national-quarterly-data-patient-safety-
incident-reports-march-2017/
Petrick, K. (2013). The Problem Solving Cycle - An Effective Step - by Step Approach to
Find Viable Solutions. Retrieved October 12th, 2017, from
https://ansusconsultingblog.wordpress.com/2013/05/18/the-problem-solving-
cycle-an-effective-step-by-step-approach-to-find-viable-solutions/
Quality Improvement Made Simple (2nd ed.). (2013). London: The Health Foundation.
Rothschild, J. M., Mann, K., Keohane, C. A., Williams, D. A., Foskett , C., Rosen, S. L.,
Bates, D. W. (2007). Medication Safety in A Psychiatric Hospital. General
Hospital Psychiatry, 29, 156-162.
64
Susanto, A. D., & Pudjirahardjo, W. J. (2013). Intervensi Problem Solving Cycle (PSC)
Intervention Berdasarkan 7 Prinsip Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Journal Administrasi Kebijakan Kesehatan, 76-79.
Tricarico, P., Castriotta, L., Bellomo, F., Cattani, G., Grillone, L., Degan, S., Brusaferro,
S. (2016). Hospital patient safety culture and beyond: Incident reporting trends in
an Italian academic hospital: Pierfrancesco Tricarico. European Journal of Public
Health, 26(1). doi: https://doi.org/10.1093/eurpub/ckw174.006
Tim FKM Unair. (2009). Modul Pelatihan Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah
Sakit Pendekatan PSC. Surabaya: Universitas Airlangga.
Velo, G. P., & Minuz, P. (2009). Medication Errors: Prescribing Faults and Prescription
Errors. British Pharmacological Society, 67(6), 624-628.
LAMPIRAN
Lampiran 1
65
66
Lampiran 2
Tabel 2 Medication Error Berdasarkan Tipe Kesalahan dalam Setiap Tahap Proses
Medikasi di RS Jiwa Menur Tahun 2016 – 2017 (per Semester)
Tahun 2016 Tahun 2017
Medication Error
Semester 1 Semester 2 Semester 1
Tahap Tipe kesalahan ∑ % ∑ % ∑ %
Prescribing Salah dosis 1 17% 1 2% - -
Salah pasien 1 17% 2 4% - -
Salah obat 1 17% 3 7% 2 10%
Ketidaktepatan identitas
- - 11 24% - -
pada resep
Wrong drug Illigible or
- - 1 2% - -
ambiguous prescription
Meresepkan obat yang
- - 1 2% - -
sudah diketahui alergi
Transcribing - - - - - -
Dipensing Salah dosis 2 33% 7 16% 1 5%
Salah pasien - - - - 2 10%
Salah obat 1 17% 10 22% 7 35%
Kurang jumlah atau
- - 5 11% - -
macam obat
Keterlambatan - - - - 4 20%
Resep hilang 3 15%
Ketidaktepatan etiket - - 2 4% - -
Administration Salah dosis - - 1 2% - -
Salah pasien - - 1 2% 1 5%
Salah obat - - - - - -
Total 6 100% 45 100% 20 100%
Sumber data: Laporan Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2016 – Juni 2017
67
Lampiran 3
Ujian Proposal
Sidang Etik
Identifikasi
masalah
Analisa
penyebab
FGD 2
Progress report
Menyusun
solusi
FGD 3
Progress report
Menyusun
langkah solusi
Progress report
68
2017 2018
Uraian
Okt Nov Des Jan Feb Mar Mei Jun Jul
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Implementasi
solusi
Monev
Menilai hasil
Menyusun
perbaikan
medication
error tahap
dispensing
Seminar hasil
69
70
Lampiran 5
Tanggal : ...............................................................
Jam ......................................
2. KPC : ..................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Pasien
Pengunjung
Lain-lain ........................................................................................(sebutkan)
........................................................................................................... (sebutkan)
........................................................................................................... (sebutkan)
71
6. Tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kondisi potensi cedera selama
ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Dokter
Perawat
Ya Tidak
Kapan?................................................................................................................
Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut untuk
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Pembuat Penerima
: ................................... : ...................................
Laporan Laporan
Paraf : ................................... Paraf : ...................................
Tgl Lapor : ................................... Tgl terima : ...................................
72
Lampiran 6
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEN
Nama : ..............................................................................................
No MR : .........................................
Ruangan : .............................................
> 65 tahun
JAMKESMAS JAMKESDA
2. Insiden : .........................................................................................................
3. Kronologis Insiden
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
(Sentinel Event)
Pasien
Pengunjung
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
74
Pasien
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
K3 RS.
Pasien UGD
Lain-lain ..................................................................................(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Kematian
Cedera Ringan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Dokter
Perawat
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Kapan? ..........................................................................................................
Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut untuk
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
BIRU HIJAU
KUNING MERAH
Lampiran 7
IDENTIFIKASI INSIDEN MEDICATION ERROR TAHAP DISPENSING DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR
79
5 Salah obat (pasien rawat jalan. 25-9-2017 Salah obat KTD IFRS Jiwa Obat belum diminum Moderate
Alena terbaca arkine) Menur oleh pasien.
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
6 Salah obat (TFP diberikan THD) 15-9-2017 Salah obat KNC Irna Obat belum diberikan Moderate
12.00 ke pasien oleh
perawat.
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
7 Salah dosis obat (Seroquel XR 23-8-2017 Salah dosis KTD IFRS Jiwa Kesalahan diketahui Moderate
400mg diberikan Seroquel XR 18.30 Menur sebelum pasien
200mg, pasien rawat jalan) meminum obatnya,
pasien kembali ke
IFRS Jiwa Menur
untuk mendapatkan
obat yang benar.
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
8 Salah pasien (no antrian B007 1-8-2017 Salah KTD IFRS Jiwa Obat belum diminum Moderate
diberi obat dengan no antrian 10.00 pasien Menur oleh pasien, petugas
A007) mendatangi rumah
pasien untuk
menukar dengan obat
yang benar.
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
80
9 Pasien rawat jalan resep 7-6-2017 Salah obat KTD IFRS Jiwa Obat sudah diminum Moderate
Haloperidol mendapatkan Menur oleh pasien. Pasien
Prohiper memberikan
informasi ke dokter
pada saat control di
bulan berikutnya dan
menanyakan apakah
obatnya diganti?
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
10 Obat yang diresepkan terlambat 9-6-2017 KTD IFRS RS Pasien kondisi gaduh High
datang (rawat inap) Jiwa gelisah tidak
Menur mendapatkan injeksi
untuk memperbaiki
kondisi pasien.
Kondisi pasien tidak
membaik
11 Salah pasien (pasien dengan 12-6-2017 Salah KTD IFRS RS Pasien anak telah High
nama sama, mendapatkan obat 14.30 pasien Jiwa meminum obat (dosis
utk pasien dewasa. Pasien Menur dewasa). Pasien tidur
M.Erfan dan Ivan Sunarko) dalam. Staf IFRS
Resep diserahkan oleh AA Jiwa Menur
mendatangi rumah
pasien untuk
mengganti obat dan
mengajak pasien ke
81
RS Jiwa Menur untuk
di obaservasi
12 Mesin cetak etiket error, etiket Okt, Des Identifikasi KPC IFRS Jiwa Risiko kesalahan
ditulis tangan 2017 dan Menur besar dengan volume
Jan 2018 kerja yang tinggi. Moderate
Tidak didapatkan
cedera pada pasien
13 Obat LASA diletakkan tidak IFRS Jiwa Tidak didapatkan
Salah obat KPC Moderate
sesuai prosedur Menur cedera pada pasien
82
83
Lampiran 9
TAHUN 2017 )
RS JIWA
NO PELAYANAN STANDAR KET
MENUR
RS JIWA
NO PELAYANAN STANDAR KET
MENUR
pengkajian
resep
RS JIWA
NO PELAYANAN STANDAR KET
MENUR
Edukasi belum
terdokumentasi
86
Lampiran 10
TAHUN 2017 )
peracikan
resep
Lampiran 11
TAHUN 2017 )
resep sesuai
standar
c. Tidak ada
double
check obat
LASA
Ada form
bukti
penyerahan
dan edukasi
Lampiran 12
PELAYANAN RS JIWA
NO STANDAR KET
DISPENSING MENUR
Tidak perlu
dilakukan
supervisi
Tidak perlu
dilakukan
supervisi
91
Lampiran 13
DISPENSING
1 Pengkajian resep
4 Telaah obat
Lampiran 14
DISPENSING
TAHUN 2017 )
Lampiran 15
LAMPIRAN 16
I. Data Umum
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis kelamin :
d. Pendidikan terakhir :
e. Jabatan :
f. Lama bekerja :
g. Tanggal wawancara :
a. Apakah ada kebijakan, panduan atau pedoman dan SPO yang mengatur
c. Siapa yang melakukan supervisi pada staf terlibat dalam kejadian ini?
f. Apakah terdapat proses di tempat ini untuk verifikasi label sudah sesuai
dengan obat?
g. Apakah terdapat SPO di tempat ini untuk memastikan resep Look alike
j. Apakah semua staf yang terlibat sudah mengikuti secara benar SPO
komunikasi?
3. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut terulang lagi?
96
Lampiran 17
a. Observasi
b. Dokumentasi
c. Interview
Insiden:
Ketua :
Anggota :
98
99
MASALAH I PENYEBAB
MASALAH II PENYEBAB
Sumber Daya
Tingkat Penanggung Bukti
Akar Masalah Tindakan Waktu Yang Paraf
Rekomendasi Jawab Penyelesaian
Dibutuhkan
101
102
Lampiran 18
LEMBAR KERJA FGD
MENENTUKAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH/ SOLUSI
Lampiran 19
LEMBAR KERJA FGD
MENENTUKAN ALTERNATIF SOLUSI
104