Anda di halaman 1dari 38

Lampiran PER-DIR No.

: 001/PER-DIR/PKPO/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalsi Farmasi RSIA Permata Dalima

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI FARMASI
_______________________

RSIA PERMATA DALIMA

Bumi Serpong Damai Sektor 1 – 2 Blok UA 26 – 27 Rawa Buntu Kec.


Serpong Tangerang Selatan Telp. 021 – 538 0375
www.rspermata.co.id

RSIA Permata Dalima 2022


Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah buku pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi RSIA Permata Dalima Serpong.

Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Farmasi, buku ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan
tanggung jawab masing – masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah
sakit dan melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Pelayanan Farmasi agar
senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.

Direktur
RSIA Permata Dalima Serpong

drg M. Tryanza Maulana,MM,MARS

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi ii
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Mengesahkan,

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan,

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI

RSIA PERMATA DALIMA SERPONG

Sebagai acuan yang digunakan dalam melaksanakan seluruh kegiatan

Pelayanan Instalasi Farmasi di RSIA Permata Dalima Serpong

Tangerang Selatan, Maret 2022

Direktur

RSIA Permata Dalima Serpong

drg M. Tryanza Maulana,MM,MARS

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi iii
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................... 1
1.3 Fungsi..................................................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Pelayanan ...................................................................................... 2
1.5 Batasan Operasional ............................................................................................... 2
BAB II STANDAR KETENAGAAN ...................................................................................... 5
2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia ……………………………………………………...5
2.2 Distribusi Ketenagaan……………………………………………………………………….. 5
2.3 Pengaturan Jaga ……………………………………………………………………………..6

BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................................ 7


3.1 Denah Ruang………………………………………………………………………………...7
3.2 Standar Fasilitas……………………………………………………………………………..7

BAB IV KEBIJAKAN ........................................................................................................... 9


BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN.............................................................................. 11
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ..................................................................................... 15
BAB VII KESELAMATAN KERJA ..................................................................................... 23
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .................................................................................... 26
BAB IX PENUTUP ........................................................................................................... 28
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 29

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi iv
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.

Salah satu pelayanan di Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, yang merupakan kegiatan penunjang pelayanan kesehatan terkait pengobatan
pasien di Rumah Sakit. Masyarakat saat ini banyak menuntut akan mutu pelayanan farmasi,
sehingga mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma drug oriented ke
paradigma patient oriented dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian).

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk


mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Dengan demikian dibutuhkan suatu managemen obat
dengan komponen pengaturan pengobatan simptomtatik, preventif, kuratif, dan paliatif
terhadap penyakit dengan berbagai kondisi, dengan sistem dan proses dan upaya multidisplin
serta terkoordinir untuk menerapkan proses yang efektif serta implementasi kegiatan terhadap
seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan, peresepan, pencatatan, pendistribusian,
persiapan, penyaluran, pemberian, pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat.

Untuk membantu pelaksanaan kegiatan pelayanan farmasi di rumah sakit yang efisien
dan efektif, maka diperlukan pedoman pelayanan Instalasi Farmasi.

1.2 Tujuan
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit.
2. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi di rumah sakit.
3. Menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.
4. Memperluas fungsi dan peran apoteker farmasi rumah sakit.
5. Melindungi masyarakat/ pasien dari pelayanan yang tidak profesional dan
penggunaan obat yang tidak rasional.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 1
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

1.3 Fungsi
Memberikan pelayanan kefarmasian yang baik dilingkungan RSIA Permata Dalima,
dalam menunjang keberhasilan terapi yang diberikan dokter penanggung jawab.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit terdiri dari pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan komponen yang mencakup sistem, proses,


upaya multidisiplin, terkoordinir, menerapkan prinsip proses yg efektif, terimplementasi dalam
kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di setiap tahapan kegiatan, yaitu pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan
pelaporan.

Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan meliputi


pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pelayanan
informasi obat, konseling.

1.5 Batasan operasional


Pedoman pelayanan Instalasi Farmasi adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi
arah dalam pelayanan farmasi rumah sakit, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.

a. Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit, tempat
penyelenggarakan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditunjuk untuk
keperluan rumah sakit itu sendiri.
b. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
c. Petugas farmasi adalah tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian.
d. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
e. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
f. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya
farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 2
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

g. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada
manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
h. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat
keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh
Apoteker.
i. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
j. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah
pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat
dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui
penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja
sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
k. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian
terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat
diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme
tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan
farmasi yang berkesinambungan.
l. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
m. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah
n. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
o. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat
kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi.
p. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 3
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

q. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
r. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
s. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang
meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan
farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.
t. Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik
profesi farmasi.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 4
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).

Kualifikasi tenaga kefarmasian yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) serta Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknik Kefarmasian (STRTTK) dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknik
Kefarmasian (SIKTTK).

Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) dapat terdiri dari sarjana farmasi, ahli madya farmasi,
analis farmasi dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker. Selain tenaga kefarmasian,
Instalasi Farmasi memiliki tenaga administrasi yang melaksanakan tugas keadministrasian.

2.2 Distribusi Ketenagaan

NO JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH PENEMPATAN

1 Kepala Instalasi • Apoteker 1 orang


Farmasi
2 Apoteker • Apoteker Sesuai Ruang Rawat
fungsional Kebutuhan Inap dan Instalasi
Farmasi
3 Penanggung Sarjana farmasi, Sesuai Instalasi Farmasi
Jawab teknis ahli madya farmasi, kebutuhan
kefarmasian dan tenaga
menengah farmasi
4 Tenaga teknis Sarjana farmasi, Sesuai Instalasi Farmasi
kefarmasian ahli madya farmasi, Kebutuhan
dan tenaga
menengah farmasi
5 Tenaga SMU/sederajat Sesuai
administrasi Kebutuhan

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 5
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

2.1 Pengaturan Jaga


Pengaturan ketenagaan Instalasi Farmasi diatur berdasarkan pengaturan jam dinas sesuai
dengan pola shift.

a. Waktu kerja pelayanan farmasi 24 jam (3 shift).


b. Ketenagaan tiap shift terdiri dari :
- Shift pagi : Apoteker, Penanggung Jawab teknis kefarmasian, tenaga teknis
kefarmasian, dan tenaga administrasi.
- Shift siang : Apoteker, Penanggung Jawab teknis kefarmasian, tenaga teknis
kefarmasian, dan tenaga administrasi.
- Shift malam : Penanggung Jawab teknis kefarmasian, tenaga teknis
kefarmasian
c. Pengaturan waktu kerja dapat dilakukan berjenjang sesuai dengan kebutuhan.
d. Pengaturan waktu kerja di hari minggu/libur, tiap shift terdiri dari Penanggung Jawab
teknis kefarmasian dan tenaga teknis kefarmasian.
e. Pemenuhan kebutuhan tenaga diluar jadwal rutin dipenuhi dari lembur, Tenaga
dengan perjanjian kerja waktu tertentu.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 6
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB III
STANDAR FASILITAS
Lokasi instalasi Farmasi menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit. Fasilitas yang
tersedia terbagi untuk penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada pasien,
dispensing, serta ada penanganan limbah. Terpenuhi persyaratan ruang tentang suhu,
pencahayaan, kelembaban, tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang
pengerat. Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
perlengkapan dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair untuk obat luar atau
dalam.

3.1 Denah Ruang


Pembagian ruangan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit terdiri dari beberapa area
berdasarkan kegiatan yaitu :
a. Area Pimpinan
b. Area kerja terdiri dari :
1. Area penerimaan resep
2. Area peracikan obat
3. Area pengemasan obat
4. Area penyerahan obat pasien Rawat Jalan
5. Area penyiapan dan penyerahan obat pasien rawat inap
c. Area penyimpanan perbekalan farmasi
d. Ruang konseling dan administrasi
3.2 Standar Fasilitas
a) Peralatan Kantor
1. Komputer
2. Printer
3. Furniture (meja, kursi, rak lemari, filling cabinet)
4. Alat tulis kantor
5. Telepon
6. Kalkulator
7. Cap stempel Rumah Sakit
8. Cap stempel Apoteker Penanggung Jawab
9. Blangko copy resep
b) Peralatan Produksi
1. Timbangan Gram dan anak timbangan
2. Timbangan mg dan anak timbangan
3. Timbangan digital
4. Mesin pembungkus puyer

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 7
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

5. Lumpang dan alu 16 cm


6. Lumpang dan alu 10 cm
7. Pengayak
8. Blender/pulverizer
9. Gelas ukur 50 ml
10. Gelas ukur 10 ml
11. Gunting
12. Etiket plastik / putih / biru
13. Kertas Perkamen
14. Etiker plastik biru / putih
15. Kapsul ukuran 0, 00 , 1, 2
16. Pot ukuran 200, 100, 50, 30
17. Baki Obat tablet
18. Baki Obat Permintaan ruangan

c) Peralatan penyimpanan
1. Lemari atau rak yang rapi
2. Lemari pendingin dan ac untuk obat yang termolabil
3. Lemari penyimpanan obat khusus untuk obat narkotika dan psikotropika

d) Peralatan pendistribusian/pelayanan
1. Layar Panggil
2. Alat pengeras suara

e) Peralatan Konsultasi
Buku kepustakaan :

1. Formularium
2. Farmakologi dan terapi Obat
3. Farmakope Indonesia IV
4. MIMS
5. MIMS Annual
6. ISO Farmakoterapi
7. ISO
8. Interaksi Obat
9. Dummy obat-obat tertentu
10. Information Obat Nasional Indonesia (IONI)
11. Farmakologi Klinik Dasar

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 8
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB IV
KEBIJAKAN

A. Kebijakan Umum:
1. Pelayanan di farmasi menunjang dalam pemberian dan edukasi terkait obat kepada
pasien dan/atau rekan sejawat lainnya yang diatur secara organisatoris dalam
pelayanan farmasi terintegrasi.
2. Semua pelayanan kefarmasian meliputi penerimaan resep, keluar melalui satu pintu
yaitu unit Farmasi RSIA Permata Dalima.
3. Pelayanan instalasi Farmasi dilaksanakan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu.
4. Pelayanan di farmasi harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
5. Semua petugas kefarmasian wajib memiliki izin dan kompetensi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas farmasi wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
7. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
8. Evaluasi mutu farmasi mengacu kepada Standar Pelayanan Rumah Sakit.
9. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan
10. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
11. Setiap bulan wajib membuat laporan penerimaan resep dan mutu farmasi rumah
sakit.

B. Kebijakan Khusus
1. Perbekalan farmasi harus diadakan dan dioptimalkan untuk menunjang pelayanan
dalam orientasi patien safety.
2. Setiap pelayanan kefarmasian, meliputi resep yang diterima harus dilakukan telaah
terlabih dahulu.
3. Mengikuti kegiatan pemantapan mutu eksternal.
4. Resep adalah permintaan dari dokter kepada farmasi, yang bilamana terjadi
kekosongan obat harus konfirmasi kepada dokter penanggung jawab.
5. Obat yang berada di instalasi farmasi mengacu kepada Formularium Rumah Sakit yang
berlaku.
6. Waktu tunggu pada psien rawat jalan, untuk resep obat jadi berkisar 15 menit dan untuk
resep obat racikan berkisar 30 menit.
7. Pasien harus diberikan edukasi pada saat pemberiaan obat dalam rangka mutu
palayanan rumah sakit .

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 9
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

8. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti


pelatihan yang diselenggarakan oleh organisasi Profesi.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 10
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

5.1 PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI


Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
perencanaan sampai evaluasi yang terkait satu dengan yang lain mencakup perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
5.1.1 Kegiatan Perencanaan
Perencanaan Perbekalan Farmasi adalah pemilihan jenis dan jumlah Perbekalan
Farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan (metode konsumsi).
Perencanaan yang baik diharapkan dapat tepat jenis, tepat jumlah, tepat tersedia pada
saat dibutuhkan.
5.1.2 Kegiatan Pengadaan
Pengadaan merupakan realisasi kebutuhan yang telah direncanakan. Pengadaan
perbekalan farmasi di Rumah Sakit dapat berupa pembelian, produksi atau donasi/sampel
yang dibeli dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Instansi Pemerintah. Tujuan
pengadaan Perbekalan Farmasi adalah mendapatkan Perbekalan Farmasi dengan harga
layak, mutu baik, pengiriman barang yang terjamin serta tepat waktu.
5.1.3 Kegiatan Penerimaan
Merupakan kegiatan penerimaan Perbekalan Farmasi yang dilakukan sesuai dengan
aturan kefarmasian yang berlaku.
Pedoman penerimaan perbekalan farmasi :
a) Barang bersumber dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), apotek rekanan, instansi
pemerintah.
b) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
c) Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung
jawab, terlatih baik dan mengerti sifat penting dari perbekalan farmasi sehingga
perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan nama, jenis, jumlah, kondisi fisik,
dan tanggal kadaluarsa perbekalan farmasi berdasarkan surat pesanan dan atau
faktur.
5.1.4 Kegiatan Penyimpanan
Kegiatan menyimpan Perbekalan Farmasi yang diterima dengan cara menempatkan
Perbekalan Farmasi pada tempat yang sesuai sehingga terhindar dari gangguan fisik dan
dapat menjaga mutu obat selama penyimpanan.
Penyimpan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas instalasi farmasi, perawat,

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 11
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

kepala instalasi ruang keperawatan, petugas radiologi, petugas fisioterapi dan petugas
laboratorium di unit kerja masing-masing.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, alfabet, First
Expired First Out (FEFO), First in Fisrt Out (FIFO), Look A Like Sound A like (LASA), Obat
yang perlu pengawasan yaitu Elektrolit Konsentrat-High Alert atau obat kemoterapi.
Penyimpanan yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan menjamin mutu,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan
mudah dalam pencarian dan pengawasan.
Elektrolit Konsentrat tinggi tidak disimpan pada unit perawatan lain terkecuali Instalasi
Farmasi, IGD, OK dan VK. Elektrolit konsentrat tinggi yang disimpan pada unit perawatan
psaien dilengkapi dengan pengaman, harus dilabel yang jelas dan pada area yang
dibatasi ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
5.1.5 Kegiatan Pendistribusian
Merupakan kegiatan pendistribusian Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit dengan
tujuan tersedianya Perbekalan Farmasi. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk
pasien rawat inap dilakukan dengan sistem kombinasi antara sistem distribusi resep
perorangan dan sistem distribusi persediaan ruangan.
5.1.6 Kegiatan Pengendalian
Pengendalian Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan untuk memastikan agar
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi atau
diunit pelayanan.
Kegiatan pengendalian dilakukan dengan menghitung kebutuhan rata-rata sesuai
dengan Lead Time/ waktu tunggu serta menentukan stok minimal dan stok maksimal.
Serta buffer stok / stok pengaman untuk mencegah terjadinya hal yang tidak terduga
seperti kebutuhan cito, kekosongan atau keterlambatan pengiriman. Beberapa kegiatan
pengendalian Perbekalan Farmasi yang perlu diperhatikan di Instalasi Farmasi antara lain
adanya penarikan obat (recall), slow moving, rusak dan kadaluarsa.
5.1.7 Pemusnahan
Pengelolaan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa, dibawah pengawasan
Manager Pelayanan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan wilayah RS setempat.
Resep dimusnahkan setalah disimpan selama 3 tahun oleh Apoteker diketahui oleh
Manager Pelayanan dan Asisten Apoteker. Pemusnahan harus disertai dengan Berita
Acara Pemusnahan dan dilaporkan ke Direktur RS.
Pemusnahan sisa obat narkotika disaksikan oleh dua petugas yang berbeda profesi
dan didokumentasikan dalam formulir/berita acara pemusnahan sisa obat narkotika .
5.1.8 Monitoring dan Evaluasi
Untuk mempertahankan mutu pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit perlu

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 12
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi, hal ini bermanfaat sebagai masukan guna
penyusunan kegiatan perencanaan dan pengambilan suatu keputusan. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dapat dilakukan secara/berkala di Instalasi Farmasi.

5.2 PELAYANAN FARMASI KLINIK


Istilah farmasi klinis digunakan untuk menggambarkan praktek kefarmasian
berorientasi pelayanan kepada pasien yang menerapkan pengetahuan dan keahlian
farmasi dalam membantu memakasimalkan efek obat bagi pasien secara individual.
Ruang lingkup fungsi farmasi klinis :
5.2.1 Pengkajian resep
Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, mengidentifikasi dan mencegah serta
mengatasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
Pengkajian resep yang dimulai dari pengkajian administrasi yang meliputi kelengkapan
resep, terdiri dari identitas dokter dan pasien (nama, umur, jenis kelamin serta berat badan
terutama untuk pasien anak); pemeriksaan kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan,
formularium, frekuensi, kekuatan stabilitas, cara dan lama pemberian obat; serta
pengkajian klinis yang terdiri dari adanya alergi, efek samping, interaksi obat, kesesuaian
formularium.
5.2.2 Dispensing khusus
Kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan dan
meracik obat, memberi label dan etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat
yang memadai disertai sistem dokumentasi
5.2.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
Memantau dan melaporkan ke Panitia Monitoring Efek Samping Obat Nasional
setiap respon obat dalam formularium yang menimbulkan efek samping dan tidak
diharapkan pada pasien.
5.2.4 Pelayanan informasi obat
Memberikan informasi dan edukasi mengenai kefarmasian kepada dokter, pasien,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
5.2.5 Konseling
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien rawat jalan dan rawat inap
yang berkaitan dengan obat, berkoordinasi dengan bagian terkait.
5.2.6 Pengkajian penggunaan obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang berkesinambungan untuk
menjamin obat – obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif aman dan terjangkau.
Obat yang menjadi prioritas untuk dikaji :

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 13
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

a. Obat yang diduga penggunaannya tidak rasional, contoh: Antibiotik,


Polifarmasi
b. Obat mahal
c. Obat yang akan dievaluasi di formularium
Pencatatan dari setiap kegiatan di Instalasi Farmasi dilakukan secara manual dan
komputerisasi. Untuk pelaporan kegiatan farmasi klinik dilakukan secara periodik kepada unit
terkait diketahui oleh Manajer Penunjang Medik untuk dilakukan analisa dan evaluasi lebih
lanjut.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 14
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pelayanan Farmasi berfokus pada keselamatan pasien. Keselamatan pasien adalah


suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi, pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu indakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah


kompleks dan banyak hambatan. Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara
menyeluruh dan terpadu.

6.1 Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien di Instalasi Farmasi:


a. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
b. Melakukan praktek klinik yang aman dan dalam lingkungan yang aman
c. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi
d. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko yang
berorientasi kepada pasien
e. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :
- mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)

- membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event

- mengurangi efek akibat adverse event

6.2 Istilah-Istilah Yang Berhubungan Dengan Cedera Obat


Dalam membangun keselamatan pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan
disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:

1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)


2. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
3. Kejadian Sentinel
a. Adverse Drug Event
b. Adverse Drug Reaction
c. Medication Error

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 15
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

d. Efek samping obat

ISTILAH DEFINISI CONTOH

Terjadi Cedera

• Kejadian yang Kejadian cedera pada pasien Iritasi pada kulit karena
tidak diharapkan
(Adverse Event) selama proses penggunaan perban.

terapi/penatalaksanaan medis. Jatuh dari tempat tidur.

Penatalaksanaan medis

mencakup seluruh aspek

pelayanan, termasuk diagnosa,

terapi, kegagalan

diagnosa/terapi, sistem,

peralatan untuk pelayanan.

Adverse event dapat dicegah

atau tidak dapat dicegah.

• Reaksi obat yang Kejadian cedera pada pasien Steven-Johnson


tidak diharapkan Syndrom
(Adverse Drug selama proses terapi akibat
Reaction) : Sulfa, Obat epilepsi dll
penggunaan obat.

• Kejadian tentang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis


obat yang tidak
diharapkan terhadap terapi obat dan pada penggunaan
(Adverse Drug
Event) mengganggu atau menimbulkan antbiotik golongan

cedera pada penggunaan obat penisilin

dosis normal. • Mengantuk pada

Reaksi Obat Yang Tidak penggunaan CTM

Diharapkan (ROTD) ada yang

berkaitan

• Efek obat yang Respons yang tidak diharapkan Shok anafilaksis pada
tidak

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 16
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

diharapkan terhadap terapi obat dan penggunaan antbiotik


(Adverse drug mengganggu atau menimbulkan golongan penisilin.
effect)
cedera pada penggunaan obat Mengantuk pada

dosis lazim penggunaan CTM

Sama dengan ROTD tapi dilihat

dari sudut pandang obat. ROTD

dilihat dari sudut pandang

pasien.

Cedera dapat
terjadi

atau tidak terjadi

• Medication Error Kejadian yang dapat dicegah Peresepan obat yang

akibat penggunaan obat, yang tidak rasional.

menyebabkan cedera. Kesalahan perhitungan

dosis pada peracikan.

Ketidakpatuhan pasien

sehingga terjadi dosis

berlebih.

• Efek Samping Efek yang dapat diprediksi, (sebaiknya istilah ini

tergantung pada dosis, yang dihindarkan)

bukan efek tujuan obat. Efek

samping dapat dikehendaki,

tidak dikehendaki, atau tidak

ada kaitannya.

Apoteker harus mampu mengenali istilah-istilah di atas beserta contohnya sehingga


dapat membedakan dan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan cedera
akibat penggunaan obat dalam melaksanakan program Keselamatan pasien.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 17
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

6.3 Identifikasi Resiko di Instalasi Farmasi


6.3.1 Mencegah kesalahan penyerahan obat

Timbulnya kejadian yang tidak sesuai dengan tujuan (incidence/hazard) dikatakan


sebagai drug misadventuring, terdiri dari medication errors dan adverse drug reaction.

TIPE MEDICATION ERRORS KETERANGAN

Unauthorized drug Obat yang terlanjur diserahkan kepada


pasien padahal diresepkan oleh bukan
dokter yang berwenang

Improper dose/quantity Dosis, strength atau jumlah obat yang


tidak sesuai dengan yang dimaksud dalam
resep

Wrong dose preparation Penyiapan/formulasi atau pencampuran


obat yang tidak sesuai

Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan


cara pemberian yang tidak sesuai dengan
yang diperintahkan di dalam resep

Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada


pasien yang keliru yang tidak sesuai yang
tertera di resep

Omission error Gagal dalam memberikan dosis sesuai


permintaan, mengabaikan penolakan
pasien atau keputusan klinik yang
mengisyaratkan untuk tidak diberikan obat
yang bersangkutan

Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu


yang berbeda

Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau


perintah diberikan secara lisan atau
diresepkan oleh dokter yang tidak
berkopeten

Wrong administration technique Menggunakan cara pemberian yang keliru


termasuk misalnya menyiapkan obat
dengan teknik yang tidak dibenarkan
(misalnya obat im diberikan iv)

Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal


pemberian atau diluar jadwal yang
ditetapkan

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 18
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu
aspek manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan
farmasi, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem
pengendalian (misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan aspek klinik meliputi skrining
permintaan obat (resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan
pemberian informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik
sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi

Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :

1. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan
dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obatobat sesuai formularium.

2. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai
peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi

3. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan
pengambilan obat dan menjamin mutu obat:

a. Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names) secara terpisah.
b. Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat menimbulkan
cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya :
• menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inj, heparin, warfarin, insulin,
kemoterapi, narkotik opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan
agonis adrenergik.
• kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara
alfabetis, tetapi tempatkan secara terpisah
• Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
6.4 Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error melalui
kolaborasi dengan dokter dan pasien.
a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor rekam
medik/ nomor resep,
b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 19
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan,


hubungi dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
• Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi
dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit
untuk keperluan perhitungan dosis.
• Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium tanda-tanda vital
dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
d. Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e-
prescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta
benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat
yang penting harus diberikan kepada petugas yang meminta/menerima obat
tersebut. Petugas yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi
lisan setelah mendapat konfirmasi.
6.5 Dispensing
6.5.1 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SOP.
6.5.2 Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali : pada saat
pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
6.5.3 Dilakukan pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.
6.5.4 Pemeriksaan meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai,
pemeriksaan kesesuaian resep terhadap obat, kesesuaian resep terhadap isi
etiket.
6.6 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang
penting tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan
didiskusikan pada pasien adalah :

a. Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 20
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat,


lama pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
b. Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan
obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
e. Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat
yang sudah rusak atau kadaluarsa.
f. Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.
1. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :

i. Tepat pasien
ii. Tepat indikasi
iii. Tepat waktu pemberian
iv. Tepat obat
v. Tepat dosis
vi. Tepat label obat (aturan pakai)
vii. Tepat rute pemberian
2. Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan
mencegah pengulangan kesalahan.

6.7 Alur Penanganan Kejadian :


a. Kronologis
Adalah suatu jalan cerita kejadian yang dibuat oleh petugas yang bersangkutan.
Bentuk nya biasanya berupa narasi. Individu yang membuat adalah staf yang terkait
dengan insiden, ditempat terjadinya insiden, bisa lebih dari 1 orang. Kronologis dibuat
1 x 24 jam.
b. Laporan Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) /Incident Report

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 21
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Adalah suatu bentuk laporan insiden atau laporan kejadian, yang mencantumkan data
detail dari kejadian. Insident Report dibuat oleh atasan dari petugas yang
bersangkutan, berdasarkan kronologis yang telah dipelajari dan dilakukan risk grading.
Pembuatan kronologis dan laporan IKP dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Investigasi Sederhana ( Simple Investigasi )
Adalah suatu sistem / cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara
yang lebih sederhana. Waktu pembuatannya maksimal 1 minggu.
d. Analisa Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA)
Adalah suatu sistem / cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara
yang lebih dalam. Waktu pembuatan RCA antara 2 minggu sampai dengan 1 bulan,
dengan membentuk tim dalam pembuatannya.
e. Pelaporan
Laporan kegiatan Pasien Safety disampaikan kepada sekretaris Keselamatan Pasien
Rumah Sakit untuk kemudian dibuat laporan ke Tim KPRS Grup dalam bentuk laporan
bulanan untuk kemudian dibuat laporan kepada Direksi Grup untuk mendapatkan
rekomendasi / masukkan / saran.
6.8 Tindak lanjut
Tindak lanjut pasca terjadinya kejadian, Instalasi Farmasi berkoordinasi dengan Tim
Keselamatan pasien Rumah Sakit dan mengimplementasikan rekomendasi yang
diperoleh dari Direksi dan tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 22
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu
perlindungan bagi tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

7.1 Tujuan

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit


bertujuan agar tercapai pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal,
dengan tujuan khusus yaitu :
Memberikan perlindungan kepada seluruh staf di Instalasi Farmasi, pasien dan
pengunjung
a. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran
lingkungan
b. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan hasil produksi dalam hal ii peracikan,
serta menciptakan kerja yang baik, aman dan benar
7.1.1 Pengendalian K3 di Instalasi Farmasi
Petugas Instalasi Farmasi juga rentan tertular penyakit karena petugas
berhubungan langsung dengan pasien terutama saat konseling dan pemberian obat. Oleh
karena itu petugas perlu memperhatikan upaya pencegahan infeksi tersebut antara lain :
a. Cuci sebelum dan sesudah bekerja
b. Menggunakan alat pelindung diri
c. Tindakan desinfektan, dekontaminasi, dan sterilisasi peralatan
d. Pengolahan limbah yang benar
e. Ventilasi dan pencahayaan yang baik
7.1.2 Alat Pelindung Diri
Pencegahan kecelakaan kerja di Instalasi farmasi dilakukan dengan
memberlakukannya alat pelindung diri bagi staf di Instalasi Farmasi. Adanya paparan dari
obat racikan, obat kemoterapi saat penyiapan adalah risiko yang dapat terjadi selama staf
bertugas di Rumah Sakit.
Beberapa alat pelindung diri yang ada di Instalasi Farmasi antara lain ;
a. Masker untuk perlindungan pernafasan
b. Kacamata untuk melindungi mata
c. Pakaian kerja khusus seperti jas lab (untuk pencampuran obat sitostatika)
d. Sarung tangan

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 23
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

e. Pelindung kepala dan kaki seperti sepatu boot atau karet


7.1.3 Bahan Berbahaya dan Penanganannya
Beberapa jenis bahan berbahaya terdapat di Instalasi Farmasi, seperti alkohol dan
washbensin. Ada beberapa upaya pencegahan kecelakaan kerja oleh bahan berbahaya ini
dengan cara :
a. Memasang label / penandaan
b. Penempatan terpisah dari sediaan lain
c. Ventilasi yang baik
d. Kebersihan tempat penyimpanan
e. Menggunakan alat pelindung diri saat penyiapan
f. Air yang cukup bila terjadi kecelakaan dan atau paparan
7.1.4 Ada beberapa hal yang perlu ditanggulangi, dan menyebabkan penyakit akibat
kerja antara lain :
a) Bising, dapat menurunkan fungsi pendengaran, di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit sering terjadi Noice Induce Hearing Loss (NHL). NHL yang terjadi karena
pajanan bising yang relative rendah (85 dB) atau lebih tetapi dalam waktu yang
lama
b) Listrik, pengetahuan dan penanganan listrik harus memadai agar tidak
menimbulkan kecelakaan akibat listrik
c) Panas, suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 26-28 C dengan kelembaban
60 -70%
d) Getaran ; penggunaan mesin yang bergetar dapat memajani pekerja melalui
tangan dan lengan
e) Cahaya yang kurang akan mempengaruhi kelelahan mata, iritasi maupun sakit
kepala. Pencahayaan di Instalasi Farmasi berkaitan langsung kecermatan,
keselamatan pasien dan petugas Instalasi farmasi Rumah Sakit serta suasana
yang nyaman. Pengawasan pencahayaan di Instalasi Farmasi menjadi
tanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi berkoordinasi dengan Tim K3 Rumah
Sakit.
f) Penanganan obat kanker yang benar sesuai dengan prosedur
g) Bahaya ergonomic dan pengendaliannya.
Bahaya ergonomic adalah risiko bahaya kerja akibat rutinitas pekerjaan dan monoton
seperti : kontraksi otot, postur kaku, cidera punggung dan leher, gangguan otot rangka,
pengapuran dan peradangan atau melengkungnya tulang pungung. Untuk meminimalisir
risiko ada beberapa pengendalian ergonomic yang dilakukan agar tubuh pekerja dalam
posisi yang baik, yaitu :
a. Pengendalian teknik ; design tata ruang, penggantian tempat kerja

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 24
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

b. Pengendalian administrasi ; jadwal kerja, waktu istirahat, program pelatihan serta


program perawatan dan perbaikan
c. Pengendalian cara kerja ; dengan menjaga tubuh untuk berada pada posisi yang
netral
Dengan adanya manajemen K3 di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, diharapkan kita
dapat mencegah serta mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
sehingga tercapai pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.

BAB VIII

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 25
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

PENGENDALIAN MUTU

8.1 Defenisi
Mutu Pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
8.2 Tujuan
1. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan
2. Meningkatkan efisiensi pelayanan
3. Meningkatkan kepuasan pelanggan
4. Tercapainya mutu pelayanan farmasi yang dapat menunjang mutu pelayanan medis
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya di Instalasi
Farmasi maka disusun suatu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan.
8.3. Kegiatan Pengendalian Mutu
Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan farmasi ditetapkan Standar Mutu
Pelayanan Farmasi yang merupakan bagian dari standar mutu penunjang medis.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian
standar mutu tahun sebelumnya.
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun Indikator
mutu yang digunakan meliputi faktor keamanan obat dan kepuasan pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pengawasan obat rusak dan obat expired date, kesalahan
pemberian obat.
8.4 Kegiatan Peningkatan Mutu :
1. Merupakan kegiatan – kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan intensif yang
telah dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahun berikutnya yang
meliputi :
a. Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat
b. Program pengembangan peralatan
c. Program pengembangan ruangan dan fasilitas
d. Program pengembangan sistem
e. Dan lain - lain
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam
program kerja tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 26
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

sebelumnya (Rekapitulasi data, analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan
Desember untuk membuat program peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi
standar mutu yang merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal – hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan
maka tindak lanjut perbaikan mutu harus segera dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu : Kepala Instalasi Farmasi

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 27
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

BAB IX
PENUTUP
Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi
yang selama ini sudah dijalankan dapat lebih ditingkatkan hasil dan kinerjanya.
Kepada karyawan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit diharapkan buku pedoman ini dapat
membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-
upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai budaya farmasi yang optimal di Instalasi
Farmasi khususnya maupun di Rumah Sakit.
Buku ini masih akan terus dievaluasi, kami harapkan masukan yang berharga bagi
penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang.

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 28
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Lampiran 1.

ALUR PENGADAAN

PERHITUNGAN RATA-RATA
KEBUTUHAN PERBEKALAN
FARMASI PER HARI

PENETAPAN STOK
MINIMAL-MAKSIMAL

PROSES SARAN ORDER

PEMBUATAN PO
BERDASARKAN SARAN
ORDER DAN PERMINTAAN
RUANGAN

PEMESANAN / PENGADAAN

(Persetujuan Manajer Pelayanan)

PBF FARMASI PT. KIMIA FARMA APOTEK


(NARKOTIKA) REKANAN / NON
(DISTRIBUTOR) REKANAN

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 29
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Lampiran 2.

ALUR PENYIMPANAN

PERBEKALAN
FARMASI
DITERIMA

SIMPAN PERBEKALAN
FARMASI
BERDASARKAN

• ABJAD
• BENTUK SEDIAAN
• FIFO / FEFO
• SUHU
• HIGH ALERT

OBAT PELABELAN OBAT OBAT SITOSTATIKA DAN


ELEKTROLIT “LASA, HIGH ALERT NARKOTIK HARUS
KONSENTRAT DAN SITOSTATIKA” DISIMPAN DILEMARI
HARUS DISIMPAN YANG TERPISAH DAN
TERPISAH DAN TERKUNCI
DENGAN AKSES
TERBATAS
BERI JARAK
PENYIMPANAN
UNTUK OBAT LASA

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 30
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Lampiran 3.

ALUR PELAYANAN PASIEN

1. Pelayanan Pasien Rawat Jalan

Pasien

Membawa/dibawakan
perawat resep

Petugas Farmasi

Penginputan obat ke
Pasien system dan pemberian
Membayar ke kasir harga

Petugas Farmasi

Menyiapkan obat jadi


dan/atau menyiapkan
obat racikan
Pasien

Menyerahkan bukti
transaksi
Petugas farmasi

Penyerahan Obat

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 31
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

2. Pelayanan Pasien Rawat Inap :

Perawat

Membawa Resep

Petugas Farmasi

Input transaksi

Petugas Farmasi

Pencatatan pemakaian obat


untuk pasien rawat inap
Petugas Farmasi

Menyiapkan obat jadi


dan/atau menyiapkan obat
racikan

Perawat

Mengambil obat

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 32
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Lampiran 4.

ALUR RESEP RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP

RESEP DITERIMA DI INSTALASI


FARMASI DARI UNIT KEPERAWATAN,
IGD DAN POLIKLINIK

(LOKET PENERIMAAN RESEP)

VERIFIKASI /TELAAH RESEP

HARGA RACIK

TIMBANG

JADI PENCAMPURAN /
HOMOGENISASI

CANTUMKAN KOMPOSISI
OBAT (untuk Rawat Inap)

KEMAS KEMAS

VERIFIKASI / TELAAH VERIFIKASI / TELAAH


OBAT DENGAN RESEP OBAT DENGAN RESEP

PENYERAHAN PENYERAHAN
OBAT OBAT

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 33
Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi

Lampiran 5.

ALUR RETUR RAWAT INAP

OBAT DIKEMBALIKAN DARI


UNIT KEPERAWATAN KE
INSTALASI FARMASI

PENCOCOKAN RIWAYAT
PENGGUNAAN DAN OBAT

INPUT PADA MENU


RETUR

OBAT DIKEMBALIKAN KE
TEMPAT PENYIMPANAN

Lampiran Peraturan/ Keputusan Direktur No. 001/PKPO/SK-DIR/RSPDS/II/2022 Tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Farmasi 34

Anda mungkin juga menyukai