Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN

PENGORGANISASIAN INSTALASI
PROGRAM KERJA INSTALASI
FARMASI RSUD ASEMBAGUS SITUBONDO
FARMASI UPT RSUD
ASEMBAGUS SITUBONDO

PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Program Kerja Instalasi Farmasi RSUD
Asembagus Situbondo ini dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dengan Instalasi Farmasi RSUD Asembagus Situbondo. Dalam Program Kerja Instalasi
Farmasi ini diuraikan tentang struktur organisasi, uraian jabatan, tata hubungan kerja dan
laporan kerja. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan Program Kerja Instalasi Farmasi RSUD
Asembagus Situbondo. Saran serta kritik sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
dan perbaikan di masa mendatang.

Ditetapkan : Situbondo
Pada Tanggal : 08 Mei 2019
UPT RSUD Asembagus

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1
BAB II KEGIATAN 3
2.1 Kegiatan Pokok 3
2.2 Rincian Kegiatan 3
2.3 Cara Melaksanakan Kegiatan 3
2.4 Sasaran 5
2.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 6
BAB III EVALUASI DAN PELAPORAN 7
3.1 Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan 7
3.2 Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan pasien
dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan
adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented)
menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi
Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
Strategi optimalisasi harus ditegakkan dengan cara memanfaatkan Sistem
Informasi Rumah Sakit secara maksimal pada fungsi manajemen kefarmasian, sehingga
diharapkan dengan model ini akan terjadi efisiensi tenaga dan waktu. Efisiensi yang
diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinik
secara intensif.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan
bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan kefarmasian harus menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur
dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Perbekalan Farmasi dan kegiatan
pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia,
sarana, dan peralatan.
Instalasi Farmasi merupakan salah satu pelayanan penunjang medis di RSUD
Asembagus - Situbondo. Untuk mencapai standar pelayanan kefarmasian maka perlu
disusun suatu program kerja tahun 2019 Instalasi Farmasi berdasarkan Rencana
Strategis (Renstra) RSUD Asembagus - Situbondo.

1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


a. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan
farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

1
b. Tujuan Khusus
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang ada.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan yang berlaku,
melakukan dan memberikan pelayanan farmasi yang bermutu melalui
analisa, telaah dan evaluasi pelayanan.

2
BAB II
KEGIATAN

2.1 Kegiatan Pokok


Kegiatan pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi RSUD Asembagus - Situbondo
meliputi :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

2.2 Rincian Kegiatan


Berdasarkan Renstra tahun 2016-2021, terdapat enam indikator pelayanan
kefarmasian yang masing-masing memiliki target yang harus dicapai pada tahun 2018 :
1. Persentase pencapaian kegiatan kefarmasian dengan target ≤ 30 menit.
2. Persentase pencapaian penulisan resep sesuai formularium dengan target ≥ 85%.
3. Persentase pencapaian persediaan alat kesehatan pakai habis dengan target
100%.
4. Persentase pencapaian ketersediaan obat dengan target 100%.
5. Persentase pencapaian ketersediaan reagen dengan target 100%.
6. Persentase penggunaan antibiotika profilaksis rumah sakit dengan target ≤ 10%.

2.3 Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Persentase pencapaian kegiatan kefarmasian dengan target ≤ 30 menit.
a. Waktu pelayanan dihitung setelah pengecekan administrasi
resep/pembayaran.
b. Pelayanan resep dikerjakan sesuai dengan nomor urut antrian.
c. Apabila obat tidak tersedia, maka petugas harus segera mencarikan ke Gudang
Farmasi atau UPF lain.
d. Perhitungan waktu pelayanan selesai pada saat obat akan diberikan ke pasien.

2. Persentase pencapaian penulisan resep sesuai formularium dengan target ≥ 85%.


a. Petugas farmasi melakukan telaah terkait penulisan resep sesuai formularium.
b. Petugas farmasi menginformasikan kepada dokter bila ada resep yang tidak
masuk dalam formularium nasional atau formularium rumah sakit.
c. Petugas farmasi merekap hasil telaah penulisan resep sesuai formularium.

3. Persentase pencapaian persediaan alat kesehatan pakai habis dengan target


100%.
a. Masing-masing UPF melakukan pencatatan kebutuhan alat kesehatan pakai
habis setiap minggu, untuk barang habis dan hampir habis.

3
b. Membuat permintaan ke Gudang Farmasi.
c. Gudang Farmasi merekap kebutuhan dari seluruh UPF.
d. Gudang Farmasi melihat sisa stok yang ada.
e. Gudang Farmasi mengajukan ke pejabat/panitia Pengadaan berdasar sisa
stok, rekapan kebutuhan seluruh UPF dan buffer stock 10-20%.
f. Apabila ada barang kosong di salah satu distributor, maka pejabat/panitia
Pengadaan akan mencari ke distributor lainnya. Atau apabila kosong pabrik,
akan meminta pemberitahuan secara tertulis dari pihak distributor untuk
diinformasikan kepada user.

4. Persentase pencapaian ketersediaan obat dengan target 100%.


a. Masing-masing UPF melakukan pencatatan kebutuhan obat setiap minggu,
untuk barang habis dan hampir habis.
b. Membuat permintaan ke Gudang Farmasi.
c. Gudang Farmasi merekap kebutuhan dari seluruh UPF.
d. Gudang Farmasi melihat sisa stok yang ada.
e. Gudang Farmasi mengajukan ke pejabat/panitia Pengadaan berdasar sisa
stok, rekapan kebutuhan seluruh UPF dan buffer stock 10-20%.
f. Apabila ada barang kosong di salah satu distributor, maka pejabat/panitia
Pengadaan akan mencari ke distributor lainnya. Atau apabila kosong pabrik,
akan meminta pemberitahuan secara tertulis dari pihak distributor untuk
diinformasikan kepada user.

5. Persentase pencapaian ketersediaan reagen dengan target 100%.


a. Instalasi laboratorium, mikrobiologi dan patologi anatomi melakukan
pencatatan kebutuhan reagen setiap bulan, untuk barang habis dan hampir
habis.
b. Membuat nota dinas kebutuhan reagen untuk kebutuhan satu bulan kepada
Bidang Penunjang Medik dan PPTK.
c. Panitia Pengadaan melakukan pengadaan reagen berdasar sisa stok, usulan
kebutuhan dan buffer stock 10-20%.
d. Apabila ada barang kosong di salah satu distributor, maka panitia Pengadaan
akan mencari ke distributor lainnya. Atau apabila kosong pabrik, akan meminta
pemberitahuan secara tertulis dari pihak distributor untuk diinformasikan
kepada user.

6. Persentase penggunaan antibiotika profilaksis rumah sakit dengan target ≤ 10%.


a. Pencatatan penggunaan antibiotika profilaksis dilakukan di ruang rawat inap
oleh petugas farmasi.

4
b. Pencatatan penggunaan antibiotika profilaksis dilakukan di lembar pencatatan
khusus.
c. Petugas farmasi melakukan komunikasi dengan dokter terkait penggunaan
antibiotika profilaksis.

2.4 Sasaran
NO Rincian Kegiatan Sasaran
1 Persentase pencapaian kegiatan Unit Pelayanan Farmasi Rawat
kefarmasian Inap dan Rawat Jalan
2 Persentase pencapaian penulisan resep Dokter Penulis Resep
sesuai formularium
3 Persentase pencapaian persediaan alat Gudang Farmasi Dasar,
kesehatan pakai habis Gudang Farmasi Non Dasar,
Unit Pelayanan Farmasi
4 Persentase pencapaian ketersediaan obat Gudang Farmasi Dasar,
Gudang Farmasi Non Dasar,
Unit Pelayanan Farmasi
5 Persentase pencapaian ketersediaan Gudang Farmasi Dasar,
reagen Instalasi Laboratorium Sentral,
Mikrobiologi dan Patologi
Anatomi
6 Persentase penggunaan antibiotika Ruang Rawat Inap
profilaksis rumah sakit

5
2.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
NO Rincian Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persentase pencapaian v v v v v v v v v v v v
kegiatan kefarmasian
2 Persentase pencapaian v v v v v v v v v v v v
penulisan resep sesuai
formularium
3 Persentase pencapaian v v v v v v v v v v v v
persediaan alat
kesehatan pakai habis
4 Persentase pencapaian v v v v v v v v v v v v
ketersediaan obat
5 Persentase pencapaian v v v v v v v v v v v v
ketersediaan reagen
6 Persentase v v v v v v v v v v v v
penggunaan antibiotika
profilaksis rumah sakit

6
BAB III
EVALUASI DAN PELAPORAN
3.1 Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
- Laporan dikumpulkan setiap bulan (maksimal tanggal 10 bulan berikutnya) kepada
kepala urusan Manajemen Mutu.
- Kepala Urusan Manajemen Mutu melakukan evaluasi terkait ketepatan waktu
pengumpulan laporan.

3.2 Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan


- Pencatatan dilakukan dari laporan bulanan yang masuk dari enam indikator
pelayanan kefarmasian.
- Pelaporan program kerja dilakukan setiap tahun sebagai hasil laporan tahunan
instalasi farmasi.
- Evaluasi terkait pelaksanaan enam indikator pelayanan kefarmasian secara
menyeluruh (capaian hasil dibanding target dan hambatan dalam
pelaksanaannya).

Anda mungkin juga menyukai