Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehtan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat. Rumah sakit di indonesia terus berkembang baik dalam jumlah,
jenis maupun kelas rumah sakit sesuai dengan kondisi atau masalah kesehatan, letak
geografis, perkembangan IPTEK, peraturan serta kebijakan yang ada.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari erbagai jenis pelayanan seperti
pelayanan medik, keperawaatan, dan penunjang medik yang diberikan kepda pasien
dalam bentuk upaya promotif, prenventif, kuratif dan rehabilitatif. Profesi farmasi
sangatlah vital di rumah sakit. Obat merupakan penyumbang terbesar dari income suatu
rumah sakit. Maka dibentuklah sebuah komite farmasi dan terapi yang berisi beberapa
tenaga kefarmasian dan medis, yang berfungsi mengatur regulasi obat dan pelayanan di
rumah sakit.
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) menurut Peraturan Menkes Kesehatan RI No 72 tahun
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit adalah organisasi yang
mewakili hubungan komunikasi antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga
anggotanya terdirj dari dokter yang mewakili Spesialisasi-spesialisasi yang ada dirumah
sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya.
Diperlukan adanya pedoman penyelenggaraan komite farmasi dan terapi di RSU Bunda
Sidoarjo sehingga diaharapkan KFT RSU Bunda Sidoarjo dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan tugas dan kewenangannya, sehingga tata kelola pengobatan yang baik
dapay tercipta.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umuma
Sebagai pedoman bagi komite farmasi dan terapi RSU Bunda Sidoarjo dalam
melaksanakan tugas dan fungsi komite farmasi dan terapi (KFT) yang berguna untuk
meningkatkan profesionalisme staf ,edis di RSU Bunda Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Terbentuknya persamaan pemahaman, persepsi dan cara pandang pelaksanaan
pelayanan komite medik di RSU Bunda Sidoarjo
b. Terselenggaranya komite medik di RSU Bunda Sidoarjo yang memiliki makna
signifikan terhadap tatat kelola klinis yang baik dalam pelyanan kesehatan di RSU
bunda Sidoarjp
c. Terbangunnta iklim profesionalisme staf medis dengan staf farmasi dalam rangka
meningkatnya kualitas kesehatan di RSU Bunda Sidoarjo

1.3. Tugas Pokok


Membuta kebijakan standaer penggunaan obat di RSU Bunda Sidoarjo

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 1


1.4. Keanggotaan
Keanggotaan komite farmasi dan terapi teridiri dari ketua, skertaris yang anggotanya
terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialiasi yang ada dirumah sakit, apoteker
Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. KFT dapat diketuai
oleh seorang dokter atau seorang apoteker , apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila diketuai oleh apoteker maka sekretarisnya
adalah dokter.

1.5. Landasan Hukum


Landasan Hukum yang dipakai dalam menyelenggarakan KFT, antara lain :
1. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang-undang No. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
4. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
5. Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
6. PP RI N0 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
7. Keputusan menteri kesehatan RI No 129/menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
8. Peraturan menteri kesehatan RI no 31 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan
menteri kesehatan nomor 889/menkes/per/v/2011 tentang registrasi, izin praktik, izin
kerja tenaga kefarmasian.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 2


BAB II
PENGORGANISASIAN KOMITE

2.1. VISI, MISI DAN NILAI (VALUE)


1. VISI
Membuat kebijakan penggunaan obat secara rasional di rumah sakit umum bunda
sidoarjo

2. MISI
a. Mengembangkan formularium obat di rumah sakit umum bunda sidorajo
b. Menetapkan pengelolaan obat yang didasarkan pada efek terapi keamanan, dan
harga obat
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
d. Memberikan ilmu pengetahuan mengenai obat kepada staf medis dan perawat

3. Nilai-Nilai (Value)
S : Santun
M : Melayani
I : Integritas dan Inovatif
L : lage-Artis
E : Efektif dan Efisien

2.2. Struktur Organisasi


Sesuai lampiran. Lampiran 1 surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Bunda
Sidoarjo :
Nomor :
Tanggal :
Direktur Rumah Sakit

Ketua KFT

Sekretaris KFT

Anggota KFT

2.3. Uraian tugas, tanggung jawab, dan wewenang

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 3


1. Ketua KFT
Nama Jabatan Ketua Komite Farmasi dan Terapi
Uraian Tugas Bersama dengan Sekretasris, dan Anggota Komite Farmasi
dan Terapi :
1. Menertibkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan
obat, penggunaan obat serta evaluasinya
2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
Tanggung jawab Bertangguang jawab pada penggunaan obat secara rasional
dan bijak di Rumah Sakit Bunda Sidoarjo
Wewenang 1. Memberikan rekomendasi pada direktur rumah sakit
untuk mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan
obat secara rasional
2. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan
terapi, formularium rumah sakit, pedoman penggunaan
antibiotika dan lain-lain
3. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan
dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaa dan penggunaan
obat dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian
tersebut.

2. Sekretaris KFT
Nama Jabatan Sekretaris KFT
Uraian Tugas 1. Membantu dalam hal dokumentasi hasil kegiatan komite
farmasi dan terapi
2. Membantu kelancaran tugas-tugas ketua KFT
3. Membantu ketua KFT dalam melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap perkembangan obat baru
4. Memberikan disposisi dan meminta saran kepada ketua
komite farmasi dan terapi atas tindak lanjut surat-surat
yang masuk ke komite farmasi dan terapi
5. Membuat dan mendokumentasikan notulen hasil rapat
KFT
Tanggung Jawab Bertanggung jawab dalam berjalannya program KFT
beserta laporannya di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo
Wewenang Megatur jadwal kegiatan dan rapat KFT

3. Anggota
Nama Jabatan Anggota KFT
Uraian Tugas 1. Membantu penyusunan formularium
2. Membantu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
perkembangan obat baru
3. Memberikan sumbangan pemikiran terkait pengelolaan
obat di Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 4


Bertanggung jawab dalam berjalannya program KFT di
Rumah Sakit Umum Bunda Sidoarjo
Memberikan masukkan bagi terlaksananya pengelolaan
pengobatan di RS

2.4. Tata Hubungan Kerja

Keterangan :
1. Komite Farmasi dan Terapi bertanggungjawab kepada direktur RS untuk semua
kegiatan yang dilakukan. Komite Farmasi dan Terapi menyusun satndart diagnosa
dan terapi, formularium RS, tata laksana obat, pengkajian pengguanaan oabt,
monitoring efek samping obat, atas permintaan direktur Rs.
2. Komite Farmasi dan Terapi berkoordinasi dengan komite medik rumah sakit dalam
rangka penyusunan satandart diagnosa dan terapi di Rumah Sakit.
3. Komite farmasi dan terapi berkerjasama dan berkoordinasi dengan Instalasi Farmasi
dalam rangka monitoring Efek Samping Obat, pengkajian penggunaa obat dirumah
Sakit
4. Komite farmasi dan terapi bekerjasama dengan bidang pelayanan medik dalam
rangka tatalaksana obat di rumah sakit
5. Komite farmasi dan terapi bekerjasama dengan komite mutu dalam hal menjamin
mutu pelayanan yang terkait obat, monitoring KTD obat baru yang masuk
Formularium Rumah Sakit.
6. Komite Farmasi dan Terapi bekerjasama dengan komite keperawatan dalam hal
tatalaksana obat di rumah sakit.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 5


BAB III
SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG
(SUPPORTING SISTEM)

3.1. Sarana Kesekretariatan


Dalam pelaksanaan kerja komite farmasi dan terapi Rumah Sakit difasilitasi
dengan kantor bergabung dengan ruangan apoteker di Instalasi Farmasi Unit Rawat Jalan,
dengan meja , kursi serta komputer untuk mengengerjakan pelaporan, penyusunan
dokumen, serta program-program komite farmasi dan terapi Rumah Sakit Umum Bunda
Waru Sidoarjo.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 6


Didlam kantor tersebut, juga terdapat beberapa teks book, makalah, regulasi
nasional, serta materi workshop dan pelatihan yang tersimpan.

3.2. Dukungan Manajemen


Manajemen Rumah Sakit mendukung pelaksanaan program-program komite
farmasi dan terapi Rumah Sakit, hal ini terukti dalam penyediaan anggaran Rumah Sakit/
rencana kerja anggaran (RKA). Rumah Sakit juga menyediakan anggaran untuk pasien
yang tidak mampu dalam pembayaran (kasus khusus).

3.3. Kebijakan dan Prosedur


1. Kebijakan
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 72 Tahun 2016 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara
staf medik dengan staf farmasi sehingga anggotanya terdiri dari Dokter yang
mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari
farmasi rumah sakit serta tenaga kesehatan lainnya.
Komite Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan, penyaluran,
pemberian dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan penggunaan obat dalam
formularium rumah sakit. Komite Farmasi dan Terapi melakukan monitoring
penggunaan obat baru yang ditambahkan dalam formularium.
Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah
Sakit. Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
Formularium RS ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun oleh Komite Farmasi
dan Terapi berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitasnya. Selain itu,
formularium rumah sakit ini digunakan sebagai dasar acuan dalam pengadaan obat di
Rumah Sakit.
Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari
formularium ditetapkan oleh rumah sakit dengan mempertimbangkan indikasi
penggunaan, efektivitas, risiko, dan biaya. Pemilihan obat masuk formularium dan
penghapusan obat dari formularium harus mengikuti kriteria yang berlaku, yaitu
mengutamakan obat generik, memiliki rasio manfaat-risiko yang paling
menguntungkan pasien, mutu terjamin baik stabilitas maupun bioavailabilitasnya,
praktis dalam penyimpanan, pengangkutan, penggunaan dan penyerahan,
menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien, apling efektif
secara ilmiah dan aman (evidenced based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Pengawasan penggunaan obat di Rumah Sakit dilaksanakan oleh Instalasi
Farmasi bersama dengan Komite Farmasi dan Terapi. Pengawasan dilaksanakan
dengan melakukan evaluasi penggunaan obat baru, evaluasi persediaan yang jarang
atau tidak digunakan dan melakukan stok opname secara periodik dan berkala setiap 1
bulan sekali.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 7


3.3.1.1 Tugas dan Fungsi Komite Farmasi dan Terapi
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) mempunyai tugas meningkatkan Pelayanan
Pengobatan kepada pasien di rumah sakit dengan cara sebagai berikut.
a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
c. Mengembangkan standar terapi;
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional;
f. Mengoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. Mengoordinir penatalaksanaan medication error;
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah sakit;
Komite Farmasi dan Terapi (KFT) mempunyai fungsi sebagai berikut.
a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
b. Komite Farmasi dan Terapi (KFT) harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk
dalam kategori khusus.
d. Melakukan pengelolaan terhadap peresepan/permintaan obat yang tidak tercantum
dalam formularium.
e. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-
kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit
sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
f. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji
medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara
rasional.
g. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
h. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan
perawat.

3.3.1.2 Hubungan dengan Pengelola Rumah Sakit


Komite Farmasi dan Terapi (KFT) merupakan organisasi non struktural di
bawah direktur rumah sakit dan bertanggung jawab langsung kepada direktur rumah
sakit. KFT dibentuk melalui mekanisme yang disepakati, dan sesuai dnegan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Direktur rumah sakit berkewajiban menyediakan
segaal sumber daya agar KFT dapat berfungsi dengan baik sesuai ketentuan.

3.3.1.3 Kewajiban Komite Farmasi dan Terapi


Kewajiban Komite Farmasi dan Terapi diantaranya sebagai berikut.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 8


a. Memberikan rekomendasi pada pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
b. Mengoordinir pembuatan Pedoman Diagnosa dan Terapi (PDT), formularium
rumah sakit, pedoman penggunaan antibiotik, dan lain-lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait.
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat serta memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

3.3.2 Prosedur
3.3.2.1 Proses Penyusunan Formularium
Proses penyusunan formularium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing dokter spesialis berdasarkan standar
terapi atau standar pelayanan medik
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi, jika
diperlukan dapat meminta masukan dari pakar
4. Rancangan hasil pembahasan KFT dikembalikan ke masing-masing dokter
spesialis untuk mendapatkan umpan balik
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing dokter spesialis
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium
7. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi formularium
8. Melakukan edukasi formularium kepada staf medik dan melakukan monitoring

3.3.2.2 Pemilihan Obat


Pemilihan obat dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit dilakukan
dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Faktor institusional (disesuaikan dengan pola penyakit, populasi penderita dan
kebijakan lain rumah sakit)
2. Faktor obat (efektivitas, keamanan, profil farmakokinetik dan farmakodinamik,
ketersediaan obat dan fasilitas penyimpanan, reaksi obat yang dapat merugikan
penggunanya, kemudahan dalam penggunaan dan memiliki izin edar dari
Departemen Kesehatan)
3. Faktor biaya (biaya sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya pemberian obat dan
biaya monitoring selama penggunaan obat. Obat terpilih obat dengan biaya
keseluruhan terapi paling rendah)

3.3.2.3 Penambahan dan Penghapusan Obat


A. Penambahan obat ke dalam formularium dilakukan melalui pengusulan:
1. Permohonan harus diajukan secara resmi kepada KFT
2. Permohonan yang diajukan setidaknya memuat informasi:
3. Obat hasil usulan yang telah disetujui
B. Kriteria penghapusan obat dari formularium:

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 9


1. Obat tidak beredar lagi di pasaran
2. Obat tidak ada yang menggunakan lagi
3. Sudah ada obat baru yang lebih cost effective
4. Obat yang setelah dievaluasi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
manfaatnya
3.3.2.4 Usulan Obat
1. Dokter pemohon mengisi Form Usulan Obat baru yang telah ditetapkan oleh
Komite Farmasi dan Terapi meliputi:
a. Tanggal / hari, nama dokter, tanda tangan dan stempel dokter pemohon
b. Nama obat usulan, komposisi, nama obat yang sudah ada, dan alasan
2. Dokter pemohon meminta acc persetujuan Form Usulan Obat baru kepada ketua
KFT
3. Jika telah disetujui oleh ketua KFT, maka Form Usulan diserahkan kepada
sekretaris KFT
4. Sekretaris KFT melakukan pengajuan pengadaan obat baru tersebut kepada tim
pengadaan untuk penyediaan obat baru tersebut sesuai kebutuhan
5. KFT beserta dokter pemohon melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan
obat baru tersebut selama 6 bulan setelah pemakaian obat
6. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi tersebut dapat diputuskan obat tersebut
dapat masuk atau tidak dalam formularium RS

3.3.2.5 Monitoring Obat


KFT melakukan pengkajian penggunana dan efek terapi dari beberapa kelas
terapi obat setiap tahun. Obat-obat yang diprioritaskan untuk dikaji meliputi:
1. Obat yang berpotensi tinggi menimbulkan efek samping serius (misal obat dengan
data pencatatan efek samping yang belum banyak dilaporkan)
2. Obat yang diduga banyak digunakan secara tidak rasional (misal antibiotik)
3. Obat dengan harga yang mahal (misal obat sitostatika, obat fibrinolitik)
4. Obat yang sedang dalam proses pertimbangan untuk dimasukkan, dikeluarkan
atau tetap dipertahankan dalam formularium

3.1.2 Alur Permintaan Obat di Luar Formularium

Pengkajian obat baik secara farmakologi


maupun farmakoekonomi

Pengisian formulir
permintaan oleh dokter Komite Farmasi dan Terapi
yang hendak meresepkan

Kelompok Staf Medis dan Direktur RS

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 10

Proses pengajuan berhenti Obat dapat diberikan kepada pasien


Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 11
BAB 4
KEGIATAN
4.1 Kegiatan
Kegiatan pokok Komite Farmasi dan Terapi adalah sebagai berikut.
1. Membantu pimpinan RS (Direktur RS) dalam menerapkan standar penggunaan
obat di Rumah Sakit
2. Membuat standar penggunaan obat (Formularium Rumah Sakit)
3. Mengadakan rapat koordinasi Komite Farmasi dan Terapi minimal 1 bulan sekali

4.2 Rincian Kegiatan


Rincian kegiatan dari Komite Farmasi dan Terapi diantaranya sebagai berikut.
1. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan obat-obatan
2. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat-obatan di
rumah sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala
3. Menyusun standar terapi bersama-sama dengan staf medik
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penulisan resep serta
penggunaan obat generik bersama-sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
5. Melakukan monitoring penggunaan obat baru serta timbulnya Kejadian Tidak
Diinginkan (KTD) akibat obat baru yang ditambahkan dalam formularium

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 12


BAB 5
MONITORING EVALUASI DAN PELAPORAN

5.1 Monitoring Evaluasi


Pada program Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit pelaksanaan
monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melakukan pengawasan terhadap peresepan
dokter sesuai dengan formularium rumah sakit. KFT melakukan supervisi setiap bulan
pada peresepan dokter. Apabila ditemukan ada peresepan dokter yang di luar
formularium RS, maka akan dilakukan investigasi kepada dokter penulis resep dan
menanyakan alasan indikasi peresepan obat tersebut. Bila obat tersebut memang
dibutuhkan oleh pasien dan tidak ada substitusi dalam Formularium RS maka dokter
penulis resep mengisi “Form Obat Non Formularium” beserta alasannya. Selanjutnya
form tersebut diserahkan kepada Kepala KFT untuk dilakukan persetujuan dengan
mengisi kolom “disetujui” atau “tidak disetujui” beserta alasan dan tanda tangan
kepala KFT.

5.2 Pelaporan
Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit wajib membuat pelaporan terkait
hasil supervisinya setiap bulan mengenai peresepan obat di luar formularium, bila ada
obat baru maka akan dilakukan monitoring, serta adanya kejadian MESO dan KTD
yang diakibatkan oleh penggunaan obat baru. Hasil kegiatan Komite Farmasi dan
terapi dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit. Bila ada yang perlu untuk ditindak
lanjuti, maka akan diselesaikan oleh KFT Rumah Sakit dan selanjutnya direktur yang
akan memutuskan hasil akhirnya.

Dokumen RSU Bunda Sidoarjo 13

Anda mungkin juga menyukai