KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD TENRIAWARU
NOMOR 19.a TAHUN 2019
TENTANG
Menetapkan :
Ditetapkan di : Watampone
Pada tanggal : 3 Januari 2019
DIREKTUR,
Tembusan Yth. :
1. Ketua SPI RSUD Tenriawaru
2. Ketua KFT RSUD Tenriawaru
3. Arsip
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD TENRIAWARU
Nomor : 19.a Tahun 2019
Tanggal : 3 Januari 2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
2.1.1 Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah Sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga memperbaharui standar obat.
Pemilihan/seleksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di dasarkan pada Formularium Rumah Sakit, Standar / Pedoman
Diagnosa dan Terapi, Pola Penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
2.1.2 Perencanaan
Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Pedoman Perencanaan :
- Formularium Rumah Sakit, Formularium Nasional;
- Anggaran yang tersedia;
- Penetapan prioritas;
- Sisa persediaan;
- Data pemakaian periode yang lalu;
- Rencana pengembangan;
- Data catatan Medik;
- Siklus penyakit.
2.1.3 Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui :
a. Pembelian :
- Proses pengadaan obat dengan cara e-Purchasing menggunakan
aplikasi e-Purchasing Obat yang terdapat pada aplikasi Sistem
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
- Secara langsung dari pabrik / distributor / pedagang besar farmasi
/ rekanan
Apabila terjadi kekosongan obat karena keterlambatan pengiriman,
stok nasional kurang, atau sebab lain yang tidak diantisipasi
sebelumnya maka tenaga kefarmasian harus menginformasikan
kepada professional pemberi asuhan dan staf klinis pemberi asuhan
lainnya tentang kekosongan obat tersebut serta saran subsitusinya
atau mengadakan dengan pihak luar dalam hal peminjaman maupun
pembelian langsung ke rumah sakit atau apotek lain yang telah
menjalin kerjasama dengan RSUD Tenriawaru.
b. Sumbangan / droping / hibah.
2.1.4 Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
Kriteria obat yang diproduksi :
- Sediaan farmasi dengan formula khusus;
- Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil;
- Sediaan farmasi dengan konsentrasi lebih rendah;
- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran.
2.15 Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian secara
langsung, konsinyasi atau sumbangan.
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di lakukan dengan menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan, harga yang tertera dalam dokumen,
penerimaan barang dengan kondisi fisik barang.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
- Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa;
- Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
- Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar;
- Expire date minimal 2 (dua) tahun, kecuali untuk sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain).
2.1.6 Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan dalam penyimpanan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang ditetapkan :
- Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya;
- Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya;
- Mudah tidaknya meledak / terbakar;
- Tahan/tidaknya terhadap cahaya;
- Penyimpanan di dalam rak menggunakan sistem First In First Out
(FIFO) dan memperhatikan tangal kadaluarsa (FEFO);
- Disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan
perbekalan farmasi sesuai kebutuhan (kartu stok);
- Seluruh obat dan sediaan farmasi harus di simpan di tempat yang
sesuai dengan syarat penyimpanan yang tertera pada label produk /
obat;
- Semua ruangan yang di gunakan untuk menyimpan obat dilengkapi
dengan pengatur suhu ruangan. Pemantauan suhu dan kelembapan di
seluruh tempat penyimpanan obat dilakukan setiap hari untuk
memastikan penyimpanan obat sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan. Pemantauan suhu meliputi lemari pendingin (suhu dingin
yaitu 20C – 80C dan 90C – 150C) dan suhu penyimpanan di
rak/laci/lemari pada suhu kamar (150C – 250C). Pemantuan
kelembapan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan (Kelempaban
ruangan 40 – 80%). Jika terjadi kerusakan pada pengatur suhu, maka
penanggung jawab ruangan harus segera menghubungi Instalasi
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana;
- Reagen untuk keperluan Laboratorium dan Haemodialisa langsung
didistribusikan ke unit tersebut setelah di terima oleh bagian logistik
farmasi dan diperiksa oleh Tim Pemeriksa Barang;
- Seluruh area penyimpanan diawasi dan dihindari dari kehilangan dan
kecurian. Gudang/apotek/depo farmasi aksesnya terbatas dan harus
selalu dalam keadaan terkunci;
- Seluruh tempat penyimpanan sediaan farmasi diinspeksi oleh kepala
instalasi farmasi setiap bulan untuk memastikan sediaan farmasi
disimpan secara benar
- Pemeriksaan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dilakukan minimal 1
kali dalam sebulan oleh staf instalasi farmasi atau pada saat stok
opname
2.1.6.1 Penyimpanan Nutrisi Enteral
Nutrisi Enteral adalah sejenis makanan cair yang diberikan pada
pasien melalui oral pipa (sonde) untuk memenuhi kebutuhan /
suplemen tubuh. Penyimpanan bahan baku (bubuk) nutrisi
enteral dipisahkan dari bahan makanan lain, ditempat yang
kering pada suhu kamar (150C – 250C). Penyimpanan untuk
cairan siap pakai dalam lemari pendingin (20C – 80C) dan
dihabiskan dalam waktu 24 jam
2.1.6.2 Penyimpanan Nutrisi Parenteral
Nutrisi Parenteral adalah nutrisi/makanan tambahan yang
diberikan melalui rute parenteral (intra vena) untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien. Penyimpanan nutrisi parenteral
komersial mengikuti syarat penyimpanan yang tertera pada label
produk.
2.1.6.3 Penyimpanan Bahan Radioaktif dan investigasi
RSUD Tenriawaru tidak melakukan kegiatan penggunaan bahan
radioaktif dan investigasi
2.1.6.4 Penyimpanan Obat Sampel
Penggunaan obat sampel tidak diperbolehkan di lingkungan RSUD
Tenriawaru
2.1.6.5 Penyimpanan Obat Untuk penelitian
RSUD Tenriawaru tidak melakukan kegiatan penggunaan obat
untuk penelitian
2.16.6 Penyimpanan Obat Sitostatika
RSUD Tenriawaru tidak melakukan kegiatan penggunaan obat
sitostatika
2.16.7 Penyimpanan Obat dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert)
Penyimpanan Obat dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert) harus
disimpan terpisah dengan obat-obat lainnya dan diberi penandaan
khusus baik pada tempat penyimpanan maupun pada obat high
alert itu sendiri. Lemari Penyimpanan obat High Alert dalam
lemari terkunci dan diberi tanda merah disekelilingnya. Obat
dengan Kewaspadaan Tinggi (High Alert) di beri Label dengan
tulisan HIGH ALERT
a. Penyimpanan Elektrolit Pekat
Elektrolit konsentrasi tinggi tidak boleh disimpan di unit
perawatan, kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting yang
disimpan di troli emergensi di unit tertentu, ruang intensive
dan kamar operasi. Disimpan pada kotak dan diberi merah
sekelilingnya.
Unit perawatan yang boleh menyimpan elektrolit konsentrasi
tinggi MgSO4 40% dan Meylon (Natrium Bicarbonat) di troli
emergensi adalah ruang Kamar bersalin, IRD Obgyn,
perawatan Mawar, dan perawatan Nifas
b. Penyimpanan Obat NORUM / LASA
Penyimpanan sediaan farmasi dengan penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
boleh ditempatkan secara bersisihan tetapi kotak LASA yang
satu dengan yang lainnya dipisah minimal satu kotak obat
lain dan diberi stiker LASA dan Stiker HIGH ALERT untuk
mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat.
c. Penyimpanan Obat Narkotika
Narkotika harus disimpan di tempat khusus yang dibuat
seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, dan
mempunyai pintu ganda dengan kunci yang berlainan. Kunci
pintu luar dikuasakan ke asisten apoteker (AA) atau Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK). Kunci pintu dalam dikuasakan ke
apoteker. Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang
aman dan tidak diketahui oleh umum.
2.16.8 Penyimpanan Obat Emergensi
Obat emergensi dan perbekalan emergensi lainnya disimpan
dalam troli emergensi atau tas emergensi. Dikunci dengan segel
yang mudah dibuka / dilepas. Sistem penyimpanan obat di troli
emergensi atau tas emergensi berdasarkan nama generik. Jenis
dan jumlah isi troli emergensi disesuaikan dengan standar dan
kebutuhan masing-masing ruangan. Setiap pengambilan obat
emergensi harus dapat dipertanggungjawabkan dan mudah
ditelusur. Troli emergensi di tempatkan di semua ruang
perawatan.Tas emergensi diperuntukkan untuk mobil ambulans
2.16.8 Penyimpanan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) termasuk bahan yang mudah
meledak / terbakar (misalnya : formalin, alkohol) diberi tanda
peringatan yang sesuai sifat bahan tersebut dan disimpan dalam
ruang / lemari khusus B3 yang ada di Farmasi
2.16.9 Penyimpanan Gas Medik
Penyimpanan gas medik harus terpisah dari tempat penyimpanan
sediaan farmasi, bebas dari sumber api, ditempat yang
berventilasi baik, dengan troli pengaman dan diberi label dan
warna yang sesuai jenis gas medik
2.16.9 Penyimpanan Obat yang dibawa Pasien dari Luar RS
Seluruh pengelolaan obat pasien yang berasal dari pasien, apabila
digunakan dalam pengobatan maka dilakukan sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang berlaku. Obat yang dibawa oleh
pasien yang tidak digunakan lagi, di bawa pulang oleh keluarga
pasien
Obat yang dibawa oleh pasien baru rawat inap dari luar rumah
sakit harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu oleh petugas
instalasi Farmasi RSUD Tenriawaru dan dicatat dalam formulir
Rekonsilisasi Obat serta disimpan di tempat / lemari tersendiri di
instalasi farmasi
2.1.7 Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit
untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Distribusi perbekalan farmasi dari instalasi farmasi dilakukan dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas jenis, jumlah dan ketepatan waktu
Pelayanan pendistribusian perbekalan farmasi dilaksanakan oleh gudang
dan depo farmasi, yang terdiri dari :
1. Gudang Farmasi
2. Depo farmasi pada jam kerja (1 shift) : Apotek Rawat Jalan
3. Depo farmasi 3 shift kerja : Depo Rawat Inap, Depo Umum, Depo IGD
dan Depo IBS
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan :
- Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
- Metode sentralisasi atau desentralisasi;
- Sistem resep individu, dispensing unit day dose atau kombinasi.
Pendistribusian perbekalan farmasi dari gudang farmasi ke unit-unit lain
di rumah sakit dilakukan dengan cara mengampra ke gudang farmasi.
Untuk penyerahan barang menggunakan sistem mutasi dan tercatat pada
kartu stok
2.1.7.1 Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang
diselenggarakan dengan sistem resep perorangan atau sistem
dispensing unit day dosis oleh depo farmasi, di mana resep dan
obat pasien ditangani langsung oleh petugas perawatan dan
sistem unit dosis di ruang perawatan.
2.1.7.2 Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
diselenggarakan dengan sistem resep perorangan oleh depo
Farmasi.Rawat Jalan
2.1.7.3 Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar jam kerja merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh :
a. Depo farmasi yang buka 24 jam;
b. Petugas on call gudang farmasi 24 jam untuk pelayanan
perbekalan farmasi yang hanya tersedia di gudang farmasi
c. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
untuk keperluan pelayanan perbekalan farmasi yang bersifat
emergensi
2.1.7.4 Pendistribusian Bahan Medis Habis Pakai di ruang perawatan
Pendistribusian Bahan Medis Habis Pakai untuk di ruang
perawatan dilakukan dengan cara mengampra yang dilakukan
pada setiap awal bulan dengan melampirkan Lembar Penggunaan
dan Penerimaan.
2.1.8 Peresepan
Merupakan kegiatan penulisan resep secara manual / tulisan atau
melalui sistem informasi rumah sakit / electronic prescribing. Resep
merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku
2.1.8.1 Yang berhak menulis resep adalah dokter umum, dokter spesialis,
dokter gigi yang bertugas dan mempunyai Surat Izin Praktek (SIP)
di RSUD Tenriawaru Penulisan resep harus dilakukan pada
blangko resep yang tersedia di RSUD Tenriawaru
2.1.8.2 Setiap resep harus memperhatikan kelengkapan persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis
Persyaratan administrasi meliputi :
- Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis
- Nama, nomor telepon, alamat (untuk resep narkotika) dan
tanda tangan/paraf dokter;
- Tanggal resep;
- Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan Farmasi meliputi:
- Bentuk dan kekuatan sediaan;
- Dosis dan jumlah obat;
- Stabilitas dan ketersediaan;
- Aturan, cara dan teknik penggunaan;
Persyaratan klinis meliputi:
- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat;
- Berat badan pasien terutama pasien anak (dibawah 14 tahun);
- Duplikasi pengobatan;
- Alergi, interaksi dan efek samping obat;
- Kontra indikasi, terutama pasien dengan kondisi gangguan
fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui
2.1.8.3 Penulis resep harus melakukan penyelarasan obat (medication
reconciliation) sebelum menuliskan resep. Penyelarasan obat
adalah membandingkan antara daftar obat yang sedang
digunakan dan obat yang akan diresepkan agar tidak terjadi
duplikasi atau terhentinya terapi suatu obat. Penulis resep juga
harus mengetahui riwayat penggunaan obat pasien yang
kemudian digunakan sebagai acuan dalam pemesanan awal obat
pasien
2.1.8.4 Peresepan harus berdasarkan formularium yang berlaku. Dalam
penulisan resep tidak diperkenankan menggunakan singkatan
yang tidak resmi dan hindari penggunaan angka desimal (angka 0
dibelakang koma)
2.1.8.5 Peresepan obat narkotika golongan opiod intravena
Yang berhak menulis resep narkotika golongan opiod intravena
adalah dokter dalam Tim Tatalaksana Nyeri dan dokter anastesi
yang mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) dan memiliki
kewenangan klinik untuk menuliskan resep di RSUD Tenriawaru
2.1.8.6 Tidak diperbolehkan menuliskan “iter” dalam resep narkotika dan
tidak dapat dilakukan pengulangan pelayanan terhadap salinan
resep narkotika
2.1.8.7 Untuk menghindari adanya interaksi obat, demi keselamatan
pasien, maka maksimum jumlah permintaan sehari dalam satu
resep adalah 5 (lima) jenis obat. Kecuali dalam kondisi tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan secara klinis dan setiap
penulisan resep sebanyak dua atau lebih jenis obat harus disertai
dengan telaah interaksi obat dari farmasis / apoteker. Sumber
informasi yang digunakan untuk mengecek interaksi obat adalah
website Pelayanan Informasi Obat Bina Farmasi Kemenkes dan
aplikasi Medscape
2.1.8.8 Setiap obat yang diresepkan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam rekam medik pasien
2.1.8.9 Resep yang tidak memenuhi kelengkapan yang telah ditetapkan,
tidak akan dilayani oleh farmasi
2.1.8.10 Jika resep / instruksi pengobatan tidak dapat dibaca atau tidak
jelas, maka apoteker / asisten apoteker / tenaga teknis
kefarmasian / perawat yang menerima resep / instruksi
pengobatan tersebut harus melakukan konfirmasi ke dokter
penulis resep
2.1.8.11 Instruksi lisan (verbal order) harus diminimalkan. Instruksi lisan
tidak diperbolehkan saat dokter berada di ruang rawat. Instruksi
lisan untuk obat high alert dan narkotika tidak diperbolehkan
kecuali dalam situasi emergensi. Instruksi secara lisan harus
mengikuti sistem komunikasi efektif secara TBAK (Tulis dan Baca
Konfirmasi)
2.1.8.12 Untuk obat-obat tertentu dapat dilakukan automatic stop order
oleh instalasi farmasi
2.2.2 Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap telaah Resep,
menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat
dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi.
Telaah Resep meliputi kejelasan tulisan, benar pasien (nama, umur, jenis
kelamin, berat badan dan tinggi badan), benar dokter (Nama, NO.SIP,
alamat dan paraf), tanggal resep, asal ruangan, benar obat (bentuk dan
kekuatan), benar dosis (dosis dan jumlah obat), stabilitas, benar rute
(cara peggunaan), benar waktu pemberian (aturan pakai), benar
informasi, benar dokumentasi, duplikasi obat, alergi, kontra indikasi dan
interaksi obat.
Petugas yang berwenang melakukan telaah resep adalah apoteker dan
tanaga tehnis kefarmasian yang memiliki kompetensi dan telah mengikuti
pelatihan telaah resep
Tujuan :
- Mendapatkan dosis yang tepat dan aman;
- Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima
makanan secara oral atau enteral;
- Menurunkan total biaya obat.
Dispensing sediaan farmasi secara umum
a. Menyiapkan obat / bahan obat
Merupakan kegiatan mengambil obat dari tempat penyimpanan obat
berdasarkan permintaan (benar obat, benar dosis) dengan
memperhatikan mutu dan kelayakan obat yang meliputi bentuk fisik
dan penampakan kasat mata serta tanggal kadaluarsa
Penyiapan obat di ruang perawatan dibuat dalam unit dosis yang siap
dipakai dan dilakukan sesaat sebelum digunakan. Jika terdapat sisa
obat dari penyiapan tersebut maka harus dikembalikan ke depo
farmasi yang terdekat disertai dengan label dan formulir obat sisa
b. Pemberian label / etiket
Merupakan kegiatan pemberian label yang berisi informasi tentang
obat dan atau informasi pasien.
- Label obat untuk pasien terdiri dari : identitas pasien sesuai
kebijakan rumah sakit, nama obat, dosis obat, waktu pemberian,
rute pemberian dan tanggal kadaluarsa obat. Label warna putih
untuk penggunaan secara oral dan label warna biru untuk
penggunaan external (obat luar)
- Label obat yang mengalami perubahan bentuk harus
mencantumkan tanggal rekonsititusi atau pembuatan dan tanggal
kadaluarsanya
- Label obat multi dosis harus mencantumkan tanggal awal obat
dibuka dan tanggal kadaluarsa setelah dibuka. Jika tidak
dinyatakan secara khusus, maka tanggal kadaluarsa obat adalah
28 hari setelah obat dibuka
- Label bahan obat dan bahan berbahaya terdiri dari : nama bahan,
tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa dan peringatan yang
diperlukan
c. Validasi obat
Merupakan kegiatan memverifikasi obat yang telah disiapkan sebelum
diberikan ke pasien dengan memperhatikan benar obat (nama obat
dan tanggal kadaluarsa), benar pasien dan benar dosis, benar waktu
pemberian, benar rute pemberian
d. Penyerahan obat
Merupakan kegiatan menyerahkan / memberikan obat yang telah
disiapkan kepada petugas kesehatan lainnya dengan disertai informasi
yang dibutuhkan
e. Dokumentasi
Merupakan kegiatan pendokumentasian seluruh rangkaian kegiatan
dari dispensing obat dan dilakukan secara berkelanjutan segera
setelah melakukan kegiatan dispensing
BAB III
ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
3.5.2 Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang
disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuan :
- Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi;
- Tersedianya informasi yang akurat;
- Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan;
- Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan;
- Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi
dapat dikelola secara efisien dan efektif.
Penyusunan Laporan Evaluasi manajemen pengelolaan dan penggunaan
obat- obatan dibuat secara rutin setiap periode dalam bentuk :
a. Laporan bulanan berupa :
1. Laporan kegiatan yang terdiri dari :
- Pelayanan resep
- Transaksi Pendapatan / Penerimaan
- Pelayanan/ pengeluaran ke unit perawatan
2. Laporan stok opname
3. Laporan penggunaan Obat Narkotik dan Psikotropika
4. Laporan pengunaan obat bantuan/hibah
b. Laporan Triwulan berupa :
1. Laporan Standar Pelayanan Minimal yang terdiri dari
- Waktu tunggu obat jadi dan racikan
- Kepuasan pasien
- Peresepan obat formularium
- Kesalahan pemberian obat
c. Laporan tahunan berupa penyampaian rekapan dari laporan tiap bulan
dan rekapan laporan triwulan sebagai laporan akhir tahun.
Proses pendaftaran dan pelaporan dilakukan secara :
- Otomatis dengan menggunakan computer (soft ware)
- Pengambilan data dari rekam medik.
- Pengambilan data dari bagian evaluasi dan perencanaan
BAB IV
PENUTUP
DIREKTUR