Anda di halaman 1dari 7

2.4.

FARMAKOKINETIKA DIH, MARTINDALE


A. ABSORPSI : kloramfenikol mudah diabsorbsi melalui mulut. Konsentrasi darah 10
µg/mL atau lebih dapat dicapai 1-2 jam setelah dosis oral tunggal 1 gram, dan
konsentrasi darah 18,5 µg/mL dilaporkan tercapai setelah penggunaan dosis multiple
(ganda) 1 gram.
B. DISTRIBUSI : kloramfenikol didistribusikan secara luas dalam cairan dan jaringan
tubuh, memasuki cairan serebrospinal, dengan konsentrasi sekitar 50% dari yang
terdapat di dalam darah meskipun tanpa adanya meningeal yang mengalami inflamasi,
mampu berdifusi melalui plasenta hingga ke sirkulasi janin, ke ASI, dan cairan air
mata (aqueous dan vitreous humour). Juga memasuki aqueous homour setelah
diaplikasikan secara topikal. Terdistribusi hingga 60% dalam sirkulasi yang berikatan
dengan plasma protein.
C. METABOLISME : Waktu paruh kloramfenikol dilaporkan hingga rentang dari 1,5-
4 jam; waktu paruh diperpanjang pada pasien dengan gangguan hepar dan juga lebih
lama pada neonatus. Gangguan ginjal relatif memberikan sedikit efek pada waktu
paruh bahan aktif obat, berdasarkan pada metabolismenya yang luas, namun dapat
menyebabkan akumulasi metabolit inaktifnya.
D. ELIMINASI: di kertas

2.5. INDIKASI DIH, MARTINDALE


(nama zat aktif) dalam bentuk (sediaan) diindikasikan untuk:
a. (nama penyakit)
b. …………
c. ………………..

(untuk zat aktif berupa antibiotik/penyakit yg disebabkan oleh mikroorganisme harus


disebutkan mikroorganisme penyebabnya)
Berdasarkan data indikasi tersebut di atas, sediaan (nama soal) yang akan dibuat diindikasikan
untuk ................

2.6. KONTRAINDIKASI DIH


Penggunaan (nama zat aktif) dikontraindikasikan pada:
a. .............
b. ………..
c. ………

2.7. DOSIS DAN PERHITUNGANNYA DIH, MARTINDALE


NB :
- Dosis yang ditulis disesuaikan dengan indikasi yang dipilih dan bentuk sediaan
- Tulis semua dosis baik anak maupun dewasa, baik pada keadaan normal maupun khusus,
misal: gagal ginjal

Indikasi Pasien Dosis(untuk bentuk sediaan terkait)


…………. ……………… Kalau ada dosis awal, dosis pemeliharaan, dosis
pengulangan dll (yang sesuai dengan indikasi)
tulis semua. Satuan dosis bisa %, mg atau g.
Cantumkan juga aturan pakai untuk setiap
kelompok usia.
…….. ………… …………………………………..

2.8. ATURAN PAKAI A to Z, martindale, DIH


(Nama zat aktif) di(minum, oleskan, suntikkan) pada (perut kosong, ...jam setelah/sebelum
makan, sebelum tidur, pagi hari,dll).( lebih bagus lagi kalau dibuat tabelnya)
Contoh :
 1 tablet (250 mg) 4 kali sehari, sebelum makan
 4 x 250 mg (1 sendok takar 5 mL), sebelum makan.

II.9. EFEK SAMPING A to Z, martindale, DIH


Efek samping yang dapat muncul selama penggunaan (nama zat aktif) antara lain :
Efek samping yang sering terjadi:
- …………
- …………
- dst.
Efek samping yang jarang terjadi :
- …………..
- ………………
- dst.
2.10. TOKSISITAS dan PENANGANAN KERACUNAN martindale 
overdosage/TOXICITY/ Clarke
Toksisitas dari penggunaan(nama zat aktif), dapat muncul pada dosis (dosis toksik ... / setelah
pemaparan selama....) dengan gejala:
- sistem organ 1 : efek-efek
- sistem organ 2 : efek-efek
- dst.
Penanganan yang dapat dilakukan bila terjadi toksisitas (nama zat aktif) adalah ......

2.11. INTERAKSI OBAT DAN MEKANISMENYA MARTINDALE, DIH. A TO Z


Contoh:
- Penggunaan tetrasiklin-HCl bersama dengan antasida yang mengandung aluminium,
bismuth, kalsium, maupun magnesium dalam jangka waktu lama dapat menurunkan bahkan
menghilangkan efek antibakteri dari tetrasiklin. Interaksi ini disebabkan karena tetrasiklin
berikatan dengan aluminium, bismuth, kalsium, magnesium, ataupun ion logam lain dan
membentuk kelat yang labih sukar larut sehingga lebih sedikit diabsorbsi. Untuk
menghindari interaksi ini maka pemberian tetrasiklin dan antasida harus dipisah 2-3 jam
atau lebih lama (Stockley’s).

2.12. PENGGUNAAN PADA KONDISI KHUSUS martindale ,A to Z, DIH


Penggunaan (Zat aktif) pada kondisi-kondisi berikut memutuhkan perhatian, yaitu:
Contoh:
1. Wanita hamil dan menyusui
Kloramfenikol melalui plasenta, peningkatan resiko teratogenik tidak diidentifikasi
pada penggunaan kloramfenikol dan belum ada laporan terjadinya kerusakan janin
terkait penggunaan kloramfenikol pada kehamilan. “Grey syndorme” terjadi pada bayi
prematur dan bayi baru lahir yang menerima kloramfenikol. Gejala dimulai setelah 3-4
hari terapi, dimulai dengan perut kembung dan berlanjut ke sianosis pucat progresif,
kolaps vasomotr, pernapasan tidak teratur, dan kematian dalam beberapa jam setelah
onset gejala. Produsen merekomendasikan kehati-hatian jika digunakan pada wanita
hamil atau selama persalinan.
Kloramfenikol dapat keluar melalui ASI baik dalam bentuk aktif maupun bentuk
metabolit inaktifnya. Kloramfenikol diabsorbsi dengan baik melalui oral; metabolisme
dan ekskresi tinggi pada bayi dan anak-anak. Waktu paruh secara signifikan panjang
pada bayi dnegan berat lahir rendah. Terdapat laporan toksisitas pada neonatus dan bayi
prematur ketika kloramfenikol digunakan pada dosis terapi. Produsen
merekomendasikan untuk berhati-hati dalam menggunakan kloramfenikol pada bayi
yang sedang menerima ASI.

2. Pediatrik
Gunakan dengan perhatian dan dosis diturunkan bila diberikan pada bayi prematur dan
cukup bulan utnuk mencegah terjadinya toksisitas Grey syndrome (toksik dan berpotensi
memberikan efek fatal pada bayi prematur dan baru lahir). Gejala grey syndrome muncul
dengan tanda-tanda distensi abdomen dengan atau tanpa emesis, kolaps vasomotor,
pernafasan tidak teratur, kematian yang dapat terjadi dalam beberapa jam (kematain terjadi
pada 40% pasien dalam 2 hari gejala awal).
Kloramfenikol diabsorbsi dengan baik melalui oral; metabolisme dan ekskresi tinggi pada
bayi dan anak-anak. Waktu paruh secara signifikan panjang pada bayi dengan berat lahir
rendah. Terdapat laporan toksisitas pada neonatus dan bayi prematur ketika kloramfenikol
digunakan pada dosis terapi.
3. Geriatrik
Kloramfenikol tidak diamati penggunaannya pada orang yang sudah tua. Tidak
membutuhkan adjust dosis berdasarkan pada penurunan fungsi ginjal yang berkaitan
dengan usia. Kloramfenikol harus diberikan untuk infeksi serius dan penggunaan
bentuk oral sebaiknya dihindari.

2.13. PERINGATAN martindale precaution, DIH, a to Z


 Tuliskan hal-hal yang perlu mendapatkan peringatan terkait dengan penggunaan zat aktif

2.14. CARA PENYIMPANAN a to Z, DIH  storage


(judul soal) harus disimpan dalam wadah ......, di tempat ......, karena………..

2.15. ANALISIS FARMAKOLOGI a to z, martindale, fasttrack


Analisis farmakologi meliputi:
- Bentuk zat aktif/prodrug yang dipilih dan alasannya ..............
- Bentuk sediaan yang dipilih (hubungannya dengan rasionalitas sediaan, indikasi obat,
ketepatan dosis, target pengguna  kepraktisan/kenyamanan pengguna) dan
alasan............... FASTRACK
- Pemilihan indikasi dan alasannya ( dianalisis kenapa zat aktif tersebut bisa mengobati
indikasi yang dipilih, bisa dikaitkan dengan mekanisme kerja obat dan dapat pula dianalisis
hubungan sifat fisika dan kimia senyawa aktif terhadap aktivitas farmakologinya (struktur,
rumus molekul, nama kimia, kelarutan, titik lebur, stabilitas polaritas keasaman, kebasaan
dan khiralitasnya)
- Penjelasan mengenai kontraindikasi yang ada diuraian
- Pemilihan dosis dan alasannya. Selain itu. ditulis juga dosis untuk kondisi-kondisi khusus
(lebih bagus lagi kalau dibuat tabel). Selain itu, jika perlu perhitungan maka ditulis. Hal
yang diperhatikan:
- Alasan pemilihan kekuatan sediaan (berdasarkan dosis yang ada) dan cara pakainya
- Hal-hal yang berhubungan dengan cara pakai/penggunaan obat. Bisa dianalis mengenai
nasib obat di dalam tubuh (ADME) yang berkaitan dengan cara pakainya.
- Analisis mengenai efek samping yang terjadi.
- Analisis mengenai penjelasan kondisi khusus seperti akibat penggunaan obat pada kondisi-
kondisi khusus tersebut dan tindakan yang harus dilakukan
- Analisis mengenai cara penyimpanan, seperti alasan kenapa memakai suhu tertentu atau
tempat yang khusus dalam penyimpanannya.

Contoh:
Berdasarkan data farmakologi diatas, maka bentuk zat aktif yang dipilih adalah kloramfenikol
karena mampu menghambat sintesis protein dengan cara melekat pada subunit ribosoom 50S
pada organisme yang rentan secara reversibel sehingga dapat mencegah asam amino untuk
berikatan dengan rantai peptida yang sedang dibentuk. Kloramfenikol merupakan antibiotik
bakteriostatik yang berspektrum luas, aktif terhadap organisme aerob gram prositif dan gram
negatif. Dengan dosis yang tertera untuk berbagai indikasi ditujukan untuk penyakit tersebut,
sehingga dosis yang digunakan mampu disesuaikan dengan indikasi dan pasiennya (misalnya
anak-anak). Kloramfenikol memiliki data kelarutan yang sukar larut dalam air, sehingga juga
bersifat non polar.
Bentuk sediaan yang dipilih untuk kloramfenikol adalah suspensi karena kloramfenikol sukar
larut dalam air, maka alternatif pembuatannya selain dalam bentuk kapsul dapat juga dibuat
dalam bentuk suspensi. Suspensi diberikan kepada pasien yang merasa kesulitan dalam
menelan bentuk sediaan padat (misal kapsul) sehingga hal ini menjadi salah satu kelebihan
dalam pembuatan sediaan suspensi. Cara penyimpanan suspensi yang tepat adalah pada wadah
botol tertutup rapat, di tempat yang sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya karena dapat
menghindari dari terjadinya kerusakan sediaan apabila tidak dijaga sesuai dengan kondisi
penyimpanan yang ditetapkan. Suspensi disimpan pada suhu ruang. Setelah direkonstitusi
sediaan suspensi kloramfenikol mampu bertahan selama 30 hari.
Indikasi yang dipilih untuk sediaan kloramfneikol adalah demam tifoid dan demam paratifoid,
infeksi serius yang disebabkan Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella
sp., Rickettsia, serta meningitis karena kloramfenikol mampu menghambat sintesis protein
pada bakteri Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Salmonella sp. sediaan suspensi
kloramfenikol juga mampu digunakan pada dewasa maupun anak dengan cara yang mudah,
yaitu hanya membedakan aturan dosis suspensinya pada sendok takar.
Efek samping akibat penggunaan kloramfneikol yang sering terjadi adalah pada saluran cerna
yaitu mual dan muntah yang sering dialami pada penggunaan antibiotik. Apabila suspensi
kloramfneikol digunakan pada orang yang memiliki alergi terhadap kloramfenikol maka akan
menyebabkan reaksi hipersensitivitas. Oleh karena itu, penting dikonfirmasi kepada pengguna,
apakah memiliki alergi terhadap antibiotik kloramfenikol.
Dosis kloramfenikol yang diperlukan untuk indikasi tersebut adalah sebagai berikut :
- dosis dewasa 50-100mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam; dosis maksimum per hari
4g/hari
Aturan pakai: 4 x 750 mg (6 sendok takar (125 mg/5mL)) sebelum makan.
- dosis anak-anak 50-100mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam; dosis maksimum per
hari 4g/hari
Aturan pakai: 4 x 250 mg (2 sendok takar (125 mg/5mL)) sebelum makan
Usia Dosis (mg/kg BB) Bobot badan anak (kg) Dosis (mg)
10 50-100mg/kgBB 30 1500-3000
5 50-100mg/kgBB 10 500-1000

Bila dikonversikan dengan BB anak Indonesia pada umumnya 30 kg, dosis kloramfenikol yang
digunakan adalah 1500 mg (375 mg sebanyak 4 kali sehari)
Untuk kemudahan penggunaan maka dipilih kekuatan sediaan 125mg/5mL.
Kekuatan sediaan adalah 125 mg dalam setiap 5 mL sendok takar suspensi. Dipilih kekuatan
125 mg karena untuk memudahkan penggunaan pada dewasa maupun anak-anak. Pada dewasa
4 kali sehari sebanyak 2 sendok takar (total kloramfenikol 750 mg, dimana 1 sendok takar =
15 mL).

CMC Na (carboxymethylcellulose sodium)

- Sinonim : carmellose sodium; sunrose; cellulose gum


- Pemerian: serbuk granul berwarna putih hingga hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bersifat higroskopis setelah pengeringan.
- Kelarutan: praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), mudah didispersikan dalam air
pada berbagai macam temperatur, membentuk larutan jernih dan koloid
- Fungsi : suspending agent
- Konsentrasi yang dibutuhkan: 1%
- Stabilitas : CMC Na bersifat stabil, meskipun merupakan bahan higroskopis. Pada kondisi
dengan kelembaban tinggi, CMC Na dapat menyerap sejumlah besar air (>50%). Larutan
aqueous stabil pada pH 2-10; pengendapan dapat terjadi pada pH < 2; viskositas larutan
akan menurun secara cepat pada pH >10. Secara umum larutan menunjukkan viskositas dan
stabilitas maksimum pada pH 7-9. Larutan aqueous yang disimpan dalam waktu lama harus
mengandung pengawet antimikroba. Bahan serbuk disimpan pada wadah tertutup rapat di
tempat yang sejuk dan kering.
- Inkompatibilitas: inkompatible dengan larutan asam kuat dan dengan garam larut besi dan
beberapa logam, seperti alumunium, merkuri, dan zink. Inkompatibel dengan xanthan gum.
Presipitasi dapat terjadi pada pH <2 dan ketika dicampur dengan etanol (95%).

Kloramfenikol dapat menyebabkan masalah serius dan terkadang


efek samping yang fatal. Diperkirakan beberapa toksisitasnya
karena efek pada sintesis protein mitokondria.
Efek samping paling serius dari kloramfenikol adalah
depresi sumsum tulang, yang dapat mengambil dua berbeda
formulir. Yang pertama adalah depresi reversibel terkait dosis yang cukup umum terjadi biasanya
ketika plasma kloramfenikol
konsentrasi melebihi 25 mikrogram / mL dan ditandai dengan perubahan morfologi di sumsum
tulang, penurunan pemanfaatan zat besi,
retikulositopenia, anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Efek ini mungkin disebabkan oleh
penghambatan sintesis protein dalam mitokondria sel sumsum tulang.
Bentuk kedua dari toksisitas sumsum tulang yang tampaknya tidak berhubungan adalah anemia
aplastik parah yang tidak dapat disembuhkan. Ini cukup jarang, dengan kejadian yang disarankan
sekitar 1:20 000 hingga 1:50 000, meskipun kejadiannya bervariasi di seluruh dunia, dan tidak
dianggap terkait dosis. Aplasia biasanya berkembang setelah periode laten
berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan dan telah disarankan sebagai hasil dari radikal
benzena nitrasi yang diproduksi in vivo. Diperkirakan ada beberapa kecenderungan genetik atau
biokimiawi, tetapi tidak ada cara untuk mengidentifikasi pasien yang rentan. Meski mayoritas
kasus setelah penggunaan oral, aplasia juga terjadi
setelah penggunaan intravena dan topikal (tetes mata) kloramfenikol.
Kelangsungan hidup kemungkinan besar terjadi pada mereka yang mengalami aplasia onset dini,
tetapi mereka kemudian dapat mengembangkan leukemia myeloid akut. Manifestasi toksik —
'sindrom kelabu' — ditandai dengan distensi abdomen, muntah, warna pucat, hipotermia, sianosis
pucat progresif, pernapasan tidak teratur, dan kolaps sirkulasi yang diikuti oleh
kematian dalam beberapa jam atau hari, telah terjadi pada bayi prematur dan bayi baru lahir lainnya
yang diberi kloramfenikol dosis besar. Sindrom ini dikaitkan dengan konsentrasi plasma yang tinggi
dari kloramfenikol, karena berkurangnya kapasitas untuk glukuronidasi dan menurun
filtrasi glomerulus pada anak-anak usia ini, menyebabkan akumulasi obat. Pemulihan biasanya
lengkap jika obat ditarik cukup awal setelah onset, tetapi hingga 40% bayi dengan sindrom full-
blown dapat meninggal.
Sindrom ini juga telah dilaporkan pada bayi yang dilahirkan
ibu yang diberi kloramfenikol pada akhir kehamilan. Sindrom serupa telah dilaporkan pada orang
dewasa dan anak-anak yang lebih besar yang diberi dosis sangat tinggi.
Penggunaan kloramfenikol oral yang berkepanjangan dapat menyebabkan perdarahan, baik dengan
depresi sumsum tulang atau dengan mengurangi flora usus dengan akibat menghambat sintesis
vitamin K. Anemia hemolitik telah terjadi pada beberapa pasien dengan bentuk mediterania
defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase, tetapi jarang terjadi pada pasien dengan bentuk defisiensi
yang lebih ringan.
Neuritis perifer dan optik telah dilaporkan,
biasanya pada pasien yang dirawat dalam waktu lama. Meskipun
gejala okular sering reversibel jika pengobatan ditarik lebih awal, gangguan penglihatan permanen
atau kebutaan telah terjadi.
Gejala neurologis lainnya termasuk ensefalopati
dengan kebingungan dan delirium, depresi mental, dan sakit kepala. Ototoksisitas juga terjadi,
terutama setelah penggunaan tetes telinga.
Reaksi hipersensitivitas termasuk ruam, demam, dan
angioedema dapat terjadi terutama setelah penggunaan topikal; anafilaksis
telah terjadi tetapi jarang terjadi. Jarisch-Herxheimer
Reaksi juga dapat terjadi. Gejala gastrointestinal
termasuk mual, muntah, dan diare bisa terjadi
penggunaan oral. Gangguan flora mulut dan usus
dapat menyebabkan stomatitis, glositis, dan iritasi dubur. Pasien
mungkin mengalami rasa pahit setelah cepat
penggunaan natrium kloramfenikol suksinat intravena

Anda mungkin juga menyukai